KEPERAWATAN
HIPERTIROID DAN
HIPOTIROID
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Hipertiroidisme, yang dalam hal prevalensi erupakan penyakit endokrin yang menempati urutan
kedua sesudah DM. pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat
stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobin dalam darah. Hipertiroidisme menyerang
wanita lima kali lebih sering di bandingkan oleh laki- laki.
Hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon
tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk indonesia memiliki
hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria
(Anonim, 2012).
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80%
kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi
0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia
20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah
defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian
gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma
toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).
Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih kurang 10 per 100.000 wanita
dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus
hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan
bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat
pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).
BAB II
1.DEFENISI
a. Hipertiroid
Hipertiroid (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid
menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin. Hipertiroidisme dapat secara signifikan
mempercepat metabolisme tubuh, menyebabkan penurunan berat badan tiba-tiba, detak
jantung yang cepat atau tidak teratur, berkeringat dan gelisah atau mudah tersinggung
(Anonim, 2010).
b. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang
berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar
hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang
mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2010)
Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di akibatkan oleh
kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan kretinisme.
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan
hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,2011)
2. ETIOLOGI
a.Hipertiroid
Penyebab hipotiroidime yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah
tiroiditis otoimun (tiroiditis hashimoto), dimana sistem imun menyerang kelenjer tiroid.
Gejala hipertiroidime dan kemudian dapat diikuti oleh gejala hipotiroidime dan miksedema.
Hipotiroidime juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidime yang mengalami
terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling sering
ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan
leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki. Karena itu,
pemeriksaan fungsi tiroid diajurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi tersebut.
(Brunner&Suddarth:1300)
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih
sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi
yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor
antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan
kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat
menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak
tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi
merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak.
Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH
sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter
yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum
hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan,
dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala
hpotiroid.
f) Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
b. Hipotiroid
Namun, pada Buku Ilmu Kesehatan, hipotiroid terbagi atas 2 berdasarkan penyebabnya,
yaitu:
a. Bawaan
b. Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang
sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
Idiopatik (autoimunisasi)
Tiroidektomi
Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
Pemakaian obat anti-tiroid
Kelainan hipofisis.
3. PATOFISIOLOGI
a. Hipertiroid
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan
penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih
besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH (Thyroid stimulating hormone), Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan
reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSHv. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada
pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH (Thyroid stimulating hormone) menurun, sedangkan
konsentrasi TSI Thyroid Stimulating Immunoglobulin) meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH
(Thyroid stimulating hormone) yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid
yang disebabkan oleh TSI Thyroid Stimulating Immunoglobulin) selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH (Thyroid stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas,
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis
pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang
kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga
penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
b.Hipotiroid
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika diet
seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan
yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada
keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid.
Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari
TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah.
Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan
gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi achlorhydria
(pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi
pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang
mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level
trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner.
Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan
abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan
hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak
optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
a. Hipertiroid
Gambaran kilinis Hipertiroidisme Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian
pula pada orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak.
Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat.
b.Hipotiroid
Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain;
e. Relaksasi lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita hipotiroidisme
sering mengeluh hiperminore.
5.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Hipertiroid
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan
diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
c. Bebas T4 (tiroksin)
d. Bebas T3 (triiodotironin)
e. Diag
nosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar
tiroid
b. Hipotiroid
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme didapatkan hasil sebagai
berikut:
Pembesaran jantung pada sinar X dada
EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS& gelombang T datar
atau inverse
6. KOMPLIKASI
a. Hipertiroid
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi,
selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves,
infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.
Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
b. Hipotiroid
a. Meningkatkan Kolesterol.
7.PENATALAKSANAAN
a. Hipertiroid
RadioaktifYodium Radioaktif
b. Hipotiroid
Hal-hal yang bisa dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain:
e.Terapi kortikosteroid
BAB III
A. Pengkajian
a. Data dasar pengkajian pasien Hipertiroid
a. Aktifitas/Istirahat
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Integritas Ego
e. Makanan/Cairan
Gejala: kehilangan berat badan yang mendadak,nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual muntah.
f. Neusensori
g. Nyeri/Keamanan
h. Pernafasan
Tanda: Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis)
i. Keamanan
Gejala: Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium,
Tanda: Diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahanm rambut tipis, mengkilat dan lurus.
Eksoftalamus: retraksi, iritasi pada konjungtiva, dan berair. Pruritus, lesi eritema yang
menjadi sangat parah
j. Seksualitas
k. Penyuluhan/pembelajaran
B. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes ambilan RAI: Meningkat pada penyakit Graves dan toksik goiter noduler, menurun
pada tiroiditis
e. Tiroglobulin: Meningkat.
m. Kreatinin urine: Meningkat.
C.Diagnosa Keperawatan
a. Hipertiroid
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol,
a. Hipertiroid
lemah, penurunan
produksi urine dan
hipotensi
dengan kriteria :
2. Penurunan berat badan
1) 1.Nafsu makan
terus menerus dalam
baik.
2. Pantau masukan keadaan masukan kalori
2) 2. Berat badan makanan setiap hari, yang cukup merupakan
normal timbang berat badan indikasi kegagalan terhadap
setiap hari terapi antitiroid
3) 3. Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
3. Mungkin memerlukan
bantuan untuk menjamin
pemasukan zat-zat makanan
3. kolaborasi untuk yang adekuat dan
pemberian diet tinggi mengidentifikasi makanan
kalori, protein, pengganti yang sesuai
karbohidrat dan vitamin
2 x 24 jam
diharapkan,klien akan
2. Oftalmopati infiltratif
mempertahankan 2. Evaluasi ketajaman
adalah akibat dari
kelembaban membran mata.
peningkatan jaringan
mukosa mata, terbebas
3. retroorbita.
dari ulkus
3. Melindungi kerusakan
dengan criteria hasil: kornea
Anjurkan pasien
1. mampu menggunakan kaca mata
mengidentifikasi gelap.
tindakan untuk
memberikan 4. Menurunkan edema
perlindungan pada jaringan bila ada komplikasi
4. Bagian kepala
mata dan pencegahan
tempat tidur ditinggikan
komplikasi.
4. Menciptakan
lingkungan yang terapeutik
E. EVALUASI
a. Hipertiroid
1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
4. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Hipertiroidisme merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas fungsi kelenjar tiroid
dimana sekresi hormone yang berlebihan dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan
metabolisme. Banyak ciri khas lain yang terjadi pada pasien hipertiroid akibat peningkatan stressor
terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dalam darah. Hipertiroidisme (Tiroktosikosis)
merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan
dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan
hormon tiroid berlebihan.dan Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai
akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh
akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999).
Sedangkan Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang
berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar
hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang
mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)
2. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca
terutama pemahaman yang berhubungan dengan penyakit hipertiroid dan hipotiroid.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Bare & Suzanne, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta
Carpenito, 2015, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta
http://debyrahmad.blogspot.com/