Anda di halaman 1dari 8

Nama :Much Fajar Ramadhan

Kelas :XI TKJ 2

No.absen :31

Penyebaran Virus Korona (SARS-CoV-2) Penyebab COVID-19 di Dunia

          Penyebaran COVID-19 telah menjadi satu hal yang menyita perhatian masyarakat
dunia. Hingga saat ini tercatat bahwa penyebaran virus ini telah mencapai 872.000 kasus
dengan angka kematian mencapai 43 ribu dan sembuh sebanyak 184 ribu (Rabu, 1 April
2020). Dari perbandingan kasus yang telah mengeluarkan hasil, bisa kita hitung bahwa
tingkat mortalitas COVID-19 ini cukup tinggi yaitu sebesar 20%. Walaupun demikian,
hampir 95% kondisi pasien yang terinfeksi COVID-19 ini dalam keadaan stabil/ ringan dan
5% lainnya dalam kondisi kritis. Pada saat ini, penyumbang kasus COVID-19 tertinggi
dipegang oleh Amerika Serikat (188 ribu kasus) kemudian disusul oleh Italia (105 ribu
kasus),dan Spanyol (102 ribu kasus). Ketiga negara tersebut telah melewati jumlah kasus
dari China yang merupakan pusat dari penyebaran COVID-19 ini.

Lalu sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan Virus Korona? Virus Korona adalah
sekelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia.
Sebenarnya keberadaan Virus Korona sudah ditemukan di tubuh manusia dari jutaan tahun
lalu. Namun, istilah “Virus Korona” menurut saya kurang tepat digunakan untuk menyatakan
nama pandemi saat ini. Hal ini disebabkan karena Virus Korona merupakan jenis dari
virusnya yaitu virus yang berciri-ciri memiliki spike atau duri di permukaannya. Virus Korona
sendiri memiliki contoh seperti Alpha Coronavirus (229E), Alpha Coronavirus
(NL63), Beta Coronavirus (OC43), Beta Coronavirus (HKU1). Contoh-contoh Virus Korona
ini merupakan contoh virus yang menyebabkan penyakit-penyakit ringan seperti influenza,
batuk, dan pilek. Namun ada lagi contoh Virus Korona dengan jenis lain yang menyebar
pada waktu belakangan ini, contohnya seperti MERS-CoV (Jenis Coronavirus yang
menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome atau MERS), SARS-CoV
(Jenis Coronavirus yang menyebabkan Severe Acute Respiratory Syndrome atau SARS),
dan yang saat ini sedang menyebar adalah SARS-CoV-2 (Jenis Coronavirus yang
menyebabkan COVID-19).

Sampai saat ini, awal mula dari penyebaran COVID-19 masih menjadi hal yang
diperdebatkan. Banyak ahli kesehatan memercayai jenis baru Virus Korona kemungkinan
berasal dari kelelawar atau trenggiling. Transmisi pertama ke manusia adalah di Wuhan,
China. Sejak itu, virus ini sebagian besar menyebar melalui kontak orang-ke-orang. Virus
Korona umum terjadi pada spesies hewan tertentu, seperti sapi dan unta. Meskipun
penularan Virus Korona dari hewan ke manusia jarang terjadi, jenis baru ini kemungkinan
berasal dari kelelawar, meskipun satu penelitian menunjukkan bahwa trenggiling mungkin
adalah sumbernya. Beberapa laporan melacak kasus paling awal kembali ke pasar
makanan laut dan hewan di Wuhan. Disinilah diperkirakan tempat pertama kali SARS-CoV-
2 mulai menyebar ke manusia. Namun, masih belum jelas persis bagaimana virus pertama
kali menyebar ke manusia.

Penyebaran virus ini tentunya telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan baik di
lingkup keluarga, sekolah, bangsa, maupun dunia. Dampak yang paling saya rasakan di
lingkungan keluarga adalah kesulitan orangtua dan kakak saya dalam mencari nafkah.
Mereka yang melakukan kegiatan kerjanya di luar rumah memaksa mereka untuk tetap
berdiam di rumah pada saat ini. Dengan demikian, tidak adanya pemasukan uang bagi
keluarga, Kegiatan pemenuhan pangan sehari-harinya juga terhambat. Hal ini dikarenakan
ibu saya yang biasa berbelanja di pasar tidak dapat pergi ke pasar untuk mencegah
terinfeksinya virus ini. Sebagai penggantinya, ibu saya berbelanja bahan pangan dari
tukang sayur yang lewat di gang rumah saya dimana tidak selalu lewat setiap harinya. Satu
hal yang saya anggap keterlaluan adalah dimana kakak saya masih harus masuk kerja
dengan bergantian antar rekan kerja. Menurut saya, jika penyebaran virus ini benar-benar
ingin dihentikan maka seluruh kegiatan harus diberhentikan terlebih dahulu. Karena apa
gunanya apabila hanya sebagian masyarakat saja yang stay home atau berdiam diri di
rumah. Pencegahan penyebaran ini harus dilakukan secara full atau sepenuhnya karena
jika tidak maka sama saja bohong atau tidak ada gunanya.

