Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

RHENITIS ALERGI

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Dimas Dewa Darma, M.Tr.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 9

1. WINDA DWI APRILIA 202201066


2. FEBRI HALIMAH 202201062
3. DENI ANGGRAYNI 202201067
4. DESTI PUTRI ZELLA 202201047

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI

BENGKULU TAHUNAJARAN 2024/2025


BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Rinitis di definisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang di tandai dengan
gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut:bersin,hidung tersumbat,
hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat.Rinitis alergi
merupakan penyebab tersering daririnitis.

Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi peradangan yang
di perantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung cair, bersin-bersin,
dangatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili permasalahan kesehatan dunia
mengenaisekitar 10 – 25% populasi dunia, dengan peningkatan prevalensi selama dekade
terakhir.Rinitis alergi merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan diperkirakan
mempengaruhi 40% anak-anak. Sebagai konsekuensinya,rinitis alergi berpengaruh pada
kualitas hidup,bersama-sama dengan komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-
ekonomi, rhinitis alergi dianggap sebagai gangguan pernafasan utama.Tingkat keparahan
rhinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup
seseorang. Diagnosis rinitis alergi melibatkan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang cermat,
lokal dan sistemik khususnya saluran nafas bawah.

BAB 2
PEMBAHASAN

1.Definisi rhinitis alergi


Rhinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan
di perkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat(hipersensitiveI). Rhinitis adalah suatu
inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ). Rhinitis adalah
peradangan selaput lender hidung. ( Dorland,2002)

Sedangkan menurut WHO ARIA 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rhinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang di
perantari olehIgE.

2.Etiologi

Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang
secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas memiliki
peran penting. Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak semuanya . Peran
lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan,
terpapar dan merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki kecenderungan
alergi.Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama
udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur,serbuk
sari, dan lain-lain. Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh duatah
apsensitisasi yangdiikuti oleh reaksi alergi.Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu: Immediate
Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1jam setelahnya
Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hinggaempat jam dengan
puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24jam.

A.Berdasarkan cara masuk nya alerrgen dibagi atas:


a. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, missal nya
debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
b. Alergen Ingestan, yang masuk kesaluran cerna,berupa makanan,misalnya susu,
telur,coklat, ikan danudang
c. Alergen Injektan,yang masuk melalui suntikan atau tusukan,misalnya penisilin atau
sengatan lebah
d. Alergen Kontaktan,yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringa
nmukosa,misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

B. Dengan masuk nya allergen kedalam tubuh,reaksi alergi di bagi menjadi tiga tahap
besar:
a.Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen,reaksi non spesifik\
b.Respon Sekunder,reaksi yang terjadi spesifik,yang membangkitkan system humoral, system
selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan
maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada,karena defek dari ketiga mekanisme
system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
c.Respon Tersier,Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan
3. PATOFISIOLOGI
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahapb
sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi/ reaksialergi alergi teriri dari 2 fase yaitu alergi
fase cepat (rafs) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai Isetelahnya dan late
phase allergicreaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL)yang berlangsung 2-4 jam
dengan puncak 6-8 jam (fase hipr-raktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung
sampai 24-48 jam. Gambar diatas menunjukkan paparan terhadap antigen. Pada kontak
pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai
sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen yang menempel di
permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen pendek
peptida dan bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk komplek peptida MHC
kelas II (Major Histo Compatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel
Thelper (Th 0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL 1) yang
akan mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadiTh 1 dan Th 2Th 2 akan menghasilkan
berbagai sitokin seperti IL 3, IL 4, IL 5 danlL 13. IL 4 dan IL 13 dapat diikat oleh
reseptornya di permukaan sel limfosit B,sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan
memproduksi Imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk kejaringau9uin dan
diikat oleh reseptor 1g E dipermukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga ke
dua sel ini menjadi aktif.
Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila
mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai lg E
akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi(pecahnya dinding sel) mastosit dan
basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (Preformed Mdiators)
terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain
prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 9LT D4), Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin,
Platelet ActivatingFactor (PAF) dan berbagai sitokin. (IL3, IL4, IL6, IL6, (PAF) dan
berbagai sitokin. (IL3, IL4, IL5, IL6, GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony
Stimulating Fakor)dll.Inilah yang disebut Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC).
Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga
menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin. Histamin juga akan menyebabkan kelenjar
klukosa dan sel goblekmengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga
terjadi rinore. Gejala lain adalah gidung tersumbat akibat vasodilatasi sinosoid. Selain
histamin merangsang ujung saraf Vidianus, juga mengakibatkan rangsangan pada klukosa
hidung sehingga teri pengeluaran InterCelluler Adhesion Molecule 1 (1CAM 1).
Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul komotaktik yang
menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak
berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak 6 8 jamsetelah
pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah selinflamasi
seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidungserta peningkatan
sitokin seperti seperti IL3, IL4, IL5 dan Granulocyte MacrophagColony Stimulating
Factor(GMCSF) dan ICAM 1 pada sekret hidung. Timbulnyagejala hiperaktif atau
hiperrresponsif hidung akibat peranan eosinofil dan mediatorinflamasi dari granulnya seperti
Eosiniphilic derived protein (EDP), Major BasicProtein(MPB) dan Eosinophilic peroxidase
(EPO). Pada fase ini, selain factorspesifik apat memperberat gejala seperti asap rokok, bau
yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.

4. KLARIFIKASI
Who membagi rinitis alergi berdasarkan lamanya penyakit menjadi rinitis alergi intermiten,
dan persisten, sedangkan berdasarkan beratnya penyakit menjadi rinitis alergi ringan dan
sedang berat.
a) Intermiten: yaitu jika penderita mempunyai gejala selama kurang dari 4 hari dalam 1
minggu, atau penyakitnya baru berlangsung selama 4 minggu.
b) Persisten bila penderita mempunyai gejala selama lebih dari 4 hari dalam 1 minggu, dan
penyakitnya sudah berlangsung selama lebih dari 4 minggu.
c) Ringan: Gejala hidung tidak mengganggu tidur, aktifitas sehari-hari dan tidak mengganggu
kerja atau sekolah.
d) Sedang-berat: jika gejala hidungnya mengakibatkan gangguan pada satu atau lebih
aktifitas seperti tidur, aktifitas sehari-hari, sekolah atau kerja

5. GEJALA KKLINIS
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang terutama
pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu Sebenarnya bersin adalah
mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda asingtetapi jika bersin
sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala
rhinitis alergi. Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung
tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.Beberapa gejala
lain yang tidak khas adalah allergic shiner bayangan gelap di bawah mata yang
disebut.allergic salute Gerakan mengosok-gosokan hidung pada anak-anak allergi crease,
timbulnya garis pada bagian depan hidung

Macam-Macam Rinitis alergi.


Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar
rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya,
debu dan polusi udara atau asap.
a. Gejala:
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara
tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-
bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi
(bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami
gangguan tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih
mata (konjungtivitis). Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan,
menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat.
b. Pengobatan
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin.Pemberian antihistamin
kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoephedrine atau fenilpropanolaminn
untuk melegakan hidung tersumbat.Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah
tinggi harus diawasi secara ketat. Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin;
efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang.Jika pemberian antihistamin
dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot
kortikosteroid.
Jika obat semprot kortikosteroid masih juga tidak mampu meringankan gejala, maka
diberikan kortikosteroid per-oral selama kurang dari 10 hari.

Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)


Disebabkan bukan karena musim tertentu (serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan))
diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu
rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat.
a. Gejala

Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara
tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-
bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi
(bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami
gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung membengkak dan berwarna
merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat bisa
menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan
pendengaran, terutama pada anak-anak. Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi
sinus) dan polip hidung.
b. Pengobatan
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin. Pemberian antihistamin
kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoefedrin atau fenilpropanolaminn) untuk
melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi
harus diawasi secara ketat. Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin;
efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang.Jika pemberian antihistamin
dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot
kortikosteroid; tidak dianjurkan untuk memberikan kortikosteroid per-oral (melalui mulut).
Obat tetes atau obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dan bisa diperoleh tanpa
resep dokter, sebaiknya digunakan tidak terlalu lama karena bisa memperburuk atau
memeperpanjang peradangan hidung. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membuang
polip atau pengobatan terhadap infeksi sinus

6. PENGOBATAN
1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan allergen penyebab.
2. Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat yang sering dipakai sebagai
lini pertama pengobatan rhinitis alergi atau dengan kombinasi dekongestan oralObat
Kortikosteroid dipilih jika gejala utama sumbatan hidung akibat repon fase lambat tidak
berhasil diatasi oleh obat lain
3. Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil dengan cara diatas
4. Penggunaan Imunoterapi

7. PENATALAKSANAAN
1. Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau iritan spt (debu, asap
tembakau, asap, bau, tepung, sprei)
2. Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin.
3. Melunakkan sekresi yang mengering dan menghiangkan iritan.
4. Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol
5. Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun thd hidung

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian

a. Identitas

□ Nama

□ jenis kelamin

□ umur

□ bangsa

b. Keluhan utama

1. Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal Riwayat
peyakit dahulu

2. Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.

c. Riwayat keluarga

Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien

Pemeriksaan fisik :

- Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid

- Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi

Pemeriksaan penunjang :

□ Pemeriksaan nasoendoskopi

□ Pemeriksaan sitologi hidung

□ Hitung eosinofil pada darah tepi

□ Uji kulit allergen penyebab

2. Diagnosa

Diagnosia Keperawatan

Berdasarkan data-data yang dikumpilkan dari hasil anamnesis riwayatsakit dan pemeriksaan
jasmani, diagnosis keperawatan yang utama bagi pasien mencakup:

1. Pola pernafasan tidak efektif yang berhubungan dengan reaksi alergik

2. Kurang pengetahuan tentang alergi dan modifikasi gaya hidup serta praktek perawatan
mandiri seperti yang dianjurkan
3. Kerusakan koping terhadap kondisi kronik dan kebutuhan terhadap perubahan lingkungan

4. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung

5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore

Masalah kolaborasi/ komplikasi potensial

Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi potensial dapat mencakup:

1. Anafilaksis

2. Gangguan pernafasan

3. Reaksi yang merugikan terhadap obat

4. Ketidak patuhan terhadap pengobatan atau terapi

3 Intervensi

a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental.

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan Kriteria :

1. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

2. Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi Rasional
a. Kaji penumpukan secret yang ada. a. Mengetahui tingkat keparahan dan
b. Observasi tanda-tanda vital. tindakan selanjutnya.
c. Kolaborasi dengan team medis. b. Mengetahui perkembangan klien
sebelum dilakukan operasi
c. Kerjasama untuk menghilangkan obat
yang dikomsumsi.

b. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore

Tujuan : klien dapat mengembalikan citra diri dan mengembangkan metode koping yang
sesuai dengan diri sendiri.

Kriteria : mampu meningkatkan rasa percaya diri

Dapat menerima penyakit yang diderita.

Intervensi Rasional
a. Dorong individu untuk bertanya a. Memberikan minat dan
mengenai masalah, penanganan, perhatian,memberikan kesempatan
perkembangan dan prognosis untuk memperbaiki kesalahan konsep
kesehatan. b. Pendekatan serta komperhensif dapat
b. Ajarkan individu mengenai sumber membantu memenuhi kebutuhan
komunitas yang tersedia, jika pasien untuk memelihara tingkah laku
dibutuhkan (misalnya: pusat koping.
kesehatan mental). c. Dapat membantu meningkatkan
c. Dorong individu untuk tingkat percaya diri, memperbaiki
mengekspresikan perasaannya, harga diri, menurunkn pikiran terus
khususnya bagaimana individu terhadap perubahan dan meningkatan
merasa, memikirkan, atau perasaan terhadap perubahan dan
memandang dirinya. meningkatkan perasaan terhadap
pengendalian diri.

