Anda di halaman 1dari 8

Hubungan kepadatan tungau debu rumah dengan derajat rinitis alergi

1
Billy G. Mantu
2
Greta J. Wahongan
2
Janno B. Bernadus

1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Parasitologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: billymantu@gmail.com

Abstract: Alergic Rhinitis (AR)is a global health burden and a big problem that can cause disability all
over the world. AR prevalence in Asia today has increase approximately 45%, and occurs in poorest and
develop country. House Dust Mite (HDM) can cause AR. Thats because HDM is prime allergen that live
in dust and grow optimaly in 25-30C with humidty above 60%. 100-500 HDM expose is a risk factor for
development allergic reaction. This study aimed to know the relationship between the density of HDM
with the degree of AR. This was an observational-analitic study with a cross-sectional design. The results
showed that the average of HDM in bedroom is 192, and 376 in lounge. There were 17 people that affect
AR Intermittent and 13 people that affect AR persistent. For mild symptoms there are 25 people and for
moderat-severe symptoms there are 5 people. Conclusion:There is no relationship about density of HDM
with the degree of AR.
Keywords: House Dust Mite, Allergic Rhinitis

Abstrak: Rinitis alergi merupakan masalah kesehatan global dan merupakan masalah besar yang dapat
menyebabkan disabilitas di seluruh dunia Prevalensi rinitis alergi di Asia terakhir mengalami peningkatan
yaitu sekitar 45% dan paling banyak di negara miskin dan berkembang.Salah satu penyebab rinitis alergi
adalah Tungau Debu Rumah (TDR). Hal tersebut karena TDR merupakan alergen utama yang terdapat
pada debu rumah yang ada dimana-mana, dan berkembang di tempat tidur, bantal, karpet, perabot rumah
tangga dengan suhu 25C-30C, dan kelembaban tinggi >60%.Pajanan tungau sebanyak 100-500 tungau
per gram atau 10 mg Der p 1 per gram debu merupakan faktor risiko terjadinya reaksi alergi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepadatan tungau debu rumah dengan derajat rinitis
alergi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional-analitik dengan pendekatan cross sectional
untuk mengetahui hubungan kepadatan tungau debu rumah dengan derajat rinitis alergi. Hasil penelitian
memperlihatkan rata-rata jumlah kepadatan TDR di kasur sebanyak 192 tungau per gram debu., di sofa
sebanyak 376 tungau per gram debu. Untuk derajat rinitis alergi yaitu Intermittent adalah sebanyak 17
orang responden (56,67%) dan Persistent sebanyak 13 orang responden (43,33%). Sedangkan untuk berat
gejalanya yaitu ringan adalah sebanyak 25 orang responden (83,33%), sedang-berat adalah sebanyak lima
orang responden (16,67%). Simpulan:Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan
kepadatan tungau debu rumah dengan derajat rinitis alergi.
Kata kunci: Tungau Debu Rumah, Rinitis Alergi

Rinitis alergi merupakan masalah tiga tanda kardinal yaitu bersin-bersin,


kesehatan global dan merupakan masalah hidung tersumbat, dan rinore/hidung
besar yang dapat menyebabkan disabilitas berair. Reaksi ini timbul akibat paparan
di seluruh dunia. Prevalensi rinitis alergi di terhadap bahan yang pada umumnya tidak
Asia terakhir mengalami peningkatan yaitu berbahaya dan banyak ditemukan dalam
sekitar 45% dan paling banyak di negara lingkungan yang biasa disebut sebagai
miskin dan berkembang. Rinitis alergi alergen.1,2
adalah peradangan mukosa hidung yang Debu rumah bagi sekelompok orang
diperantarai oleh IgE yang diinduksi tertentu merupakan komponen alergen
setelah terekspos alergen dan ditandai oleh inhalan yang penting karena berperan
terhadap timbulnya berbagai reaksi alergi. dibuat oleh WAO (World Allergy
Di dalam debu rumah terdapat Tungau Organisation) ARIA (Allergic Rhinitis and
Debu Rumah (TDR) yang merupakan Its Impact on Asthma) yaitu dari lama
faktor risiko signifikan terjadinya alergi di gejala dibagi dua, yaitu Intermittent atau
banyak negara.2-4 dibawah empat hari perminggu atau
Bagian tubuh TDR yang biasa dibawah satu bulan dan Persistent atau
menjadi alergen yaitu kutikula, organ diatas empat hari perminggu dan diatas sat
seksual, saluran pencernaan, TDR yang bulan. Dari berat gejala dibagi dua juga
sudah mati serta tinjanya yang merupakan yaitu ringan jika gejala tidak mengganggu
alergen potensial.5 Antigen yang berasal tidur, aktivitas, olahraga, rekreasi, bekerja,
dari tubuh TDR masuk ke dalam tubuh belajar dan tidak ada gejala yang sangat
manusia melalui penetrasi kulit, sedangkan mengganggu dan sedang sampai berat jika
yang berasal dari faeces masuk ke tubuh terdapat satu atau lebih gejala diatas. 1,7
manusia melalui inhalasi.
Morfologi tubuh TDR pada Patogenesis Alergi dan Rinitis Alergi
umumnya berbentuk bulat atau oval Reaksi alergi terdiri dari 2 fase, yaitu
dimana kepala, thorax, dan abdomennya reaksi alergi fase cepat (RAFC) yang
menyatu. Permukaan tubuhnya tampak berlangsung sejak kontak dengan alergen
transparan dengan garis-garis berlekuk sampai 1 jam setelah kontak dan reaksi
dalam yang tampak baik dari sisi ventral alergi fase lambat (RAFL) yang
maupun dorsal. Tubuhnya juga memiliki berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8
rambutrambut panjang yang disebut setae jam (fase hiper-reaktivitas) setelah terpapar
yang muncul dari tepi luar tubuhnya. alergen dan dapat berlangsung sampai 24
Ukuran tubuh TDR bervariasi, berkisar 48 jam. Dalam patogenesisnya, reaksi
antara 0,2-0,3 mm. TDR bersifat ovipar. alergi dibedakan dalam dua fase yaitu fase
Dalam perkembangannnya TDR melalui sensitisasi dan elisitasi yang terdiri atas
empat tahapan yaitu telur, larva, nympha, tahap aktivasi dan tahap efektor.6
dan bentuk dewasa.4
Kepadatan TDR merupakan jumlah Fase Sensitisasi
TDR yang terdapat dalam satu gram debu. Semua mukosa hidung manusia
Pajanan tungau sebanyak 100-500 tungau terpapar oleh berbagai partikel, seperti
per gram atau 10 mg Der p 1 per gram tepung sari, debu, serpihan kulit binatang,
debu merupakan faktor risiko terjadinya dan protein lain yang terhirup bersama
reaksi alergi. Pajanan lama dengan 500 inhalasi udara napas. Sel dendritik
tungau per gram debu atau lebih merupakan antigen presenting cell (APC)
mengakibatkan terjadinya respons antibodi di paru-paru dan berperan penting pada
IgE.6 respon imun alergen inhalan seperti tungau
debu rumah. Pada kontak pertama dengan
Definisi Dan Etiologi Rinitis Alergi alergen, makrofag atau sel dendritik yang
Rinitis alergi adalah inflamasi IgE berperan sebagai APC akan menangkap
spesifik mukosa hidung setelah terpapar aeroalergen yang menempel di permukaan
dengan alergen yang ditandai dengan tiga mukosa hidung. Alergen yang terdeposit
tanda kardinal yaitu bersin-bersin, hidung pada mukosa hidung tersebut kemudian
tersumbat, dan rinore/hidung berair. diproses oleh makrofag/ sel dendritik yang
Penyebabnya sendiri dapat diakibatkan berfungsi sebagai fagosit dan APC menjadi
oleh bulu binatang, serbuk sari, kecoa, peptida pendek yang terdiri atas 7-14 asam
jamur dan yang paling sering adalah debu. amino yang berikatan dengan tempat
1,4
pengenalan antigen dari komplek MHC
Klasifikasi Rinitis Alergi (major histocompatibility complex) kelas
Klasifikasi terbaru rinitis alergi telah II. APC ini akan mengalami migrasi ke
adenoid, tonsil atau limfonodi yang mengaktifkan enzim fosfolipase C untuk
kemudian dipresentasikan pada sel Th naif mengkatalisis fosfatidil inositol bifosfat
(Th0).6,8 (PIP2) menjadi inositol trifosfate (IP3) dan
Pada penderita atopi, reseptor sel T diasilgliserol (DAG) pada membran PIP2.
(TCR) pada limfosit Th0 bersama molekul Inositol trifosfat (IP3) menyebabkan
CD4 dapat mengenali peptida yang pelepasan ion kalsium intrasel (Ca++) dari
disajikan oleh sel penyaji antigen tersebut. retikulum endoplasma. Ion Ca++ dalam
APC melepas sitokin, seperti IL-1, yang sitoplasma langsung mengaktifkan
akan mengaktifkan Th0 untuk beberapa enzim, seperti fosfolipase-A dan
berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 komplek Ca++-kalmodulin yang
menghasilkan berbagai sitokin, seperti IL- mengaktifkan enzim myosin light chain
3, IL-4, IL-5, dan IL-13. Produksi sitokin kinase. Selanjutnya, Ca++ dan DAG
berlebihan oleh TH2 di paru-paru bersama-sama dengan membran fosfolipid
merupakan salah satu penyebab timbulnya mengaktifkan protein kinase C. Sebagai
asma.6,9 hasil akhir aktivasi ini adalah terbentuknya
Paparan alergen dosis rendah terus- mediator lipid yang tergolong dalam newly
menerus pada seseorang yang mempunyai formed mediators, seperti prostaglandin D2
bakat alergi (atopi) dan presentasi alergen (PGD2) leukotrien C4 (LTC-4), platelet
oleh sel-sel dari APC pada sel B disertai activating factors (PAF), dan eksositosis
pengaruh sitokin IL-4 dan IL-13 yang granula sel mast yang berisi mediator
diikat oleh reseptornya di permukaan sel kimia yang disebut sebagai preformed
limfosit B, memicu sel limfosit B menjadi mediator seperti histamin, triptase, dan
aktif dan akan memproduksi IgE yang bradikinin. Penelitian oleh Post dkk
terus bertambah jumlahnya. IgE spesifik menunjukkan bahwa tungau debu rumah
tersebut berikatan di permukaan sel mast dapat menjadi salah satu penyebab
dan memiliki peran penting dalam timbulnya sinyal kalsium pada sel epitel
timbulnya reaksi alergi akut. Sel mast bronkial dan berperan dalam produksi
kemudian masuk ke venula postkapiler di mediator kimiawi.6,11
mukosa yang kemudian keluar dari Histamin memiliki efek langsung
sirkulasi dan berada dalam jaringan, pada endotel, yaitu meningkatkan
termasuk di mukosa dan sub-mukosa permeabilitas kapiler yang menyebabkan
hidung. Dalam keadaan ini, seseorang proses transudasi yang memperberat gejala
dikatakan dalam keadaan sensitif atau rinore. Ikatan histamin pada reseptor saraf
sudah tersensitisasi, serta memberikan nosiseptif tipe C pada mukosa hidung yang
hasil positif pada uji kulit.6,10 berasal dari N.V menyebabkan rasa gatal
di hidung dan merangsang timbulnya
Fase Elisitasi serangan bersin. Efek histamin pada
Tahap Aktivasi kelenjar karena aktivasi refleks
Pada penderita yang sudah parasimpatis mempunyai efek
mengalami sensitisasi, jika terpapar ulang meningkatkan sekresi kelenjar yang
dengan alergen serupa dengan paparan menyebabkan gejala rinore yang serous,
alergen sebelumnya pada mukosa hidung, Selain itu, juga menyebabkan gejala
dapat terjadi ikatan/bridging antara dua hidung tersumbat karena menyebabkan
molekul IgE yang berdekatan pada vasodilatasi pembuluh darah sehingga
permukaan sel mast/basofil dengan alergen terjadi transudasi ke interstisial yang
yang polivalen tersebut (cross-linking). mengakibatkan mukosa hidung, terutama
Interaksi antara IgE yang terikat pada konka, menjadi edema. Gejala yang segera
permukaan sel mast atau basofil dengan timbul setelah paparan alergen disebut
alergen yang sama tersebut memicu reaksi fase cepat atau reaksi fase segera
aktivasi guanosin trifosfat (GTP) yang (RFS). Histamin yang sudah dibebaskan
dari sel mast akan dimetabolisme oleh kematian sel, inaktivasi saraf mukosa, dan
histamine N-methyl transferase (HMT) kerusakan sel karena radikal bebas.6
pada sel epitel ataupun pada endotel.6
Alergen Tungau Debu Rumah
Tahap Efektor Bagian tubuh TDR yang bisa
Setelah reaksi fase aktivasi, dengan menjadi alergen yaitu kutikula, organ
adanya pelepasan sitokin dan aktivasi seksual, saluran pencernaan dan TDR yang
endotel, terjadi reaksi fase lambat. Reaksi sudah mati serta tinjanya yang merupakan
fase lambat (RFL) terjadi pada sebagian allergen potensial. Antigen pada D.