Dalam lingkup sekolah, tentunya sudah kita ketahui bahwa Mentri Pendidikan Nadiem
Makarim telah melakukan beberapa perubahan khusus terkait dengan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Seperti perubahan belajar mengajar menjadi home
learning, Ujian Nasional/UN SMA dan UKK untuk SMK yang ditiadakan, dan beberapa
perubahan lainnya. Pembelajaran home learning ini bagi saya sangat menyulitkan bagi
para pelajar-pelajar di Indonesia maupun dunia. Walaupun kita tahu bahwa hal ini tidak bisa
kita hindarkan, namun pembelajaran online di rumah ini telah membuat kami para pelajar
kesulitan untuk mengerti materi yang diajarkan oleh guru-guru. Banyak kejadian di mana
guru memberikan tugas dan materinya belum diajarkan sedangkan penjelasan secara
online sulit untuk kami pahami. Selain itu juga menurut saya pembelajaran online yang
dijalankan oleh SMA saya cukup membebankan kami para siswa kelas 12 karena kami
bukan belajar melainkan mengerjakan tugas secara online. Seharusnya
pembelajaran online ini dilakukan dengan pembelajaran melalui skype atau semacamnya
bukan dengan google classroom.

            Sedangkan dampak bagi negara sudah jelas terlihat. Pertama, nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS melemah hampir 20% dari awal munculnya Virus Korona di Indonesia
yaitu dari Rp.14.000 per dollar AS menjadi Rp.16.675 (1 April 2020). Hal ini memang
dialami oleh sebagian besar negara-negara di dunia. Kedua, Menkeu Sri Mulyani
memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia jauh menurun dari tahun
sebelumnya yaitu haya 2,3% atau skenario paling buruknya menyentuh negative 0,4%.
Skenario terburuk itu bisa terjadi apabila pandemi Virus Korona atau COVID-19 terus
berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Penurunan tersebut spesifiknya terjadi di
berbagai sektor perbankan hingga konsumsi rumah tangga, investasi, UMKM, korporasi
(manufaktur, perdagangan, dan transportasi), depresiasi rupiah volatilitas pasar keuangan
dan capital fight. Ketiga, kondisi politik dan hukum di Indonesia juga terganggu karena
banyaknya peraturan-peraturan baru khusus yang perlu dibuat ataupun direvisi. Pemilihan
wakil rakyat yang dilakukan di berbagai daerah kaupaten pun tentunya akan mengalami
penjadwalan ulang karena tidak mungkinnya kegiatan tersebut dilaksanakan karena
pastinya akan mengumpulkan banyak orang/masa. Selain itu juga munculnya
permasalahan-permasalahan baru yang terjadi akibat penyebaran virus ini seperti
penimbunan alat-alat Kesehatan (alkes) seperti masker, alkohol, hand sanitizer, dan
lainnya. Kempat, kondisi sosial Indonesia yang sangat mengedepankan gotong royong dan
aktivitas-aktivitas lainnya yang dilakukan secara sosial harus dihentikan sementara waktu
untuk menyebarnya virus ini secara lebih luas. Kegiatan-kegiatan masyarakat seperti
gotong royong, kerja bakti, menjenguk, mengumpulkan dana, dan lainnya harus dihentikan
total karena kegiatan tersebut mengumpukan masa yang dapat mendorong penyebaran
virus ini.

            Terkait dengan penyebaran virus yang sangat cepat ini tentunya harus disikapi oleh
masyarakat dengan cepat dan baik. Contohnya di keluarga saya, kami semua hampir
sepenuhnya melakukan kegiatan di rumah. Kami hanya keluar rumah apabila keadaan
mendesak seperti membeli kebutuhan pangan. Kami juga mulai meningkatkan pola hidup
sehat seperti rajin mencuci tangan, tidak banyak memegang muka, menjaga kebersihan
rumah, makan bergizi supaya imunitas tubuh terjaga, berjemur selama 15 menit pada pukul
10 pagi, dan lain-lain. Dalam lingkup masyarakat terutama di RT saya (Daerah Tanjung
Duren), telah dilakukan penyemprotan disinfektan sebagai salah satu cara pencegahan
penyebaran Virus Korona ini.

