I. DEFINISI OBAT
Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnose,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (PerMenKes
927/MenKes/Per/X/1993)
Secara umum obat merupakan bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi
biologis melalui proses kimia. Bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk :
pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnose suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-
gejalanya pada manusia atau hewan. Dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi
organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan sintesis di dalam tubuh atau
merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh
Penggunaan obat yang baik dan benar, gunakan obat hanya seperti petunjuk cara
pakai, pada waktu yang tepat dan penuh selama waktu pengobatan. Jika anda menggunakan
obat yang dijual bebas, ikutilah cara pakainya seperti petunjuk pada label kecuali ada
petunjuk lain dari dokter anda. Jangan pisahkan label obat dari obat,karena informasi
mengenai cara pakai dan informasi penting lainnya terdapat pada label tersebut. Untuk
mencegah kesalahan,jangan minum obat ditempat yang gelap. Selalu membaca label sebelum
minum obat,terutama tanggal kadaluarsa dan petunjuk pakai obat
BAB II
RUANG LINGKUP
II. PENGERTIAN
Ruang lingkup pengggunaan obat meliputi pelayanan – pelayanan pasien di instalansi
gawar darurat , instalansi rawat jalan, instalansi rawat inap serta instalansi kamar operasi
BAB III
TATA LAKSANA
1. Rekam medis
2. Form edukasi
3. Materi edukasi
BAB V
PENGGUNAAN PERALATAN MEDIS YANG AMAN
1. PENGERTIAN
Peralatan medis adalah alat/asesori yang dipasang ditubuh pasien
2. TUJUAN
Umum
Agar pasien mendapatkan edukasi sesuai kebutuhan dan tidak mengalami komplikasi
akibat penatalaksanaan yang kurang tepat pada pasien yang melanjutkan perawatan
dirumah yang masih menggunakan peralatan medis
Khusus
1. Perawat dapat memberikan edukasi pada pasien yang dipasang kateter urine
2. Perawat dapat memberikan edukasi pada pasien dengan pemberian nutrisi via
Nasogastric tube
3. Perawat dapat memberikan edukasi pada pasien yang dipasang infuse
4. Perawat dapat memberikan edukasi pada pasien dengan pemberian terapi oksigen
3. SASARAN
Seluruh SDM keperawatan
4. TATA LAKSANA
1. Edukasi pada pasien dengan pemasangan kateter
Perawat menjelaskan pada pasien dan atau keluarga :
a. Melakukan fiksasi selang kateter dengan menggunakan plester pada pasien
wanita kearah paha, sedangkan pada pasien pria kearah perut
b. Gantungkan kantong urine lebih rendah dari tubuh pasien
c. Buang urine yang berada dalam kantong apabila sudah berisi 500ml
d. Setelah membuang urine, sebelum ujung port dimasukkan dalam
lubangnya lakukan desinfeksi terlebih dahulu dengan alcohol 70%
e. Gunakan sarug tangan bersih saat membuang urine, sebelum dan
sesudahnya cuci tangan dengan sabun
f. Lakukan bladder training atau melatih reflek otot untuk menahan berkemih
dengan menutup slang urine (bukan pada slang kteter) dengan
menggunakan klem dengan periode waktu 2 jam diklem 2 jam dialirkan.