penderita (30-35%) rinitis alergi antara 4-6 pteronyssinus terutama di saluran cerna
jam setelah paparan alergen dan menetap dan kutikula. Makanan yang masuk ke
selama 24-48 jam. Gambaran khas RFL usus diekskresikan sebagai antigen yang
adalah tertariknya berbagai macam sel kuat. Dalam masa 3 bulan kehidupannya,
inflamasi, khususnya eosinofil ke lokasi tungau diperkirakan menghasilkan 2000
reaksi alergi yang merupakan sel efektor partikel tinja, 50 telur, dan 4 kutikula,
mayor pada reaksi alergi kronik, seperti sehingga secara tidak langsung
rinitis alergi dan asma bronkhial. memperlihatkan bahwa >95% alergen
Perjalanan eosinofil dari sirkulasi darah tungau berasal dari partikel tinja. 5,6
sampai ke jaringan/lokasi alergi TDR merupakan organisme yang
dipengaruhi faktor kemotaktik, melalui kompleks dan memiliki banyak variasi
beberapa tahap seperti migrasi protein yang dapat merangsang antibody
(perpindahan) eosinofil dari tengah ke tepi IgE pada individu yang poten. Salah satu
dinding pembuluh darah dan mulai dari alergen tersebut disebut Der p 1 dan
berikatan secara reversibel dengan endotel Der f 1. Der p 1 merupakan protease sistein
yang mengalami inflamasi (rolling), diikuti yang memiliki aktivitas enzimatik yang
perlekatan pada dinding pembuluh darah berhubungan dengan sensitisasi alergi.
yang diperantarai oleh interaksi molekul Alergen tersebut mempunyai berat molekul
adhesi endotel, seperti intercell adhesion (BM) 24 kilodalton (kd). Der p 1
molecule1 (ICAM-1) dan vascular cell mempengaruhi aktivitas sistein protease,
adhesion molecule-1 (VCAM-1) yang sehingga menyebabkan deskuamasi sel-sel
bersifat spesifik terhadap perlekatan sel epitel, lepasnya sitokin oleh sel epitel, dan
eosinofil karena sel eosinofil membawa alergen melewati lapisan epitel.
6,12
mengekpresikan VLA-4 yang akan
berikatan dengan VCAM-1. ICAM-1 juga Alergen kedua (Der p II, Der f II)
diekspresikan oleh sel epitel mukosa berasal dari badan tungau yang mempunyai
hidung penderita rinitis alergi yang BM 15 kd, diameternya 250 m. Alergen
terpapar alergen spesifik terus-menerus tersebut lebih stabil pada suhu panas. Der p
dan menjadi dasar konsep adanya minimal 2 sangat sedikit berpengaruh pada aktivitas
persistent inflamation (MPI) yang terlihat protease, tetapi dapat berikatan dengan Ig
pada rinitis alergi terhadap tungau debu E. Der p 2 dapat menginduksi imunitas
rumah (TDR) dalam keadaan bebas gejala. Th2 dengan mengaktifkan TLR4 yang
Sel eosinofi l mukosa hidung berperan diekspresikan oleh sel epitel bronkial. 6,13
penting pada perubahan patofisiologis Alergen lainnya pada TDR yang lain
penderita alergi, karena mengandung yaitu alergen III (Der f III) dengan BM 30
berbagai mediator kimia, seperti major kd dan mempunyai struktur kimia sama
basic protein (MBP), eosinophile cationic dengan tripsin, sedangkan alergen IV
protein (ECP), eosinophile derived mempunyai BM 60 kd dengan struktur
neurotoxin (EDN), dan eosinophile kimia sama dengan amilase. TDR
peroxidase (EPO) yang menyebabkan mengandung alergen dari feses lebih dari
desagregasi dan deskuamasi epitel, 200 kali berat tubuhnya. Pajanan tungau
sebanyak 100-500 tungau per gram atau 10 Karena Der p 2 meniru fungsi MD2,
mg Der p 1 per gram debu merupakan akibatnya Der p 2 menampilkan adjuvan
faktor risiko terjadinya asma. Pajanan lama yang penting dalam respons alergi TDR.
dengan 500 tungau per gram debu atau Penelitian lain menunjukkan bahwa Der p
lebih mengakibatkan terjadinya respons 2 merangsang sel-sel otot polos saluran
antibodi IgE dan asma.6 pernapasan melalui mekanisme TLR 4-
independent.6
Peranan Tungau Debu Rumah Dalam Penelitian oleh Sundaru26
Proses Terjadinya Rinitis Alergi menunjukkan bahwa paparan TDR
Alergen kelompok 1 TDR protease menimbulkan sensitisasi asma pada 77%
sistein dan aktivitas proteasenya responden yang diteliti. Di negara tertentu
berkontribusi dalam timbulnya alergi. seperti Korea, TDR merupakan alergen
Kemampuan proteolitik dari Derp 1 dan inhalan yang paling penting dan memiliki
Derf 1 menyebabkan kerusakan tight tingkat paparan yang signifikan. Lebih dari
junction pada kelompok protein 31 alergen merupakan hasil ekstraksi dari
transmembran okludin dan claudin dan TDR. Hal ini menunjukkan TDR
melekat pada reseptor CD23 dan CD25. merupakan salah satu penyebab penting
Hal tersebut akibatnya menyebabkan timbulnya alergi.17
pertahanan epitel bocor dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kontak alergen METODE PENELITIAN
dengan sel penyaji antigen. Kerusakan Penelitian ini termasuk jenis
tersebut juga menyebabkan timbulnya penelitian observasional-analitik dengan
respon sel Th2 dan pelepasan sitokin pro- pendekatan cross sectional untuk
inflamasi dari sel epitel bronkial, sel mast, mengetahui hubungan antara kepadatan
dan basofil. Hal ini menyebabkan tungau debu rumah dengan derajat rinitis
timbulnya sintesis antibody IgE dan alergi.Penelitian dilaksanakan pada bulan
inflamasi di epitel paru yang dapat Oktober 2015-Januari 2016.Sampel
berperan dalam timbulnya asma.14,15 diambil dengan menggunakan teknik
Mekanisme yang jelas tentang purposive sampling. Penentuan besarnya
bagaimana alergen Der p 2 mempengaruhi sampel ditentukan dengan menggunakan
sel Th2 masih belum pasti sampai rumus komparatif analitik numerik tidak
sekarang. Beberapa penelitian berpasangan yang didapati hasil sebanyak
menunjukkan bahwa Der p 2 strukturnya 30 sampel.
homolog dengan MD2 (lipid binding
kofaktor TLR4), sehingga membentuk HASIL PENELITIAN
inflamasi saluran napas melalui Dari hasil analisis deskriptif
mekanisme toll like receptor-4 (TLR4). menunjukkan bahwa rata-rata usia
Der p 2 yang dimurnikan dari TDR responden adalah 32,77 tahun dengan usia
mengandung sedikit lipopolisakarida (LPS) termuda 4 tahun dan tertua 64 tahun. Rata-
dan dapat mengaktivasi TLR4 yang tidak rata jumlah penghuni rumah adalah 5,33
mengandung MD2, jadi dalam hal ini LPS- orang dengan jumlah penghuni terendah 1
Der p 2 mungkin mirip dengan LPS-MD2 orang dan tertinggi 10 orang. Rata-rata
dalam mengaktivasi TLR4. Rekombinan jumlah penghuni yang tidur di kasur
Der p 2 yang tidak memiliki LPS tidak sampel adalah 2 orang dengan jumlah
mengaktifkan jalur tersebut. Sensitisasi penghuni terendah 1 orang dan tertinggi 4
saluran napas oleh Der p 2 (0,1 g) dalam orang. Rata-rata kepadatan kasur dan sofa
kondisi rendah paparan LPS (0,026 pg) masing-masing adalah 192,23 dan 376,03,
dapat menyebabkan toleransi pada mencit kepadatan tertinggi masing-masing
wild type dan mencit defisit MD, tetapi berjumlah 1138 dan 2003, sedangkan
tidak terjadi pada mencit defisit TLR4. kepadatan terendah keduanya sama-sama
berjumlah nol. sampel terkecil (10%). Jumlah maksimum
kepadatan TDR yang ditemukan pada sofa
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan sampel adalah sebanyak 2003 tungau per
jenis kelamin. gram debu, sedangkan jumlah
Jenis minimumnya sebanyak nol tungau per
N %
Kelamin gram debu dengan rata-rata jumlah
Laki-laki 9 30 kepadatan TDR yang ditemukan di sofa
Perempuan 21 70 sampel adalah sebanyak 376 tungau per
gram debu.