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1) . Pengumpulan data
a) Identitas klien
Nama: ny.z
Umur: 30 tahun
Jenis kelamin: perempuan
Status perkawinan: sudah kawin
Agama:islam
Suku/bangsa: muna
Pendidikan : sarjana
Pekerjaan:pns/guru
Alamat:jl.s.goldaria

b) Identitas penanggung
Nama:tn.x
Umur:34 thun
Jenis kelamin :laki-laki
Status :sudah menikah
Agam:islam
Suku/bangsa:muna
Pendidikan :sarjana
Pekerjaan:pns/guru
Hubungan dengan kline:suami pasien
Alamat:jl.s.goldaria

 Data demografi
Pada pasien ini di derita dimana saja,tidak berpengaruh tertentu.

 Riwayat penyakit sekarang


Bersin-bersin,hidung mengeluarkan secret,hidung tersumbat,dan hidung gatal

 Pemeriksaan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
- klien mengatakan susah tidur
Tanda:
-klien susah tidur
-klien terlihat bersin-bersin
-klien Nampak sesak saat beraktivitas

2) Makanan dan cairan


Gejala:
-klien mengatakan berat badannya menurun
-klien mengatakan kurang nafsu makan
Tanda:
-porsi makan tidak di habiskan
-badan tambah kurus

3) Pernafasan
Gejala:
-kline mengatakan sesak nafas
-kline mengatakan bersin-bersin
Tanda:
-frekuensi nafas cepat
-klien bernafas melalui mulut
-hidung meler

Inspeksi:permukaan hidung terdapat secret mukoit


Pemeriksaan penunjang:
 Pemeriksaan nasoendoskopi
 Pemeriksaan sitologi hidung
 Hitung eosinophil pada darah tepi

2). Klasifikasi data


Data subjektif:
 Klien mengatakan sesak nafas
 Klien mengatakan berat badannya menurun
 Klien mengatakan kurang nafsu makan

Data objektif:

 Frekuensi nafas cepat


 Klien bernafas melalui mulut
 Klien Nampak bersin-bersin
 Klien Nampak tidak ada nafsu makan
 Porsi makan tidak dihabiskan
 Badan tampak kurus
 Berat badan menurun
 Lapisan hidung membengkak,warna merah kebiruan

3).analisa data
symptom Etiologi problem
Ds: Akumulasi mucus/ Bersihan jalan nafas tida
Klien mengataan susah b Secret k efektif
ernafas 
Do: Pola nafas tidak
-hidung meler Teratur
-bersin-bersin 
-klien bernafas melalui Pertukaran gas
mulut Terganggu
-frekuensi nafas cepat 
Bersihan jalan nafas tida
k efektif

Ds: Hidung meler dan bersi Gangguan pola tidur


-klien mengatakn susah t n-bersin
idur. 
Do: Susah tidur
-klien terlihat bersin-ber 
sin Gangguan pola tidur
-klien terlihat bersin-ber
sin
-hidung meler
-kien susah tidur
Ds: Nafsu makan menurun Nutrisi kurang dari kebu
-klien mengatakan nafsu  tuhan
makan menurun Pola makan tidak teratur
Do: 
-klien terlihat kurang naf Nutrisi kurang dari kebu
su makan tuhan
-porsi makan tidak dihab
iskan
-bb menurun

4) Prioritas masalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pola tidur
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan

B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mucus
2. Gangguan pola tidur/istirahat berbuhungan dengan penyumbatan pada hidung
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berbuhungan dengan nafsu makan menur
un
Tujuan Perencanaan
Intervensi Rasional
Tupan: Setelah 1. Auskultasi bunyi 1.Obstruksi jalan
dilakukan tindakan napas napas dan dapat
keperawatan selama 7 atau tak di
bersihan jalan nafas manevestasikan
kembali efektif. adanya bunyi
napas
adventisius.

