Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti
tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang
yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima
kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya
(Elizabeth Hurlock, Developmental Psychology, 1991) Dewasa awal
adalah masa peralihan dari masa remaja. Hurlock (1986) mengatakan
bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40
tahun. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal ialah mereka
yang berusia 20-40 tahun. Menurut Jeffrey Arnet (2006), salah satu ciri
seseorang beranjak dewasa adalah adanya eksplorasi identitas, yaitu masa
permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungansecara intim dengan
lawan jemisya dan mulai bekerja dalam suatu jabatn.
Rentang usia 18 – 45 tahun, merupakan usia dimana manusia
sudah matang secara fisik dan biologis. Pada usia inilah manusia sedang
berada pada puncak aktivitasnya. Aktifitas fisik yang dilakukan cenderung
lebih berat daripada usia lainnya. Sehingga dapat mempengaruhi kinerja
seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang adalah dalam melakukan pekerjaannya
adalah, seorang pekerja penuh waktu bisa memiliki pengaturan waktu
yang ketat karena telah diatur oleh perusahaan atau tempat ia
bekerja.sehingga dalam satu hari seorang pekerja full time dapat bekerja
sekitar tujuh hingga delapan jam, dimana waktu tersebut belum ditambah
apabila terdapat waktu lembur. Dengan demikian seorang pekerja full time
hanya memiliki waktu luang yang sangat terbatas (Lintje,2011).
Waktu luang merupakan bagian yang terpenting bagi setiap orang.
Waktu luang diartikan sebagai aktivitas di luar pekerjaan dan tanggung
jawab kegiatan pokok sehari-hari. Waktu luang menyediakan kesempatan
terbaik untuk seseorang melakukan hal yang diinginkan dan mencapai
kesenangan, kebahagiaan, hingga bebas mengekspresikan dirinya
(Ellrgard,1999).
Dengan adanya fenomena pandemi Covid-19 banyak orang yang
semakin sulit untuk menikmati waktu luang mereka. Dikarenakan adanya
kebijakan dari pemerintah untuk melakukan physical distancing. Physical
distancing atau pembatasan fisik adalah salah satu langkah yang
disarankan untuk mencegah penyebaran virus Corona. Tidak hanya saat di
luar rumah, pemerintah bahkan menganjurkan agar cara ini juga dilakukan
saat di dalam rumah.
Dimasa pandemi seperti ini seseorang akan mengalami banyak
perubahan diberbagai area kehidupan. Mulai dari aktivitas keseharian
hingga aktivitas waktu luang. Waktu Iuang kerapkali didefinisikan dengan
saat bersantai, bermalas-malasan, atau bersenang-senang. Bahkan waktu
Iuang sering dipandang sebagai hal yang kurang penting, misalnya bila
dibandingkan dengan pekerjaan atau keluarga. Namun sebenamya, waktu
Iuang, yang didefinisikan sebagai waktu yang tersedia setelah melakukan
berbagai kewajiban sehari-hari, kaya akan manfaat bagi kehidupan
seseorang. Terlebih dalam situasi perkotaan, yang hingar bingar dengan
berbagai kesibukan, persaingan, dan tekanan, dimana waktu Iuang bisa
membantu seseorang menjaga keseimbangan mental dan
mengaktualisasikan dirinya. Namun dengan adanya fenomena pandemi ini
menjadikan beberapa masyarakat kesulitan untuk melakukan waktu luang
dan terpaksa merubah aktivitas waktu luang mereka.
Dalam kehidupan kerja, kegiatan leisure dapat mengurangi stres
akibat kerja, dan berkorelasi positif dengan kepuasan kerja serta komitmen
organisasi, dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup para
pekerja (Lim & Park, 2012; Brajša-Žganec, Merkaš, & Sverko, 2011; M.
S. Lee & Langsner, 2010). Peneliti sebelumnya telah menemukan bahwa
faktor yang berhubungan dengan pekerjaan seperti jam kerja, keamanan
pekerjaan, dan upah mempengaruhi kualitas hidup pekerja (Drobnič,
Beham, & Präg, 2010), dan lingkungan fisik, perilaku sehat, dan status
kesehatan secara langsung memengaruhi kualitas hidup (Lee & Jung,
2011). Selain itu aktrivitas leisure juga menjadi salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas hidup para pekerja (Suhee Kim, 2017).
Pada tahun 1948, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan konsep "kualitas hidup" sebagai kenyamanan fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual. Dengan demikian, kualitas hidup dapat
didefinisikan dalam hal persepsi subjektif yang ditentukan oleh budaya
dan sistem nilai, yang meliputi fungsi fisik, status mental, kemandirian,
hubungan sosial, kepercayaan pribadi, dan lingkungan. Setiap individu
memiliki interpretasi kualitas hidup yang berbeda (Yao, 2002). Dalam
komponen quality of life, peneliti mengambil salah satu bagian dari quality
of life yaitu quality of functioning yang di dalamnya mencakup komponen
leisure. Hal ini dikarenakan leisure identik dengan relaksasi dan pelepasan
beban individu dan peneliti berasumsi bahwa aktivitas leisure sangat
penting untuk mengurangi tekanan akibat kerja pada para pekerja full time.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana para pekerja full
time pada saat pandemi melakukan aktivitas waktu luang mereka, apakah
para pekerja full time sadar bahwa ketidakseimbangan leisure dan
produktivitas berperan penting dalam peningkatan stress akibat beban
kerja, serta pengaruh melakukan aktivitas leisure terhadap kualitas hidup
para pekerja penuh waktu saat pandemi Covid-19. Berdasarkan fenomena
di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Eksplorasi
Aktivitas Leisure Terkait Dengan Pada Dewasa Awal Yang Bekerja
Penuh Waktu Saat Pandemi Covid-19”

Anda mungkin juga menyukai