Total 30 100 Dari hasil penelitian diatas
didapatkan hasil derajat rinitis alergi untuk
Dari hasil penelitian menunjukkan lama berlangsungnya yaitu Intermittent
bahwa jumlah responden laki-laki adalah adalah sebanyak 17 orang responden
sembilan orang (30%) dan lebih sedikit (56,67%) dan Persistent sebanyak 13
jauh dari jumlah responden perempuan orang responden (43,33%). Sedangkan
yaitu 21 orang (70%). untuk berat gejalanya yaitu ringan adalah
Hasil penelitian selanjutnya sebanyak 25 orang responden (83,33%),
didapatkan berat debu kasur rata-rata 0,118 sedang-berat adalah sebanyak lima orang
gram, sofa 0,242 gram, dengan berat responden (16,67%).
minimum 0,060 gram dan berat maksimum
1,020 gram. BAHASAN
Untuk jumlah kisaran tungau pada Usia Subjek Penelitian
kasur didapatkan data sebanyak 0-180 Dari hasil penelitian dapat kita lihat bahwa
tungau berada pada 30 sampel (100%), usia subjek berkisar antara 4-64 tahun
sedangkan untuk jumlah tungau 181-360 dengan rata-rata mur 33 tahun. Hal ini
dan 361-550 tungau adalah sebanyak nol berbeda dengan penelitian sebelumnya
sampel (0%). Jumlah maksimum TDR yang dibuat oleh Hadi dkk18 yang
yang didapatkan pada kasur adalah 109. menggunakan kriteria sampel dibawah
Jumlah minimum adalah nol tungau remaja awal dengan rata-rata 7 tahun
dengan rata-rata 16,23 tungau. dengan total sampel sebanyak 41
Dari hasil penelitian didapatkan responden.
kepadatan TDR pada kasur paling banyak
adalah dibawah 600 tungau per gram debu Kepadatan Tungau dalam Penelitian
(90%), diikuti kepadatan TDR 600-1200 Kepadatan tungau pada kasur berkisar
tungau (10%) dan kepadatan TDR paling antara 0-1138 tungau per gram dengan
sedikit adalah diatas 1200 tungau per gram rata-rata 192 tungau per gram. Kepadatan
debu (0%). Jumlah maksimum kepadatan sofa berkisar antara 0-2003 tungau per
TDR yang ditemukan pada kasur sampel gram dengan kepadatan rata-rata sebanyak
per gram debu adalah sebanyak 1138 376 tungau per gram dengan kepadatan
tungau, sedangkan jumlah minimum tertinggi didapati pada sofa. Hal ini
kepadatan TDR yang ditemukan adalah berbeda dengan penelitian sebelumnya
sebanyak nol tungau dengan rata-rata yang dilakukan oleh Walangare dkk5 yang
jumlah kepadatan TDR yang ditemukan di mendapati kepadatan tungau pada kasur
kasur sampel sebanyak 192 tungau per dan sofa masing-masing sebanyak 16 dan
gram debu. Untuk sofa, kepadatan TDR 20 tungau per gram dengan kepadatan
paling banyak adalah dibawah 600 tungau tertinggi pada kasur tetapi didukung oleh
per gram debu (76,67%), diikuti kepadatan El-Nadia19 yang mengatakan dalam satu
600-1200 tungau per gram debu (13,33%) gram debu terdapat sekitar 1000 tungau
dan kepadatan diatas 1200 tungau per gram dan Nadchatram20 yang mengatakan bahwa
debu merupakan kepadatan dengan jumlah dalam satu gram debu terdapat 10.000
TDR. Hal ini disebabkan karena perbedaan kepadatan TDR dengan serangan rinitis
kekuatan vaccum cleaner yang digunakan alergi. Hal ini dapat diselidiki lebih lanjut
dan cara pengambilan sampel dimana dengan pemeriksaan sistem imun tiap
kekuatan vaccum cleaner peneliti sebesar individu yang sayangnya tidak dilakukan
800 watt sedangkan kekuatan vaccum peneliti dan menjadi salah satu kelemahan
cleaner milik walangare sebesar 400 watt dari penelitian ini. Hal ini dapat
ditambah dengan cara pengambilan sampel menjelaskan kenapa kepadatan TDR tidak
peneliti yang mengambil sampel lebih memiliki hubungan yang bermakna dengan
lama di tempat-tempat yang terlipat dan derajat rinitis alergi. 6,10
sulit dijangkau dimana banyak terdapat
tungau yang bersembunyi. SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan
Jumlah dan Kepadatan TDR terhadap para responden di kota Manado,
Kepadatan tungau terbanyak terdapat pada maka dapat disimpulkan:
sofa dibandingkan dengan kasur. Ini 1. Jumlah TDR dan debu terbanyak yang
disebabkan karena pada rumah yang ditemukan dalam penelitian terdapat
didapati, faktor kebersihannya sangat pada bagian sofa sampel.
jarang diperhatikan. Seperti jarang 2. Jumlah TDR terbanyak yang
membersihkan sofa, sering makan di sofa, ditemukan pada kasur dan sofa
tidak pernah membersihkan sisa makanan masing-masing berada pada kisaran
di sofa dan lain-lain. Ditambah lagi dengan suhu 28-30C dan 31-33C.
faktor orang yang sering berkunjung dan 3. Jumlah TDR terbanyak yang
duduk di sofa seperti yang dijelaskan ditemukan pada kasur dan sofa
diatas, serta berat debu yang didapati lebih masing-masing berada pada kisaran
banyak ditemukan di sofa, maka hal ini kelembaban 71-80%.
dapat menyebabkan jumlah dan kepadatan 4. Tidak terdapat hubungan yang
tungau meningkat. 5,21 bermakna antara hubungan kepadatan
tungau debu rumah dengan derajat
Derajat Penyakit Rinitis Alergi dan rinitis alergi.
Hubungannya dengan Kepadatan TDR
Pada hasil penelitian dapat kita lihat bahwa DAFTAR PUSTAKA
derajat penyakit rinitis alergi responden 1. Pawankar R, Bunnag C, Khaltaev N,
kebanyakan didapati dengan derajat ringan. Bousquet J. Allergic Rinitis and Its
Begitupun dengan hasil analisis hubungan Impact on Asthma in Asia Pacific and
kepadatan TDR dengan derajat rinitis the ARIA Update 2008. WAO journal.
alergi yang didapati tidak terdapat 2012;212-7.
hubungan yang bermakna. Kedua hal ini 2. Wistiani, Notoatmojo H. Hubungan
saling menunjang karena kepadatan TDR pajanan alergen terhadap kejadian
dengan derajat rinitis alergi tidak alergi pada anak. Sari Pediatri.
berhubungan sehingga meskipun banyak 2011;13(3):185-90.
tungau yang ditemukan tetapi kebanyakan 3. Paramita OD, Harsoyo N, Setiawan H.
responden hanya menderita rinitis dengan Hubungan asma, rinitis
derajat ringan. Hal ini dikarenakan sistem alergik,dermatitis atopik dengan IgE
imun pada tiap individu yang atopi bersifat spesifik anak usia 6-7 tahun. Sari
sangat kompleks dan subjektif, sehingga Pediatri. 2013;14:391-7.
didapati derajat sensitisasi yang berbeda- 4. Yudopranoto K. Perbandingan populasi
beda pada tiap individu. Penelitian ini tungau debu rumah pada kasur kapuk
ditunjang juga dengan hasil penelitian dari dan non kapuk di perumahan pjka
Xing dkk22 yang menyatakan bahwa tidak kelurahan randusari semarang selatan
terdapat hubungan yang bermakna antara jawa tengah. [skripsi]. Semarang:
Universitas Diponegoro; 2006. and IL-33. J. Exp Med.
