Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan
adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari
rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan
diberikannya asuhan keperawatan. Nyeri merupakan suatu hal yang tidak
asing. Nyeri menjadi alasan yang paling umum dikeluhkan seseorang untuk
mencari perawatan kesehatan dibandingkan dengan keluhan-keluhan lain.
Nyeri merupakan fenomena yang multidimensi, karena itulah sulit untuk
memberikan batasan yang pasti terhadap nyeri dari masing-masing individu
berbeda pula (Prasetyo, 2010).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
Dalam memberikan asuhan keperawatan guna mengatasi rasa nyeri
pada pasien, perawat harus selalu berusaha untuk mengembangkan strategi
penatalaksanaan nyeri, sehingga lebih dari sekedar pemberian obat-obatan
analgesic. Dengan memahami konsep nyeri secara holistic, diharapkan
perawat mampu mengembangkan strategi-strategi yang dapat mengatasi nyeri
yang dirasakan seseorang pasien. (Prasetyo, 2010)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan yang maksimal dan tepat pada
klien dengan keluhan nyeri.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi nyeri
b. Mengetahui etiologi nyeri
c. Mengetahui manifestasi klinik
d. Mengetahui patofisiologi
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang
f. Mengetahui komplikasi
g. Mengetahui penatalaksanaan
h. Mengetahui pengkajian nyeri
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi Nyeri
International Association for Study of Pain (IASP) menyatakan nyeri
adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual, berpotensi rusak, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan. (NANDA, 2015).
Nyeri adalah bentuk ketidaknyamanan yang dapat disebabkan oleh
banyak hal. Nyeri dapat timbul karena efek dari penyakit-penyakit tertentu
atau akibat cedera. Jika hal ini terjadi, konsep keperawatan diarahkan untuk
menghilangkan rasa nyeri dan mengembalikan kepada kondisi nyaman.
Namun, hal yang sering kali menyulitkan penatalaksanaan nyeri adalah nyeri
bersifat subjektif. Masing-masing orang akan menanggapi secara berbeda
terhadap nyeri yang dirasakannya (Sulistyo, 2013).
Secara umum nyeri di artikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf
dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun
emosional.

B. Etiologi
1. Agen cedera fisik : penyebab nyeri karena trauma fisik
2. Agen cedera biologi : penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ
atau jaringan tubuh
3. Agen cedera psikologi : penyebab nyeri yang bersifat psikologik
seperti kelainan organik, neurosis traumatik, skizofrenia
4. Agen cedera kimia : penyebab nyeri karena bahan/zat kimia.

C. Manifestasi Klinik
1. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang, mengeluh)
2. Raut wajah tampak kesakitan
3. Posisi untuk mengurangi nyeri.
4. Tekanan darah meningkat
5. Pucat
6. Ada gerakan untuk melindungi lokasi nyeri
7. Muncul keringat berlebihan
8. Keringat dingin
9. Perubahan dalam nafsu makan dan minum.

D. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan
di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga individu mengalami nyeri.
Selain dihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi
terhadap reseptor mekanin sensitive pada termosensitif sehingga dapat juga
menyebabkan atau mengalami nyeri.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Hemoglobin
b. Leukosit
c. Trombosit
2. Menggunakan skala nyeri
a. Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik.
b. Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat
menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti
intruksi yang diberikan.
c. Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara Secara objektif pasien masih bisa
merespon, namun terkadang pasien tidak mengikuti intruski yang
diberikan.
d. Nyeri sangat berat = 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan pasien merespon dengan cara memukul.
(Hidayat, 2016).