g. Lakukan kebersihan kemaluan dengan cebok 2x/hari
h. Lakukan penggantian kateter tiap 7-10 hari
5. METODE
1. Diskusi
2. Demonstrasi
3. Praktek langsung
6. EVALUASI
Setelah petugas memberikan edukasi dengan materi diatas maka dilakukan evaluasi
pada pasien dan atau keluarga apakah materi edukasi telah dimengerti atau
dipahaminya dengan cara memverifikasi/menanyakan kembali poin-poin materi yang
telah diberikan dan member kesempatan pada pasien dan atau keluarga untuk
menanyakan hal yang belum dimengerti/dipahami
BAB VI
MANAJEMEN NYERI
1. PENGERTIAN
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional akibat adanya kerusakan jaringan
yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan
Berdasarkan onsetnya, nyeri dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
Nyeri akut : nyeri dengan onset segera dan durasi terbatas
Nyeri kronis : nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama, lebih dari 6
minggu
Berdasarkan derajatnya, nyeri dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
Nyeri ringan : sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari (sistem skala 1-3)
Nyeri sedang : gangguan nyata pada aktifitas sehari-hari (sistem skala 4-6)
Nyeri berat : tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari (sistem skala 7-10)
Catatan skala 0 : tidak ada nyeri
Manajemen nyeri adalah penatalaksanaan pasien dengan keluhan nyeri pada pasien
rawat inap maupun rawat jalan dengan melakukan assesmen sampai dengan
pemberian terapi sehingga keluhan nyeri pasien berkurang/hilang.
2. TUJUAN
Umum :
Dengan dilakukannya manajemen nyeri pasien dapat berkurang/hilang sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan
Khusus :
a. Petugas dapat melakukan assesmen nyeri
b. Petugas dapat memberikan intervensi sesuai kewenangannya
c. Petugas dapat melakukan evaluasi pada pasien yang sudah mendapatkan
pengelolaan nyeri.
d. Manajemen nyeri terdokumentasi sesuai ketentuan
3. CARA PENGKAJIAN/ASESMEN
Semua pasien yang masuk di RSU Bunda petugas harus melakukan anamnesa dan
dinilai skala nyerinya.
A. ANAMNESIS
Anamnesa yang dilakukan terhadap pasien dengan cara menanyakan kepada
pasien meliputi :
P (Provokes / Point ) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri
Q (Quality) : Bagaimana rasa nyerinya
R (Radiation / Relief) : Melacak daerah nyeri dari titik yang paling
nyeri
Wong baker faces pain scale digunakan untuk pasien (dewasa dan anak
lebih 3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya
dengan angka. Cara mengukur nyerinya adalah dengan mencocokan
ekspresi wajah pasien dengan gambar yang ada dipanduan (seperti dibawah
ini)
FLACC Behavioral pain scale digunakan pada bayi dan pasien tidak sadar
yang tidak dapat dinilai dengan Numeric Scale dan Wong baker faces
pain scale.
Cara penilaian adalah petugas mencocokan kondisi pasien dengan standar
pada table berikut :
Kategori Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Smile/ceria(tidak ada Perubahan Expresi wajah
Face expresi sedih) expresi/sedih,sesekali stess,dagu
menyeringai/meringis mengatup
rapat,gemeretat
Setelah mendapatkan nilai dari ke lima skor diatas kemudian dijumlahkan, apabila :
Nilai 1-3 termasuk nyeri ringan
Nilai 4-6 termasuk nyeri sedang
Nilai 7-10 termasuk nyeri berat
4. PENATALAKSANAAN
Setelah petugas mengetahui skala nyeri pasien maka akan dilakukan intervensi sesuai
dengan skala nyeri pasien. Tindakan yang dilakukan adalah :
a. Pasien yang mengalami nyeri derajat ringan (skala 1-3) dilakukan edukasi
untuk relaksasi dan distraksi
b. Apabila dengan tehnik relaksasi dan distraksi, keluhan nyeri tidak berkurang
dilakukan kolaborasi medis untuk pemberian therapy jenis NSAID
c. Pasien yang mengalami nyeri derajat sedang (skala 4-6) dilakukan
kolaborasi medis untuk pemberian therapy jenis NSAID / opioid dosis
ringan
d. Pasien yang mengalami nyeri derajat berat (skala 7- 10) dilakukan
kolaborasi medis untuk pemberian therapy jenis opioid
e. Apabila dengan pemberian therapy farmaka jenis opioid, tetapi keluhan nyeri
belum teratasi maka, bila diperlukan Dokter DPJP akan merujuk kepada Tim
nyeri intervensi
5. EVALUASI
Evaluasi atau reasesmen dilakukan sesuai dengan derajad nyeri pasien yaitu :
a. Semua pasien dirawat inap dilakukan reasesmen terhadap nyeri minimal tiap 8
jam (saat pergantian shift Perawat ) dan bila diperlukan
b. Satu jam setelah dilakukan tindakan keperawatan distraksi / relaksasi
c. 15- 30 menit setelah pasien mendapatkan therapi analgetik oral dan injeksi
analgetik.
d. 5 menit setelah pemberian nitrat dan obat intra vena pada pasien nyeri jantung
/cardiac
e. Lima menit setelah pasien yang mendapatkan therapi injeksi opioid
6. DOKUMENTASI
a. Asesmen nyeri didokumentasikan pada RM 7A1 dan RM 5 grafik
b. Diagnosa keperawatan nyeri disokumentasikan pada RM 7A1
c. Intervensi nyeri didokumentasikan pada RM 7B 1 dan 7B 2
d. Implementasi nyeri didokumentasikan pada RM 7B
e. Evaluasi nyeri didokumentasikan pada RM terintegrasi
f. Edukasi nyeri pada derajad ringan (1-3) yaitu dilakukan edukasi dengan relaksasi
dan distraksi didokumentasikan pada RM 21 pada kolom perawat/bidan
g. Edukasi nyeri dengan derajad sedang sampai berat dilakukan edukasi oleh dokter
dan didokumentasikan pada RM 21 kolom dokter spesialis/RMO
h. Edukasi nyeri dengan derajad berat dilakukan edukasi oleh tim nyeri intervensi
didokumentasikan pada kolom manajemen nyeri
i. Semua edukasi yang dilakukan didokumentasikan pada Form.NSD.043 (Buku
Registrasi Edukasi Pasien)
BAB VII
GIZI SEIMBANG
1. PENDAHUAN
Pedoman pola menu seimbang yang dikembangkan sejak tahun 1950 dan telah mengakar di
kalangan masyarakat luas adalah Pedoman 4 Sehat 5 Sempurna. Pedoman ini pada tahun 1995
telah dikembangkan menjadi Pedoman Umum Gizi Seimbang yang memuat 13 % dasar gizi
seimbang.
Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali makan atau untuk
sehari. Kata menu bisa diartikan hidangan. Misalnya menu / hidangan makan pagi berupa roti
isi mentega dan pindakas, sari jeruk dan kopi susu. Menu seimbang adalah menu yang terdiri
dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi
kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel -sel tubuh dan proses
kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan.
Kehadiran atau ketidakhadiran suatu zat gizi esensial dapat mempengaruhi ketersediaan,
absorpsi, metabolisme, atau kebutuhan zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan antar zat – zat
gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam menu sehari – hari.
4. Golongan lauk
Lauk sebaiknya terdiri dari campuran lauk hewani dan nabati. Lauk hewani seperti daging,
ayam, ikan, udang, dan telur mengandung protein dengan nilai biologi tinggi daripada lauk
nabati. Daging merah, hati, limpa, kuning telur dan ginjal merupakan zat besi yang mudah
diabsorpsi. Ikan terutama bila dimakan dengan tulangnya merupakan sumber kalsium. Secara
keseluruhan lauk hewani merupakan sumber protein, fosfor, tiamin, niasin, vitamin B6,
vitamin B12, zat besi, seng, magnesium dan selenium.
Kacang – kacangan dalam bentuk kering dan atau hasil olahannya, walaupun mengandung
protein dengan nilai biologi sedikit lebih rendah daripada lauk hewani karena mengandung
lebih sedikit asam amino esensial. Di samping itu kacang – kacangan kaya akan vitamin B,
kalsium, fosfor, zat besi, mangan, seng, tembaga, dan kalium terutama bila diperhitungan
bahwa harganya lebih murah. Kandungan serat yang tinggi dalam kacangan – kacangan
dihubungkan dengan pencegahan penyakit – penyakit jantung koroner, divertikuler,
apendisitis, hemoroid, kankerusus besar, batu empedu dan diabetes mellitus. Disamping itu,
penurunan kadar kolesterol darah dihubungkan dengan kehadiran saponin, susunan asam
amino, jenis karbohidrat dan sterol tumbuh – tumbuhan yang ada dalam kacang – kacangan.
Pengolahan kacang – kacangan menjadi tempe, tahu, susu kedelai dan oncom tidak saja
meningkatkan cita rasa, tetapi juga meningkatkan kecernaan dan ketersediaan zat – zat gizi
bagi tubuh. Suhu panas mengurangi bahan toksik yang ada dalam kacang – kacangan dalam
kacang – kacangan seperti zat penghambat tripsin, sehingga meningkatkan daya cerna protien.
Proses fermentasi seperti yang dilakukan pada pembuatan tempe memberi banyak
keuntungan. Protein lebih mudah dicerna dan diserap, karena sebagian protein terurai menjadi
asam – asam amino. Kadar tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, dan asam
pantotenatmeningkat, serta terbentuk vitamin B12 oleh bakteri – bakteri yang terbawa oleh
lingkungan dalam proses fermentasi. Asam fitat penghambat absorpsi kalsium dan zat besi
yang ada dalam kacang – kacangan dirusak oleh proses fermentasi, sehingga mineral –
mineral ini dapat diserap. Keuntungan lain tempe adalah mengandung antioksidan serta dapat
mencegah / menyembuhkan diare.
Porsi lauk hewani yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 100 – 150
gram atau 4 – 6 potong tempe sehari. Tempe dapat diagantika tahu atau kacang – kacangan
kering lainnya.
5. Golongan sayuran
Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium, dan serat
serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayuran daun berwarna hijau dan sayuran
berwarna jingga / orange seperti wortel dan tomat mengandung lebih banyakprovitamin A
berupa beta karoten daripada sayuran tidak berwarna. Sayuran yang berwarna hijau adalah
bayam, kangkung, daun singkong, daun kacang, daun katuk, dan daun pepaya; semakin hijau
warna daun sayur semakin kaya akan zat – zat gizi. Dianjurkan sayuran dimakan tiap hari
terdiri dari campuran sayuran daun, kacang – kacangan dan sayuran berwarna jingga. Porsi
sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak
150 – 200 gram atau 1 ½ sampai 2 mangkuk sehari.
6. Golongan buah
Buah berwarna kuning seperti mangga, pepaya dan pisang raja kaya akan provitamin A,
sedangkan buah yang asam seperti jeruk, gandaria, jambu biji, dan rambutan kaya vitamin C.
Secara keseluruhan buah merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium dan dan serat.
Buah tidak mengandung natrium, lemak ( kecuali alpokat ) dan kolesterol. Porsi buah yang
dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200 – 300 gram atau 2 – 3 potong
sehari berupa pepaya atau buah lainnya.
8. Lain – lain
Disamping kelima golongan bahan makanan tersebut di atas menu sehari – hari biasanya
mengandung gula dan minyak / kelapa, sebagai penyedap dan memberi rasa gurih. Gula dan
minyak/ kelapa merupakan sumber energi. Gula rata – rata dimakan sebanyak 25 – 35 gram
sehari dalam minuman dan kue – kue, sedangkan minyak sebanyak 25 – 50 gram untuk
menggoreng atau dalam kue – kue atau sebagai santan dan kelapa parut.
BAB VIII
PENUTUP
Buku panduan cara penggunaan obat yang benar disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan
pelayanan penggunaan obat oleh staf RSU Kasih Insani dan tetap terbuka untuk dievaluasi
dan disempurnakan dari waktu ke waktu guna perbaikan yang optimal.
DAFTAR PUSAKA
Soedarmo Poerwo, Prof,1974, Ilmu Gizi, Jakarta, PT Dian Rakyat.
Sedia Oetama Achmad Djaeni, DR, 1987, Ilmu Gizi, Jakarta, PT Dian Rakyat.