Anda di halaman 1dari 25

Menurut Dongoes :

CDC merekomendasikan bahwa diagnosis AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi
oportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan system imun yang mendasar (Sel T
berjumlah 200/kurang) dan memiliki antibody positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering
digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, “wasting sindrom”, sarcoma Kaposi (SK)
(pada pasien berusia kurang dari 60 tahun), kanker-kanker khusus lainnya (yaitu kanker serviks
invasive) atau diseminasi dari penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi )mis., TB).

Orang-orang yang menderita AIDS umumnya dibagi kedalam 6 kategori: laki-laki


homoseksual, laki-laki biseksual, pemakai obat-obatan IV, penerima darah ataupun produk darah
yang terinfeksi, pasangan heteroseksual dari orang yang terinfeksi HIV, dan anak-anak yang
lahir dari ibu yang terinfeksi. Kecepatan infeksi umumnya berkembang paling cepat pada wanita
dan kaum minoritas.

MASALAH YANG BERHUBUNGAN


Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Perawatan Jangka Panjang

Aspek-aspek Psikososial Perawatan Akut

Sepsis/Septikemia

Dukungan Nutrisi Total

Perdarahan Gastrointestinal Atas/Esofagus

Ventilator Mekanis

DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN


Data tergantung dari organ-organ/jaringan tubuh yang terkena dan infeksi oportunistik/kanker
spesifik.

AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala :

 Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi,


kelelahan/malaise
 Perubahan pola tidur

Tanda :
 Kelemahan otot, menurunnya massa otot
 Respons fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernapasan.
SIRKULASI

Gejala :

 Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera
(jarang terjadi)

Tanda :

 Takikardi, perubahan TD postural


 Menurunnya volume nadi perifer
 Pucat/sianosis; perpajangan pengisian kapiler
INTEGRITAS EGO

Gejala :

 Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan, mis., dukungan keluarga, hubungan
dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distress spiritual
 Mengkuatirkan penampilan; alopesia, lesi cacat dan menurunnya bb
 Mengingkari diagnose, merasa tidak berdaya, putus asa, tidamk berguna, rasa bersalah,
kehilangan control diri, dan depresi

Tanda :

 Menginkari, cemas, depresi, takut, menarik diri


 Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang kurang
 Gagal menepati janji/banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
ELIMINASI

Gejala :

 Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan/tanpa disertai kram abdominalis
 Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi

Tanda :

 Feses encer dengan/tanpa disertai mucus/darah


 Diare pekat yang sering
 Nyeri tekan abdominal
 Lesi/abses rektal, perianal
 Perubahan dalam jumlah, warna dan karakter urine
MAKANAN/CAIRAN

Gejala :

 Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan, mual/muntah


 Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan
 Penurunan bb yang cepat/progresif

Tanda :

 Dapat menunjukan adanya bising usus hiperaktif


 Penurunan bb: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan/massa otot
 Turgor kulit buruk
 Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna
 Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
 Edema (umum, dependen)
HIGIENE

Gejala :

 Tidak dapat menyelesaikan AKS

Tanda :

 Memperlihatkan penampilan yang tidak rapih


 Kekurangan dalam banyak/semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
NEUROSENSORI

Gejala :

 Pusing, sakit kepala


 Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/kemampuan diri untuk megatasi masalah
tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun
 Kerusakan sensasi/indera posisi dari getaran
 Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan
 Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukan perubahan paling awal)

Tanda :

 Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai demensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respons
melambat
 Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
 Timbul reflex tidak normal, menurunnya kekuatan otot
 Tremor pada motoric kasar/halus, menurunnya motoric fokalis; kejang, hemiparesis
 Hematoragi retina dan eksudat (renitis CMV)
NYERI/KENYAMANAN

Gejala :

 Nyeri umum/local, sakit, rasa terbakar pada kaki


 Sakit kepala (keterbatasan SSP)
 Nyeri dada pleuritis

Tanda :

 Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan


 Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang
 Gerak otot melindungi bagian yang sakit
PERNAPASAN

Gejala :

 ISK sering, menetap


 Napas pendek yang progresif
 Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktifd/non-produktif sputum (tanda awal
dan adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
 Bendungan/sesak pada dada

Tanda :

 Takipnea, distress pernapasan


 Perubahan pada bunyi napas/bunyi adventisius
 Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
KEAMANAN

Gejala :

 Riwayat jalan, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya


 Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering/berulang (mis., hemophilia, op vskuler
mayor, insiden traumatis)
 Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
 Riwayat/berulangnya infeksi dengan PHS
 Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten/memuncak; berkeringat
malam
Tanda :

 Perubahan integritas kulit; terpotong, ruam, mis., eczema, eksantem, psoriasis, perubahan
warna, perubahan ukuran/warna mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya
 Rectum, luka perianal/abses
 Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh/lebih (mis., leher,
ketiak, paha)
 Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan
SEKSUALITAS

Gejala :

 Riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan
yang positif HIV, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang tidan terlindung, seks
anal
 Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
 Penggunaan kondom yang tidak konsisten
 Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus yang
diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilitis vagina)

Tanda :

 Kehamilan/risiko terhadap hamil


 Genitalia: manifestasi kulit (mis., herpes, kutil); rabas
INTERAKSI SOSIAL

Gejala :

 Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis., kehilangan kerabat/orang terdekat,


teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapat.
 Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal karena AIDS
 Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana

Tanda :

 Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat


 Aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Gejala :
 Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku berisiko tinggi (mis.,
seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV)
 Penggunaan/penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol

Pertimbangan rencana pemulangan :

 DRG menunjukan rerata lama dirawat: 10,2 hari


 Meemerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan; transportasi, belanja makanan dan persiapan; perawatan diri, prosedur
keperawatan teknis, tugas perawatan/pemeliharaan rumah, perawatan anak; perubahan
fasilitas hidup.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. JDL : anemia dan tromositopenia idiopatik


2. DSP : Leukopenia mungkin ada; pergeseran diferensial ke kiri menunjukan proses infeksi
(PCP); bergeser kekanan dapat terlihat. Pada infeksi tertentu, jumlah sel-T rendah, atau
tumor sel-T, tak ada pergeseran juga dapat terjadi
3. Panel anergy : anergi kutaneus (kurang reaktivitas pada antigen dimana pasien telah
mengetahuinya) adalah indicator yang umum ditemukan pada depresi sel imunitas humoral
4. TB (PPD) : untuk menentukan pemajanan dan/penyakit aktif (harus diberikan dengan panel
anergi untuk menentukan hasil negative-palsu pada respon defisensi imun). Pada pasien
AIDS, 100% akan memiliki mikrobakterium TB positif pada kehidupan mereka bila terjadi
kontak.
5. Serologis :
 Tes antibody serum : skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan
mengindikasi adanya HIV tetapi bukan merupakan diagnose
 Tes blot western : mengkonfirmasikan diagnose HIV
 Sel T-limfosit : penurunan jumlah total
 Sel T4-helper (indicator system imun yang menjadi media banyak proses system imun
dan menandai sel B untuk menghasilkan antibody terhadap bakteri asing) : jumlah yang
<200 mengindikasi respons defisiensi imun hebat
 T8 (sel supresor simpatik) : rasio terbalik (2:1 atau lebih besar) dari sel supresor pada sel
helper (T8 ke T4) mengindikasikan supresi imun.
 P24 (protein pembungkus HIV) : Peningkatan nilai kuantitatif protein ini dapat
mengindikasikan progresi infeksi (mungkin tidak dapat dideteksi pada stadium awal dari
infeksi HIV)
 Kadar Ig : umumnya meningkat, terutama IgG dan IgA dengan IgM yang normal /pun
mendekati normal (indicator kemampuan tubuh untuk menunjukan bila proses penularan
telah lengkap tetapi umumnya digunakan karena factor-faktor lain dapat mengubahnya,
mis., polutan lingkungan)
 Reaksi rantai polymerase : mendeteksi adanya DNA virus dalam jumlah yang sedikit
pada infeksi sel perifer monoseluler
6. Tes PHS : pembungkus hepatitis B dan inti antibody, sifilis, CMV mungkin positif
7. Budaya : histologi, pemeriksaan sitologis urine, darah, feses, cairan spinal, luka, sputum, dan
sekresi mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan infeksi. Beberap yang
paling umum diidentifikasi sebagi berikut :
 Infeksi parasite dan protozoa : PCP kristosporidiosis, toksoplasmosis
 Infeksi jamur: candida albicans (kandidiasis), Cryptococcus neoformans (kriptokokosis):
histoplasma capsulatum (histoplasmosis)
 Infeksi bakteri : mikrobacterium avium-intercellulare, TB mikrobacterial milier, Shigella
(sigelosis), salmonella (salmonellosis)
 Infeksi viral : CMV, herpes simpleks, herpes zoster.
8. Pemeriksaan neurologis, mis., EEG, MRI, skan CT otak : EMG/pemeriksaan konduksi saraf:
diidikasikan perubahan mental, demam yang tidak diketahui asalnya dan/ perubahan fungsi
sensori/motor.
9. Sinar x dada : mungkin normal pada awalnya/menyatakan perkembangan ilfiltrasi intertisial
dari PCP tahap lanjut (penyakit yang paling umum terjadi) /pun komplikasi pulmonal lainnya
10. Tes fungsi pulmonal : digunakan pada deteksi awal pneumonia intertisial
11. Skan gallium : ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk-bentuk pneumonia
lainnya
12. Biopsy : mungkin dilakukan untuk diagnose yang berbeda bagi KS /pun lesi neuroplastik
lainnya
13. Brankoskopi/pencucian trakeobronkial : mungkin dilakukan dengan biopsy pada waktu
PCP /pun diduga adanya kerusakan pada paru-paru
14. Menelan barium, endoskopi, kolonoskopi : mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan infeksi (mis., candida, CMV) / menentukan tahap KS pada system GI.

Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Infeksi, Risiko Tinggi Terhadap (Progresi Menjadi Sepsis/awitan infeksi
oportunistik

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh Mengurangi risiko kontaminasi silang
kontak perawatan dilakukan. Instruksikan
pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan
sesuai indikasi.
Berikan lingkungan yang bersih dan Menurangi pathogen pada system imun
berventilasi baik. periksa pengunjung/staf dan mengurangi kemungkinan pasien
terhadap tanda infeksi dan pertahankan mengalami infeksi nasokomial.
kewaspadaan sesuai indikasi.
Diskusikan tingkat dan rasional isolasi Meningkatkan kerja sama dengan cara
pencegahan dan mempertahankan kesehatn hidup dan berusaha mengurangi rasa
pribadi terisolasi.
Pantau TTV, termasuk suhu Memberikan informasi data dasar,
awitan/peningkatan suhu secara berulang
dari demam yang terjadi untuk
menunjukan bahwa tubuh bereaksi pada
proses infeksi.
Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan, Kongesti/distress pernapasan dapat
perhatihan batuk spasmodic kering pada mengindikasi perkembangan PCP
inspirasi dalam, perubahan karakteristik
sputum, dan adanya mengi/ronki. Lakukan
isolasi pernapasan bisa etiologi batuk
produktif tidak diketahui.
Selidiki keluhan sakit kepala, kaku leher, Ketidaknormalan neuroogis umum dan
perubahan penglihatan. Catat perubahan mungkin dihubngkan dengan HIV atau
mental dan tingkah laku. Pantau kekakuan infeksi sekunder.
aktivitas kejang.
Periksa kulit/membrane mukosa oral Kandidis oral , KS, herpes, CMV, adalah
terhadap bercak putih/lesi. penyakit yang umum terjadi dan memberi
efek pada membrane kulit.
Bersihkan kuku setiap hari. Dikikir lebih Mengurangi resiko transmisis bakteri
baik dari pada dipotong dan hindari pathogen melalui kulit.
memotong kartikula.
Pantau keluhan nyeri ulu hati, disfagia, Esophagitis mungkin terjadi sekunder
sakit retrosternal pada waktu menelan, akibat kandidiasis oral ataupun herpes.
peningkatan kejang abdominal, diare hebat.
Periksa adanya luka/alokasi alat invasive, Identifikasi/perawatan awal dari infeksi
perhatikan tanda-tanda inflamasi sekunder dapat mencegah terjadinya
sepsis.
Gunakan sarung tangan dan skort selama Penggunaan masker, skort dan sarung
kontak langsug dengan sekresi/ekskresi tangan dilakukan oleh OSHA (1992)
atau kapanpun
Awasi pembuanan jarum suntik dan mata Mencegah inokulasi tak disengaja dari
pisau secara ketat dengan menggunakan pemberi perawatan.
wadah tersendiri.
Beri label pada tabung darah, wadah cairan Menghindari infeksi silang
tubuh, pembalut/linen yang kotor
dibungkus layak untuk pembuangan setiap
protocol isolasi.
Bersihkan percikan darah/caira tubuh Mengontrol mikroorganisme pada
dengan larutan pemutih (1;10) permukaan keras
Kolaborasi
Pantau studi laboratorim
1. JDL/diferensial Mengidentifikasi proses infeksi
2. Periksa kultur/sensitivitas lesi, Mengidentifikasi penyebab dmam dan
darah, urine, dan sputum menentukan metode perawatan yang
sesuai.
Berikan antibiotic antjamur/agen Menghambat proses infeksi.
antimikroba, mis. Trimetropim (Bactrim,
sepra)

Dx. Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap kehilangan yang berlebihan, Diare berat,
berkeringat, muntah

Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Pantau TTV termasuk CVP bila terpasang. indikator dari volume cairan sirkulasi
Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Meningkatkan kebutuhan metbolisme dan
Beri kompres hangan sesuai indikasi diaphoresis yang berlebihan
Kaji turgor kulit, membrane mukosa, dan Indikator tidak langsung status cairan
rasa haus.
Ukur aluaran urin dan berat jenis urin Peningkatan berat jenis urin/penurunan
haluaran urin menunjukan perubahan
perfusi ginjal/volume sirklasi.
Timbang BB sesuai indikasi Dapat mnunjukan penggunaa otot fluktuasi
tiba-tiba menunjukan hidrasi
Pantau pemasukan oral dan memaukan Mempertahankan keseimbangan cairan
cairan sdikitnya 2500ml/hari
Buat cairan mudah diberikan pada pasin Meningkatkan pemasukan cairan.
Hilangkan makanan yang potensial
menyebabkan diare Mungkin dapat mengurangi diare.
Kolaborasi
Berikan cairan/elektrolit melalui Mendukung/memperbesar volume sirkulasi
makanan/IV
Pantau hasil lab
1. Hb/Ht Memperkirakan kebutuhan cairan
2. Elektrolit serum urin Mewaspadai gangguan elektrolit
3. BUN/Kr Mengevaluasi fungsi ginjal
Berikan obat sesuai indikasi
1. Antiemetic Mengurangi insiden muntah
2. Antidiarea Menurunkan jumlah dan keenceran feses
3. Antipiretik Membantu mengurangi demam

Pertahankan selimut hipotermia bila Mungkin diperlukan bila tindakan lain


digunakan gagal mengurangi demam yang berlebihan

DX : POLA NAFAS, TIDAK EFEKTIF/PERUBAHAN PERTUKARAN


GAS, KERUSAKAN, RISIKO TINGGI TERHADAP

Faktor risiko meliputi : Ketidakseimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan,


penurunan energy/kepenatan, penurunan ekspansi paru)
Kriteria hasil :

 Mempertahankan pola pernafasan efektif.


 Tidak mengalami sesak, napas/sianosis, dengan bunyi napas dan sinar x bagian dada yang
bersih/meningkat dan GDA dalam batas normal pasien.

Intervensi Rasional
1. Auskultasi bunyi napas, tandai daerah paru 1. Mempersiapkan adanya perkembangan
yang mengalami penurunan/kehilangan komplikasi/infeksi pernapasan, mis.,
ventilasi, dan munculnya bunyi atelectasis/pneumonia.
adventisius, mis., krekels, mengim ronki 2. Takipnea, sianosis, tak dapat beristirahat,
2. Catat kecepatan/kedalaman pernapasan, dan peningkatan napas menunjukan
sianosis, penggunaan otot kesulitan pernapasan dan adanya kebutuhan
aksesori/peningkatan kerja pernapasan dan untuk meningkatkan pengawasan/intervensi
munculnya dyspnea, ansietas. medis.
3. Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan 3. Meningkatkan fungsi pernapasan yang
pasien untuk berbalik, batuk, menarik optimal dan mengurangi aspirasi/infeksi
napas sesuai kebutuhan yang ditimbulkan karena atelectasis
4. Hisap jalan napas sesuai kebutuhan, 4. Membantu membersihkan jalan napas,
gunakan teknik steril dan lakukan tindakan sehingga memungkinkan terjadinya
pencegahan, mis., menggunakan masker, pertukaran gas dan mencegah komplikasi
pelindung mata pernapasan
5. Kaji perubahan tingkat kesadaran 5. Hipoksemia dapat terjadi akibat adanya
6. Selidiki keluhan tentang nyeri dada perubahan tingkat kesadaran mulai dari
7. Berikan periode istirahat yang cukup ansietas dan kekacauan mental sampai
diantara waktu aktivitas perawatan. kondisi tidak responsive
Pertahankan lingkungan yang tenang 6. Nyeri dada pleuritis dapat menggambarkan
Kolaborasi adanya pneumonia nonsepesifik/efusi
8. Pantau/buat kurva hasil pemeriksaan pleura berkenaan dengan keganasan
GDA/nadi oksimetri. 7. Menurunkan konsumsi O2
9. Tinjau ulang sinar x dada 8. Menunjukan status pernapasan, kebutuhan
10. Instruksikan untuk menggunakan perawatan/keefektifan pengobatan
spirometer insentif. Lakukan fisioterapi 9. Adanya ilfiltrasi meluas memungkinkan
dada, mis., perkusi, vibrasi, dan drainase terjadinya pneumonia/PCP, sementara
postural daerah kongesti/konsolidasi menunjukan
11. Berikan tambahan O2 yang dilembabkan komplikasi pernapasan yang lain, mis.,
melalui cara yang sesuai mis., melalui atelectasis/lesi KS
kanula, masker, intubasi/ventilasi mekanis. 10. Mendorong teknik pernapasan yang tepat
12. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: dan meningkatkan pengembangan paru.
 Antimikroba, mis., trimotoprim Melepaskan sekresi, mengeluarkan mucus
(Bactrim, septra); pentamidin isetionat yang menyumbat untuk meningkatkan
(pentam); bersihan jalan napas.
 Bronodilator, ekspektoran, depresan 11. Mempertahankan ventilasi/O2 efektif untuk
batuk mencegah/memperbaiki krisis pernapasan.
 Siapkan/bantu pelaksanaan prosedur  Pilihan terapi tergantung pada situasi
seperti bronkopi individu/infeksi organisme.
 Mungkin diperlukan untuk
meningkatkan/mempertahankan jalan
napas atau untuk membantu
membersihkan sekresi
 Mungkin diperlukan untuk
membersihkan mucus penyumbatan,
mengambil specimen untuk
pemeriksaan dalam menegakkan
diagnose (biopsy/lavase).

Diagnosa keperawatan : cedera, risiko ringgi terhadap, perubahan faktor pembekuan

Hasil yang diharapkan kriteria hasil: menunjukan homeostasis yang ditunjukkandengan tidak
adanya pendarahan mukosa dan bebas dari ekimosis.

Intervensi Rasional
Lakukan pemeriksaan darah pada cairan tubuh Mempercepat deteksi adanya
untuk mengetahi adanya darah pada urine, feses, pendarahan/penentuan awal dari terapi mungkin
dan cairan muntah. dapat mencegah pendarahan kritis.

Amati/laporkan epistaksis, hemoptysis, Pendarahan spontan mengindikasikan


hematuria, pendarahan vaginal non-menstruasi perkembangan KID atau trombositopenia imun.
atau pengeluaran darah melalui lesi/orifisium
tubuh/daerah penusukan terapi intravena.
Pantau perubahan tanda-tanda vital dan warna Timbulnya pendarahan/hemoragi dapat
kulit. menunjukan kegagalan sirkulasi/syok.
Pantau perubahan tingkat kesadaran dan Perubahan dapat menunjukkan adanya perubahan
gangguan penglihatan. otak

Hindari injeksi IM, pengukuran suhu Melindungi pasien dari prosedur berkenaan
rektal/supositoria, selang rektal. dengan penyebab pendarahan. Misal, insersi
thermometer, selang rektal, dapatmerusak ataupun
merobek mukosa rektal.
Mempertahankan lingkungan yang aman, misal, Mengurangi cedera yang tidak disengaja, yang
menjaga agar seluruh benda yang diperlukan dan dapat menyebabkan pendarahan.
bek pemanggil berada dalam jangkuan pasien dan
menjaga agar tempat tidur tetap rendah.
Pertahankan istirahat ditempat tidur/kursi apabila Mengurangi kemungkinan cedera, meskipun
trombosit dibawah 10.000 atau sesuai kebutuhan aktivitas harus tetap dipertahankan. Mungkin
perseorangan diperluan untuk menghentikan atau mengurangi
obat-obatan. Mis, AZT. Catatan: pasien mungkin
mengalami jumlah trombosit sangat rendah tanpa
pendarahan.
Kolaborasi
Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium, mis, PT, Mendeteksi gangguan kemampuan pembekuan,
PTT, waktu pembekuan, trombosit, Hb/Ht. mengidentifikasi kebutuhan terapi.

Berikan produk darah sesuai indikasi. Transfusi mungkin diperlukan pada waktu terjadi
pendarahan terus menerus/pendarahan spontan
massif.
Hindari penggunaan produk aspirin. Mengurangi agregasi trombosit,
ketidakseimbangan/perpanjangan proses
koagulasi.
Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.

Hasil yang diharapkan dengan kriteria hasil:

1. Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan yang


mengacu pada tujuan yang diinginkan.
2. Mendemostrasika keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan
menunjukan perbaikan tingat energy.

Intervensi Rasional
Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan, Lesi mulut, tenggorokan, dan esophagus dapat
dan menelan. menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan dan
mengurangi keinginan untuk makan.
Auskultasi bising usus. Hipermotilitas saluran intestinal umum terjadi
dan dihubungkan dengan muntah dan diare,
yang dapat mempengaruhi pilihan diet/cara
makan. Catatan: tidak mampu mentoleransi
latoksa dan malabsobsi berhubungan dengan
terjadinya diare dan mungkin membutuhkan
perubahan pada diet/formula tambahan. (mis,
sumber makanan).

Timbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi Indikator kebutuhan nutrisi/pemasukan yang
berat badan dalam hal adanya berat badan yang adekuat
tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran
berat adan dan antropmetrik.
Hilangnya rangsang lingkungan yang berbahaya Mengurangi stimulus pusat muntah di medulla.
atau kondisi yang memperburuk reflek gag.
Berikan perawatan mulut yang terus menerus, Mengurangi ketidaknyamanan: yang
awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat berhubungan dengan mual/muntah,lesi oral,
kumur yang mengandung alcohol. pengeringan mukosa, dan halitosis. Mulut yang
bersih akan meningkatkan nafsu makan.

Rencanakan diet dengan pasien/orang terdekat; Melibatkan pasieb dalam rencana memberikan
jika memungkinkan, sarankan “makanan dari perasaan kontrol lingkungan dan mungkin
rumah”. Sediakan makanan/kudapan yang sedikit meningkatkan pemasukan. Memenuhi
tapi sering berupa makanan padat nutrisi, tidak kebutuhan akan makanan non-institusional
bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan mungkin juga meningkatkan pemasukan.
yang disukai pasien. Mendorong konsumsi
makanan berkalori tinggi, yang dapat
merangsang nafsu makan. Catat waktu, kapan
nafsu makan menjadi baik dan pada waktu itu
usahakan untuk menyajikan porsi makan lebih
besar.
Kaji obat-obatan terhadap efek samping nutrisi. Profilatik dan obat-obatan terapeutik mungkin
memiliki efek samping nutrisi. Misl, AZT
(pengubah rasa, mual/muntah). Bacterium
(perubahan rasa dan aroma, mual/muntah.
Ketidakseimbangan glukosa)

Batasi makanan yang menyebabkan mual/muntah Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan
mungkin kurang ditoleransi oleh pasien karena mengiritasi lesi mulut mungkin akan
luka pada mulut/disfagia. Hindari menyebabkan pasien enggan untuk makan.
menghidangkan cairan/makanan yang sangat Tindakan ini mungkin akan berguna dalam
panas. Sajikan makanan yang mudah untuk meningkatkan pemasukan makanan.
ditelan, mis, telur, eskrim, sayuran yang sudah
dimasak.
Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin. Lambung yang penuh akan mengurangi nafsu
makan dan pemasukan makanan.

Berikan fase istirahat sebelum makan. Hindari Dapat meningkatkan nafsu makan dan perasaan
prosedur yang melelahkan saat mendekati waktu sehat.
makan.
Catat pemasukan kalori Mengurangi rasa lelah, meningkatkan
ketersediaan energy untuk aktivitas makan.

Kolaborasi
Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium. Mengndikasikan status nutrisi dan fungsi
Mis,BUN, glukosa, fungsi hepar, elektrolit, organ, dan mengidentifikasikan kebutuhan
protein, dan albumin. pengganti. Catatan: tes nutrisi dapat diubah
karena proses penyakit demikian juga respon
dari beberapa obat-obatan/terapi.
Pertahankan status puasa jika diindikasikan. Mungkin diperlukan untuk menurunkan
muntah.
Pasang/pertahankan selang NGT sesuai petunjuk Mungkin diperlukan untuk mengurangi
mual/muntah atau pemberian makanan per-
selang. Catatan: iritasi esophagus dari infeksi
yang demikian (candida/herpes atau KS)
mungkin menyediakan lokasi untuk
infeksi/trauma berikutnya, oleh karena itu
selang harus digunakan dengan berhati-hati.
Konsultasikan dengan tim pendukung ahli Menyediakan diet berdasarkan kebutuhan
deit/gizi. individu dengan rute yang tepat.
Berikan NPT ( hiperalimentasi/intralipid) sesuai Kadang-kadang nutrisi parenteral diperlukan
petunjuk. apabila pemberian makanan melalui
oral/enteral tidak mungkin dilakukan.
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk: Mengurangi insiden muntah, meningkatkan
 Antiemetic, misal, metoklopramid fungsi gaster.
(reglan). Kekurangan vitam terjadi akibat penurunan
 Suplemen vitamin pemasukan makanan dan/atau kegagalan
mengunyah dan absorpsi dalam sistem
gastrointestinal.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : KELELAHAN

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji pola tidur dan catat perubahan 1. Berbagai factor dapat meningkatkan
dalam proses berpikir/prilaku kelelahan, termasuk kurang tidur,
2. Rencanakan perawatan untuk penyakit SSP, tekanan emosi dan efek
menyediakan fase istirahat atur samping obat-obatan/kemoterapi.
aktifitas pada waktu pasien sangat 2. Periode istirahat yang sering sangat
berenergi. Ikut sertakan pasien/orang dibutuhkan dalam
terdekat pada penyusunan rencana. memperbaiki/menghemat energy.
3. Tetapkan keberhasilan aktivitas yang Perencanaan akan membuat pasien
realistis dengan pasien. menjadi aktif pada waktu dimana
4. Bantu memenuhi kebutuhan tingkat energy lebih tinggi, sehingga
perawatan pribadi, pertahankan tempat dapat memperbaiki perasaan sehat dan
tidur dalam posisi rendah dan tempat control diri.
lalu lalang bebas dari perabotan, bantu 3. Mengusahakn control diri dan
dengan ambulasi perasaan berhasil. Mencegah
5. Dorong pasien untuk melakukan timbulnya persaan frustasi akibat
apapun yang mungkin. Misalnya, kelelahan karena aktivitas berlebihan.
perawatan diri, duduk dikursi, 4. Rasa lemas dapat membuat AKS
berjalan, pergi makan siang. hamper tidak mungkin bagi pasien
Meningkatkan tingkat aktivitas sesuai
untuk menyelesaikannya. Melindungi
petunjuk. pasiendan cedera selama melakukan
6. Pantau respon psikologis erhadap aktivitas.
aktivitas, perubaha TD, frekuensi
5. Memungkinkan penghematan energy,
pernafasan atau jantung. peningkatan stamina, dan
7. Dorong masukan nutrisi. (rujuk pada
mengizinkan pasien untuk lebih aktif
DK: nutrisi, perubahan kurang daritanpa menyebabkan kepenatan dan
kebutuhan tubuh, hal. 844) rasa frustasi.
8. Berikan O2 tambahan sesuai petunjuk.
6. Toleransi bervarisai tergantung pada
9. Rujuk pada terapi fisik/okupasi. status proses penyakit, status nutrisi,
keseimbangan cairan, dan jumlah/tipe
penyakit dimana pasien menjadi
subjeknya.
7. Pemasukan/penggunaan nuttrisi
adekuat sangat penting bagi kebutuhan
energy untuk aktivitas.
8. Adanya anemia/hipoksemia
mengurangi persediaan O2 untuk
ambilan seluler dan menunjang
kelelahan.
9. Latihan setiap hari terprogram dan
aktivitas yang membantu pasien
mempertahankan/meningkatkan
kekuatan dan tonus otot,
meningkatkan rasa sejahtera.
DIAGNOSA KEPERAWATAN : PROSES PIKIR, PERUBAHAN

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji status mental dan neurologis 1. Menetapkan tingkat fungsional pada


