PADA REMAJA
OLEH :
Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini.Dengan selesainya makalah ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan
kepada kami. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Ibu Nila Susanti SKM, MPH, ibu Dwirina Hervilia, SKM, MKM, Ibu
Munifa, SKM, MPH, Ibu Retno Ayu Hapsari S.Gz, MnutDiet, Ibu Noor
Janah, Ibu Yulianae A.Mg dan Ibu Helpitina Amd. Gz.
2. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Diploma III yang telah memberikan
masukan kepada saya.
3. Semua pihak yang telah membantu serta memberikan saran dan dukungan
kepada saya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah yang telah saya
buat ini dan semoga yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Jurusan Gizi,
Institusi Pendidikan dan Masyarakat Luas.
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA
PERILAKU GIZI SEIMBANG PADA REMAJA
Remaja adalah anak yang berusia 10-19 tahun. WHO mendefinisikan remaja
sebagai suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas) sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.1 Pada masa ini individu mengalami perkembangan psikologi
dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Selain itu, terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial dan ekonomi yang penuh kepada orang tua menuju keadaan
yang relatif lebih mandiri
Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikis yang sangat signifikant2.
Perubahan fisik ditandai dengan pertumbuhan badan yang pesat (growth spurt) dan
matangnya organ reproduksi. 3,4 Laju pertumbuhan badan berbeda antara wanita dan
pria. Wanita mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan pria. Karena tubuh
wanita dipersiapkan untuk reproduksi. Sementara pria baru dapat menyusul dua
tahun kemudian. Pertumbuhan cepat ini juga ditandai dengan pertambahan pesat
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Pada masa tersebut pertambahan BB wanita
16 gram dan pria 19 gram setiap harinya. Sedangkan pertambahan TB wanita dan
pria masing-masing dapat mencapai 15 cm per tahun. Puncak pertambahan pesat TB
terjadi di usia 11 tahun pada wanita dan usia 14 tahun pada pria5
Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan terhadap masalah gizi.
Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi lebih
banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan menuntut penyesuaian
masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olah raga,
kecanduan alkohol dan obat-obatan meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi5
Berbagai bentuk gangguan gizi pada usia remaja sering terjadi. 8 Selain kekurangan
energi dan protein anemia gizi dan defisiensi berbagai vitamin juga sering terjadi.
Sebaliknya juga masalah gizi lebih (overnutrition) yang ditandai oleh tingginya
jangka obesitas pada remaja terutama di kota-kota besar. 9
Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara lain
adalah:
1. Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga
yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja.
Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan
dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Jeong A. Kim di Korea (2001) menemukan
bahwa pola makan pada remaja mempengaruhi status gizi mereka. Penelitian ini
mengelompokkan remaja pada tiga pola makan. Pertama, yang disebut dengan pola
makan tradisional Korea, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi
Kimchi dan nasi, ikan dan rumput laut. Kedua, yang disebut pola makan barat,
merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi tepung dan roti, hamburger,
pizza, makanan ringan dan sereal, gula dan makanan manis. Ketiga, yang disebut
pola makan modifikasi, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi mie,
tetapi diselingi dengan kimchi dan nasi. Ditemukan kejadian obesitas sentral paling
tinggi pada pola makan barat (16,8%) dari pada pola makan tradisional Korea
(9,76%) dan pola makan modifikasi (9,75%)10
Lena Hamstrong menemukan bahwa di Eropa sekitar 34% remaja melewatkan
sarapan di pagi hari. Dan kebiasaan sarapan pada remaja dipengaruhi oleh kebiasaan
11
orang tua mereka. Cara S. DeJong menemukan bahwa faktor lingkungan dan
kebiasaan kognitif berhubungan dengan kebiasaan sarapan pada remaja. 12 Michael J
menemukan bahwa remaja yang memiliki kebiasaan sarapan memiliki kecendrungan
untuk tidak mengalami obesitas13
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis (KEK) pada
umumnya disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara
drastis pada remaja perempuan memiliki hubungan erat dengan faktor emosional
1.
seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk
makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu perlu
dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali.
3. Anemia
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia 9.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah
dari normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr % dan eritrosit 4,5
-5,5 jt/mm3. Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr %
dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3.Remaja putri lebih mudah terserang anemia karena :
c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya
melalui feses.
d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3 mg
perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.
Pada penelitian Sunarti Syam (2011), penilaian praktik tentang gizi seimbang
berdasarkan pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang memuat 13 pesan
dasar gizi seimbang dan menurut prinsip gizi seimbang pada remaja Hasilnya
menunjukkan bahwa sebagian besar responden (91,9%) telah melakukan praktik gizi
seimbang33. Aminudin, dkk (2011) yang melakukan penelitian tentang gizi seimbang
mada mahasiswa baru FKM Unhas, menemukan bahwa hanya 56,6% mahasiswa
yang melakukan praktik gizi seimbang. Sedangkan 43,4% sisanya, belum
menerapkan gizi seimbang dalam keseharian mereka. Penelitian ini tidak
menemukan hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik gizi seimbang34
Beberapa kesimpulan sementara
Remaja memiliki berbagai masalah gizi. Masalah tersebut terkait dengan perubahan
fisik dan psikis yang dialami oleh remaja. Faktor keluarga dan lingkungan sangat
mempengaruhi kebiasaan makan pada remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh
remaja seperti obesitas, anemia dan KEK dapat diatasi dengan membentuk kebiasaan
makan yang sehat sejak dini. Perilaku gizi seimbang perlu dikembangkan pada
remaja. Untuk membentuk kebiasaan hidup sehat sejak awal. Apalagi sampai saat ini
perilaku tersebut masih rendah pada remaja
DAFTAR PUSTAKA
19. Lazzeri G, Rossi S, Pammolli A, Pilato V, Pozzi T, Giacchi MV. Underweight and
Overweight Among Children and Adolescents in Tuscany (Italy). Prevalence and
Short-Term Trends. J Prev Med Hyg. 2008 Mar;49(1):13-21. At
http//www.preventivemedicine.com. Diakses pada tanggal 15 November 2011
20. Soekirman. Buku Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama. 2010
21. Almatsier, Sunita. Pinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama .
2009
22. Dirjen Bina Kesehatan. Buku Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta.
2002
31. Inger M Oellingrath, Martin V Svendsen and Anne Lise Brantsaeter. Tracking
of Eating Patterns and Overweight - a Follow-up Study of Norwegian School
Children from Middle Childhood to Early Adolescence. Nutrition Journal 2011. At
http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15 November 2011
32. Rhonda S. Sebastian, Cecilia Wilkinson Enns, Joseph D. Goldman. US
Adolescents and MyPyramid: Associations between Fast-Food Consumption and
Lower Likelihood of Meeting Recommendations. Journal of the American Dietetic
Association Volume 109, Issue 2, Pages 226-235, February 2009. At
http//www.jada.com. Diakses pada tanggal 17 November 2011
33. Syam, Sunarti. Perilaku Gizi Seimbang Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan STIK Makassar. Skripsi Tidak diterbitkan. Makassar : STIKMA. 2011
34. Syam, Aminuddin, dkk. Asosiasi Body Image, Perilaku Gizi Seimbang dengan
Status Gizi Mahasiswa Baru FKM Unhas. Laporan penelitian. Makassar : FKM
Unhas. 2011