Tupen: Setelah
dilakukan tindakan 2. catat adanya 2.Adanya
keperawatan selama 3 bunyi beberapa derajat
hari menunjukkan napas,mis:mengi,kr dan dapat
perilaku untuk ekels,rongki dan ditemukan pada
memperbaiki bersihan kaji/pantau penerimaan atau
jalan nafas atau frekuensi selama stres atau
berangsur – angsur pernapasan. adanya infeksi
teratasi. akut.pernafasan
Dengan criteria hasil: dapat melambat
mengeluarkan sekret dan frekuensi
ekspirasi
memanjaga
inspirasi
memendek.
3. kaji pasien untuk
posisi yang nyaman 3.peningian
mis : peninggian kepala tempat
kepala tempat tidur
tidur,duduk pada mempermudah
persandaran fungsi
tempat tidur. pernapasan
dengan
menggunakan
4. tingkatkan grafitasi.
masukan cairan
3000/hari seusai
jantung,memberik 4.hidrasi
an air hangat. membantu
menurunkan
kekentalan
sekret,memperm
udah
pengeluaran.
Tupan: Setelah 1. Tentukan 1.Mengkaji
dilakukan tindakan kebiasaan tidur perlunya dan
keperawatan selama 7 biasanya dan mengidentifikasi
hari gangguan pola tidur perubahan yang intervensi yang
teratasi. terjadi. tepat.
Tupen: Setelah
dilakukan tindakan 2. Berikan tempat 2.meningkatkan
keperawatan selama 3 tidur yang nyaman kenyamanan
hari gangguan pola tidur dan beberapa milik tidur serta
berangsur –angsur pribadi mis: dukungan
teratasi.dengan kriteria bantal,guling fisiologis/psikolog
hasil: isbila rutinitas
- Pola tidur teratur baru
menggandung

3.Buat rutinitas
tidur baru yang
dimasukkan dalam
pola lama dan
lingkungan baru.

4.Tindakan
regimen
kenyamanan waktu
tidur
- intruksikan
tindakan relaksasi
-Berikan sedative
sesuai indikasi

Tupan: Setelah 1.Jelaskan tentang 1.Dengan


dilakukan tindakan manfaat makan bila pemahaman
keperawatan selama 4 dikaitkan dengan kondisi klien akan lebih
hari nutrisi terpenuhi klien saat ini. kooperatif
sesuai dengan mengikuti
kebutuhan tubuh aturan.
teratasi
Tupen:Setelah dilakukan 2.Anjurkan agar klien 2.untuk
tindakan keperawatan memakan makanan yang menghindari
selama 2 hari kebutuhan tersedia di RS. makanan yang
nutrisi tubuh berangsur- justru dapat
ansur teratasi. mengganggu
Dengan criteria hasil: proses
- Nafsu makan penyembuhan
meningkat klien.
- Kebutuhan tubuh
terpenuhi. 3.Lakukan dan ajarkan 3.Higiene oral
perawatan mulut sebelum yang baik akan
dan sesudah makan serta meningkatkan
sebelum dan sesudah nafsu makan
intervensi/perksaan klien makanan
peroral. adalah bagian
Tingkatkan lingkungan dari peristiwa
yang menenangkan untuk sosial,dan nafsu
makan dengan teman jika makan dapat
memungkinkan. meningkat
dengan
sosialisasi.

4.Berikan makanan 4.Makanan


dalamkeadaan hangat hangat dapat
berikan makanan selingan meningkatkan
(mis:keju,biskuit,sup,buah nafsu makan,
-buahan)yang tersedia membaantu
dalam 24 jam. memenuhi
kebutuhan dan
meningkatkan
pemasukan.

5.Kolaborasi tentang 5.meningkatkan


pemenuhan diet klien. pemenuhan
sesuai dengan
kondisi klien.

Anda mungkin juga menyukai