F. Komplikasi
1. Edema Pulmonal
2. Kejang
3. Mobilitas fisik
4. Hipertensi
5. Hipertermia
6. Hipovolemik

G. Penatalaksanaan
1. Menggurangi faktor yang dapat menambah rasa nyeri meliputi : disbelief,
miscoseption, ketakutan, kelekahan, dan monotory.
a. Disbelief, perawat menyampaikan agar pasien percaya adanya nyeri.
b. Misconception,mengurangi salah paham pasien tentang nyerinya yang
ia rasakan, bahwa nyerinya itu hanya dapat dirasakan oleh pasien
sendiri.
c. Ketakutan, memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi
ketakutan pasien dengan mengajurkan pasien untuk mengekspresikan
bagaimana mereka menangani.
d. Kelelahan, kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya
dengan mengembangkan pola aktifitas yang dapat memberikan
istirahat yang cukup.
e. Monotory, mengurangi nyeri diperlukan tindakan mengalihkan
perhatian seseorang dari rasa nyeri.
2. Momidifikasi stimulus nyeri dengan cara :
a. Teknik latihan pengalihan perhatian : berbincang-bincang dengan
orang lain, menonton televisi dan mendengarka musik
b. Simulasi kulit dengan cara : menggosok dengan halus pada daerah
nyeri, menggosok dengan air hangat dan dingin, dan masase dengan
air mengalir
c. Teknik relaksasi dengan cara : Menganjurkan pasien untuk menarik
nafas dalam
3. Pemberian obat analgetik
Pemberian obat analgesik dilakukan dalam rangka menggangu atau
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
menggurangi kortikal terhadap nyeri, adapun jenis analgestik antara lain :
analgetik jenis narkotika dan analgetik non narkotika, untuk jenis
narkotika dapat juga digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan
minumbulkan depresi pada fungsi vital seperti respiratori. Kemudian jenis
nonnarkotika yang paling banyak dikenal dimasyarakatadalah aspirin,
acetaminofen, dan bahan anti inflamasi nonsteroid. Jenis golongan aspirin
atau asctylsatic acid digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral
dan perifer kemungkinan menghambat sintesis prostagladin yang
memiliki khasiat setelah 15 menit sampai 20 menit dan memuncak 1-2
jam. Aspirin tersebut juga menghambat agregasi trombosit dan antagonis
lemah terhadap vitamin K sehingga dapat meningkatkan waktu
perdarahan dan protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Jenis
golongan asetaminofen sama seperti aspirin akan tetapi tidak
menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis NSAID (nonsteroid
anti-inflamantory drug) juga dapat menghambat prostagladin dan dosis
rendah dapat berfungsi sebagai analgesik, kelompok obat ini seperti
ibuprofen, asam mefenamat, fenoprofen, naprofen, zomepirac, dan lain-
lain. (Hidayat,2016).
H. Pengkajian Nyeri
1. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
a. Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial
b. Posisi atau lokasi nyeri
Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh
klien, sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (visceral)
lebih dirasakan secara umum.
2. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan
dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi
patologis dari klien.
3. Waktu dan Lama (Time & Duration)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul, berapa
lama, bagaimana timbulnya, interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir
timbul.
4. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala
mungkin dikatakan “ada yang membentur kepalanya”, nyeri abdominal
dikatakan “seperti teriris pisau”.
5. Skala Nyeri
Beberapa contoh alat pengukur nyeri :
a. Anak-anak
b. Dewasa
Skala intensitas nyeri deskriptif

Skala identitas nyeri numerik

Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi
berinteraksi dengan orang lain.
6. Perilaku Non Verbal
Beberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain : ekspresi
wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain.
7. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan,
suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi.

Sifat nyeri ( P, Q, R, S, T )

P : provocating ( pemacu ) dan paliative yaitu faktor yangmeningkatkan atau


mengurangi nyeri

Q : Quality dan Quantity

Supervisial : tajam, menusuk, membakar 


Dalam : tajam, tumpul, nyeri terus
Visceral : tajam, tumpul, nyeri terus, kejang
R : region atau radiation ( area atau daerah ) : penjalaran

S : severty atau keganasan : intensitas nyeri

T : time ( waktu serangan, lamanya, kekerapan muncul.)

- Lokasi-Intensitas

- Kualitas dan karakteristik

- Waktu terjadinya dan interval

- Respon nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:


Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta


:Salemba Medika.

Budi A. Keliat dkk. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis


Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Gloria M. Bulechek dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC)


Edisi Bahasa Indonesia Edisi Keenam. Elsevier Singapore: CV. Mocomedia.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai