Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN


DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN
PEMALANG

LAPORAN AKHIR

Rencana Aksi Daerah Pangan Dan Gizi (RAD-


PG), Kabupaten Pemalang

Disusun oleh:
Nama Anda
NIM Anda

i
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Fakultas Teknologi Pertanian


Unika Soegijapranata
Bekerjasama dengan
PT. Citra Muda Indo Konsultant
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan akhir Studi Analisis Pengembangan Usaha Bagi Nelayan Di Kabupaten
Pemalang ini.

Laporan Akhir ini merupakan tahapan alhir studi pengembangan usaha bagi
nelayan yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptkan peluang usaha baru bagi
nelayan di Kabupaten Pemalang sehingga diharapkan kehidupan sosial ekonomi para
nelayan dapat menjadi lebih baik.

Dalam laporan ini berisi mengenai konsep dan langkah kerja yang telah
dilakukan untuk menghasilkan database dan perencanaan usaha baru yang sesuai dan
cocok dengan para nelayan.

Akhirnya semoga laporan akhir ini dapat menghasilkan suatu rencanan yang
baik bagi para pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan kondisi sosial
ekonomi nelayan ini maupun para nelayan sendiri di wilayah Kabupaten Pemalang.

Pemalang, Desember 2019

Hormat kami,

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman ii
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................................iv

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................iv

1.2 Dasar Hukum......................................................................................................................v

1.3 Maksud dan Tujuan RAD Pangan dan Gizi.........................................................................vi

1.4 Kondisi Umum Pencapaian Pembangunan Pangan dan Gizi Kabupaten Pemalang...........vi

1.5 Permasalahan Pembangunan Pangan dan Gizi..................................................................xi

1.5.1. Perbaikan Gizi Masyarakat........................................................................................xi

1.5.2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan Beragam..............................................................xii

1.5.3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan............................................xii

1.5.4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)............................................xiii

BAB II. TUJUAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN SASARAN


PEMBANGUNAN PANGAN DAN GIZI....................................................................................xvi

2.1. Tujuan, Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pangan dan Gizi Nasional Tahun
2011-2015....................................................................................................................................xvi

2.1.1 Tujuan......................................................................................................................xvi

2.1.2 Arah Kebijakan........................................................................................................xvi

2.1.3 Strategi.....................................................................................................................xvi

2.2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pangan dan Gizi Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011-2015........................................................................................................................xvii

2.2.1. Tujuan.....................................................................................................................xvii

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman iii
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

2.2.2. Kebijakan dan Stategi.............................................................................................xviii

BAB III. RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI...................................................xix

3.1. Pilar 1. Perbaikan Gizi Masyarakat...................................................................................xix

3.2. Pilar 2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan Beragam.........................................................xix

3.3. Pilar 3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan......................................xix

3.4. Pilar 4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.......................................................xx

3.5. Pilar 5. Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi............................................................xx

BAB IV. PEMANTAUAN DAN EVALUASI..............................................................................xxi

4.1. Pendahuluan....................................................................................................................xxi

4.1.1 Pengertian Monitoring..............................................................................................xxi

4.1.2 Pengertian Evaluasi.................................................................................................xxii

4.2. Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Daerah (RAD) Pengan dan Gizi Kabupatem
Pemalang...................................................................................................................................xxiii

BAB V. PENUTUP......................................................................................................................xxiv

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................xxv

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman iv
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persentase Balita Gizi Buruk di Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2012...................x

Gambar 2. Prevalensi Balita Pendek dan Sangat Pendek (Stunting) di Kabupaten Pemalang
Tahun 2012 xii

Gambar 3. Capaian Persentase Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan, Persentase Balita
Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A, dan Persentase Bayi 0-6 Bulan mendapat ASI
eksklusif di Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2012....................................................................xiii

Gambar 4. Peta Surplus Beras di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012...........................................xvi

Gambar 5. Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Pemalang Tahun
2010-2012 xvii

Gambar 6. Proses reaminasi pengikatan nitrogen bebas oleh senyawa hidrobensena buah kluwak
dalam tubuh untuk menghambat penyakit asam urat....................................................................xvii

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman v
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Capaian Pembangunan Pilar Perbaikan Gizi Masyarakat di Kabupaten Pemalang
Tahun 2010-2012...........................................................................................................................4

Tabel 2. Status Gizi Balita Menurut Indeks Berat Badan per Usia di Kabupaten Pemalang Tahun
2012..............................................................................................................................................6

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman vi
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matrik Program Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi di Kabupaten Pemalang, 2013
- 2016...............................................................................................................................................23

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman vii
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan tersebut menjadi


penegasan pengakuan hak asasi manusia di Indonesia sebagai pelaksanaan Universal
Declaration of Human Right (1948)1 dan The International Covenant on Economic,
Social, and Cultural Rights (1966). Pernyataan pangan sebagai hak asasi manusia
juga menjadi kesepakatan Rome Declaration on World Food Security and World
Food Summit tahun 1996 yang ditandatangani sebanyak 112 kepala negara atau
penjabat tinggi dari 186 negara peserta, termasuk Indonesia.

Perencanaan Pangan harus terintegrasi dalam rencana pembangunan nasional


dan rencana pembangunan daerah, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Perencanaan
Pangan disusun di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, dan diintegrasikan
dalam rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka
menengah, dan rencana kerja tahunan di tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1
Termuat di dalam Konvensi PBB tentang Hak Asasi Manusia tahun 1948, yang diratifikasi pada tahun
1958, selanjutnya menjadi Konvensi Hak Asasi atas Pangan tahun 1966

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 1
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Di tingkat nasional, perencanaan pangan diwujudkan dalam bentuk Rencana


Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) tahun 2011-2015. Saat ini Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah juga telah memiliki Rencana Aksi Daerah Pangan Dan Gizi
(RAD-PG) Tahun 2011-2015 yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 7 Tahun 2012. Sebagai bentuk kontribusi Kabupaten Pemalang dalam
mendukung ketahanan pangan dan pencapaian status gizi masyarakat, sekaligus
mengarah pada pencapaian Pemalang Sehat, maka perlu dilakukan penyusunan
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Kabupaten Pemalang.

1.2 Dasar Hukum

Landasan hukum penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-
PG) Kabupaten Pemalang adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan;
4. Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan
Pangan;
5. Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2025;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 24 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Pemalang Tahun
2005 – 2025;
7. Permendagri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah
Desa (CPPD);
8. SE Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas Nomor
0154/M.PPN/05/ 2011 tentang Pedoman Penyusunan RAD-PG;

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 2
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

1.3 Maksud dan Tujuan RAD Pangan dan Gizi

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) disusun dengan maksud
sebagai panduan dalam melaksanakan pembangunan pangan dan gizi di Kabupaten
Pemalang. Tujuan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Kabupaten
Pemalang adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan status gizi masyarakat dengan memprioritaskan pada penurunan
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang balita, penurunan prevalensi pendek balita,
serta menurunkan kerawanan pangan masyarakat.
2. Mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan berbasis kemandirian
untuk menyediakan ketersediaan energi per kapita minimal 2.200 kilokalori/hari,
dan penyediaan protein per kapita minimal 57 gram/hari;
3. Meningkatkan kualitas konsumsi pangan perkapita untuk mencapai gizi
seimbang dengan kecukupan energi minimal 2.000 kilokalori/hari dan protein
sebesar 52 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta meningkatkan keragaman
konsumsi pangan untuk meningkatkan skor Pola Pangan Harapan (PPH).

1.4 Kondisi Umum Pencapaian Pembangunan Pangan dan Gizi Kabupaten


Pemalang

Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat


memenuhi kecukupan gizi individu untuk tumbuh dan berkembang. Manusia
memerlukan makanan yang bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Makanan
bergizi adalah makanan yang cukup mengandung karbohidrat, lemak, protein,
vitamin dan mineral. Kekurangan gizi dan ketidakseimbangan kandungan makanan
yang diterima tubuh akan berdampak pada kondisi kesehatan dan perilaku sosial,
berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar sehingga berakibat pada rendahnya
hasil belajar. Capaian pembangunan Pilar Perbaikan Gizi Masyarakat di Kabupaten
Pemalang dapat dilihat pada Tabel 1.

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 3
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Tabel 1. Capaian Pembangunan Pilar Perbaikan Gizi Masyarakat di Kabupaten


Pemalang Tahun 2010-2012

Capaian Tahun
No Indikator
2010 2011 2012
1. Persentase Balita ditimbang berat 64,85 63,39 64,61
badannya (D/S) (%)
2. Persentase balita yang naik berat 71,03 71,10 71,38
badannya (%)
3. Persentase balita yang berada di 2,05 1,76 1,60
bawah garis merah (BGM) (%)
4. Persentase balita gizi buruk (%) 2,24 1,86 0,12

5. Persentase balita gizi kurang (%) 15,31 18,21

6. Persentase Balita Gizi Buruk mendapat 100 100 100


perawatan (%)
7. Persentase Balita usia 6-59 bulan 94,66 94,87 94,93
mendapat kapsul vitamin A (%)
8. Cakupan ibu nifas yang mendapatkan 98,04 99,61 99,79
kapsul Vitamin A (%)
9. Persentase Bayi 0-6 bulan mendapat 25,51 39,70 42,67
ASI Eksklusif (%)
10. Persentase Ibu hamil yang mendapat 86,92 85,81 86,63
90 tablet Fe (%)
11. Persentase ibu hamil KEK mendapat 0 0 44,60
PMT (%)
12. Cakupan Rumah Tangga 69,5 75,8 81,5
mengkonsumsi garam beryodium (%)
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2019

Prevalensi balita gizi buruk adalah prevalensi balita dengan berat badan
sangat kurang. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk (sangat kurang)
mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan
indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Dalam kurun waktu
tiga tahun (2010-2012), prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Pemalang

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 4
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

menunjukkan penurunan dari sebesar 2,24 pada tahun 2010 menjadi sebesar 0,12%
pada tahun 2012. Perhitungan prevalensi dapat dilakukan dengan persamaan:

dx

Prevalensi gizi rendah (gizi buruk dan gizi kurang) di Kabupaten Pemalang
tersebut juga masih lebih tinggi dari target nasional tahun 2014 sebesar 15% (Buku
Panduan Hari Kesehatan Nasional tahun 2012) dan target MDG’s nasional tahun
2015 sebesar 15,5%. Perkembangan balita gizi buruk di Kabupaten Pemalang tahun
2010-2012 dapat dilihat pada Gambar 1.

2,5
2,24
2
1,86
1,5

0,5
0,12
0
2010 2011 2012
Persentase balita gizi buruk (%)

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2013

Gambar 1. Persentase Balita Gizi Buruk di Kabupaten Pemalang Tahun


2010-2012

Distribusi status gizi balita berdasarkan hasil penimbangan balita pada


tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 5
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Jumlah Balita % Balita


No Puskesmas Balita BB Gizi BB Gizi
Ditimbang BGM Ditimbang BGM
yg ada Naik Buruk Naik Buruk
1.   Banyumudal 6.172 2.816 1.827 54 8 45,63 64,87 1,90 0,28
2.   Warungpring 3.373 2.774 2.405 19 1 82,24 86,70 0,68 0,04
3.   Pulosari 5.075 3.489 2.63 10 5 68,74 75,38 0,29 0,14
4.   Belik 8.249 5.572 4.285 4 1 67,54 76,92 0,08 0,02
5.   Watukumpul 6.276 4.461 3.353 11 0 71,08 75,18 0,24 0,00
6.   Kebandaran 4.659 2.548 1.993 43 14 54,69 78,22 1,67 0,55
7.   Bantarbolang 6.933 5.309 4.455 48 2 76,57 83,91 0,90 0,04
8.   Randudongkal 4.679 3.301 2.337 23 3 70,55 70,80 0,70 0,09
9.   Kalimas 3.958 2.491 1.408 17 0 62,94 56,53 0,67 0,00
10.    Paduraksa 4.038 2.975 2.402 44 2 73,68 80,75 1,47 0,07
11.    Mulyoharjo 6.277 3.45 1.787 40 8 54,96 51,80 1,15 0,23
12.    Kebondalem 6.145 3.179 1.713 50 9 51,74 53,88 1,56 0,28
13.    Banjardawa 3.845 2.57 1.776 46 1 66,85 69,09 1,78 0,04
14.    Kabunan 4.531 3.142 2.301 136 1 69,35 73,22 4,32 0,03
15.    Jebed 5.961 4.702 3.746 89 3 78,87 79,66 1,90 0,06
16.    Petarukan 7.262 5.158 3.919 162 1 71,03 75,98 3,14 0,02
17.    Klareyan 5.363 3.647 2.555 32 3 68,01 70,05 0,87 0,08
18.    Losari 5.621 3.674 2.501 149 1 65,36 68,07 4,05 0,03
19.    Purwoharjo 5.09 2.485 1.403 105 6 48,82 56,47 4,22 0,24
Kab.
  114.608 74.053 52.858 1.188 86 64,61 71,38 1,60 0,12
Pemalang

Tabel 2. Status Gizi Balita Menurut Indeks Berat Badan per Usia di Kabupaten Pemalang Tahun 2012

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2013

Disusun olehPaulus Advent S N 18.I1.0080 Halaman 6


Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Dilihat distribusinya per Puskesmas, terlihat jelas bahwa balita pendek dan
sangat pendek (stunting) tersebar di seluruh kecamatan, sebanyak 10 kecamatan
diantaranya memiliki balita stunting lebih dari 30%. Puskesmas di Kabupaten
Pemalang dengan persentase Balita stunting paling banyak terdapat di Puskesmas
Kalimas (40,88%, selanjutnya Puskesmas Rowosari (39,85%), dan Puskesmas Jebed
(39,47%). Prevalensi balita pendek dan sangat pendek di Kabupaten Pemalang dapat
dilihat pada Gambar 2.

40,88

39,47

39,85
45

38,25
36,79

36,31
40
33,62

32,8
30,13
35

31
27,63

26,04
25,83
25,78

25,75
30

22,63
25

20
16,56
14,73

20

13,08
15
8,51

7,4

10
4,1

5
0

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2019

Gambar 2. Prevalensi Balita Pendek dan Sangat Pendek (Stunting) di


Kabupaten Pemalang Tahun 2012

Pemerintah Kabupaten Pemalang bersama masyarakat telah mengupayakan


pelayanan kesehatan dalam rangka peningkatan status gizi balita, baik melalui usaha
perbaikan gizi keluarga, intervensi pada masa ibu hamil, pemantauan gizi oleh bidan
desa, penanganan responsif terhadap balita penderita gizi buruk, maupun pemberian
vitamin pada balita. Perkembangan capaian indikator persentase balita gizi buruk
mendapatkan perawatan, indikator persentase balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 7
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

vitamin A, dan indikator persentase bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif terlihat
pada Gambar 3.

120
100 100 100
100
Persentase Balita Gizi
94,66 94,87 94,93 Buruk mendapat
80
perawatan (%)

60 Persentase Balita usia 6-


59 bulan mendapat
39,7 42,67 kapsul vitamin A (%)
40
25,51 Persentase Bayi 0-6
bulan mendapat ASI
20 Eksklusif (%)

0
2010 2011 2012

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2013 (diolah)

Gambar 3. Capaian Persentase Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan,


Persentase Balita Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A,
dan Persentase Bayi 0-6 Bulan mendapat ASI eksklusif di
Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2012

1.5 Permasalahan Pembangunan Pangan dan Gizi

1.5.1. Perbaikan Gizi Masyarakat

Kemiskinan dinilai sebagai penyebab penting masalah kurang gizi karena


keluarga miskin tidak dapat memenuhi asupan makanan yang cukup dan
berkualitas. Secara umum keluarga miskin adalah tenaga kerja yang berpendidikan
rendah sehingga tingkat pengetahuan gizi pangan dan pola asuh juga kurang
berkualitas. Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Pemalang berkaitan dengan
perbaikan gizi masyarakat adalah sebagai berikut:

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 8
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

1. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam penapisan gizi buruk sehingga belum


semua gizi buruk terdeteksi dan mendapatkan perhatian yang seharusnya dalam
penanganan.
2. Kurang kepedulian keluarga dalam penanganan gizi buruk dalam keluarganya
karena factor kemiskinan.
3. Belum dimengertinya bahwa stunting merupakan masalah tumbuh kembang
dan gizi.
4. Kurangnya tenaga kesehatan terlatih tata laksana gizi buruk maupun tata
laksana balita stunting.

1.5.2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan Beragam

Masalah distribusi pangan, sarana distribusi pangan seperti fasilitas pasar


umum khususnya di wilayah terpencil jumlahnya masih terbatas. Tingginya
proporsi sumber karbohidrat dalam pola konsumsi pangan penduduk menunjukkan
bahwa kemiskinan masih menjadi penyebab utama pola konsumsi pangan yang
belum bergizi, beragam dan berimbang. Permasalahan utama yang dihadapi
Kabupaten Pemalang berkaitan dengan aksesibilitas pangan adalah sebagai berikut:

1. Masih terbatasnya akses yang memadai bagi penduduk miskin dan


berpendidikan rendah dalam memperoleh pangan yang bergizi, beragam dan
berimbang.
2. Belum optimalnya kualitas konsumsi pangan yang beragam, berimbang, dan
memenuhi PPH ideal, disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai gizi, dan pengaruh dan budaya makan masyarakat setempat.

1.5.3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

Secara ringkas, permasalahan utama yang dihadapi Kabupaten Pemalang


berkaitan dengan aksesibilitas pangan adalah sebagai berikut:

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 9
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

1. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran pelaku usaha industri rumah tangga
pangan terhadap standar mutu dan keamanan pangan, dan cara produksi produk
pangan yang baik.
2. Kurangnya pembinaan terhadap kantin sekolah dalam pencegahan peredaran
bahan pangan yang berbahaya di lingkungan sekolah.
3. Terbatasnya cakupan lokasi dan jumlah produk dalam pengawasan terhadap
produk pangan yang beredar.

1.5.4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS terkait pangan dan gizi mencakup empat indikator PHBS, yaitu: (1)
Memberi bayi ASI Eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan, dengan capaian pada tahun
2012 hanya sebesar 42,67%; (2) Menimbang Balita setiap bulan melalui Posyandu,
dengan capaian cakupan persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) sebesar
64,61% pada tahun 2012; (3) Menggunakan Air Bersih, dengan cakupan rumah
tangga menggunakan air minum memenuhi syarat sehat sebesar 76,96% pada tahun
2011; dan (4) Makan buah dan sayur setiap hari, dengan capaian pada tahun 2012
hanya sebanyak 103,6 kkal/kapita/hari dari standar ideal sebesar 120
kkal/kapita/hari. Dengan demikian, secara ringkas berkaitan peningkatan PHBS di
bidang pangan dan gizi di Kabupaten Pemalang sebagai berikut:

1. Rendahnya capaian ASI eksklusif di Kabupaten Pemalang, disebabkan oleh


adanya kebiasaan masyarakat untuk memberikan asupan selain ASI pada bayi,
serta adanya persepsi bahwa bayi menangis karena lapar.
2. Belum optimalnya penimbangan Balita setiap bulan melalui Posyandu,
disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih kurang.
3. Masih rendahnya konsumsi buah dan sayur penduduk, disebabkan tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai gizi, dan pengaruh pola kebiasaan dan
budaya makan masyarakat setempat.
4. Menggunakan air bersih, dengan cakupan rumah tangga menggunakan air
minum memenuhi syarat sehat

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 10
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Kabupaten Pemalang menjadi salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang


mengalami surplus beras. Kabupaten Pemalang juga menjadi salah satu dari 21
kabupaten/kota penerima penghargaan dari tahun 2010, karena Kabupaten
Pemalang mampu meningkatkan produksi padi lebih dari 5% pada tahun 2010.
Kabupaten Pemalang menjadi salah satu dari sebanyak 27 kabupaten di Jawa
Tengah yang mengalami surplus beras. Secara jelas hasil pemetaan surplus beras di
Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada gambar 4.

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2013

Gambar 4. Peta Surplus Beras di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

Penganekaragaman pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau


membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman untuk
memenuhi kebutuhan gizi guna mendukung hidup sehat, aktif dan produktif yang
dapat dilihat melalui skor Pola Pangan Harapan (PPH). Skor PPH Kabupaten dalam

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 11
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

kurun waktu tiga tahun mengalami peningkatan, dari sebesar 82,6 pada tahun 2010
menjadi 84,3 pada tahun 2011, dan sebesar 85,7 pada tahun 2012. Angka ini belum
sesuai dengan standar ideal skor PPH, yaitu sebesar 100.

Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kab. Pemalang, 2013 (diolah)

Gambar 5. Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten


Pemalang Tahun 2010-2012

Kluwak adalah bahan pangan yang sehat dan perlu disosialisasikan, karena
dapat mencegah terbentuknya asam urat, akibat terlepasnya ion NH2– di dalam
darah. Keberadaan rantai-rantai karbon yang berikatan ganda dan satu gugus karbon
yang mengikat ion Hidrogen, dapat melakukan proses deaminasi, seperti pada
persamaan berikut:

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 12
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Gambar 6. Proses reaminasi pengikatan nitrogen bebas oleh senyawa


hidrobensena buah kluwak dalam tubuh untuk menghambat
penyakit asam urat

BAB II. TUJUAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN SASARAN


PEMBANGUNAN PANGAN DAN GIZI

2.1. Tujuan, Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pangan dan Gizi
Nasional Tahun 2011-2015

2.1.1 Tujuan

Tujuan pembangunan nasional pangan dan gizi yang akan dicapai tahun 2011-
2015 sebagai implementasi MDG’s sebagaimana termuat dalam Rencana Aksi
Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2011-2015 meliputi sebagai berikut:

a. Menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita menjadi 15,5 persen;


b. Menurunnya prevalensi pendek pada anak balita menjadi 32 persen; dan
c. Tercapainya konsumsi pangan dengan asupan kalori 2.000 Kkal/orang/hari.

2.1.2 Arah Kebijakan

Kebijakan nasional dalam pembangunan pangan dan gizi yaitu peningkatan


status gizi masyarakat terutama ibu dan anak melalui ketersediaan, akses, konsumsi
dan keamanan pangan, perilaku hidup bersih dan sehat termasuk sadar gizi, sejalan
dengan penguatan koordinasi lintas bidang, lintas program dan kemitraan.

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 13
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

2.1.3 Strategi

Sesuai dengan aksi nasional pangan dan gizi, strategi nasional dalam
pembangunan pangan dan gizi meliputi:

a. Perbaikan gizi masyarakat, terutama pada ibu pra-hamil, ibu hamil dan nak
melalui peningkatan ketersediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan
berkelanjutan difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu pra-hamil, ibu
hamil, bayi, dan anak Baduta.

b. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam melalui peningkatkan


ketersediaan dan aksesibilitas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan
pangan dan miskin.

c. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui


peningkatkan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada makanan
jajanan yang memenuhi syarat dan produk industri rumah tangga (PIRT)
tersertifikasi.

d. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui peningkatkan


pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal serta non formal
terutama dalam perubahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang
difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya
lokal, perilaku hidup bersih dan sehat, serta merevitalisasi posyandu.

e. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi melalui penguatan kelembagaan


pangan dan gizi di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten dan kota yang
mempunyai kewenangan merumuskan kebijakan dan program bidang pangan
dan gizi, termasuk sumberdaya serta penelitian dan pengembangan.

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 14
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

2.2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pangan dan Gizi Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2011-2015

2.2.1. Tujuan

Tujuan pembangunan pangan dan gizi yang akan dicapai Provinsi Jawa
Tengah dalam kurun waktu tahun 2011-2015 sebagai implementasi Peraturan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Daerah
Percepatan Pencapaian Target Millennium Development Goals Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2011-2015 meliputi sebagai berikut:

a. Menurunkan prevalensi balita dengan berat badan rendah (gizi buruk dan gizi
kurang) dari 12,13% (tahun 2010) menjadi 11,00% pada tahun 2015.
b. Menurunkan prevalensi balita stunting (pendek dan sangat pendek) dari 29,79
% (tahun 2010) menjadi 27,5 % pada tahun 2015.
c. Menurunkan populasi penduduk dengan asupan kalori < 1400 kkal/kap/hari dari
15,22% (tahun 2010) menjadi 8,5% di tahun 2015.

2.2.2. Kebijakan dan Stategi

Kebijakan dan strategi dibedakan berdasarkan strata status pembangunan


pangan dan gizi adalah sebagai berikut:

Arah Kebijakan: Melanjutkan penurunan prevalensi


kurang gizi pada ibu dan anak dan mempertahankan
tingkat konsumsi masyarakat agar berkontribusi
terhadap percepatan MDGs 1,4,5 dan 6.

Strategi:
1) Perbaikan gizi masyarakat dengan mengukur panjang/tinggi badan semua anak
baduta setiap 6 bulan selama distribusi kapsul vitamin A.
2) Peningkatan aksesibilitas pangan beragam dengan mengembangkan pemetaan
kabupaten/kota berdasarkan indikator prevalensi pendek anak balita dan asupan
kalori<2.000 kkal/kap/hari untuk prioritas penanganan wilayah.

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 15
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

3) Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan dengan menjaga mutu


dan keamanan pangan termasuk makanan jajanan, PIRT, dan air minum.
4) Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat melalui peningkatan akses
informasi dan edukasi bidang pangan dan gizi kepada masyarakat terutama untuk
menanggulangi gizi lebih dan penyakit tidak menular terkait gizi.
5) Penguatan kelembagaan pangan dan gizi dengan harmonisasi Rencana Aksi
Pangan dan Gizi di kabupaten/kota untuk mencapai target MDGs.

BAB III. RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI

3.1. Pilar 1. Perbaikan Gizi Masyarakat

Program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka perbaikan gizi


masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
a. Penyusunan Peta Informasi Masyarakat kurang Gizi
b. Pengembangan model posyandu terpadu
c. Pelatihan kader Posyandu dalam pemantauan tumbuh kembang anak dan
penapisan (deteksi) gizi buruk.
d. Pemberian Tambahan makanan dan vitamin

3.2. Pilar 2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan Beragam

Program/Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan aksesibilitas


pangan beragam adalah sebagai berikut:
1. Program peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan)
a. Penanganan daerah rawan pangan
b. Pengembangan cadangan pangan daerah

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 16
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

c. Peningkatan kemandirian dan penanganan kerawanan pangan di


masyarakat/Kegiatan Program Aksi Desa Mandiri Pangan
d. Penyuluhan sumber pangan alternatif
e. Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan

3.3. Pilar 3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

Program/Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pengawasan mutu dan


keamanan pangan adalah sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/ Perkebunan)
a. Peningkatan mutu dan keamanan pangan
2. Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan
a. Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil
produksi rumah tangga.
b. Pelatihan Ketrampilan Pengolahan Makanan dengan cara produksi produk
pangan yang baik.
3. Program pengawasan obat dan makanan
a. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya

3.4. Pilar 4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Program/Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan perilaku hidup


bersih dan sehat adalah sebagai berikut:
1. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, dengan
kegiatan:
a. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
b. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
c. Pelatihan tenaga kesehatan dalam pembinaan PHBS di masyarakat

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 17
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

3.5. Pilar 5. Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi

Program/Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penguatan kelembagaan


pangan dan gizi adalah sebagai berikut:
1. Program peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan), dengan
kegiatan:
a. Pemberdayaan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
b. Pelatihan Pangan dan Gizi bagi PPL pertanian.
2. Program Perbaikan Gizi Masyarakat dengan kegiatan:
a. Pelatihan kader Posyandu dalam pemantauan tumbuh kembang anak dan
penapisan (deteksi) gizi buruk.

BAB IV. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

4.1. Pendahuluan

4.1.1 Pengertian Monitoring

Beberapa pakar manajemen mengemukakan bahwa fungsi monitoring


mempunyai nilai yang sama bobotnya dengan fungsi perencanaan. Conor (1974)
menjelaskan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan, separuhnya ditentukan
oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya lagi fungsi oleh pengawasan
atau monitoring. Pada umumnya, manajemen menekankan terhadap pentingnya
kedua fungsi ini, yaitu perencanaan dan pengawasan (monitoring). Berdasarkan
kegunaannya, William Travers Jerome menggolongkan monitoring menjadi delapan
macam, sebagai berikut:
a) Monitoring yang digunakan untuk memelihara dan membakukan pelaksanaan
suatu rencana dalam rangka meningkatkan daya guna dan menekan biaya
pelaksanaan program.
b) Monitoring yang digunakan untuk mengetahui ketepatan pendelegasian tugas
dan wewenang yang harus dilakukan oleh staf atau bawahan.

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 18
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

c) Monitoring yang digunakan untuk mengukur penampilan tugas pelaksana.


d) Monitoring yang digunakan untuk mengetahui ketepatan antara pelaksanaan
dengan perencanaan program.
e) Monitoring yang digunakan untuk mengetahui berbagai ragam rencana dan
kesesuaiannya dengan sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi.
f) Monitoringyang digunakan untuk memotivasi keterlibatan para pelaksana.

Langkah-langkah pokok untuk melakukan monitoring adalah menyusun


rancangan monitoring, seperti untuk menghimpun data atau informasi tentang
pelaksanaan program yang hasilnya akan dibagikan dan diserahkan kepada
pengelola untuk memperbaiki pelaksanaan program, b) sasaran atau aspek-aspek
yang akan dimonitor, c) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program, d)
pendekatan metode, teknik dan instrumen monitoring, e) waktu dan jadwal kegiatan
monitoring, dan f) biaya monitoring. Rancangan ini didiskusikan dengan pengelola
dan penyelenggara program untuk memperoleh masukan bagi penyempurnaannya.
Hasil penyempurnaan ini dapat disebut program monitoring.

4.1.2 Pengertian Evaluasi

Menurut definisi UNESCO (2003), evaluasi pembangunan masyarakat


adalah evaluasi adalah proses untuk menentukan nilai atau harga dari sebuah
program, kursus, atau prakarsa lainnya menuju pada tujuan akhir yaitu
menghasilkan keputusan mengenai penerimaan, penolakan atau perbaikan inovasi.
Definisi ini adalah dari terjemahan bebas teks aslinya:

Evaluation is the process of determining the value or worth of a


program, course, or other initiative, toward the ultimate goal of making
decisions about adopting, rejecting, or revising the innovation. It should
not be confused with assessment, which encompasses methods for
measuring or testing performance on a set of competencies. Evaluation
is the more inclusive term, often making use of assessment data in
addition to many other data sources”

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 19
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Tujuan evaluasi program berfungsi sebagai pengarah kegiatan evaluasi


dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan evaluasi
program. Evaluasi pada umumnya berkaitan dengan upaya pengumpulan,
pengolahan, analisis, deskripsi dan penyajian data atau informasi sebagai masukan
untuk pengambilan keputusan (decision making). Berkaitan dengan tujuan evaluasi,
Anderson (1978) merumuskan tujuan penilaian sebagai berikut:
a) Memberi masukan untuk perencanaan program
b) Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat
c) Memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi penilaian

4.2. Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Daerah (RAD) Pengan dan Gizi
Kabupatem Pemalang.

Rencana Aksi Daerah (RAD) Pangan dan Gizi Kabupaten Pemalang


merupakan dokumen rencana aksi yang mememerlukan dukungan penuh sumberdya
dan sinergitas antar instansi terkait dan stakeholder termasuk masayrakat, karena
mempunyai nilai strategis maka dalam implementasi RAD Pangan dan Gizi dalam
setiap tahapan perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, dengan monitoring dan evluasi
ini dapat diidentifikasi fantor-faktor pendukung dn penghambat, dengan MONEV ini
dapat secara dini dideteksi permasalahan-permasalahan yang muncul dan segera
dilakukan upaya pemecahan masalah tersebut.

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 20
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

BAB V. PENUTUP

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Kabupaten Pemalang Tahun
2013-2016 merupakan dokumen perencanaan di bidang pangan dan gizi untuk
mendukung pencapaian Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium (RAD-MDG’s) Kabupaten Pemalang tahun 2011-2015,
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-
2015, dan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) Tahun 2011-2015.

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kabupaten Pemalang Tahun 2011-2016
memuat arah kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang mengarah pada
peningkatan ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat. RAD-PG menjadi
panduan bagi pemerintah daerah, masyarakat, swasta, organisasi profesi yang
merupakan pemangku kepentingan terkait pembangunan pangan dan gizi. RAD-PG ini
perlu diintegrasikan kedalam dokumen perencanaan pembangunan daerah, baik dalam
rencana pembangunan jangka menengah yaitu RPJM-D dan Renstra SKPD maupun
dalam rencana pembangunan tahunan yaitu RKPD dan Renja SKPD.

