Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN

KEPERAWATAN
HIPERTIROID DAN
HIPOTIROID
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.     LATAR BELAKANG

Hipertiroidisme, yang dalam hal prevalensi erupakan penyakit endokrin yang menempati urutan
kedua sesudah DM. pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat
stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobin dalam darah. Hipertiroidisme menyerang
wanita lima kali lebih sering di bandingkan oleh laki- laki.

Hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon
tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk indonesia memiliki
hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria
(Anonim, 2012).

Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80%
kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi
0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia
20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah
defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian
gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma
toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).

Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih kurang 10 per 100.000 wanita
dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus
hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan
bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat
pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang


menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-
organ lain (Alvyanto, 2010).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka
satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika
keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh
sistem saraf.

BAB II

1.DEFENISI

a. Hipertiroid

Hipertiroidisme merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas


fungsi kelenjar tiroid dimana sekresi hormone yang berlebihan dimanifestasikan melalui
peningkatan kecepatan metabolisme. Banyak ciri khas lain yang terjadi pada pasien
hipertiroid  akibat peningkatan stressor terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin)
dalam darah. Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat
dariproduksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2012hal 708

Hipertiroid (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid
menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin. Hipertiroidisme dapat secara signifikan
mempercepat metabolisme tubuh, menyebabkan penurunan berat badan tiba-tiba, detak
jantung yang cepat atau tidak teratur, berkeringat dan gelisah atau mudah tersinggung
(Anonim, 2010).

b. Hipotiroid

Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang
berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar
hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.

Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang
mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2010)

Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di akibatkan oleh
kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan kretinisme.

Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan
hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,2011)
2. ETIOLOGI

           a.Hipertiroid

 Penyebab hipotiroidime yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah
tiroiditis otoimun (tiroiditis hashimoto), dimana sistem imun menyerang kelenjer tiroid.
Gejala hipertiroidime dan kemudian dapat diikuti oleh gejala hipotiroidime dan miksedema.

Hipotiroidime juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidime yang mengalami
terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling sering
ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan
leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki. Karena itu,
pemeriksaan fungsi tiroid diajurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi tersebut.
(Brunner&Suddarth:1300)

Serta beberapa penyakit yang lain menyebabkan Hipertiroid yaitu :

a)      Penyakit Graves

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih
sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi
yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.

Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor
antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan
kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat
menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak
tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi
merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.

b)      Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak.
Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH
sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

c)      Minum obat Hormon Tiroid berlebihan

Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter
yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum
hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

d)     Produksi TSH yang Abnormal

Produksi TSH (thyroid stimulating hormone) kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH


(thyroid stimulating hormone) berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan
T4 yang banyak.

e)      Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)

Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan,
dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala
hpotiroid.
f)       Konsumsi Yoidum Berlebihan

Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

b. Hipotiroid

Namun, pada Buku Ilmu Kesehatan, hipotiroid terbagi atas 2 berdasarkan penyebabnya,
yaitu:

a.  Bawaan

 Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.


  Kelainan hormogonesis
  Kelainan bawaan enzim (inborn error)
  Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
 Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)

b. Didapat

Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang
sebelumnya normal. Panyebabnya adalah

 Idiopatik (autoimunisasi) 
 Tiroidektomi
 Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
  Pemakaian obat anti-tiroid
  Kelainan hipofisis.

3.    PATOFISIOLOGI

a. Hipertiroid

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan
penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih
besar daripada normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH (Thyroid stimulating hormone), Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan
reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSHv. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada
pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH (Thyroid stimulating hormone) menurun, sedangkan
konsentrasi TSI Thyroid Stimulating Immunoglobulin) meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH
(Thyroid stimulating hormone) yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid
yang disebabkan oleh TSI Thyroid Stimulating Immunoglobulin) selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH (Thyroid stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas,
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis
pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang
kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga
penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot 
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

b.Hipotiroid

Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika diet
seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan
yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada
keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid.
Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari
TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah.
Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan
gejala respirasi disfagia.

Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi achlorhydria
(pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi
pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.

Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang
mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level
trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner.
Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan
abdominal sebagai tanda dari mixedema.

Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan
hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak
optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.

4.   MANIFESTASI KLINIK

a. Hipertiroid

Gambaran kilinis Hipertiroidisme Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian
pula pada orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak.
Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat.

Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :

a. Kecemasan,ansietas,insomnia,dan tremor halus

b. Penurunan berat badan walaupun nafsu makan baik

c.  Intoleransi panas dan banyak keringat

d.  Papitasi,takikardi,aritmia jantung,dan gagal jantung,yang dapat terjadi akibat efek tiroksin


pada sel-sel miokardium
e.  Kelemahan otot,terutama pada lingkar anggota gerak ( miopati proksimal)

f.  Osteoporosis disertai nyeri tulang                           

    b.Hipotiroid        

Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain;

a. Suara parau, tidak tahan dingin dan keringat berkurang

b. Kulit dingin dan kering.

c. Wajah membengkak dan gerakan lamban.

d.  Aktivitas motorik dan intelektual lambat.

e.  Relaksasi lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita hipotiroidisme
sering mengeluh hiperminore.

5.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Hipertiroid

Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:

a.  Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan
diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.

b. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)

c. Bebas T4 (tiroksin)

d. Bebas T3 (triiodotironin)

e. Diag

nosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar
tiroid

f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum

g. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.

b. Hipotiroid

Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme didapatkan hasil sebagai
berikut:

 T3 dan T4 serum rendah


 TSH meningkat pada hipotiroid primer
 TSH rendah pada hipotiroid sekunder
 Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
 Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
 Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
   Peningkatan kolesterol


 Pembesaran jantung pada sinar X dada
 EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS& gelombang T datar
atau inverse

6. KOMPLIKASI

a. Hipertiroid

  Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi,
selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves,
infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.

Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.

b. Hipotiroid

a. Meningkatkan Kolesterol.

b .Iskemia/ Infark Miokard.

7.PENATALAKSANAAN

a. Hipertiroid

  Terapi Obat Anti Tiroid

  Sugery Pengangkatan sebagian kelenjar tiroid melalui pembedahan

  RadioaktifYodium Radioaktif

b. Hipotiroid

Tujuan primer penatalalaksanaan hipotiroid ialah memulihkan metabolisme pasien kembali


kepada keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti hormone yang hilang.Livotiroksin sintetik
(Synthroid atau levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroid dan supresi
penyakit goiter nontoksik.Dosis terapi penggantian hormonal berdasarkan pada konsentrasi TSH 
dalam serum pasien.Preparat tiroid yang dikeringkan jarang digunakan karena sering menyebabkan
kenaikan sementara konsentrasi T3 dan kadang-kadang disertai dengan gejala hipertiroidisme.

Hal-hal yang bisa dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain:

a.Pemeliharaan fungsi vital.

|b. Gas darah arteri.

c.Pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air.

d. Infus larutan glukosa pekat.

e.Terapi kortikosteroid
BAB III

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Data dasar pengkajian pasien Hipertiroid

Data yang diperoleh sangat tergantung berat/lamanya ketidakseimbangan hormone


karena keterlibatan dari organ lain.

a.       Aktifitas/Istirahat

Gejala: imsomnia,sensitivitas meningkat,otot lemah, gangguan koordinasi,kelelahan berat

Tanda: Atrofi otot.

b.      Sirkulasi

Gejala: palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda: Disritmia, irama Gallop,Mumur,Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada


yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kollaps, syok

c.       Eliminasi

Gejala: urine dalam jumlah banyak, Perubahan feses;diare.

d.      Integritas Ego

Gejala: Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.

Tanda: Emosi Labil, Depresi.

e.       Makanan/Cairan

Gejala: kehilangan berat badan yang mendadak,nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual muntah.

Tanda: pembesaran tiroid,goiter, edema non piting terutama daerah pretibial.

f.       Neusensori

Tanda:Bicaranya cepat dan parau,Gangguan status mental dan perilaku, seperti:


bingung,disorientasi,gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis,stipor, koma, tremor halus
pada tangan,tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak- sentak, Hiperaktif reflex tendon
dalam. (RTD)

g.       Nyeri/Keamanan

Gejala: Nyeri orbital,fotofobia.

h.      Pernafasan

Tanda: Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis)
i.        Keamanan

Gejala: Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium,

Tanda: Diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahanm rambut tipis, mengkilat dan lurus.
Eksoftalamus: retraksi, iritasi pada konjungtiva, dan berair. Pruritus, lesi eritema yang
menjadi sangat parah

j.        Seksualitas

Tanda: Penurunan libido, hipomenorea, amenorea, dan impoten.

k.      Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: Adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid.Riwayat hipotiroidisme,


terapi hormone tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan
antitiroid, dilakukan pembedahan tirodektomi sebagian.

Pertimbangan Rencana pemulangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: 4,3


hari Mungkin membutuhkan bantuan pada teknik pengobatan sebagian/ seluruhnya,
aktifitas sehari-hari, mempertahankan tugas- tugas dirumah.

B. Pemeriksaan Diagnostik

a.       Tes ambilan RAI: Meningkat pada penyakit Graves dan toksik goiter noduler, menurun
pada tiroiditis

b.      T4 dan T3 serum : Meningkat.

c.       T4 dan T3 bebas serum: Meningkat.

d.      TSH: Tertekan dan berespons pada TRH (tiroid relasing hormone)

e.       Tiroglobulin: Meningkat.

f.       Ikatan protein iodium: Meningkat.

g.       Gula darah: Meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal).

h.      Kortisol plasma: Turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).

i.        Fosfat alkali dan kalsium serum: Meningkat.

j.        Pemeriksaan fungsi hepar: Abnormal.

k.      Elektrolit: Hiponatremia mungkin sebagai akibat dari respons adrenal/efek dilus dalam


terapi cairan pengganti Hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melaui
gastrointestinal dan dieresis.

l.        Katekolamin serum: Menurun.

m.    Kreatinin urine: Meningkat.

n.      EKG: Fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kerdiomegali

C.Diagnosa Keperawatan
     a. Hipertiroid

a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol,

b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy.


c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan  metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan

d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan


mekanisme

perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.

e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.

f. .Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

       a. Hipertiroid

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 I Tujuan: 1.      Pantau tekanan 1.      Hipotensi umum atau


darah pada posisi baring, ortostatik dapat terjadi
Setelah dilakukan
duduk dan berdiri jika sebagai akibat dari
tindakan asuhan
memungkinkan vasodilatasi perifer yang
keperawatan selama 2x
perhatikan besarnya berlebihan dan penurunan
24 jam diharapkan klien
tekanan nadi. volume sirkulasi.besarnya
akan  mempertahankan
tekanan nadi merupakan
curah jantung yang
refleksi kompensasi dr
adekuat sesuai dengan
                                 peningkatan isi sekuncup
kebutuhan tubuh,
dan penurunan tahanan
dengan kriteria :
sistem pembuluh darah.
1)      1.Nadi perifer
dapat teraba normal.
2.      Merupakan tanda
2)     2. Vital sign dalam
adanya peningkatan
batas normal.
kebutuhan oksigen oleh
3)      3.Pengisian kapiler 2.     Periksa kemungkinan
adanya nyeri dada atau otot jantung atau iskemia
normal
angina yang dikeluhkan
4)      4.Status mental pasien.
baik 3.      S1 dan murmur yang
menonjol berhubungan
5)       5. Tidak ada
Auskultasi suara nafas. dengan curah
disritmia.
Perhatikan adanya suara jantung meningkat pada
yang tidak normal (seperti
krekels). keadaan hipermetabolik.

4.      Dehidrasi yang cepat


dapat terjadi yang akan
4.      Observasi tanda dan
menurunkan
gejala haus yang hebat,
mukosa membran kering, volume sirkulasi dan
nadi menurunkan curah jantung

lemah, penurunan
produksi urine dan
hipotensi

5.      Kehilangan cairan yang


5.    Catat masukan dan
terlalu banyak dapat
haluaran.
menimbulkan dehidrasi
berat.

Pemberian cairan melaui IV


dengan cepat perlu untuk
Berikan cairan melalui IV
memperbaiki volume
sesuai indikasi.
sirkulasi tetapi harus
diimbangi dengan
pergantian terhadap tanda
gagal jantung/ kebutuhan
terhadap pemberian zat
inotropik.

2 II Tujuan : 1.      Pantau tanda vital 1.      Nadi secara luas


dan catat nadi baik meningkat dan bahkan
Setelah dilakukan
istirahat maupun saat istirahat , takikardia
tindakan asuhan
aktivitas. mungkin ditemukan.
keperawatan selama 2x
24 jam diharapkan,klien 2     
akan mengungkapkan
2.      Menurunkan stimulasi
secara verbal tentang
yang kemungkinan besar
peningkatan tingkat 2.      Ciptakan lingkungan
dapat menimbulkan agitasi,
yang tenang
Energy. hiperaktif, dan imsomnia

dengan criteria hasil: Membantu melawan


pengaruh dari peningkatan
1. menunjukan
metabolisme.
perbaikan kemampuan
untuk berpartisipasi
dalam melakukan Sarankan pasien untuk
mengurangi aktivitas. 4.      Meningkatkan
aktifitas.
relaksasasi
4.      Berikan tindakan
yang membuat pasien
merasa nyaman seperti
massage

