951 - Presentasi Deputi MENSESNEG - PPT (Compatibility Mode) PDF
951 - Presentasi Deputi MENSESNEG - PPT (Compatibility Mode) PDF
A. RUU Prolegnas
Ø Penyusunan Rancangan Undang-Undang dilakukan Pemrakarsa
berdasarkan Prolegnas (Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun 2004 Jo.
Perpres 68 Tahun 2005)
Ø RUU disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dimasukkan dalam
daftar Prolegnas dengan disertai pokok materi yang akan diatur dan
keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya (Pasal 12
Perpres 61 Tahun 2005)
Ø Prolegnas dibahas dan ditetapkan bersama oleh Pemerintah (Kementerian
Hukum dan HAM) dan DPR (Badan Legislasi DPR)
ü Prolegnas 5 Tahunan (Contoh: Prolegnas Tahun 2010-2014)
Ø Sesuai arahan Presiden apabila RUU masuk dalam daftar Prolegnas Prioritas
Tahun Berjalan maka sebelum dilakukan pembahasan di intern
kementerian/lembaga, Menteri/Pimpinan LPNK sebagai pemrakarsa harus
melaporkan terlebih dahulu kepada Presiden disertai pokok-pokok isi
RUU (Surat Mensesneg Nomor B-257/M.Sesneg/D-4/03/2010)
B. RUU Non Prolegnas
Ø Dalam keadaan tertentu, Pemrakarsa dapat menyusun Rancangan
Undang-Undang di luar Prolegnas setelah terlebih dahulu mengajukan
permohonan izin prakarsa kepada Presiden (Pasal 17 ayat (3) UU Nomor
10 tahun 2004).
Ø Kriteria keadaan tertentu (Pasal 3 ayat (1) Perpres 68 Tahun 2005):
Menetapkan Perppu menjadi UU
Meratifikasi konvensi atau perjanjian internasional
Melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi
Mengatasi keadaan luar biasa, konflik, atau bencana alam
Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi nasional.
Ø Izin Prakarsa disertai penjelasan mengenai konsepsi pengaturan
Rancangan Undang-Undang yang meliputi :
ü urgensi dan tujuan penyusunan;
ü sasaran yang ingin diwujudkan;
ü pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan
ü jangkauan serta arah pengaturan.
— Mekanisme yang diperlukan untuk mendeteksi dan memastikan sejak dini apakah konsepsi
pengaturan suatu rancangan peraturan peraturan perundang-undangan :
Ø Telah sesuai dan selaras dengan amanat peraturan perundang-undangan yang
memerintahkan
Ø Tidak menyimpang dari konstitusi dan falsafah negara.
Ø Tepat sasaran dan sesuai dengan garis kebijakan Presiden, program pembangunan
prioritas dll
Ø Tidak akan menimbulkan persoalan baik dari sisi yuridis, sosiologis maupun politis
Ø Tidak akan menimbulkan resistensi dari masyarakat.
Ø Telah mempertimbangkan isu-isu krusial yang senantiasa menjadi perhatian/sorotan
publik, antara lain respon terhadap kebutuhan masyarakat, perlindungan HAM, amanat
keadilan, dan nilai luhur yang berkembang dalam masyarakat
• Mendorong kementerian/LPNK mempersiapkan
konsepsi pengaturan peraturan perundang-undangan
secara lebih cermat,hati-hati, terarah, dan
komprehensif
• Kementerian/LPNK memperoleh kepastian yang jelas
mengenai pokok pikiran dan jangkauan pengaturan
peraturan perundang-undangan
• Memastikan bahwa rencana penyusunan pengaturan
peraturan perundang-undangan tidak kontraproduktif
tetapi selaras dengan dan mendukung program
kebijakan Pemerintah
• Mencegah timbulnya misinformasi dan misintepretasi
publik terhadap rencana kebijakan pemerintah
Proses di Sekretariat Negara
A. Rancangan Undang-Undang
¢ RUU yang telah mendapat persetujuan bersama DPR dengan
Presiden, oleh Ketua DPR disampaikan dengan surat kepada
Presiden melalui Sekretariat Negara.
¢ Sekretariat Negara melakukan penelitian terhadap RUU
tersebut dari segi teknis penulisan.
¢ Apabila tidak ditemukan masalah maka dituangkan di atas
kertas kop Presiden dan diajukan kepada Presiden untuk
disahkan.
¢ Setelah mendapat pengesahan Presiden, dilakukan
pengundangan UU dalam Lembaran Negara.
¢ Distribusi UU
B. Rancangan Peraturan Pemerintah
1. RPP hasil harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM diajukan
oleh menteri/pimpinan lembaga kepada Presiden melalui
Sekretariat Negara.
2. Sekretariat Negara melakukan penelitian terhadap RPP tersebut
baik dari segi substantif maupun dari segi teknis penulisan.
3. Apabila tidak ditemukan masalah maka dituangkan di atas kertas
kop Presiden dan dan sesuai arahan Presiden dimintakan Paraf
pada tiap lembarnya kepada Menteri Terkait.
4. RPP yang telah dibubuhi paraf oleh Menteri terkait disampaikan
kembali kepada Sekretariat Negara dan selanjutnya oleh Menteri
Sekretaris Negara diajukan kepada Presiden untuk ditetapkan.
5. Setelah mendapat penetapan Presiden, dilakukan pengundangan
PP dalam Lembaran Negara.
6. Distribusi PP
SURAT PRESIDEN
Naskah RUU
PRESIDEN
DPR
SEKRETARIAT
NEGARA
SURAT
PRESIDEN
PENUNJUKAN
MENTERI
DPR DPR
PRESIDEN
KEM/
SETNEG KEM.
LPNK
HUKUM
PENELITIAN
& HAM
SUBSTANSI
/
KEM/
LPNK
KEM/
LPNK
Izin
persetujuan
KEM/
LPNK
PRESIDEN
KEM
KEM KUMHAM
PEMRA 2SETNEG SETNEG
KARSA KEMENTERIAN
PEMRAKARSA
HARMONISASI
KEM/
LPNK
SETNEG
DPR PENOMORAN
OLEH
PRESIDEN SEKRETARIAT
3
PENGUNDANGAN
NEGARA OLEH MENTERI
HUKUM DAN KEM /
HAM LPNK