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 21
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Keberhasilan RAD-PG Kabupaten Pemalang sangat tergantung dukungan


pendanaan Pemerintah Daerah dalam APBD dan berbagai sumber pendanaan dari
partisipasi swasta dan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, diperlukan
komitmen dari pemerintah daerah dan DPRD terutama dalam penyediaan tenaga dan
pembiayaan untuk implementasi program dan kegiatan yang telah disepakati dalam
RAD-PG. Selain itu diperlukan pula koordinasi dan sinergi antar berbagai pihak, baik
antar SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Pemalang dengan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah, maupun antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan
swasta guna menyatukan arah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan perbaikan
gizi masyarakat Kabupaten Pemalang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). Badminton – General Athletic Nutrition Guide for Young Athletes.
Restrained Freedom, 3 Desember 2008. http://www.restrainedfreedom.com/2008
/12/bad-minton-general-athletic-nutrition-guide-for-young-athletes/
Arikunto, Suharsimi, (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Campbell B, Kreider RB, Ziegenfuss T, La Bounty P, Roberts M, Burke D, Landis J,
Lopez H, Antonio J. International Society of Sports Nutrition position stand: protein
and exercise. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 26,4:8. 2007.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC; 2002). 2000 CDC Growth Charts for
the United States: Methods and Development. Vital and Health Statistics Series 11,
No. 246. Retrieved May 28, 2007, from
http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_ 46.pdf
Friedman, J. E. & Lemon, P.W.R. (1989) Effect of chronic endurance exercise on retention
of dietary protein. International Journal of Sports Medicine, 10(2):118 – 123.
Kustian, H. (2009). ‘Bulutangkis untuk Rekreasi dan Profesi’. Artikel Kompas. Rabu, 30
Desember 2009. Jakarta.
Latief, D. (2000). Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Departemen Kesehatan
dan Kesejateraan Sosial RI, Direktorat Jendral Kesehatan Mayarakat, Direktorat Gizi
Masyarakat. Tahun 2000.

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 22
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Meredith, C. N., Zackiln, M. J., Frontera, W. R. & Evans, W. J. (1989) Dietary protein
requirements and body protein metabolism in endurance-trained men. Journal of
Applied Physiology, 66(6):2850 – 2856.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sigarimbun, Masri. (2006). Metode Penelitian Survei. Jakarta. PT. Pustaka LP3ES.
Sihadi (2006). Gizi dan Olahraga. Food and Nutrition Research Development Centre,
Bogar. Jurnal Kedokteran YARSI 14 (1): 078-084 (2006)
Sugiyono. (2002). Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Keempat. CV Alfa Beta: Bandung.
Supariasa I. D. N., B. Bakri, & I. Fajar. (2001). Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080


Halaman 23
Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

Lampiran 1 Matrik Program Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi di Kabupaten Pemalang, 2013 - 2016

Data Kebutuhan Anggaran (Indikatif)


Dasar Target Tahun Program/
NO. Indikator dalam Rp 000.000 Sumber Dana
Kegiatan
2012 2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
1 Persentase balita 0,12 0,01 0 0 0 Program
gizi buruk (%) Perbaikan Gizi
Masyarakat
2 Persentase balita 18,21 17,00 16,00 15,00 15,00
gizi kurang (%)
3 Persentase balita 100 100 100 100 100 Pemberian 58,975 63,000 67,500 72,000 APBD Kab
mendapat PMT Tambahan makanan
dan vitamin
4 Persentase Balita 94,93 95 96 97 98
usia 6-59 bulan
mendapat kapsul
vitamin A (%)
5 Persentase Ibu 86,63 87 88 89 90 Penanggulangan 99,595 200,000 220,000 240,000 APBD Kab
hamil yang Kurang Energi dan
mendapat 90 Protein, Anemia
tablet Fe (%) Gizi Besi,
Gangguan Akibat
Kurang Yodium
(GAKY), Kurang
Vitamin A, dan
Kekurangan Gizi
Mikro Lainnya
6 Persentase ibu 44,60 100 100 100 100
hamil KEK
mendapat PMT

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080 Halaman 23


Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

(%)

7 Cakupan Rumah 81,5 83 85 87 90


Tangga
mengkonsumsi
garam
beryodium (%)
Persentase Bayi 42,67 45 48 51 54 Pemberdayaan 40,000 80,000 85,000 90,000 APBD Kab
0-6 bulan masyarakat untuk
mendapat ASI pencapaian
Eksklusif (%) keluarga sadar gizi
Sosialisasi ASI 0 30 33 35 APBD Kab
eksklusif bagi ibu
hamil
Persentase Balita 100 100 100 100 100 Penyediaan jaminan 0 150,000 160,000 170,000 APBD Kab
Gizi Buruk pembiayaan dalam
mendapat penanganan gizi
perawatan (%) buruk di RSUD
bagi keluarga
miskin
Jumlah 2 5 5 5 5 Pelatihan tenaga 0 45,000 47,000 50,000 APBD Kab
puskesmas rawat kesehatan dalam

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080 Halaman 24


Laporan Akhir RAD PG Kab. Pemalang

inap dan RSUD tata laksana gizi


memiliki tenaga buruk dan tata
yang dilatih tata laksana balita
laksana gizi stunting.
buruk (unit)

Disusun oleh Paulus Advent S N 18.I1.0080 Halaman 25

Anda mungkin juga menyukai