3 III Tujuan: 1.      Catat adanya 1.      Peningkatan aktivitas


anoreksia, mual dan adrenergic dapat
 setelah dilakukan
muntah menyebabkan gangguan 
tindakan  asuhan
sekresi insulin/terjadi
keperawatan selama 2x
resisten yang
24 jam diharapkan,klien
mengakibatkan
akan menunjukkan
hiperglikemia
berat badan stabil

 dengan kriteria :
2.      Penurunan berat badan
1)      1.Nafsu makan
terus menerus dalam
baik.
2.    Pantau masukan keadaan masukan kalori
2)     2. Berat badan makanan setiap hari, yang cukup merupakan
normal timbang berat badan indikasi kegagalan terhadap
setiap hari terapi antitiroid
3)      3. Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
3.      Mungkin memerlukan
bantuan untuk menjamin
pemasukan zat-zat makanan
3.      kolaborasi untuk yang adekuat dan
pemberian diet tinggi mengidentifikasi makanan
kalori, protein, pengganti yang sesuai
karbohidrat dan vitamin

4 IV Tujuan: 1.      Observasi adanya 1.      Stimulasi umum dari


edema periorbital stimulasi adrenergik yang
setelah dilakukan
berlebihan.
tindakan asuhan
keperawatan Selama

 2 x 24 jam
diharapkan,klien akan
2.      Oftalmopati infiltratif
mempertahankan 2.      Evaluasi ketajaman
adalah akibat dari
kelembaban membran mata.
peningkatan jaringan
mukosa mata, terbebas
3.    retroorbita.
dari ulkus
3.      Melindungi kerusakan
 dengan criteria hasil: kornea
          Anjurkan pasien
1. mampu menggunakan kaca mata
mengidentifikasi gelap.
tindakan untuk
memberikan 4.      Menurunkan edema
perlindungan pada jaringan bila ada komplikasi
4.      Bagian kepala
mata dan pencegahan
tempat tidur ditinggikan
komplikasi.

5 V Tujuan: Observasi tingkah laku 1.      Ansietas ringan dapat


yang menunjukkan ditunjukkan dengan peka
 Setelah dilakukan
tingkat ansietas rangsang dan
tindakan asuhan
keperawatan selama 2 x Imsomnia.
24 jam diharapkan
2.      Bicara singkat 3.       
klien akan melaporkan dengan kata yang
4.      Rentang perhatian
ansietas berkurang sederhana
mungkin menjadi pendek ,
sampai tingkat dapat
konsentrasi berkurang, yang
diatasi
membatasi kemampuan
dengan kriteria : untuk mengasimilasi
1.Pasien tampak rileks informasi

3.      Memberikan informasi


yang akurat yang dapat
3.     Jelaskan prosedur menurunkan kesalahan
tindakan interpretasi

4.      Menciptakan
lingkungan yang terapeutik

4.      Kurangi stimulasi


dari luar

6 VI Tujuan: 1.      Tinjau ulang proses 1.      Memberikan


penyakit dan harapan pengetahuan dasar dimana
 Setelah dilakukan
masa depan pasien dapat menentukan
tindakan asuhan
pilihan berdasarkana
keperawatan selama 2 x
informasi
24 jam diharapkan klien
akan melaporkan 2.      Berat ringannya
pemahaman tentang 2.      Berikan informasi keadaan, penyebab, usia
penyakitnya dengan yang tepat dan komplikasi yang muncul
kriteria akan menentukan tindakan
pengobatan
1.Mengungkapkan
pemahaman tentang 3.      Faktor psikogenik
penyakitnya seringkali sangat penting
dalam
3.       Identifikasi sumber memunculkan/eksaserbasi
stress dari penyakit ini
4.      Mencegah munculnya
kelelahan

5.      Pasien yang mendapat


4.      Tekankan
pengobatan hipertiroid
pentingnya perencanaan
besar kemungkinan
waktu istirahat
mengalami hipotiroid yang
5.      Berikan informasi dapat terjadi segera setelah
tanda dan gejala dari pengobatan selama 5 tahun
hipotiroid kedepan

E. EVALUASI

        a. Hipertiroid        

1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh

2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy 

3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil 

4. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus 

5. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi 

6. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.

BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Hipertiroidisme merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas fungsi kelenjar tiroid
dimana sekresi hormone yang berlebihan dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan
metabolisme. Banyak ciri khas lain yang terjadi pada pasien hipertiroid  akibat peningkatan stressor
terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dalam darah. Hipertiroidisme (Tiroktosikosis)
merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan
dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan
hormon tiroid berlebihan.dan Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai
akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh
akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999).
Sedangkan Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang
berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar
hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.

Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang
mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)

2. SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca
terutama pemahaman yang berhubungan dengan penyakit hipertiroid dan hipotiroid.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, ED :    3 jilid : 1.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Bare & Suzanne, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,  (Edisi 8), EGC, Jakarta

Carpenito, 2015, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2),  EGC, Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth, 2011, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2011, Rencana Asuhan   Keperawatan.(Edisi


III).EGC.Jakarta.

Santosa, Budi. 2015-2016. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

http://debyrahmad.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai