Anda di halaman 1dari 70

SKRIPSI

EKSPLORASI AKTIVITAS WAKTU LUANG PEKERJA WFH

(WORK FROM HOME) PADA MASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :

SASKIA AYU SALSABILLA

NIM. P 27228017 270

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TERAPI OKUPASI

JURUSAN OKUPASI TERAPI

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN 2020

i
SKRIPSI

EKSPLORASI AKTIVITAS WAKTU LUANG PEKERJA WFH

(WORK FROM HOME) PADA MASA PANDEMI COVID-19

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Terapi Okupasi
Politeknik Kesehatan Surakarta

Disusun Oleh :

SASKIA AYU SALSABILLA

NIM. P 27228017 270

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TERAPI OKUPASI


JURUSAN OKUPASI TERAPI
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN 2020

ii
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

Skripsi ini saya susun tanpa ada tindak plagiarisme sesuai yang berlaku di Prodi

Sarjana Terapan Terapi Okupasi Jurusan Okupasi Terapi Politeknik Kesehatan

Surakarta.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan bertanggung

jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Prodi Sarjana Terapan

Terapi Okupasi Jurusan Okupasi Terapi Politeknik Kesehatan Surakarta.

Surakarta, Agustus 2020

(Saskia Ayu Salsabilla)

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian ini diajukan oleh :


Nama : Saskia Ayu Salsabill
NIM : P27228017 270
Jurusan : Okupasi Terapi - Prodi Sarjana Terapan Terapi Okupasi
Judul Proposal Penelitian : EKSPLORASI AKTIVITAS WAKTU LUANG
PEKERJA WFH (WORK FROM HOME) PADA
MASA PANDEMI COVID-19

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Proposal Penelitian


Prodi Sarjana Terapan Terapi Okupasi Jurusan Okupasi Terapi Politeknik Kesehatan
Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta
Tanggal : Agustus 2020

Pembimbing I : Hendri Kurniawan, M.Sc (..........................................)


NIP. 19750620 200003 1 00 1

Pembimbing II :………………………… (………………………….)


NIP.

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Penelitian ini diajukan oleh :


Nama : Saskia Ayu Salsabilla
NIM : P27228017 270
Jurusan : Okupasi Terapi - Prodi Sarjana Terapan Terapi Okupasi
Judul Proposal Penelitian : EKSPLORASI AKTIVITAS WAKTU LUANG
PEKERJA WFH (WORK FROM HOME) PADA
MASA PANDEMI COVID-19

Telah diujikan dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Proposal Penelitian


Prodi Sarjana Terapan Terapi Okupasi Jurusan Okupasi Terapi Politeknik Kesehatan
Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta
Tanggal : Agustus 2020

DEWAN PENGUJI

Penguji I : dr. Prasaja, M.Kes (…………………)


NIP. 19730709 200604 1 001

Penguji II : Hendri Kurniawan, M.Sc (…………………)


NIP. 19750620 200003 1 00 1

Mengetahui
Ketua Jurusan Okupasi Terapi
Politeknik Kesehatan Surakarta

Khomarun, M.OT

v
NIP. 19640823 199003 1 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian
dengan judul “EKSPLORASI AKTIVITAS WAKTU LUANG PEKERJA WFH
(WORK FROM HOME) YANG BERSTATUS LAJANG PADA MASA PANDEMI
COVID-19”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepad berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa
arahan dan dorongan yang sangat berarti sejak dari persiapan sampai dengan
selesainya Proposal Penelitian ini.oleh karena itu penulis menyempaikan terima kasih
dan penghargaan kepada :
1. Khomarun, M.OT, selaku Jurusan Okupasi Terapi yang telah memberikan
rekomendasi bagi penulis untuk melakukan penelitian.
2. Hendri Kurniawan, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membenatu dan mengarahkan, membimbing dan memberikan dorongan
sampai Proposal Penelitian ini terwujud
3. Teman-teman Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Okupasi Jurusan Okupasi
Terapi Politeknik Kesehatan Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan, mendapat pahala yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa

Surakrata, Agustus 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL LUAR..................................................................................i

HALAMAN SAMPUL DALAM..............................................................................ii

SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME...............................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................v

KATA PENGANTAR...............................................................................................vi

DAFTAR ISI..............................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................1

B. Fokus Masalah.............................................................................6

C. Tujuan Penelitian.........................................................................7

D. Manfaat Penelitian.......................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Kajian Teori.................................................................................9

1. Corona Virus Disease 2019.............................................9

2. Pekerja Work From Home................................................13

vii
3. Waktu Luang (Leisure) dan Pekerja WFH.......................24

B. Penelitian Yang Relevan..............................................................31

C. Kerangka Penelitian.....................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Bentuk dan Strategi Penelitian.....................................................36

B. Sumber Data dan Teknik Sampling.............................................37

C. Teknik Pengumpulan Data dan Uji Kepercayaan Data................38

D. Teknik Analisis............................................................................41

E. Prosedur dan Jadual Penelitian.....................................................45

Daftar Pustaka

Lampiran

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ........................................................................35

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyebaran penyakit coronavirus yang sedang berlangsung sejak 2019

adalah keadaan darurat yang mengancam kesehatan masyarakat secara global.

COVID-19 telah menjadi pandemi penyakit yang memberikan dampak cukup

besar pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pada 30 Januari 2020,

World Health Organization (WHO) menetapkan corona virus sebagai Public

Health Emergency Of International Concern (PHEIC) atau darurat kesehatan

masyarakat yang menjadi perhatian global, kemudian status tersebut pada

tanggal 11 Maret 2020 diubah menjadi pandemi (Mbagwu & Dike, 2020)..

Menurut data yang dihimpun Kemenaker, dengan bantuan dari Disnaker

Pemda, hingga 31 Juli 2020 menunjukkan secara total baik pekerja formal

maupun informal yang terdampak Covid-19 mencapai lebih dari 3,5 juta

orang secara nasional. Pekerja formal yang dirumahkan mencapai 1.132.117

orang, sementara pekerja formal yang di-PHK mencapai 383.645 orang.

Sedangkan pekerja sektor informal yang terdampak mencapai 630.905 orang

(Kemnarker RI, 2020).

Sejak teridentifikasinya kasus COVID-19 di Indonesia, pemerintah

mulai mengeluarkan kebijakan untuk tinggal di rumah sebagai tindakan


darurat dan menerapkan social distancing untuk mencegah penyebaran infeksi

lebih lanjut. Menurut Aslam (2020), social distancing merupakan solusi untuk

mengurangi penyebaran penyakit dengan cara setiap individu menjaga jarak

selama jangka waktu tertentu. Terdapat dua cara untuk mempraktikan social

distancing ini, salah satunya dengan menjaga jarak sejauh 1 meter dan tetap

melakukan aktivitas didalam rumah (Aslam, 2020).

Kebijakan pemerinah sangat berdampak pada aspek kehidupan

masyarakat terutama para pekerja. Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan

para pekerja terpaksa di rumahkan atau bekerja dari rumah. Bekerja dari

rumah adalah istilah lain dari work from home (DTI, 2000), telework (Gordon

et al., 1993; Huws et al., 2000), telecommuting (Nilles, 1994), atau remote

work (Hamblin, 1995). Sistem kerja jarak jauh memang memiliki fleksibilitas

yang tinggi. Hal ini guna mendukung keseimbangan karyawan antara

pekerjaan dan kehidupan. Bekerja dari rumah atau work from home

merupakan salah satu solusi untuk mengurangi penyebaran virus corona di

kalangan para pekerja.

Banyak manfaat positif yang dapat ditemukan dibalik aktivitas work

from home diantaranya adalah dapat menyeimbangkan antara work-life dan

mengurangi konflik keluarga yang timbul akibat pekerjaan (Bailey &

Kurland, 2002; Madsen, 2003; Sullivan & Lewis, 2001; Van Sell & Jacobs,

1994), serta mengurangi stress (Fast & Frederick, 1996; Mausner-Dorsch &

2
Eaton, 2000). Namun penelitian lain mengungkapkan bahwa work from home

mungkin tidak dapat mengurangi stres karena beberapa individu

menghabiskan waktu tambahannya untuk melakukan tanggung jawab rumah

tangga seperti mengurus anak, dan homeschooling (Michelson, 1998).

Aspek lain dari bekerja di rumah kurang mendapat perhatian dalam

literatur penelitian yaitu mengenai aktivitas waktu luang atau leisure.

Berdasarkan definisi teori waktu luang yaitu waktu luang sebagai aktivitas,

adalah waktu yang berisikan berbagai macam kegiatan baik untuk beristirahat,

menghibur diri sendiri, atau menambah pengetahuan

Kegiatan leisure memiliki peran yang sangat penting dalam

meningkatkan kualitas hidup seseorang (Brajša-Žganec et al., 2011). Dengan

berpartisipasi dalam melakukan aktivitas leisure seseorang dapat membangun

hubungan sosial, memperoleh emosi positif, keterampilan dan pengetahuan

tambahan ( Marina Merkaš, 2011). Aktivitas waktu luang memiliki

kedudukan yang sangat penting bagi setiap kegiatan dan juga memiliki

manfaat yang berbeda untuk berbagai kelompok orang. Misalnya, diantara

individu yang bekerja, partisipasi dalam waktu luang dapat menjadi salah satu

cara mengatasi stres yang terkait dengan pekerjaan (Trenberth & Dewe,

2002).

Setelah di rumahkan para pekerja WFH cenderung memiliki waktu

luang yang lebih panjang. Dengan demikian para pekerja yang dirumahkan

3
cenderung lebih sedikit bekerja dan lebih banyak melakukan aktivitas non-

bekerja (American Time Use Survey (ATUS), 2015). Menurut hasil penelitian

yang dilakukan Jorge Velilla dan kawan-kawan pada tahun 2018 yang

berjudul Telework, the Timing of Work, and Instantaneous Well-Being:

Evidence from Time Use Data, mereka menggunakan 5.619 pekerja telework

atau yang dapat disebut dengan pekerja work from home. Jorge melakukan

perbandingan waktu bekerja, waktu non-bekerja, dan juga waktu luang pada

pekerja perempuan dan laki-laki. Serta didapatkan hasil bahwa pekerja

teleworkers baik laki-laki maupun perempuan lebih sedikit melakukan

aktivitas pekerjaan mereka dan mereka lebih banyak menghabiskan waktu

untuk kegiatan non-pekerjaan, serta menyerahkan tanggung jawab kerja pada

jam kerja non-standar. Lalu menurut penelitian Pabilonia dan Vernon pada

tahun 2020 yang berjudul Telework and Time Use in the United States mereka

menggunakan 341 home-based telework dan 6.870 pekerja kantoran. Dengan

menggunakan waktu harian dari modul ATUS-LV, mereka menemukan

perbedaan dalam alokasi waktu bekerja pada pekerja WFH dan pekerja

kantoran pada masa pandemi COVID-19, yang menunjukan bahwa WFH

dapat meningkatkan well-being, setidaknya dalam hal menyeimbangankan

antara tanggung jawab untuk bekerja dan keluarga. Serta Pabilonia

menemukan bahwa pekerja telework memiliki waktu luang yang lebih banyak

dan menggunakannya untuk aktivitas rumah tangga pada saat bekerja di

rumah . Individu yang memiliki pasangan juga berpotensi lebih baik dalam

4
hal menjalin hubungan, karena mereka dapat menghabiskan lebih banyak

waktu luang untuk bersama di rumah (Hamermesh, 2002).

Berdasarkan data penggunaan waktu dari Amerika Serikat

menunjukan bahwa orang-orang menghabiskan lebih dari 50% waktu luang

mereka dan berolahraga , 13% untuk aktivitas sosial dan 6% untuk aktivitas

bermain komputer (Bureau of Labor Statistics, 2019). Terdapat perbedaan

dalam hal penggunaan waktu dan juga jenis aktivitas waktu luang pada

individu yang sudah menikah dan berstatus lajang (Lee & Bhargava, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan Yoon G (2004), individu yang sudah

menikah akan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk kegiatan leisure dari

pada individu yang berstatus lajang, karena tanggung jawab mereka terhadap

keluarga. Seseorang yang berstatus lajang lebih sering menghabiskan waktu

luang mereka untuk melakukan kegiatan hiburan seperti menonton film,

bermain alat musik atau melakukan aktivitas di luar rumah (Lee & Bhargava,

2004)

Menurut Lener & Stainberg (2004) menyebutkan bahwa aktivitas

waktu luang sebagai kegiatan hiburan menjelaskan bahwa seorang individu

yang berstatus lajang sering menghabiskan waktu luang mereka di luar rumah

seperti pergi ke pesta, nongkro, atau olahraga bersama teman-teman mereka.

Namun dengan adanya fenomenya pandemi COVID-19 serta adanya

kebijakan dari pemerintah untuk social distancing dan tetap tinggal dirumah,

5
menyebabkan individu yang berstatus lajang mengalami perubahan dalam

aktivitas waktu luang mereka. Mereka tidak dapat menghabiskan aktivitas

waktu luang di luar rumah selama pandemi ini. Oleh sebab itu penelitian ini

bertujuan untuk mengeksplorasi waktu luang yang dilakukan para pekerja

WFH yang berstatus lajang pada masa pandemi. Mulai dari jenis aktivitas

yang dilakukan, alasan dari masing-masing individu melakukan aktivitas yang

dipilih, manfaat yang dirasakan dari tiap individu saat melakukan aktivitas

waktu luang, serta dampak WFH terhadap aktivitas waktu luang mereka.

B. FOKUS MASALAH

Adanya kebijakan pemerintah yang berdampak pada aspek kehidupan

masyarakat yaitu berupa perubahan aktivitas menjadikan hal menarik ketika

menggali lebih dalam tentang aktivitas leisure time terutama pada pekerja

WFH yang berstatus lajang saat masa pandemi. Berdasarkan latar belakang

yang sudah dijabarkan oleh peneliti, fokus maslah pada penelitian ini adalah

1. Apa saja aktivitas leisure yang dilakukan pekerja WFH pada masa

pandemi COVID-19?

2. Apa alasan pekerja WFH melakukan aktivitas waktu luang saat

pandemi COVID-19?

3. Apa manfaat yang didapat pekerja WFH setelah melakukan

aktivitas waktu luang saat pandemi COVID-19?

6
4. Apa dampak pandemi terhadap aktivitas waktu luang pekerja

WFH?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dengan memperhatikan permaalahan diatas mengenai pemanfaatan waktu

luang pada pekerja WFH yang berstatus lajang di masa pandemi, maka tujuan

dari penelitian ini adalah mengeksplorasi aktivitas leisure time pada pekerja

WFH yang berstatus lajang di masa pandemi yang dirinci sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa saja aktifitas leisure yang dilakukan pekerja WFH

yang berstatus lajang pada masa pandemi.

2. Untuk mengetahui alasan pekerja WFH melakukan aktifitas leisure pada

masa pandemi.

3. Untuk mengetahui manfaat yang didapat pekerja WFH dalam melakukan

aktifitas leisure yang dipilih.

4. Untuk mengetahui dampak pandemi terhadap aktivitas waktu luang pada

pekerja WFH.

D. MANFAAT PENELITIAN

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

7
Manfaat teoritis yang diharapkan peneliti adalah untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya mengenai eksplorasi leisure time pada pekerja WFH

yang berstatus lajang di masa pandemi

Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi bagi Okupasi

Terapis mengenai pemahaman leisure dan apa saja aktivitas yang sering

dilakukan oleh pekerja yang berstatus lajang di masa pandemi

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan

yang mendalam tentang aktivitas leisure pada pekerja WFH yang berstatus lajang

di masa pandemi, serta membantu klien memehami dampak WFH terhadap

aktivitas waktu luang.

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

Bab tinjauan teori akan membahas tentang teori dan kerangka konsep

yang digunakan peneliti sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian. Bab

ini mencakup kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka penelitian

A. Kajian Teori

1. Corona Virus Disease 2019

a. Definisi

Pandemi penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah masalah yang

sedang berlangsung di lebih dari 200 negara di dunia (WHO. World Health

Organization, 2020). COVID-19 telah diidentifikasi sebagai penyebab wabah

penyakit pernapasan di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok (Li et al., 2020).

Menurut WHO, virus corona dapat menginfeksi burung dan mamalia,

termasuk manusia (Unhale et al., 2020). Selain virus Corona, virus yang juga

termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS) yang menyebabkan wabah tahun 2002-2003

dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) pada tahun

2015 di Korea Selatan (Li et al., 2020). Berbeda dengan MERS-CoV dan

SARS-CoV yang sebelumnya diisolasi, virus ini merupakan coronavirus

9
ketujuh yang dapat menginfeksi manusia dan dinamakan SARS-CoV-2 (Nie

et al., 2020).

Struktur genom virus ini memiliki pola seperti coronavirus pada

umumnya. Sekuens SARS-CoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus

yang diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-CoV-

2 berasal dari kelelawar yang kemudian bermutasi dan menginfeksi manusia

(Zhou et al., 2020).

Penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber

transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-

CoV-2 dari pasien simptomaik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk

atau bersin (Han & Yang, 2020). Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2

dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3

jam (Neeltje van Doremalen et al., 2020). Beberapa laporan kasus

menunjukkan dugaan penularan dari karier asimtomatis, namun mekanisme

pastinya belum diketahui. Kasus-kasus terkait transmisi dari karier

asimtomatis umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan pasien COVID-

19 (Han & Yang, 2020).

Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai

dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat,

ARDS, sepsis, hingga syok sepsis (World Health Organization, 2020b).

Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas

10
atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan

atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal,

atau sakit kepala. Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan

demam, ditambah salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan >30x/menit

(2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan

oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal (World

Health Organization, 2020a)

b. Protokol Kesehatan

COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu

pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan

meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan

melakukan proteksi dasar (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020;

World Health Organization, 2020)

World Health Organization (WHO) menyarankan langkah-langkah

perlindungan untuk semua orang terhadap virus corona COVID-19 sebagai

berikut :

1) Bersihkan tangan secara teratur dan menyeluruh dengan cairan

berbasis alkohol atau cuci tangan dengan sabun dan air;

2) Pertahankan jarak setidaknya 1 meter (3 kaki) antara anda dan siapa

saja yang batuk atau bersin;

11
3) Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Tangan menyentuh

banyak permukaan dan virus bisa menempel disana, setelah

terkontaminasi tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung,

atau mulut anda dan dapat menimbulkan penyakit;

4) Pastikan anda dan orang-orang di sekitar menjaga kebersihan

pernapasan, yaitu dengan menutup mulut dan hidung dengan siku atau

bagian lainnya yang tertekuk saat anda batuk atau bersin kemudian

segera buang tisu bekas;

5) Tetap dirumah jika anda merasa tidak sehat dan ketika mengalami

batuk, demam dan kesulitan bernapas, cari bantuan medis dan

hubungi mereka terlebih dahulu serta ikuti arahan otoritas kesehatan

setempat;

6) Baca perkembangan terbaru tentang COVID-19 dan ikuti saran yang

diberikan oleh penyedia layanan kesehatan, otoritas kesehatan

publik nasional dan lokal tentang cara melindungi diri sendiri dan

orang lain dari COVID-19

c. Dampak Pandemi Terhadap Aspek Kehidupan Pekerja

Wabah covid-19 bukan hanya berdampak pada segi kesehatan dan

perekonomian para pekerja. Tetapi juga berdampak pada aspek lainnya seperti

12
gaya hidup, aktivitas waktu luang dan produktivitas para pekerja (UN

Women, 2020).

1) Gaya hidup

Pandemi COVID-19 menyebabkan masyarakat harus tinggal dan

melakukan kegiatan yang biasanya mereka lakukan di luar rumah

seperti bekerja, sekolah, liburan dan aktivitas lainnya (Pasala et al.,

2020). Pada sebuah penelitian yang berjudul The COVID-19

Pandemic: Changing Lives and Lessons Learned menyebutkan bahwa

masyarakat Amerika semakin mengandalkan layanan dengan minimal

kontak fisik. Seperti layanan pengiriman bahan makanan yang

menggantikan kunjungan ke toko, pertemuan virtual, belajar melalui

virtual, bekerja di rumah, dan bahkan pertemuan kegamaan secara

online. Penggunaan masker dan mencuci tangan mepukan salah satu

perubahan gaya hidup yang terjadi dimasyarakat saat pandemi

COVID-19 (Haleem et al., 2020). Dengan adanya pandemi,

pemerintah mengeluarkan kebijakan bagi setiap masyarakat

diwajibkan untuk menggunakan masker dan mencuci tangan. Dimana

secara tidak langsung mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih

sehat.

2) Aktivitas waktu luang

13
Menurut penelitian Jaiswal (2020), menyebutkan bahwa sebagian

besar pekerja melaporkan peningkatan waktu luang, namun beberpa

pekerja juga melaporkan bahwa adanya peningkatan jumlah jam kerja.

Temuan ini bergantung pada peran baik dalam kantor maupun peran

dalam keluarga. Ini disebabkan karena berkurangnya waktu para

pekerja untuk melakukan perjalan menuju kantor atau tempat kerja.

Salah satu pekerja menyebutkan bahwa sebelum pandemi ia mulai

berangkat ke kantor pukul 7 pagi untuk menghindari kemcetan dan

selesai pukul 2 siang. Namun setelah terjadi pandemi dan adanya

kebijakan WFH mereka mulai bekerja pukul 8 atau 9 pagi dan selesai

bekerja pukul 12 siang. Hal ini menandakan berkurangnya jam kerja

dan peningkatan waktu non-kerja.

3) Produktivitas

Pandemi COVID-19 memiliki efek bagi produktivitas pekerja.

Sebagian besar para pekerja melaporkan penurunan tingkat

produktivitas dibandingkan ketika mereka bekerja di kantor.

Responden pada sektor technology-enabled service menyebutkan

bahwa meskipun terdapat tidak terdapat peningkatan jam kerja dari

biasanya, konektivitas internet yang buruk, kurangnya ergonomic yang

memadai, ketidakpastian terkait hasil kerja, dan kurangnya motivasi

14
adalah beberapa alasan terjadinya produktivitas yang rendah (Jaiswal,

2020).

d. menunjukkan bahwa virus


ini masuk
e. dalam subgenus yang sama
dengan coronavirus yang
f.menyebabkan wabah Severe
Acute Respiratory Illness
g. (SARS) pada 2002-2004
silam, yaitu Sarbecovirus.15
Atas
h. dasar ini, Internaonal
Commiee on Taxonomy of
Viruses

15
i.mengajukan nama SARS-
CoV-2
2. Pekerja Work From Home

a. Definisi

Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah dan

imbalan dalam bentuk lain (ILO, 2018). Hal tersebut berebda dengan definisi

dari tenaga kerja, dalam ketentuan pasal 1 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan disebutkan bahwa, “Tenaga Kerja adalah setiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa

untuk memenuhi kebutuhuan sendiri maupun untuk masyarakat”.

Work frome home (WFH) atau telework merupakan sebuah bagian dari

konsep telecomuting (bekerja jarak jauh), yang sebenarnya bukan hal baru

dalam dunia kerja, bahkan telah dikenal sejak tahun 1970-an sebagai salah

satu upaya mengatasu kemacetan lalulintas dari perjalanan rumah menuju

kekantor dan sebaliknya. Fenomena work from home mulai dilakukan kembali

sejak munculnya pandemi COVID-19 di Indonesia yang bertujuan untuk

mengurangi penyebaran virus corona. Banyak kantor baik pemerintahan

maupun swata yang kemudian menerapkan skema bekerja dari rumah (work

from home/ WFH).

16
Telework didefinisikan sebagai pekerjaan yang dilakukan dari lokasi yang

berbeda dari kantor (seperti dirumah )yang memungkinkan pekerja untuk

mengakses aktivitas kerja mereka dengan menggunakan teknologi informasi

dan komunikasi (Mokhtarian, 1991)

Penamaan konsep bekerja jarak jauh sendiri beragam tetapi hanya

beberapa yang masih sering dipergunakan. Awalnya istilah yang

dipergunakan adalah ‘electronic homework’. Istilah tersebut berkembang

menjadi ‘telecomuting’ dengan menggunakan konsep Jack Nilles pada tahun

1973.

Penamaan yang beragam ini disesuaikan dengan fokus dari penerapan

bekerja jarak jauh. Penggunaan istilah flexy (flexywork, flexybility working)

dengan mempertimbangkan kondisi keleluasaan dalam bekerja. Sedangkan

istilah ‘homework’, ‘alternative officing’, dan ‘mobile woriking’ berdasarkan

keragaman bentuk bekerja jarak jauh misalnya bekerja dari rumah dengan

kantor ataupun nomaden tanpa kantor (Mungkasa, 2020).

Istilah yang paling mudah dikenali dari bekerja jarak jauh adalah bekerja

dari rumah (home-based telecomuting) dan bekerja dari kantor cabang

(center-based telecomuting). Penelitian pada tahun 2001, The International

Telework Association and Council IT A-2 I menemukan bahwa bekerja jarak

jauh dapat dilakukan di rumah, jalan, atau lokasi pelanggan.

17
b. Manfaat dan Kerugian

Dipahami sepenuhnya bahwa manfaat dan kerugian maupun kelebihan

dan kekurangan bekerja jarak jauh dan bekerja leluasa sangat beragam

tergantung preferensi masing-masing baik pekerja, perusahaan, pemerintah

bahkan masyarakat. Selain itu, karakter sosial-ekonomi termasuk faktor lokasi

juga (Purwanto et al., 2020)mempengaruhi pemahaman tentang manfaat dan

kerugian ini. Sebagian manfaat dan kerugian telah disepakati dan menjadi

pemahaman bersama, namun beberapa lainnya masih belum disepakati

bahkan menjadi kontroversi.

Menurt Purwanto (2020), bekerja dari rumah dinilai lebih fleksibel dan

memiliki banyak keuntungan. Mereka dapat bekerja dari mana saja dari

rumah. Dari ruang tamu, kamar, ruang makan, dan sebagainya. Salah satu

keuntungan work from home adalah mereka dapat bekerja di luar jam kerja

kantor. Selain itu manfaat lainnya adalah mereka tidak perlu mengeluarkan

biaya untuk transportasi atau bensi, dan para pekerja dapat menghemat waktu

perjalanan. Dengan bekerja dari rumah, karyawan bisa meminimalisir tingkat

stres yang dialami. Selain macet dari rumah ke kantor, salah satu pemicu stres

adalah penumpukan pekerjaan yang harus dilakukan. Ini berlaku bagi mereka

yang dapat mengatur waktu bekerja. Dengan begitu, mereka bisa

menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Ketika seorang karyawan dapat

18
menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan lebih efektif, kepuasan kerja

dapat menjadi nilai tambah. Saat hari ini mampu menyelesaikan pekerjaan

dengan baik, tentunya mereka juga akan merasa lebih bersemangat esok hari.

Adanya kepuasan kerja tentunya akan semakin meningkatkan produktivitas

dan loyalitas karyawan. Banyaknya tuntutan pekerjaan yang harus

diselesaikan terkadang memaksa sebagian orang kehilangan keseimbangan

antara dunia kerja dan kehidupan pribadinya. Namun, dengan kebijakan

Bekerja Dari Rumah, perannya dapat lebih mudah dibagi. Ada kalanya

mereka fokus pada jam kerja dan ada kalanya mereka bisa menjalankan

kehidupan pribadinya tanpa beban apapun. Keuntungan lain dari work from

home yang bisa di rasakan adalah karyawan memiliki lebih banyak waktu

luang untuk berkumpul dengan keluarga. Dan manfat lainnya adalah saat

bekerja di rumah, guru dapat menciptakan suasana yang lebih aman, nyaman,

dan kondusif (Purwanto et al., 2020)

Menurut penelitian dari Azies Bauw (2020) yang berjudul Working from

Home Phenomenon as an Effort to Prevent COVID-19 Attacks and Its

Impacts on Work Productivity, menyebutkan bahwa selain manfaat, bekerja

dari rumah juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah :

1) Kesulitan membagi tugas

19
Beberapa pekerja perempuan yang melakukan work from home terutama

mereka yang menikah dan memiliki anak, menyatakan bahwa mereka

kesulitan dalam membagi tugas-tugas rumah tangga dengan pasangan

mereka seperti mengurus anak, memasak dan tuga-tugas lain. Selama

COVID-19, pasangan yang sudah menikah akan melakukan peran ganda

di rumah yaitu bekerja dan mengurus rumah tangga yang dapat

meningkatkan beban kerja dan stes kerja yang tinggi bagi mereka (Jacobs,

2017). Peran dan tugas ganda ini tidak berlaku untuk pasangan yang dapat

membagi tugas dengan pasangan masing-masing.

2) Penurunan motivasi dalam bekerja

Penurunan motivasi saat bekerja dirasakan oleh karyawan yang

melakukan WFH, hal ini disebabkan oleh kondisi dilema dan pola pikir

yang mereka miliki bahwa rumah merupakan tempat untuk beristirahat.

Namun ketika bekerja di rumah, banyak karyawan kehilangan fokus

dalam memilih untuk bekerja atau bersantai bersama dengan keluarga

untuk menikmati masa karantina saat pandemi COVID-19, berkurangnya

motivasi kerja juga disebabkan oleh banyak gangguan seperti undangan

untuk berkomunikasi memlalui media sosial, interaksi sosial tanpa

mendiskusikan pekerjaan dan menikmati sarana hiburan yang mereka

miliki seperti menonton film, karaoke dan bermain game. Kegiatan

20
tersebut secara tidak langsung membuat para pekerja enggan melakukan

pekerjaan dan sering menunda pekerjaan mereka.

3) Biaya tambahan

Dengan melakukan WFH, para pekerja menyatakan bahwa mereka

banyak mengeluarkan tagihan seperti tagihan listrik yang meningkat,

internet, dan lainnya. Karena menggunakan perangkat elektronik,

mengirim data dan melakukan virtual komunikassi lebih sering sehingga

mengakibatkan lonjakan tagihan yang harus dibayar. Berebeda ketika

mereka bekerja di kantor, semua keuangan ditanggung oleh atasan.

4) Gangguan

Selama WFH banyak karyawan merasakan gangguan teknis dan sosial

seperti keluarga dan juga kecepatan internet yang lambat atau pembatasan

daya listrik sehingga mereka sering kehilangan fokus dan memilih untuk

menunda pekerjaan sampai mereka menemukan kembali semangat kerja

dan mengurangi gangguan dalam melakukan pekerjaannya (Clapp et al.,

2011).

5) Komunikasi yang terbatas

Fenomena WFH sebagai upaya pencegahan COVID-19 di Indonesia pada

umumnya meberikan beberapa kelebihan dan kekurangan, tetapi yang

paling sering dirasakan oleh karyawan adalah masalah komunikasu baik

dengan rekan kerja maupun manajer. Terbatasnya komunikasi sering

21
disebabkan oleh masalah teknis seperti gangguan jaringan internet

sehingga mereka mengalami kesulitan mengirim data pekerjaan dan

informasi satu sama lain (Baumgartner et al., 2014). Serta para pekerja

WFH merasakan perbedaan dari aspek psikologis dimana sebelum wabah

COVID-19, mereka selalu berinteraksi di kantor dan berkomunikasi

secara langsung sehingga dapa melihat wajah dan respon dari orang lain

secara langsung.

3. Waktu Luang (Leisure) dan Pekerja WFH

a. Definisi

Waktu luang merupakan sesuatu yang terbentuk dari berbagai macam

kegiatan baik itu yang sifatnya mendidik atau menghibur (enlighten).

Pernyataan ini didasarkan oleh pengakuan dari pihak The International Group

of the Sosial Science of Leisure yang menyatakan bahwa: “waktu luang

berisikan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti

keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri,

menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya secara

objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat setelah

ia melepaskan diri dari pekerjaannya, keluarga dan kegiatan sosial” (George,

1999).

22
Berdasarkan teori dari George Torkildsen dalam bukunya yang berjudul

leisure and recreation management definisi berkaitan dengan leisure antara

lain:

1) Waktu luang sebagai waktu (leisure as time)

Waktu luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala

kebutuhan yang mudah telah dilakukan. Yang mana ada waktu lebih yang

dimiliki untuk melakukan segala hal sesuai dengan keinginan yang

bersifat positif. Pernyataan ini didukung oleh Brightbill yang

beranggapan bahwa waktu luang erat kaitannya dengan kaitannya dengan

kategori discretionary time, yaitu waktu yang digunakan menurut

pemilihan dan penilaian kita sendiri.

2) Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)

Waktu luang terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan

menghibur pernyataan ini didasarkan pada pengakuan dari pihak The

International Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa:

waktu luang berisikan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang

akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur

diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan

keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan

dalam bermasyarakat.

23
3) Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang positif (leisure as an

end in itself or a state of being)

Pieper beranggapan bahwa:“Waktu luang harus dimengerti sebagai hal

yang berhubungan dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan

hal-hal keagamaan, hal ini bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang

datang dari luar. Hal ini juga bukan merupakan hasil dari waktu

senggang, liburan, akhir pekan, atau liburan panjang.

4) Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas (leisure as an all

embracing)

Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan

pengembangan diri. Dalam ketiga aspek tersebut, mereka akan

menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa bosan, dan

kebebasan dari hal-hal yang bersifat menghasilkan. Dengan kata lain,

waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam

mencari kebahagiaan, berhubungan dengan tugas baru, etnik baru,

kebijakan baru, dan kebudayaan baru.

5) Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure as a way of living)

Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The

Evolution Of Leisure : “Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas

dari tekanan-tekanan yang berasal dari luar kebudayaan seseorang dan

lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak sesuai rasa kasih yang

24
tak terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan menyediakan

sebuah dasar keyakinan”.

b. Manfaat

Manfaat waktu luang didefinisikan sebagai dampak positif yang dirasakan

oleh individu selama kegiatan waktu luang (Driver, 1989). Manfaat aktivitas

waktu luang diidentifikasi sebagai pengalaman subjektif unttuk setiap

individu. Pengalaman tersebut membantu individu untuk meningkatkan serta

untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental mereka (Chen, 2001). Manfaat

aktivitas waktu luang diklasifikasikan menjadi tiga yaitu manfaat fiski,

psikologis, dan sosial (Hung, 2012) . Manfaat fisik mengacu pada penampilan

fisik, aktivitas pengembangan kemampuan, istirahat teratur, penghilang

kelelahan, dan pelepasan energi. Manfaat psikologis termasuk kebebasan dari

tekanan hidup, relaksasi emosional, pemikiran kreatif, relaksasi pikiran dan

tubuh serta kenikmatan hidup. Sedangkan manfaat sosial termasuk terciptanya

persahabatan dan hubungan baru, memahami perasaan orang lain, dan

mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

Manfaat berpartisipasi dalam aktivitas leisure tidak terbatas. Individu yang

berpartisipasi dalam leisure secara tidak langsung memperoleh manfaat dari

segi psikologis, fisiologis, pendidikan, sosial, dan relaksasi. Selain itu

kelelahan, kecemasan dan stres kerja juga berkurang (Kao, 1995).

25
c. Jenis-jenis waktu luang

Berdasarkan definisi teori waktu luang yaitu waktu luang sebagai aktivitas

yaitu waktu yang berisikan berbagai macam kegiatan baik untuk beristirahat,

menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan serta menggunakan

keterampilan secara objektif untuk meningkatkan keikutsertaan dalam

bermasyarakat setelah melepaskan diri dari segala pekerjaan rutinnya,

keluarga dan lingkungan sosial dan waktu luang sebagai relaksasi, hiburan,

dan pengembangan diri (Lener & Steinberg, 2004) Beberapa kegiatan mengisi

waktu luang diantaranya:

1) Relaxation Activity (Kegiatan Relaksasi)

Menurut Soetarlinah (2000), kegiatan relaksasi diantaranya kegiatan

relaksasi aktif misalnya: membetulkan alat rumah tangga atau

berbenah rumah, memperbaiki sepeda motor. Kegiatan tersebut

sifatnya produktif cenderung meningkatkan ketrampilan dan harga

diri. Selain itu bisa melakukan relaksasi pasif dengan cara menonton

televisi, mendengarkan musik, dan membaca tulisan ringan. Namun

terlalu banyak melakukan kegiatan relaksasi pasif akan membuat

kehilangan waktu untuk kegiatan yang lebih produktif.

2) Entertainment Activity (Kegiatan Hiburan)

26
Fine, Mortimer, & Robert menyebutkan bahwa kegiatan hiburan atau

rekreasi dapat mempromosikan penguasaan keterampilan, seperti

olahraga partisipasi, hobi, dan kesenian atau mungkin lebih murni

rekreasi seperti bermain video game, melamun atau nongkrong dengan

teman-teman. Menurut Kanzun (2002), kegiatan olahraga termasuk

dalam salah satu kegiatan yang positif dan terarah. Karena dengan

berolahraga, remaja dapat menjaga kondisi tubuhnya agar selalu sehat

dan dapat melakukan segala aktifitasnya.

3) Personal Development Activity (Kegiatan Pengembangan Diri)

Pengembangan diri termasuk kegiatan yang meningkatkan kesadaran

dan identitas, mengembangkan bakat dan potensi, membangunmodal

manusia, dan memfasilitasi kerja, meningkatkan kualitas hidup dan

berkontribusi pada realisasi mimpi dan aspirasi serta rohani

pengembangan.

d. Alasan seseorang melakukan aktivitas waktu luang

Ryan dan Deci (2000), telah mendefinisikan alasan seseorang melakukan

aktifitas waktu luang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu faktor instrinsik,

ekstrinsik, dan juga motivasi. Menurut Ryan (2000), faktor motivasi

merupakan salah satu faktor yang sering dijumpai ketika peneliti melakukan

wawancara kepada beberapa partisipan. Dikutip dari Chen dan Pang (2012),

27
motivasi waktu luang telah didefinisikan sebagai suatu kebutuhan, alasan, atau

kepuasan yang melatarbelakangi keterlibatan dalam individu melakukan

kegiatan leisure. Motivasi adalah karakteristik pribadi yang juga dapat

menjadi salah satu faktor kunci untuk memahami mengapa beberapa orang

aktif secara fisik di waktu luang yang mereka pilih (Aaltonen et al., 2014)

Faktor individu merupakan sutau faktor yang mempengaruhi seseorang

dalam melakukan aktifitas yang berasal dari dalam individu tersebut.

Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa, terlepas dari usia, jenis kelamin,

atau tingkat aktivitas fisik, kesehatan juga merupakan alasan yang

memotovasi partisipan dalam aktivitas waktu luang (Aaltonen et al., 2014)

Sedangkan menurut studi sebelumnya menunjukan bahwa pekerjaan dan

pendapatan dapat mempengaruhi seseorang melakukan aktifitas waktu luang

tertentu (Shinew et al., 2006). Seseorang yang menduduki tingkat ekonomi

menengah keatas cenderung memiliki pilihan aktifitas waktu luang yang

beragam dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat ekonomi

menengah kebawah.

e. Waktu luang pada pekerja work from home

Menurut Margo (2013), pekerja home-based telework terutama pekerja

full time memandang bahwa waktu luang dapat meningkatkan kualitas hidup

mereka. Untuk para pekerja telework yang tidak memiliki tanggung jawab

28
keluarga, mereka cenderung menggunakan waktu luang untuk melakukan

hobi mereka seperti olahraga, bermain ski, atau naik sepeda. Bagi beberapa

pekerja telework wanita yang memiliki anak, mereka menyebutkan bahwa

mengalami peningkatan stres. Ini diakibatkan karena waktu yang dihabiskan

di siang hari digunakan untuk merawat anak atau mengantar anak ke sekolah.

Dengan demikian walaupun pekerja telework memiliki kontrol terhadap

waktu yang mereka miliki untuk bekerja, mereka tidak selalu memiliki waktu

luang pribadi yang berlebih.

Berdasarkan perbedaan lokasi bekrja, penelitian yang berjudul Telework

and Time Use in the United States menyebutkan bahwa pekerja telework

dapat meningkatkan intesitas waktu luang. Bagi para pekerja telework yang

sudah menikah, mereka menghabiskan waktu bersama pasangan untuk

mempersiapkan makan, menonton TV, dan menggunakan komputer untuk

mencari hiburan serta cenderung menghabiskan aktivitas waktu luang mereka

di dalam rumah. Namun terdapat perbedaan pada pekerja telework yang

berstatus lajang. Bagi para pria mereka cenderung menghabiskan waktu luang

bersama dengan teman-teman seperti pergi ke pesta atau nongkrong.

Sedangkan bagi wanita, mereka cenderung menghabiskan waktu luang untuk

kegiatan manajemen rumah, mempersiapkan makan, dan melakukan

perawatan diri.

B. Penelitian yang Relevan

29
Penelitian ini di dukung oleh bebrapa penelitian sebelumnya antara lain :

1. Hasil penelitian dari Jorge Velilla (2018), yang berjudul Telework, the

Timing of Work, and Instantaneous Well-Being: Evidence from Time Use

Data yang membahas tentang alokasi waktu para pekerja telework dan

membandingkannya dengan office-based worker. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk menganalisis waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan

waktu non-bekerja pada para pekerja telework dan office-based work.

Pertama mereka mneganalisis bagaimana mereka melakukan pekerjaan

telework, bagaimana mereka membagi kegiatan waktu non-bekerja dengan

waktu untuk bekerja. Hasilnya menunjukan bahwa pekerja telework

bekerja lebih sedikit dan melakukan lebih banyak waktu luang selama hari

kerja mereka. Peneliti berhipotesis bahwa telework membantu pekerja

untuk menyeimbangkan pekrjaan dan aktivitas non-bekerja.

2. Hasil penelitian Pabilonia dan Vernon (2020), yang berjudul Telework

and Time Use in the United States meneliti tentang karakteristik pekerja

telework, efek teleworking pada upah pekerja, dan perbedaan pola

penggunaan waktu antara hari kerja kantor dan hari kerja di rumah.

Mereka menggunakan 341 home-based telework, 844 pekerja paruh

waktu, dan 6.870 pekerja kantor. Peneliti melakukan wawancara selama 2-

5 bulan untuk mengetahui penggunaan waktu terkait aktivitas bekerja,

waktu luang, aktivitas rumah tangga, dan kegiatan bersama dengan

30
keluarga. Hasil menunjukan bahwa peneliti menemukan perbedaan dalam

alokasi waktu pada pekerja saat mereka melakuakn WFH dan saat mereka

bekerja dikantor serta WFH terbukti meningkatkan kesejahteraan dan

membantu menyeibangkan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga.

Pada saat pekerja melakukan WFH mereka cenderung memiliki aktivitas

waktu luang yang lebih banyak karena mereka tidak perlu menghabiskan

waktu untuk perjalanan dari rumah ke kantor. Sehingga para pekerja WFH

menggunakan sebagian besar waktu luangnya untuk melakukan kegitan

rumah tangga, mengurus anak, melakukan hobi mereka, dan perawatan

diri.

3. Berdasarkan penelitian dari Margo Hilbrecht (2013), yang berjudul

Remixing work, family and leisure:teleworkers’ experiences of everyday

life yang membahas teantang hubungan pekerjaan sehari-hari, kegiatan

keluarga dan aktivitas waktu luang pada pekerja telework. Peneliti

melakukan wawancara semi terstruktur dengan 51 pekerja telework yang

dipekerjakan di sebuah kantor keuangan di Kanada. Hasil dari interview

tersebut menyebutkan bahwa hanya beberapa pekerja telework yang

mengalami peningkatan dalam hal waktu luang. Mereka yang memiliki

waktu luang lebih banyak merupakan karyawan yang tidak memiliki anak

dan juga pasangan. Dan mereka telah menjadwalkan pekerjaannya selesai

pukul 4.30 sore dan sisa waktu digunakan untuk leisure, termasuk

olahraga, makan di luar, dan bersosialisasi dengan teman-teman.

31
Sedangkan bagi beberapa wanita yang memiliki anak, mereka cenderung

meliki aktivitas waktu luang yang tidak berubah. Meskipun mereka

memiliki momen untuk bersantai tetapi wanita yang memiliki anak

tampaknya tidak mengalami peningkatan dalam waktu luang atau

pengurangan stres ataupun peningkatan work life balance.

4. Hasil penelitian dari Hafeez dan Akbar (2015) , yang berjudul The impact

of Leisure activities on Employee Performance in thepharmaceutical

sector Karach yang membahas tentang pengaruh aktivitas waktu luang

terhadap peningkatan kinerja pada karyawan. Dengan menggunakan 366

responden dengan variasi jenis kelamin, umur, dan pendapatan sesuai

posisi di perusahaan. 69,4% responden adalah perempuan dan 30,6%

responden adalah laki-laki. 13,4% berusia antara 20-30 tahun, 36,9%

berusia 31-40 tahun, 44,5% berusia 41-50 tahun dan hanya 5,2% yang

berusia 51 tahun. Berdasarkan analisis korelasi Pearson menunjukan

bahwa aktivitas waktu luang sangat berkorelasi dengan kinerja karyawan.

Selain itu hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya dampak

positif dari kegiatan aktivitas waktu luang ditempat kerja dimana aktivitas

waktu luang dapat meningkatkan kinerja karyawan.

C. Kerangka Konsep Penelitian

32
Akibat adanya pandemi COVID-19 pemerintah mengeluarkan kebijakan

berupa protokol kesehatan dan work from home. Kebijakan tersebut berdampak

pada gaya hidup, produktivitas, dan juga lesiure para pekerja. Dalam penelitian

ini peneliti ingin mengeksplorasi aktivitas waktu luang pada para pekerja WFH

saat pandemi COVID-19. Serta untuk mengetahui bagaimana dampak WFH

terhadap aktivitas waktu luang para pekerja di masa pandemi. Adapun bagan dari

kerangka pikir sebagai berikut:

33
Kebijakan Pemerintah :
Pandemi
COVID-19 1. Protokol Kesehatan
2. Work From Home

Gaya Hidup Pekerja Produktivitas

Waktu Luang

Alasan melakukan Manfaat melakukan Jenis Aktivitas waktu


aktivitas waktu luang : Dampak
aktivitas waktu luang : luang :
Pandemi
1. Faktor internal 1. Fisik 1. Relaxation Terhadap
2. Faktor eksternal 2. Psikologis activity Waktu Luang
3. Motivasi 3. sosial 2. Entertaiment
activity
3. Pesonal
development
Gambar 1.1 Kerangka konsep

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

34
BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan membahs tentang bentuk dan strategi penelitian, sumber

data dan teknik sampling, teknik pengumpulan data dan uji kepercayaan data, teknik

analisis, serta prosedur dan jadwal penelitian. Berikut merupakan penjelasan

mengenai masing-masing sub-bab tersebut :

A. Bentuk dan Strategi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

Bogdan dan Taylor dalam buku Moleong (2014) mengatakan bahwa metode

penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Menurut Moleong (2014), penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dll. Metode penelitian kualitatif ini sering disebut “metode

penelitian naturalistik” karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting). Pemilihan pendekatan kualitatif juga didasari oleh

alasan bahwa pendekatan kualitatif bersifat fleksibel, sehingga

35
memungkinkan peneliti untuk menggunakan metode yang tepat sesuai dengan

fenomena khusus dari suatu penelitian (Chariri, 2009)

Penelitian ini menggunakan salah satu pendekatan yaitu pendekatan

fenomenologi. Pendekatan fenomenoligi merupakan salah satu strategi dalam

penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2014), penelitian kualitatif

merupakah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, presepsi, motivasi,

tindakan, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dalam penelitian ini ,

pendekatan fenomenologi digunakan untuk mengeksplorasi atau

menggambarkan aktivitas waktu luang pada pekerja WFH pada masa pandemi

COVID-19. Fenomena yang diteliti dalam penelitian ini adalah pekerja WFH

yang bekerja dimasa pandemi COVID-19. Pengalaman individu terhadap

suatu fenomena yang dialami menjadi dasar pemahaman tentang aktivitas

waktu luang yang dialami pekerja WFH. Pendekatan fenomenologi

merupakan sebuah pendekatan yang merupakan kesadaran manusia dan

makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial (Deddy,

2003). Dengan istilah subjektif, yang dimaksud adalah bahwa pendekatan

metode ini mengungkapkan data dari prespektif subjektif yang diteliti

(Poerwandi, 2005).

36
B. Sumber Data dan Teknik Sampling

1. Sumber Data

Menurut Moleong (2007), sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Pada penelitian ini sumber data yang

digunakan antara lain:

1) Sumber Data Primer

Data primer adalah pengambilan data dengan instrumen

pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan penggunaan

dokumen. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh

langsung dengan teknik wawancara informan atau sumber

langsung (Moleong, 2014). Sumber primer adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data

(Sugiyono, 2016). Adapun dalam penelitian ini akan melakukan

waancara dengan pekerja work from home sebagai partisipan.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang

lain atau dokumen (Sugiyono, 2016). Sumber data sekunder ini

akan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data-data dan

37
menganalisis hasil dari penelitian ini yang nantinya dapat

memperkuat temuan dan menghasilkan penelitian yang

mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Sumber data sekunder

penelitian ini didapatkan melalui foto-foto atau video saat

melakukan aktivitas waktu luang yang didokumentasikan oleh

partisipan dan dikirimkan kepada peneliti.

2. Teknik Sampling

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik non-

probability sampling dengan strategi purposive sampling. Non-probability

sampling merupakan metode sampling di mana setiap individu tidak

memiliki kemungkinan (non probability) yang sama untuk terpilih.

Sedangka purposive sampling merupakan teknik dalam non-probability

sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri atau kriteria yang dimiliki oleh

subjek yang dipilih karena kriteria tersebut sesuai dengan tujuan penelitian

yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2010)

Dalam penentuan jumlah responden penelitian kualitatif tidak

diarahkan pada jumlah yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal

sesuai kekhususan masalah penelitian (Poerwandi, 2005). Setidaknya ada

dua syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan jumlah informan yaitu

kecukupan dan kesesuaian (Martha & Kresno, 2016). Kriteria dalam

penentuan responden adalah pekerja work from home (pegawai

38
pemerintahan atau non-pemerintahan) yang berstatus lajang (belum

menikah), tinggal sendiri (tidak tinggal bersama dengan keluarga) dan

bersedia berpartisipasi dalam proses penelitian. Dari responden tersebut,

peneliti berusaha mengeksplorasi aktivitas waktu luang pekerja yang

mengalami work from home saat pandemi COVID-19.

C. Teknik Pengumpulan Data dan Uji Kepercayaan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

wawancara dan dokumentasi.

a. Wawncara

Menurut Stewart & Cash (2017), wawancara diartikan sebagai

suatu interaksi yang didalamnya terdapat sharing aturan, tanggung

jawab, perasaan, kepercayaan, dan informasi. Peneliti memilih

menggunakan teknik wawancara karena peneliti ingin

mengumpulkan data yang beragam dari partisipan dalam berbagai

situasi dan konteks. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara semi-struktur (semistructure interview) yang

termasuk kedalam kategori in-depth interview yang bertujuan

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan meminta

partisipan untuk mengemukakan pendapatnya (Sugiyono, 2016).

Dalam melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan dengan

39
teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Dalam

penelitian ini informasi yang dicari adalah pengalaman pekerja

WFH terkait aktivitas waktu luang dimasa pandemi COVID-19.

Peneliti juga membuat pedoman wawancara dengan beberapa

pertanyaan terbuka yang bertujuan menggali informasi yang

hendak didapatkan.

b. Dokumentasi/perekaman

Untuk memastikan bahwa semua data terkumpul dengan baik,

penulis menggunakan alat perekam dan membuat catatan

lapangan. Perekaman menggunakan handphone dengan alat

perekam yang dapat digunakan untuk membantu mengumpulkan

data penelitian. Selain itu juga menggunakan informed concent

untuk menjaga kerahasiaan.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik

gejala- gejala yang diselidiki (Narbuko & Achmadi, 2008).

Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang dapat

digunakan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2016), melalui

observasi peneliti dapat belajar mengenai perilaku, dan makna dari

40
perilaku tersebut secara langsung. Pada penelitian ini, observasi

akan dilakukan bersamaan dengan

wawancara apabila partisipan berkenan untuk diwawancarai secara

langsung saat mereka sedang melakukan aktivitas waktu luang.

Bila observasi secara langsung tidak memungkinkan, maka

observasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode

perekaman, pencatatan digital, maupun dengan memanfaatkan

foto, maupun video teleconference.

2. Uji Kepercayaan Data

Sugiyono (2013) menyetakan bahwa teknik pemeriksaan kabsahan

data adalah derajat kepercayaan atas data penelitian yang diperoleh dan

bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sugiyono (2013)

menjelaskan bahwa untuk uji kepercayaan dataa dalam penelitian

kualitatif meliputi kredibilitas (credibility), uji transferabilitas

(transferability), uji dependebilitas (dependibility) dan uji obyektivitas

(confirmability). Pada penelitian ini menggunakan uji kredibilitas.

Dalam penelitian kualitatif, uji kredibilitas data atau kepercayaan

terhadap data hasil penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara,

anatara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

41
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,

analisis kasus negatif, dan member check. Dalam penelitian ini untuk uji

kredibilitas (credibility) peneliti menggunakan triangulasi dan member

check. Moleong (2014), menjelaskan bahwa triangulasi adalah

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

data tersebut untuk keperluan pengecekan data, atau sering disebut bahwa

triangulasi sebagai pembanding data. Triangulasi dalam pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara. Terdapat triangulasi teknik pengumpulan data dan

triangulasi waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono,

2016). Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi

yang berbeda (Sugiyono, 2016)

Sedangkan Member check adalah proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data.Tujuan member check adalah

untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa

yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati

oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin

kredibel/dipercaya. Jadi tujuan member check adalah agar informasi yang

42
diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa

yang dimaksud sumber data atau informan.

D. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan thematic analysis. Dalam thematic analysis ini peneliti mencoba

untuk mengelompokkan makna – makna yang sama secara umum atau garis

besar, kemudian dari pengelompokan data yang telah dibuat, peneliti

membuat kode tertentu dan mendeskripsikan tema tersebut dengan semua data

yang ada. Terakhir peneliti membuat tema dari keseluruhan coding atau tema

yang telah dibuat sebelumnya (Creswell & Poth, 2013). Thematic analysisi

merupakan metode yang sangat efektif apabila sebuah penelitian bermaksud

untuk mengupas secara rinci data-data kualitatif yang mereka miliki guna

menemukan keterkaitan antara pola-pola dalam sebuah fenomena dan

menjelaskan sejauh mana sebuah fenomena terjadi melalui kacamata peneliti

(Fereday & Muir-Cochrane, 2006).

Menurut Smith (2009) tahap-tahap Interpretative Phenomenological

Analysis dilakukan dengan cara (1) reading and re-reading, (2) initial noting,

(3) developing emergent themes, (4) searching for connections across

43
emergent themes, (5) moving to the next cases, dan (6) looking for patterns

across cases. Masing-masing tahap analisis diuraikan sebagai berikut :

a. Reading and Re-reading

Pada tahap ini peneliti menenggelamkan diri dalam data yang original.

Bentuk kegiatan tahap ini adalah menuliskan transkrip interview dari

rekaman audio kedalam bentuk tulisan. Dengan membaca dan membaca

kembali akan memudahkan penilaian mengenai bagaimana hubungan antar

tiap partisipan penelitian.

b. Initial Noting

Analisis tahap awal ini sangat mendetail dan mungkin membutuhkan

waktu. Tahap ini menguji isi/konten dari kata, kalimat dan bahasa yang

digunakan partisipan dalam level eksploratori. Analisis ini menjaga

kelangsungan pemikiran yang terbuka (open mind), dan mencatat segala

sesuatu yang menarik dalam transkrip. Proses ini menumbuhkan dan

membuat sikap yang lebih familiar terhadap transkrip data. Selain itu tahap

ini juga memulai mengidentifikasi secara spesifik cara – cara partisipan

mengatakan tentang sesuatu, memahami dan memikirkan mengenai isi – isu.

44
c. Developing Emergent Themes (mengembangkan kemunculan tema –

tema)

Meskipun transkrip interview merupakan tempat pusat data, tetapi data

itu akan menjadi lebih jelas dengan diberikannya komentar eksploratori

secara komperhensif. Dengan komentar eksploratori tersebut maka pada

seperangkat data muncul atau tumbuh secara substansial. Untuk

memunculkan tema – tema, peneliti menyimpan perubahan data dengan

menganalisis secara simultan.

d. Searching for connection a cross emergent themes

Pada tahap ini peneliti memberikan komentar eksploratori terhadap data

hasil wawancara dan mengumpulkan kode – kode yang telah disusun untuk

menentukan hubungan antar tema.

e. Moving the next cases

Tahap analisis 1-4 dilakukan pada setiap satu partisipan. Jika satu kasus

selesai dan dituliskan hasil analisisnya maka tahap selanjutnya berpindah

pada kasus atau partisipan berikutnya. Langkah ini dilakukan pada semua

transkrip partisipan dengan mengulang proses yang sama.

f. Looking for patterns across cases

45
Tahap akhir dalam analisis data ini adalah mencari pola – pola yang

muncul antar kasus/partisipan. Apakah hubungan yang terjadi antar kasus,

dan bagaimana tema-tema yang ditemukan dalam kasus-kasus yang lain

memandu peneliti melakukan penggambaran dan pelabelan kembali pada

tema-tema. Pada tahap ini dibuat master tabel dari tema-tema untuk satu

kasus atau kelompok kasus.

E. Prosedur dan Jadual Penelitian

1. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilakukan mulai dari mengikuti seminar proposal,

melakukan penelitian dan pemilihan partisipan, mengumpulkan data,

analisis data, kemudian melaporkan hasil penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melaksanakan penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan partisipan

Dalam menentukan partisipan, peneliti telah menentukan kriteria

khusus dan pemilihan dilakukan dengan cara purposive sampling

b. Pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data diperlukan berbagai sumber data dan

teknik pengumpulan data. Peneliti mengumpulkan data menggunakan

46
teknik wawancara dan menggunakan alat pengumpulan data berupa

alat perekam suara dan pedoman wawancara.

c. Analisa data

Analisis data dilakukan dengan cara analisis tematik atau

mengelompokkan tema.

d. Penulisan dan pelaporan hasil penelitian

2. Jadual Penelitian

Adapun jadual penelitian sebagai berikut :

No Jenis Tahun 2020 Tahun

Kegiatan 2021
Jul Agust Sep Okto No Des Jan

i t v
1. Penyusunan

proposal
2. Seminar

proposal
3. Pemilihan

partisipan
4. Pengumpulan

data dan

pencatatan

data
5. Analisis data
6. Penulisan

47
hasil laporan
7. Sidang akhir

48
Daftar Pustaka
Aaltonen, S., Kujala, U. M., & Kaprio, J. (2014). Factors behind leisure-time physical
activity behavior based on Finnish twin studies: The role of genetic and
environmental influences and the role of motives. BioMed Research
International, 2014(June). https://doi.org/10.1155/2014/931820
Aslam, F. (2020). COVID-19 and Importance of Social Distancing. Preprints, April.
https://doi.org/10.20944/preprints202004.0078.v1
Bailey, D. E., & Kurland, N. B. (2002). A review of telework research: findings, new
directions, and lessons for the study of modern work. Journal of Organizational
Behavior, 23. https://doi.org/10.1002/job.144
Baumgartner, S. E., Weeda, W. D., van der Heijden, L. L., & Huizinga, M. (2014).
The Relationship Between Media Multitasking and Executive Function in Early
Adolescents. Journal of Early Adolescence, 34(8), 1120–1144.
https://doi.org/10.1177/0272431614523133
Brajša-Žganec, A., Merkaš, M., & Šverko, I. (2011). Quality of Life and Leisure
Activities: How do Leisure Activities Contribute to Subjective Well-Being?
Social Indicators Research, 102(1), 81–91. https://doi.org/10.1007/s11205-010-
9724-2
Bureau of Labor Statistics. (2019). Average hours spent per day in leisure and sports
activities by youngest and oldest populations.
https://www.bls.gov/charts/american-time-use/activity-leisure.htm
Chariri, A. (2009). Landasan filsafat dan metode penelitian kualitatif. In Workshop
Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Laboratorium Pengembangan
Akuntansi (LPA), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 31 Juli
– 1 Agustus 2009. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Chen, M., & Pang, X. (2012). Leisure motivation: An integrative review. Social
Behavior and Personality, 40(7), 1075–1082.
https://doi.org/10.2224/sbp.2012.40.7.1075
Chen, Z. . (2001). The study of elementary teachers’ leisureparticipation, experience
in leisure benefits, and worksatisfaction in Taipei County. National Taiwan
Normal University.
Clapp, W. C., Rubens, M. T., Sabharwal, J., & Gazzaley, A. (2011). Deficit in
switching between functional brain networks underlies the impact of
multitasking on working memory in older adults. Proceedings of the National
Academy of Sciences of the United States of America, 108(17), 7212–7217.
https://doi.org/10.1073/pnas.1015297108
Creswell, J., & Poth, C. (2013). Qualitative Inguiry Research Design. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Deddy, M. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. In Bandung: Remaja Rosda Karya.
Remaja Rosdakarya.
Driver, B. (1989). The North American experience in measuring the benefits of
leisure. In Papers on Recreation Benefit Measurement. Phillip Institute of
Technology.
DTI. (2000). The essential guide to work–life balance.
Duta Mustajab, Azies Bauw, Abdul Rasyid, Andri Irawan*, Muhammad Aldrin
Akbar, M. A. H. (2020). Working from Home Phenomenon as an Effort to
Prevent COVID-19 Attacks and Its Impacts on Work Productivity. The
International Journal of Applied Business Tijab, 4(9), 13–21.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Fast, J. ., & Frederick, J. . (1996). Working arrangements and time stress. Canadian
Social Trends, 14–19.
Fereday, J., & Muir-Cochrane, E. (2006). Demonstrating Rigor Using Thematic
Analysis: A Hybrid Approach of Inductive and Deductive Coding and Theme
Development. International Journal of Qualitative Methods, 5(1), 80–92.
https://doi.org/10.1177/160940690600500107
George, T. (1999). Leisure and Recreation Management. In e & FN Spon (Vol. 369,
Issue 1). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Gimenez-Nadal, J. I., Molina, J. A., & Velilla, J. (2018). Telework, the Timing of
Work, and Instantaneous Well-Being: Evidence from Time Use Data. IZA
Discussion Paper, 11271. www.iza.org
Gordon, E. G., Gray, M., & Hodson, N. (1993). Teleworking Explained. In
Chichester by Wiley. Chichester by Wiley.
Hafeez, U., & Akbar, W. (2015). “Impact of Training on Employees Performance”
(Evidence from Pharmaceutical Companies in Karachi, Pakistan). Business
Management and Strategy, 6(1), 49. https://doi.org/10.5296/bms.v6i1.7804
Haleem, A., Javaid, M., & Vaishya, R. (2020). Effects of COVID-19 pandemic in
daily life. Current Medicine Research and Practice, 10(2), 78–79.
https://doi.org/10.1016/j.cmrp.2020.03.011
Hamblin, H. (1995). Employee’s perspectives on one dimension of labour flexibility:
working at a distance. Work, Employment and Society.
https://doi.org/0803973233
Hamermesh, D. S. (2002). Timing, togetherness and time windfalls. Journal of
Population Economics, 15(4), 601–623. https://doi.org/10.1007/s001480100092
Han, Y., & Yang, H. (2020). The transmission and diagnosis of 2019 novel
coronavirus infection disease (COVID-19): A Chinese perspective. Journal of
Medical Virology, 92(6), 639–644. https://doi.org/10.1002/jmv.25749
Herdiansyah, haris. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif. In Metodologi
Penelitian Kuantitatif.
Hilbrecht, M., Shaw, S. M., Johnson, L. C., & Andrey, J. (2013). Remixing work,
family and leisure: Teleworkers’ experiences of everyday life. New Technology,
Work and Employment, 28(2), 130–144. https://doi.org/10.1111/ntwe.12010
Hung, H. . (2012). A study on leisure benefits breaking through leisure activities.
Journal of National Taiwan Normal University, 77–92.
Huws, U., Korte, W. B., & Robindon, S. (2000). Telework Toward the elusive office.
Jhon Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
ILO. (2018). Concepts and definitions of employment indicators relevant to young
people.
Jacobs, R. L. (2017). Knowledge Work and Human Resource Development. Human
Resource Development Review, 16(2), 176–202.
https://doi.org/10.1177/1534484317704293
Jaiswal, A. (2020). Unlocking the COVID-19 Lockdown : Work from Home and Its
Impact on Employees.
Kanzun. (2002). Waktu Luang Bagi Remaja Muslim. Mitra PustKanzun. (2002).
Waktu Luang Bagi Remaja Muslim. Mitra Pustaka.aka.
Kao, C. . (1995). A three-factor model of leisure benefits. Journal of Outdoor
Recreation Study, 67–78.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19). In Direkorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Lee, Y. G., & Bhargava, V. (2004). Leisure time: Do married and single individuals
spend it differently? Family and Consumer Sciences Research Journal, 32(3),
254–274. https://doi.org/10.1177/1077727X03261631
Lener, R. M., & Steinberg, L. (2004). Adolescent Psychology. Jhon Wiley & Sons,
Inc., Hoboken, New Jersey.
Li, Q., Guan, X., Wu, P. (2020). Early transmission dynamics in Wuhan, China, of
novel coronavirus-infected pneumonia. New England Journal of Medicine,
382(13), 1199–1207. https://doi.org/10.1056/NEJMoa2001316
Madsen, S. R. (2003). The effects of home-based teleworking on work-family
conflict. Human Resource Development Quarterly, 14(1), 35–58.
https://doi.org/10.1002/hrdq.1049
Martha, E., & Kresno, S. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif di Bidang
Kesehatan. Rajawali Pers.
Mausner-Dorsch, H., & Eaton, W. W. (2000). Psychosocial work environment and
depression: Epidemiologic assessment of the demand-control model. American
Journal of Public Health, 90(11), 1765–1770.
https://doi.org/10.2105/AJPH.90.11.1765
Mokhtarian, P. L. (1991). Defining Telecommuting. Transportation Research
Record, 1305(May), 273–281.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. In Bandung: Remaja
Rosdakarya. Ndara, Taliziduhu. Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan
Masyarakat Tinggal Landas. Remaja Rosdakarya.
Mungkasa, O. (2020). Bekerja Jarak Jauh (Telecommuting): Konsep, Penerapan dan
Pembelajaran. Bappenas Working Papers, III(1), 1–32.
http://workingpapers.bappenas.go.id/index.php/bwp/article/view/52
Narbuko, C., & Achmadi, A. (2008). Metodologi Penelitian. Bumi Aksara.
Neeltje van Doremalen, P., Infectious, (National Institute of Allergy and, Diseases),
Trenton Bushmaker, B. S. N. I. of A. and, Diseases), & Dylan H. Morris, M. P.
(Princeton U. (2020). Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as
Compared with SARS-CoV-1. New England Journal of Medicine, 0–2.
Nie, J., Li, Q. (2020). Establishment and validation of a pseudovirus neutralization
assay for SARS-CoV-2. Emerging Microbes and Infections, 9(1), 680–686.
https://doi.org/10.1080/22221751.2020.1743767
Nilles, J. M. (1994). “Making Telecommuting Happen: A Guide for Telemanagers
and Telecommuters.” Van Nostrand Reinhold.
Pabilonia, S. W., & Vernon, V. (2020). Telework and Time Use in the United States.
SSRN Electronic Journal, 13260. https://doi.org/10.2139/ssrn.3601959
Pasala, S. K., Gumpeny, L., Konsuri, M., Tippana, S., & Gumpeny, S. (2020). Effect
of lockdown on activities of daily living in built environment and well-being.
21(1), 1–9. https://doi.org/10.14324/111.444/000047.v1
Poerwandi, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. In
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi
Fakultas Psikologi UI. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi UI.
Purwanto, A., Asbari, M., Fahlevi, M., Mufid, A., Agistiawati, E., Cahyono, Y., &
Suryani, P. (2020). Impact of Work From Home (WFH) on Indonesian Teachers
Performance During the Covid-19 Pandemic : An Exploratory Study.
International Journal of Advanced Science and Technology, 29(5), 6235–6244.
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-determination theory and the facilitation of
intrinsic motivation, social development, and well-being. American
Psychologist, 55(1), 68–78. https://doi.org/10.1037/0003-066X.55.1.68
Shinew, K. J., Stodolska, M., Floyd, M., Hibbler, D., Allison, M., Johnson, C., &
Santos, C. (2006). Race and ethnicity in leisure behavior: Where have we been
and where do we need to go? Leisure Sciences, 28(4), 403–408.
https://doi.org/10.1080/01490400600745902
Smith, J. A., Flower, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative Phenomenological
Analysis: Theory Method and Research (Book Review). May 2014.
Soetarlinah, S. (2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. LPSP3 UI.
Stewart, C. J., & Cash, W. B. (2017). Interviewing: Principles and Practices (15th
ed.). McGraw-Hill Education.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (19th ed.).
Alfabeta.
Sullivan, C., & Lewis, S. (2001). Home‐based Telework, Gender, and the
Synchronization of Work and Family: Perspectives of Teleworkers and their Co‐
residents. Gender, Work & Organization, 8(2), 123–145.
https://doi.org/10.1111/1468-0432.00125
Trenberth, L., & Dewe, P. (2002). The importance of leisure as a means of coping
with work related stress: An exploratory study. Counselling Psychology
Quarterly, 15(1), 59–72. https://doi.org/10.1080/09515070110103999
UN Women. (2020). The Impact of COVID-19 on Women. United Nations, April,
21. file:///C:/Users/camiv/Downloads/Policy-brief-the-impact-of-covid-19-on-
women-en (1).pdf
Unhale, S. S., Ansar, Q. B., Sanap, S., Thakhre, S., & Wadatkar, S. (2020). a Review
on Corona Virus ( Covid-19 ). World Journal of Pharmaceutical and Life
Sciences, 6(4), 109–115. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/
Van Sell, M., & Jacobs, S. M. (1994). Telecommuting and quality of life: A review of
the literature and a model for research. Telematics and Informatics, 11(2), 81–
95. https://doi.org/10.1016/0736-5853(94)90033-7
WHO. World Health Organization. (2020). Global Surveillance for human infection
with coronavirus disease (COVID-19). Interim Guidance, February, 27–29.
https://www.who.int/publications-detail/global-surveillance-for-human-
infection-with-novel-coronavirus-(2019-ncov)
World Health Organization. (2020a). Clinical management of severe acute respiratory
infection when novel coronavirus (2019-nCoV) infection is suspected: interim
guidance 28 January 2020.
World Health Organization. (2020b). Report of the WHO-China Joint Mission on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
World Health OrganizaTIon. (2020). Coronavirus disease (COVID-19) advice for the
public. World Health OrganizaTIon.
Zhou, P. (2020). A pneumonia outbreak associated with a new coronavirus of
probable bat origin. Nature, 579(7798), 270–273.
https://doi.org/10.1038/s41586-020-2012-7
Lampiran

Protokol Wawancara

Pendahuluan

 Peneliti melakukan wawancara awal untuk menawarkan apakah klien mau

menjadi partisipan pada penelitian Eksplorasi Aktivitas Waktu Luang Pada

Pekerja WFH (Work From Home ) Yang Berstatus Lajang Saat Pandemi

COVID-19

 Peneliti membuat persetujuan dengan partisipan untuk menentukan tempat

dan waktu untuk dilakukannya depth interview

Pemanasan

 Mengucapkan salam

 Memperkenalkan diri sebagai mahasiswa semester 7 Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Surakarta Prodi DIV Okupasi Terapi serta

menyebutkan nama

 Ucapan terima kasih kepada partisipan karena sudah meluangkan waktunya

untuk melakukan proses wawancara

 Menjelaskan tujuan wawancara, yaitu peneliti ingin mengeksplorasi aktivitas

waktu luang saat pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan salah satu
kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir program DIV Okupasi Terapi

Poltekkes Kemenkes Surakarta

 Sebelum melakukan wawancara, klien diminta untuk mengisi inform consent,

dan identitas diri

 Peneliti menjelaskan kepada partisipan seputar pertanyaan yang akan diajukan

meliputi apa jenis aktivitas waktu luang yang dilakukan selama masa pandemi

COVID-19? Mengapa klien memilih untuk melakukan aktivitas waktu luang

tersebut ? apa manfaat yang didapat oleh klien setelah melakukan aktivitas

waktu luang tersebut ? apakah WFH sangat mempengaruhi klien dalam

melakukan aktivitas waktu luang?

 Peneliti menjelaskan kepada responden mengenai kerahasiaan dokumen atau

data yang diperoleh

 Peneliti menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk proses wawancara

 Peneliti meminta izin untuk melakukan proses perekaman selama wawancara

berlangsung

Bagian Utama

Pertanyaan Sentral

1. Apa pekerjaan utama anda?

2. Sebelum adanya pandemi COVID-19 berapa lama anda bekerja?

3. Aktivitas waktu luang apa yang anda lakukan sebelum pandemi COVID-19?
4. Seberapa sering anda melakukan aktivitas waktu luang tersebut sebelum

adanya pandemi COVID-19?

5. Berapa lama anda melakukan aktivitas waktu luang tersebut sebelum adanya

pandemi COVID-19?

6. Dimana anda melakukan aktivitas waktu luang tersebut sebelum adanya

pandemi COVID-19?

7. Apa alasan anda melakukan aktivitas waktu luang tersebut?

8. Manfaat apa yang anda peroleh setelah melakukan aktivitas waktu luang

tersebut?

9. Setelah terjadi pandemi COVID-19 berapa lama anda bekerja?

10. Apakah terdapat perbedaan lamanya waktu luang sebelum dan sesudah

pandemi COVID-19?

11. Aktivitas waktu luang apa yang anda lakukan setelah pandemi COVID-19?

12. Seberapa sering anda melakukan aktivitas waktu luang tersebut setelah

pandemi COVID-19?

13. Berapa lama anda melakukan aktivitas leisure tersebut setelah pandemi

COVID-19?

14. Apakah terdapat perubahan dalam melakukan aktivitas waktu luang tersebut

setelah adanya pandemi COVID-19?

15. Dimana anda melakukan aktivitas waktu luang tersebut?

16. Apa alasan anda melakukan aktivitas waktu luang tersebut?


17. Manfaat apa yang anda peroleh setelah melakukan aktivitas waktu luang

tersebut?

18. Apakah terdapat kesulitan dalam melakukan aktivitas waktu luang tersebut

setelah adanya pandemi COVID-19?

19. Ketilka anda melakukan work from home apakah itu mempengaruhi anda

dalam melakukan aktivitas leisure?

Cool-Off

 Apakah anda memiliki harapan akan pandemi COVID-19 ini terhadap

aktivitas waktu luang anda?

Penutup

 Ucapan terima kasih karena telah bersedia menjawab pertanyaan yang ajukan

oleh peneliti

 Mengucapkan salam
Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

(Informed Consent)

Nama Peneliti : Saskia Ayu Salsabilla

Jurusan : DIV Okupasi Terapi

Institusi : Politeknik Kementrian Kesehatan Surakarta

Dosen Pembimbing : Hendri Kurniawan, M.Sc

Judul Penelitian : Eksplorasi Aktivitas Waktu Luang Pekerja WFH (Work

From Home) Yang Berstatus Lajang Pada Saat Pandemi

COVID-19

Saya adalah mahasiswi program D-IV Okupasi Terapi Poltekkes Kemenkes

Surakarta yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi

aktivitas waktu luang pekerja WFH (Work From Home) yang berstatus lajang pada

masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir program D-IV Okupasi Terapi Poltekkes Kemenkes

Surakarta. Saya mengharapkan partisipasi bapak/ibu dalam memberikan jawaban atas

wawancara sesuai dengan pendapat bapak/ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Proses wawancara akan dilakukan pada waktu dan tempat yang telah

disepakati bersama. Wawancara akan dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 45


menit. Sebelum melakukan wawancara, bapak/ ibu diminta untuk mengisi identitas

diri. Pertanyaan yang akan diajukan meliputi apa aktivitas waktu luang yang

dilakukan selama masa pandemi COVID-19? Mengapa klien memilih untuk

melakukan aktivitas waktu luang tersebut ? apa manfaat yang didapat oleh klien

setelah melakukan aktivitas waktu luang tersebut ? apakah WFH sangat

mempengaruhi klien dalam melakukan aktivitas waktu luang?

Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban bapak/ibu, informasi

yang bapak/ibu berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian. Partisipasi

bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu bebas menerima menjadi

responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika bapak/ibu bersedia

menjadi responden, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang

telah disediakan dibawah ini. Apabila bapak/ibu merasa terdapat hal yang belum jelas

dan perlu ditanyakan, maka bapak/ibu dapat menghubungi contact person yaitu

085327795846.

Atas perhatiaan dan ketersediaan bapak/ibu menjadi partisipan dalam

penelitian ini, maka saya ucapkan terima kasih.

.................., .........................2020

Peneliti Partisipan

Saskia Ayu S ( )

Anda mungkin juga menyukai