            Demikianlah karangan yang dapat saya buat terkait dengan penyebaran Virus
Korona pada saat ini. Semua yang saya tulis ini saya tulis secara manual tanpa adanya
satupun kata yang saya copy paste dari internet, jadi tolong apresiasinya bapak/ibu untuk
menilai dengan objektif. Pesan yang dapat saya sampaikan bagi kita semua adalah cara
kita menjadi pahlawan bagi dunia dan bangsa kita pada saat ini bukan menjuarai olimpiade
atau semacamnya melainkan berdiam diri di rumah kita masing-masing dengan belajar,
berdoa, dan bekerja di rumah. Dengan kita berdiam diri di rumah kita telah berperan dalam
penyelesaian dan penghampat penyebaran Virus Korona di dunia ini. Saya juga berpesan
agar kita semua tetap menjaga kebersihan diri kita maupun lingkungan kita dengan rajin
mencuci tangan dan juga menjaga imunitas tubuh kita. Apabila anda mendapati anda
memiliki simptom dari Virus Korona mohon cepat-cepat anda melakukan pemeriksaan diri
ke dokter dan melakukan isolasi mandiri dari orang-orang. Hal-hal ini kita lakukan untuk
membantu tenaga-tenaga kesehatan di Indonesia yang telah berjuang keras melawan Virus
Korona dan juga mendukung penghentian penyebaran Virus Korona di dunia

KORBAN JIWA.

Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di


London, Britania Raya pada awal pekan ini (23/3/2020) memperkirakan
bahwa hanya 2 persen dari infeksi akibat Coronavirus Disease atau
COVID-19 di Indonesia dilaporkan. Bila menyatakan jumlah
sebenarnya, bisa sebanyak 34.300, atau lebih banyak dari Iran.
Demikian dikutip dari Reuters.
Disebutkan pula, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau
WHO, pada 2017 ketersediaan dokter di Indonesia adalah empat
dokter per 10.000 orang. Sementara Italia memiliki 10 kali lebih
banyak, berdasarkan jumlah per kapita. Dan Korea Selatan
mencatatkan jumlah dokter enam kali lebih banyak.

Hal itu menjadi sudut pandang bahwa saat ini Tanah Air kita
disebutkan berada di tubir jurang dalam mengatasi pandemi COVID-
19. Indonesia mengalami defisit yang signifikan atas ketersediaan
tempat tidur rumah sakit, staf medis, dan fasilitas perawatan intensif.
Padahal, para pakar kesehatan dunia telah memperingatkan bahwa
negara kita bakal menjadi episentrum baru pandemi virus global ini,
berdasar tinjauan data Reuters.

© Disediakan oleh Suara.com Para petugas medis keluar dari sebuah


rumah sakit di Burgos, Spanyol dan diberi semangat oleh orang-orang
di tengah wabah virus corona yang melanda. [AFP/Cesar Manso].
Para pakar kesehatan dunia menyebutkan bahwa Indonesia
menghadapi lonjakan kasus Corona akibat respons pemerintah yang
lambat, dan menutupi skala wabah di negara terpadat keempat di
dunia ini. Disebutkan bahwa Indonesia telah mencatat 686 kasus
namun data ini dilihat sebagai mengecilkan skala infeksi karena
tingkat pengujian yang rendah dan tingkat kematian yang tinggi.
Dengan angka kematian mencapai 55 jiwa (menurut
data Worldometer per hari ini). Artinya, Indonesia menduduki posisi
tertinggi di Asia Tenggara.

Masih dari hasil studi Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit


Menular yang berbasis di London, dari permodelan diproyeksikan
bahwa kasus-kasus COVID-19 atau pandemi Coronavirus Disease di
Indonesia dalam skenario terburuk bisa meningkat hingga 5 juta di
ibukota, Jakarta, pada akhir April 2020.

"Kami mengalami kesulitan dalam mengendalikan, karena telah


menyebar ke mana-mana," papar Ascobat Gani, seorang pakar
ekonomi kesehatan masyarakat kepada Reuters. "Mungkin kami akan
mengikuti jumlah korban seperti di Wuhan atau Italia. Saya pikir kami
berada dalam kisaran itu."

Meski demikian, pandangan dari pemerintah tidaklah demikian.


Dampak virus COVID-19 tidak akan separah perkiraan.

"Kami tidak akan seperti itu," tukas Achmad Yurianto, seorang pejabat
senior dari Kementerian Kesehatan, saat mengambil perbandingan
wabah dengan rujukan Italia dan China. "Yang penting kami
mengimbau warga, agar terus melakukan jaga jarak (physical
distancing)."

Dokter Meninggal
Sistem kesehatan Indonesia sangat buruk bila dibandingkan dengan
negara-negara lain yang terdampak COVID-19. Negara berpenduduk
lebih dari 260 juta orang ini memiliki 321.544 tempat tidur rumah
sakit, menurut data Kementerian Kesehatan. Artinya, sekitar 12 tempat
tidur per 10.000 orang. Sementara sebagai perbandingan, menurut
WHO, Korea Selatan memiliki 115 per 10.000 orang.

Masih menurut WHO, pada 2017 diketahui bahwa Indonesia memiliki


empat dokter per 10.000 orang. Italia memiliki 10 kali lebih banyak,
berdasarkan per kapita. Korea Selatan memiliki dokter enam kali lebih
banyak.

Achmad Yurianto mengatakan, dengan langkah jaga jarak yang tepat


atau melakukan physical distancing, seharusnya tidak ada kebutuhan
untuk sejumlah besar tempat tidur tambahan dan staf medis
disebutnya cukup untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Namun, Budi Haryanto, seorang ahli epidemiologi dari Universitas


Indonesia, mengatakan kepada Reuters, "Rumah sakit tidak siap untuk
mendukung kasus-kasus potensial. Perawatan akan terbatas."

Saat ini, masih menangani ratusan orang yang dirawat di rumah sakit
karena pandemi COVID-19, dokter menyatakan bahwa sistem
kesehatan sudah mulai tegang. Banyak staf kesehatan tidak memiliki
peralatan pelindung, termasuk kisah seorang dokter yang mesti
mengenakan jas hujan karena tidak ada pakaian pelindung memadai.

Sebagai tanda kontrol infeksi yang buruk di rumah sakit dan tempat
layanan kesehatan, delapan dokter dan satu perawat telah meninggal
karena Virus Corona atau Novel Coronavirus (COVID-19). Jumlah ini
disebutkan oleh Asosiasi Dokter Indonesia. Sementara sebagai
pembanding, di Italia dengan 6.077 kematian akibat virus yang sama,
telah meninggal 23 dokter.
"Kami mesti membawa masker sendiri"

Staf di salah satu rumah sakit di kota satelit Jakarta disebutkan telah
melayangkan ancaman tidak akan datang bekerja pada Selasa
(24/3/2020) karena kurangnya peralatan pelindung bekerja, demikian
disampaikan seorang dokter kepada Reuters.

"Kami mesti membawa masker sendiri, juga pakaian kerja sendiri yang
mungkin belum memenuhi standar kualitas," tukasnya kepada Reuters,
dan meminta namanya dituliskan anonim mengingat pekanya
permasalahan ini.

"Teman-teman saya, satu per satu terserang Corona," paparnya seraya


menahan bulir air mata.

Pemerintah mengatakan bahwa pekan ini telah memasok 175.000 set


peralatan pelindung baru untuk staf medis yang akan didistribusikan
di seluruh penjuru Tanah Air. Dan rumah sakit darurat baru telah
dibuka di Jakarta dengan daya tampung mencapai 24.000 pasien.
Dokter dan staf medis telah dijanjikan bonus dan 500.000 unit rapid
test untuk COVID-19 telah mendarat dari China.

Namun sekali lagi, sistem kesehatan Indonesia sangat


terdesentralisasi, sehingga sulit bagi pemerintah pusat untuk
melakukan koordinasi di negara kepulauan atau archipelago yang
terdiri lebih dari 19.000 pulau dan membentang sepanjang 5.100 km.

Kurangnya tempat tidur untuk unit perawatan intensif (ICU) juga


mengkhawatirkan para pakar kesehatan, terutama karena Indonesia
tengah memasuki musim puncak demam berdarah, yang menambah
kebutuhan fasilitas kesehatan.

"Bila sakit parah, masuk ICU, dan memakai ventilator, mestinya nyawa
bisa diselamatkan," tutur Archie Clements, spesialis kesehatan
masyarakat dari Universitas Curtin, Perth, Western Australia, dalam
memberikan pandangan korban terinfeksi Virus Corona baru.

"Jika tidak ditangani di CU dan memakai ventilator, maka akan jatuh


korban jiwa," tandasnya.

Dari hasil studi dalam jurnal  Critical Care Medicine yang terbit pada
Januari 2020, disebutkan bahwa perbandingan tempat perawatan
intensif bagi pasien dewasa di Indonesia adalah 2,7 ruang ICU per
100.000 orang. Termasuk yang terendah bagi negara-negara Asia
berdasarkan data 2017

Anda mungkin juga menyukai