dengan menggunakan alat yang sesuai. waktu penerimaan dan mewaspadakan
Catat perubahan dalam orientasi, Perawat pada perubahan status yang
respons terhadap rangsang, dapat dihubungkan dengan
kemampuan untuk memecahkan infeksi/kemungkinan penyakit SSP
masalah, ansietas, perubhan pola tidur, yang makin buruk, stressor
halusinasi, dan ide paranoid. lingkungan, tekanan fisiologis, efek
2. Pertimbangkan efek dari tekanan samping terapi obat-obatan.
emosional, misalnya: ansietas, 2. Dapat menunjang penurunan
berduka, marah. kewaspadaan, kekacauan mental,
3. Pantau aturan penggunaan obat- menarik diri, hipoaktivitas, dan
obatan. kebutuhan lebih lanjut akan evaluasi
4. Pantau adanya tanda-tanda infeksi dan intervensi.
SSP, misalny: sakit kepala, kekakuan 3. Aksi dan interaksi dari berbagai obat-
nukal, muntah, demam. obatan akan memperpanjang obat-
5. Pertahankan lingkungan yang obatan penyambung
menyenangkan dengan rangsang hidup/perubahaneksresi,
auditorius, visual, dan kognitif yang mengakibatkan efek kumulatif, resiko
tepat. potensial dari reaksi toksisitas.
6. Berikan isyarat untuk reorientasi, Beberapa obat-obatan mungkin
misalnya: radio, televise, kalender, memiliki efek-efek samping yang
jam, ruangan ddengan pemandangan merugikan misalnya: haloperidol
luar.gunakan nama pasien: identitas (Haldol) dapat menyebabkan
pribadi, pertahankan personel yang ketidakseimbangan fungsi motor yang
konsistendan jadwal terstruktur bila serius bagi pasien dengan demensia
tepat. AIDS kompleks.
7. Diskusikan penggunaan buku data, 4. Gejala SSP dihubungkan dengan
daftar, perlengkapan lain untuk tetap meningitis/ensefalitis diseminata
berada pada jalur aktivitas. mungkin memiliki jangkauan dari
8. Dorong keluarga/orang terdekat untuk perubahan kepribadian yang tidak
bersosialisai dan berikan reorientasi kelihatan sampai kekacauan mental,
dengan berita actual, kejadian- peka rangsang, mengantuk, pingsan,
kejadian di dalam keluarga. kejang, dan demensia.
9. Dorong pasien melakukan kegiatan 5. Memberikan rangsang lingkungan
sebanyak mungkin. Misalnya: normal akan membantu dalam
berpakaian setiap hari, bertemu teman- mempertahankan orientasi realitas.
teman, dan sebagainya. 6. Reorientasi sering gtehadap tempat
10. Berikan bantuan untuk orang terdekat. dan waktu mungkin diperlukan,
Dorong diskusi masalah perhatian/rasa terutama selama terjadi demam
takut. hebat/akut yang melibatkan SSP.
11. Kurangi kebisingan, terutama pada Perasaan kontinuitas dapat
malam hari. mengurangi ansietas yang menyertai.
12. Berikan informasi mengenai 7. Teknik-teknik ini akan membantu
perawatan secara terus menerus. pasien mengatasi masalah pelupa.
Jawab pertanyaan dengan sederhana 8. Hubungan yang biasa seringkali akan
dan jujur. Ulangi penjelasan sesuai berguna dalam membantu
kebutuhan. mempertahankan orientasi realita,
13. Bantu dengan pemeriksaan diagnostic, terutama jika pasien mengalami
misalnya: MRI, scan CT, fungsi halusinasi.
spinal, dan pemantauan pemeriksaan 9. Membantu mempertahankan
laboraturium sesuai petunjuk, kemampuan mental untuk periode
misalnya: BUN/Kr, elektrolit, GDA. yang lebih panjang.
14. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk: 10. Perilaku aneh/penyimpangan
- Amfoterisin B (fungizone) kemampuan mungkin sangat
- AZT (Retrovir) menakutkan bagi orang terdekat dan
- Antipsikotik, misalnya: mempersulit penatalaksanaan
haloperidol/Haldol keperawatan/situasi. Orang terdekat
- Antiansietas, misalnya: lorazepam mungkin akan merasa kehilangan
(Ativan). kontrol seperti stress, ansietas,
kebosanan, dan antisipasi berduka
yang merusak kemampuan koping.
11. Meningkatkan waktu tidur,
mengurangi gejala kognitif dan kurang
tidur.
12. Dapat menurunkan ansietas dan
ketakutan tentang ketidaktauan,
berusaha meningkatkan pemahaman
pasien dan keikutsertakan/kerjasama
dalam perawatan jika memungkinkan.
13. Pilihan tes/pemeriksaan tergantung
pada manifestasi klinik dan indeks
kecurigaan, sesuai dengan perubahan
mental yang akan merefleksikan
berbagai faktor penyebab misalnya:
CMV, meningitis/ensefalitis, toksisitas
obta-obatan ketidakseimbangan
elektrolit, dan perubahan fungsi organ.
14. Antijamur digunakan pada perawatan
kriptokokosis meningitis menunjukan
peningkatan funsi neurologis dan
mental.penggunaan dengan waspada
dapat membantu pada masalah tidak
dapat tidur, emosi labil, halusinasi,
dan curiga.

DX : ANSIETAS (URAIKAN TINGKATANG) KETAKUTAN

Dapat dihubungkan dengan : ancaman pada konsep pribadi, ancaman kematian, perubahan pada
kesehatan/status sosioekonomi, fungsi peran.

Transmisi dan penularan inter personal

Ketakutan akan penularan penyakit pada keluarga yang dicintai

Kriteria hasil :

 Menyatakan kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya


 Menunjukan rentang normal dari perasaan dan berkurangnya rasa takut/ansietas
 Menunjukan kemampuan untuk mengatasi masalah
 Menggunakan sumber–sumber dengan efektif.

Intervensi Rasional
1. Jamin pasien tentang kerahasiaan dalam 1. Memberikan penentraman hati lebih lanjut
batasan situasi tertentu dan kesempatan bagi pasien untuk
2. Pertahankan hubungan yang sering dengan memecahkan masalh pada situasi yang
pasien. Berbicara dan berhubungan dengan diantisipasi
pasien, batasi penggunaan baju pelindung 2. Menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri/
dan masker ditelantarkan; menunjukan rasa menghargai
3. Berikan informasi akurat dan konsisten dan menerima orang tersebut, membantu
mengenai prognosis. Hindari argumentasi meningkatkan rasa percaya.
mengenai persepsi pasien terhadap situasi 3. Dapat mengurangi ansietas dan
tersebut. ketidakmampuan pasien untuk membuat
4. Waspada terhadap tanda-tanda keputusan/pilihan berdasarkan realita.
penolakan/depresi (contoh: menarik diri, 4. Pasien mungkin akan menggunakan
marah, ucapan-ucapan yang tidak tepat). mekanisme bertahan dengan penolakan dan
Tentukan timbulnya ide bunuh diri dan kaji terus berharap bahwa diagnosenya tidak
potensialnya pada skala 1-10 akurat. Rasa bersalah dan tekanan spiritual
5. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien mungkin akan menyebabkan pasien
akan merasa aman untuk mendiskusikan menarik diri dan percaya bahwa bunuh diri
perasaan/menahan diri untuk berbicarz adalah suatu alternative
6. Izinkan pasien untuk mengekspresikan rasa 5. Membantu pasien untuk merasa diterima
marah, takut, putus asa tanpa konfrontasi. pada kondisi sekarang tanpa perasaan
Berikan informasi bahwa perasaannya dihakimi dan meningkatkan perasaan harga
adalah normal dan perlu diekspresikan diri dan control.
7. Kenali dan dukung tahap pasien/keluarga 6. Penerimaan perasaan akan membuat pasien
pada proses berduka. (rujuk pada DK: dapat menerima situasi
Kanker, DK: berduka, Antisipasi, hal 1001) 7. Pilihan intervensi ditentukan oleh tahap
8. Jelaskan prosedur, berikan kesempatan berduka, perilaku koping, misalnya; marah/
untuk bertanya dan jawab dengan jujur. menarik diri, pengingkaran
Tetap berada bersama pasien selama 8. Informasi yang akurat akan membuat
prosedur dan konsultan yang menimbulkan pasien dapat lebih efektif dalam
ansietas menghadapi realita situasi, sehingga dapat
9. Identifikasi dan dorong interaksi pasien mengurangi ansietas dan rasa takut akan
dengan system pendukung. Dorong ketidaktahuan
pengungkapan/interaksi dengan 9. Mengurangi perasaan terisolasi. Jika
keluarga/orang terdekat system pendukung keluarga tidak tersedia,
10. Berikan informasi yang dapat dipercaya bantuan dari luar mungkin dibutuhkan
dan konsisten, juga dukungan untuk orng dengan segera
terdekat 10. Menciptakan interaksi interpersonal yang
11. Libatkan orang terdekat sesuai petunjuk lebih baik dan menurunkan ansietas dan
pada pengambilan keputusan bersifat rasa takut
mayor 11. Menjamin adanya system pendukung bagi
Kolaborasi pasien, dan memberikan kesempatan orang
12. Rujuk pada konseling psikiatri terdekat untuk berpartisipasi dalam
kehidupan pasien.
12. Mungkin diperlukan bantuan lebih lanjut
dalam berhadapan dengan diagnose/
prognosis, terutama jika timbul pikiran
untuk bunuh diri.

DX : ISOLASI SOSIAL

Dapat dihubungkan dengan : Perubahan status kesehatan, perubahan pada penampilan fisik,
perubahan status mental

Persepsi tentang tidak dapat diterima dalam masyarakat / nilai


seksual

Sumber-sumber pribadi tidak adekuat/system pendukung isolasi


fisik

Kriteria hasil :

 Menunjukan peningkatan perasaan harga diri

 Berpartisipasi dalam aktivitas/program pada tingkat kemampuan


Intervensi Rasional
1. Tentukan persepsi pasien tentang situasi 1. Isolasi sebagian dapat mempengaruhi diri
saat penolakan/reaksi orang lain.
2. Berikan waktu untuk berbicaradengan
pasien selama dan diantara aktivitas 2. Pasien mungkin akan mengalami isolasi
perawatan. Tetap memberi dukungan fisik
mengusahakan verbalisasi. Perlakukan
3. Mengurangi perasaan pasien akan isolasi
dengan penuh penghargaan dan
fisik, hubungan sosial yang positif, yang
menghormati perasaan pasien
dapat menyebabkan rasa percaya diri
3. Batasi/hindari penggunaan masker, baju
4. Jika pasien mendapat bantuan dari orang
dan sarung tangan jika memungkinkan
terdekat kesepian dan ditolak akan
4. Identifikasi system pendukung yang berkurang. Mungkin tidak akan menerima
tersedia bagi pasien, termasuk dukungan dibutuhkan karena memiliki
adanya/hubungan dengan keluarga kecil penyakit membahayakan jiwa dan
dan besar. dihubungkan dengan rasa takut dan
kurangnya pemahaman.
5. Jelaskan prosedur/petunjuk isolasi pada
pasien/orang terdekat 5. Sarung tangan, pakaian pengaman, masker
tidak rutin diperlukan pada diagnose AIDS
6. Dorong kunjungan terbuka ( jika
kecuali dicurigai adanya kontak dengan
memungkinkan), hubungan telepon dan
sekresi/eksresi. Penggunaan dari rintangan
aktivitas sosial dalam tingkat yang
ini akan meningkatkan emosional dan juga
memungkinkan
isolasi fisik. Bila diperlukan pencegahan,
7. Dorong adanya hubungan yng aktif dengan penjelasan akan membantu memahami
orang terdekat alasan prosedur dan perasaan termasuk
mengenai apa yang terjadi
8. Kembangkan perencanaan tindakan dengan
pasien. Lihat sumber-sumber yang tersedia; 6. Partisipasi orang lain dapat meningkatkan
dukung pengambilan perilaku yang sehat. rasa kebersamaan
Bantu pemecahan masalah pasien pada
7. Membantu memantapkan partisipasi pada
isolasi jangka pendek
hubungan sosial. Dapat mengurangi
9. Waspadai gejala-gejala verbal/non verbal. kemungkinan upaya bunuh diri
Mis., menarik diri, putus asa, perasaan
8. Memiliki rencana yang dapat meningkatkan
kesepian. Tanyakan pada pasien apakah
control terhadap kehidupan sendiri dan beri
pernah berpikir untuk bunuh diri.
pasien sesuatu untuk memandang
Kolaborasi kedepan/melakukan penyelesaian

10. Rujuk pada sumber-sumber, mis., 9. Indikasi bahwa putus asa dan ide untuk
pelayanan sosial, konselor dan bunuh diri sering muncul; ketika tanda ini
organisasi/proyek AIDS diketahui oleh pemberi perawatan, pasien
umumnya ingin berbicara mengenai
11. Berikan tempat pada komunitas
persaan ingin bunuh diri, terisolasi dan
perlindungan jika diperlukan
putus asa

10. Adanya system pendukung; dapat


mengurangi perasaan terisolasi

11. Mungkin memerlukan perawatan yang


lebih khusus jika tidak mampu
mempertahankannya dirumah atau ketika
orang terdekat tidak mampu menangani
perawatannya.

DX : KETIDAKBERDAYAAN

Dapat dihubungkan dengan : Konfirmasi diagnose sakit terminal, proses berduka yang belum
selesai

Pernik-pernik sosial dari AIDS; perubahan pada bentuk tubuh/


gaya hidup yang dinginkan

Kriteria hasil :

 Menyatakan perasaan dan cara yang sehat untuk berhubungan dengan mereka
 Mengungkapkan rasa control terhadap situasi sekarang

 Membuat keputusan yang berhubungan dengan perawatan dan ikut serta dalam perawatan
diri.