5. Walangare KR, Tuda JSB, Runtuwene 2012;209:1505-17.
J. Tungau debu rumah di kelurahan 14. Chruszcz M, Poms A, Glesner J,
taas kecamatan tikala kota manado. Vailes LD, Osinski T, Porebski PJ, et
Jurnal e-Biomedik (eBM). 2013;1: al. Molecular determinants for antibody
439-44. binding on group 1 house dust mite
6. Natalia D. Peranan alergen tungau allergens. J Biol Chem.
debu rumah (der p 1 dan der p 2) dalam 2012;287(10):738898.
reaksi alergi. CDK-227. 2015;42:251- 15. Newton GK, Perrior TR, Jenkins K,
5. Major MR, Key RE, Stewart MR, et
7. Irianto K. Parasitologi medis. Edisi ke- al. The discovery of potent, selective,
2. Bandung: Alfabeta Bandung; 2010. and reversible inhibitors of the house
h. 251-2. dust mite peptidase allergen der p 1: an
8. Plantinga M, Guilliams M, innovative approach to the treatment of
Vanheerswynghels M, Deswarte K, allergic asthma. J Med Chem.
Madeira F-B, Toussaint W, et al. 2014;57:944762.
Conventional and monocyte-derived cd 16. Sundaru H. House dust mite allergen
11b+ dendritic cells initiate and level and allergen sensitization as risk
maintain t helper 2 cell-mediated factors for asthma among student in
immunity to house dust mite allergen. central Jakarta. Med J Indones.
Immunity. 2013;38:322-35. 2006;15:55-9.
9. Halim TYF, Krau RH, Sun AC, Takei 17. Jeong KY, Park JW, Hong CS. House
F. Lung natural helper cells are a dust mite allergy in korea: the most
critical source of Th2 cell-type important inhalant allergen in current
cytokines in protease allergen-induced and future. Allergy Asthma Immunol
airway inflammation. Immunity. Res. 2012;4(6):313-25.
2012;36:451-63. 18. Hadi S. Hubungan kepadatan tungau
10. Galli SJ, Tsai M. IgE and mast cells in debu rumah dengan derajat penyakit
allergic disease. Nat Med. dermatitis atopik. [Tesis]. Semarang:
2013;18(5):693-704. Universitas Diponegoro; 2002.
11. Post S, Nawijn MC, Jonker MR, 19. EL-Dib NA. House dust mites what
Kliphuis N, Berge MVD, Oosterhout might a mite do ? EOLSS. 2002;2:1,7.
AJMV, et al. House dust mite-induced 20. Nadchatram M. House dust mites, our
calcium signaling instigates epithelial intimate associates. Tropical
barrier dysfunction and CCL20 Biomedicine. 2005;22(1): 23-37.
production. Allergy. 2013;68:1117-25. 21. Ponggalunggu B, Pijoh V, Wahongan
12. Henriquez OA, Beste KD, Hoddeson GJP. Jenis dan kepadatan tungau debu
EK, Parkos CA, Nusrat A, Wise SK. rumah pada beberapa habitat di rumah
House dust mite der p 1 effects on penderita penyakit alergi. Jurnal e-
sinonasal epithelial tight junctions. Int Biomedik (eBm). 2015;3:254-60.
Forum Allergy Rhinol. 2013;3(8): 630- 22. Xing Z, Li J, Wang M, Wang G, An S,
5. Yu D. The relationship between the
13. Willart MAM, Deswarte K, Pouliot P, density of house dust mite allergens in
Braun H, Beyaert R, Lambrecht BN, et bedroom and the attacks of allergic
al. Interleukin-1 controls allergic rhinitis. Journal of Clinical
sensitization to inhaled house dust mite Otorhinolaryngology. 2003;17(9):547-
via the epithelial release of GM-CSF 9.

Anda mungkin juga menyukai