Intervensi Rasional
1. Identifikasi factor yang berhubungan 1. Pasien penderita AIDS umumnya
dengan perasaan tak berdaya, mis., menyadari literature dan prognosis terbaru.
diagnose sakit terminal, kurang system Rasa takut akan AIDS (pada populasi
pendukung, kurangnya pengetahuan umum dan juga pada keluarga pasien/orang
mengenai situasi saat ini. terdekat) adalah kasus paling umum
ditemukan pada isolasi pasien.
2. Kaji tingkat perasaan tidak berdaya, mis.,
ekspresi verbal/non verbal yang 2. Menentukan status individual pasien dan
mengindikasikan kurangnya control, afek mengusahakan intervensi yang sesuai pada
datar, kurangnya komunikasi waktu pasien imobilisasi karena perasaan
depresi.
3. Dorong peran aktif pada perencanaan
aktivitas, menetapkan keberhasilan harian 3. Memungkinkan peningkatan perasaan
yang realistis/dapat dicapai. Dorong control control dan menghargai diri sendiri dan
pasien yang tanggung jawab sebanyak tanggung jawab diri
mungkin. Identifikasi hal-hal yang dapat
4. Banyak factor yang berkenaan dengan
dan tidak dapat dikontrol.
perawatan yang digunakan pada
4. Dorong harapan hidup dan kekuatan ketidakmampuan ini dan sering
bertahan lama dari dokumen pengacara, menempatkan proses penyakit fatal pasien
dengan instruksi khusus dan tepat di dalam kekuasaan personel medis dan
mengenai prosedur-prosedur yang dapat orang lain yang tak dikenal yang mungkin
dan tidak dapat diterima untuk membuat keputusan dan tentang pasien
memperpanjang hidup tanpa menghargai kehilangan kemandirian
pasien
DX : KURANG PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT,
PROGNOSIS, DAN KEBUTUHAN PENGOBATAN

Dapat dihubungkan dengan : Kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi

Keterbatasan kognitif

Tidak mengenal sumber informai

Kriteria hasil :

 Mengungkapkan pemahamannya tentang kondisi/ proses dan perawatan dari penyakit


tersebut

 Mengidentifikasi hubungan antara tanda/gejala pada proses penyakit dan hubungan gejala
dengan factor penyebab

 Dengan tepat menunjukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alas an suatu
tindakan

 Memulai perubahan gaya hidup yang perlu dan ikut serta dalam aturan perawatan

Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang proses penyakit dan apa yang 1. Memberikan pengetahuan dasar dimana
menjadi harapan dimasa depan pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.
2. Tentukan tingkat ketergantungan dan
kondisi fisik. Catat tingkat perawatan dan 2. Membantu merencanakan jumlah
dukungan yang tersedia dari keluarga/orang perawatan dan kebutuhan penatalaksanaan
terdekat dan kebutuhan akan pemberi gejala dan juga kebutuhan akan sumber
perawatan lainnya tambahan

3. Tinjau ulang cara penularan penyakit 3. Mengoreksi mitos dan kesalahan konsepsi,
meningkatkan keamanan bagi pasien/orang
4. Instruksikan pasien dan pemberi perawatan
lain
mengenai control infeks, mis., teknik
membersihkan tangan bagi semua orang; 4. Mengurangi penularan penyakit;
penggunaan sarung tangan pada waktu meningkatkan kesehatan pada masa
memegang bedpan, pakaian kotor; berkurangnya kemampuan system imun
menggunakan masker bila pasien untuk mengontrol tingkat flora
mengalami batuk produktif; menempatkan
5. Kulit yang sehat memberikan barrier
pakaian kotor/basah pada kantong plastic
terhadap infeksi. Tindakan untuk mencegah
dan menempatkannya terpisah dari cucian
gangguan kulit dan komplikasi yang
keluarga.
berhubungan adalah penting.
5. Tekankan perlunya kebutuhan perawatan
6. Mukosa oral dapat dengan cepat
kulit harian, termasuk memeriksa lipatan
menunjukan komplikasi hebat dan
kulit, titik tekanan, dan perineum dan
progresif. Penelitian menunjukan bahwa
menyediakan pembersih serta tindakan
65% dari pasien penderita AIDS memiliki
perlindungan adekuat, mis., salep, bantalan
beberapa gejala oral. Oleh karena itu
6. Pastikan bahwa pasien/orang terdekat dapat pencegahan dan intervensi awal adalah
menunjukan perawatan oral dan gigi yang penting.
baik. Tinjau ulang prosedur sesuai
7. Meningkatkan nutrisi adekuat yang
petunjuk. Dorong perawatan gigi regular
diperlukan untuk penyembuhan dan
7. Tinjau ulang kebutuhan akan diet dan cara mendukung system imun, meningkatkan
untuk meningkatkan pemasukan pada perasaan sehat
waktu anoreksia, diare, lemas, depresi yang
8. Meningkatkan kerjasama dengan/
mengganggu pemasukan
peningkatan kemungkinan untuk sukses
8. Diskusikan aturan obat-obatan, interaksi, dengan aturan terapeutik.
dan efek samping
9. Memberi pasien peningkatan control,
9. Berikan informasi mengenai mengurangi risiko rasa malu dan
penatalaksanaan gejala yang melengkapi meningkatkan kenyamanan.
aturan medis, mis., pada diare intermiten,
10. Mencegah/mengurangi kepenatan,
gunakan lomotil sebelum pergi ke kegiatan
meningkatkan kemampuan
sosial.
11. Merangsang pelepasan endorphin pada
10. Tekankan pentingnya istirahat adekuat
11. Dorong aktivitas/latihan pada tingkat yang otak, meningkatkan rasa sejahtera.
dapat ditoleransi pasien
12. Memberi kesempatan untuk mengubah
12. Tekankan perlunya melanjutkan perawatan aturan untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan dan evaluasi perubahan/individual.

13. Anjurkan penghentian merokok 13. Merokok akan meningkatkan risiko infeksi
dan dapat menyebabkan
14. Identifikasi tanda dan gejala yang
ketidakseimbangan system imun
membutuhkan evaluasi medis, mis., demam
(penurunan kekuatan ikatan O2 dengan
yang terus menerus/berkeringat pada
SDM)
malam hari, pembengkakan kelenjar,
penurunan berat, diare, bintik/lesi pada 14. Pengenalan awal akan perkembangan
kulit, sakit kepala, sakit pada dada, komplikasi dan intervensi yang tepat pada
dyspnea. waktunya dapat mencegah perkembangan
ke arah situasi yang dapat membahayakan
15. Identifikasi sumber-sumber komunitas,
jiwa.
mis., rumah sakit/pusat perawatan tempat
tinggal (bila ada). 15. Memudahkan pemindahan dari lingkunga
perawatan akut, mendukung pemulihan dan
kemandirian.

Anda mungkin juga menyukai