Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini berbagai masalah tengah meliputi dunia pendidikan. Salah

satunya yang cukup marak akhir-akhir ini adalah prilaku kekerasan terhadap

seseorang untuk mempermalukan orang lain dengan kasus bullying.

Permasalah terebut umumnya terjadi pada remaja yang masih sekolah,

tentunya hal ini sangat meresahkan para orang tua. Kekerasan seperti ini

biasa dilakukan oleh pihak yang merasa dirinya lebih berkuasa atas pihak

yang di anggap lebih lemah yang disebut dengan bullying (Oda, 2017).

Penyalahgunaan ini merujuk operasi psikologi ataufisik yang

berulang-ulang terhadap individu atau kelompok yang lebih berkuasa.

Prilaku ini bersumber dari kehendak atau keinginan untuk mencederakan

seseorang dan meletakan korban tersebut dalam situasi yang tertekan.

Faktor-faktor penyebab terjadinya prilaku bullying dikarenakan pengasuhan

orang tua yang buruk, tidak mampu mengendalikan diri, suasana belajar

yang membosankan, kurangnya perhatian guru, dan motivasi belajar yang

rendah (Novan, 2015).

Bullying menurut Busron (2018) merupakan prilaku agresi yang

dilakukan secara berulang-ulang terus menerus terdapat kekuatan yang

tidak seimbang antara pelaku dan korbannya, serta bertujuan untuk


menyakiti dan menimbulkan rasa tertekan bagi korbanya. Oleh karena itu,

berbagai pihak termasuk orang tua, sekolah, lembaga dan Negara memiliki

peranan penting dalam melangsungkan hak anak (Himawati Nopianti,

2016).

Komunikasi keluarga merupakan proses komunikasi antara angota

keluarga yang terjadi dalam lapisan terkecil kehidupan sosial. Setiap

infividu akan mengawali komunikasi dengan para anggota keluarganya.

Dalam kontek keluarga, setiap individu melakukan interaksi satu sama

lainnya, kadang-kadang mengarah pada rilaku bullying. Bullying bukanlah

fenomena yang baru lagi, khususnya dalam sebuah keluarga. Masyarakat

cenderung memberikan bully karena dianggap main-main saja, apalagi jika

perilaku bullying ini dilakukan oleh kakak adik dan orang dewasa kepada

anak-anak didalam sebuah keluarga (Janitra dan Prasantri, 2017).

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui audiovisual

terhadap tingkat pengetahuan dan norma subyektif remaja tentang

bullying

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbedaan pengetahuan dan norma subjektif sebelum

dan sesudah pendidikan kesehatan tentang bullying pada remaja


b. Mengetahui perbedaan pengetahuan dan norma subjektif remaja

pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum diberikan

pendidikan kesehatan.

c. Mengetahui analisis pengaruh pendidikan kesehatan melalui

audiovisual terhadap tingkat pengetahuan dan norma subyektif

remaja tentang bullying.

1.3 Sistematika Penulisan

Laporan pendahuluan pengkajian keluarga pada remaja terdiri IV Bab yang

masing2 menampakkan titik berat yang berbeda, namun dalam satu

kesatuan yang saling melengkapi.

Bab I : Berisi berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan

dan sitematika penulisan

Bab II : Berisi Tinjauan Pustaka yang meliputi konsep dasar dan asuhan

keperawatan

Bab III: Berisi Tinjauan Kasus yang meliputi pengkajian, analisa data,

scoring dan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi

dan evaluasi

Bab IV: Berisi Penutup


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

A. Keluarga

Secara umum, keluarga didefinisikan sebagai unit sosial ekonomi terkecil

dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi. Keluarga

merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang

mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan

perkawinan dan adopsi. (Bakri, 2017)

a. Tipe keluarga

Ada dua jenis tipe keluarga, yaitu:

1. Tipe Keluarga Tradisional

Keluarga yang memiliki struktur tetap dan utuh, merupakan yang paling

umum kita temui dimana saja, terutama di negara-negara timur yang

menjunjung tinggi norma-norma.

2. Tipe Keluarga Modern (Nontradisional)

Keluarga modern merupakan bagian dari perkembangan sosial di

masyarakat,salah satu faktor tersebut adalah munculnya kebutuhan

berbagai dari keluarga dan tidak hanya sebatas keluarga inti. (Bakri,

2017)

b. Struktur dalam Keluarga

Terbagi menjadi empat, yaitu:

1. Pola komunikasi keluarga.


2. Struktur peran.

3. Struktur kekuatan.

4. Nilai-nilai keluarga.

c. Ciri-ciri struktur keluarga

Menurut Vio Dion dan Beta, mengategorikan ciri-ciri struktur keluarga

dalam tiga bagian, yaitu:

1. Terorganisasi: memahami fungsi dan peran masing-masing anggota

keluarga.

2. Negosiasi: anggota keluarga memiliki keterbatasan masing-masing dan

tidak bias melakukan peran sekaligus.

3. Perbedaan dan kekhususan: perlakuan khusus belum bisa menjalankan

peran dan tugasnya. (Bakri, 2017)

d. Peran Keluarga

Peran keluarga yang harus dipenuhi sepasang suami-istri didalam berumah

tangga, yaitu: memberi nafkah, menggurus rumah tangga, perawatan anak,

sosialisasi, seksual, komunikasi terapeutik, rekreasi, dan kekerabatan.

Adapun peran masing masing anggota keluarga dapat dideskripsikan

sebagai berikut:

1. Peran Ayah

Sebagai pemimpin (yang menentukan arah tujuan keluarganya),

pencari nafkah (pasangan ibu dalam mendidik anak dan menggurus

rumah), pelindung (melindungi keluarga agar terhindar dari segala mara

bahaya dari luar), pemberi semangat (memberikan nasihat baik untuk


mengarahkan anggota keluarganya ke arah yang baik), memberi

perhatian (memperhatikan kebutuhan anak-anak, pendidikan,

kesehatan, agama, dan emosional), pengajar dan pendidik (dari norma

norma sosial, masyarakat, dan norma agama), sebagai teman, dan

menyediakan kebutuhan (bukan tentang materi tetapi tentang kebutuhan

secara lahir dan batin).

2. Peranan Ibu

Sebagai pendidik anak, partner ayah, manajer keluarga, menteri

keuangan keluarga, pemberi tauladan, psikolog keluarga, perawat dan

dokter keluarga, dan satpam bagi anak-anaknya.

3. Peranan Anak

Dalam tradisi masyarakat kita, anak melaksanakn peranan

psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,

sosial, dan spiritual. Selain itu anak juga memiliki peran sebagai berikut:

pemberi kebahagian, pemberi kecerian keluarga, penjaga nama baik

keluarga, dan perawat orang tua (Bakri, 2017).

e. Fungsi Keluarga

Beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalani antara lain:

a. Fungsi Biologis

Bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan kelangsungan keturunan,

tetapi juga memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan

gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga juga bagian

dari fungsi biologis keluarga.


b. Fungsi Psikologis

Keluarga menjalankan fungsi biologisnya antara lain untuk memberikan

kasih saying dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota

keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan

memberikan indentitas keluarga.

c. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercemin untuk membina sosialisasi pada anak,

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan

perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, dan meneruskan nilai-

nilai budaya keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

Keluarga menjalankan yaitu dengan cara mencari sumber-sumber

penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan

penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang akan dating,

misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

Fungsi ekonomi ini secara kultur di Negara-negara Asia dipegang teguh

oleh kepala keluarga yaitu suami, tetapi lambat laun nilai itu memudar,

banyak wanita sebagai sigle parent yang memenuhi kebutuhan fungsi

ekonomi.

e. Fungsi Pendidikan

Yaitu untuk menyekolahkan anak dalam rangka memberikan

pengetahuan, keterampilan dan membentuk prilaku anak,


mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa dan mendidik anak

sesuai dengan tingkatan perkembangannya. Menyediakan kebutuhan

fisik dan peraatan kesehatan. Fungsi-fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh

orang tua dengan menyediakan pangan, papan, sandang dan

perlindungan terhadap bahaya. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik

sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara

individu) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi keluarga

bagi perawatan keluarga.

f. Fungsi Perawatan Kesehatan

Untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,yaitu untuk mencegah

terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang

sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugs kesehatan

keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas

kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

f. Tugas Kesehatan Keluarga

Friedman membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan, Yaitu

(Anggraini et.al. 2015):

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang utama dan tidak

boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan

berarti. Keluarga harus mengenal keadaan kesehatan dan perubahan


yang terjadi sekecil apapun yang diderita oleh anggota keluarga, tanpa

disadari akan menjadi perhatian terhadap keluarga. Pada saat menyadari

adanya perubahan, keluarga harus membuat dokumentasi waktu

terjadinya, perubahan dan seberapa besar perubahan yang terjadi.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Upaya untuk meminta pertolongan yang benar sesuai dengan

keadaan keluarga, maka diharapkan agar masalah kesehatan yang terjadi

dapat dikurangi atau teratasi. Apabila keluarga memiliki keterbatasan di

dalam membuat keputusan, oleh karena itu keluarga bisa meminta

tolong kepada orang lain di lingkungan sekitarnya.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Keluarga selalu membuat tindakan yang benar, dan terkadang

keluarga juga mengalami keterbatasan. Perawatan dirumah bisa

dilakukan apabila keluarga telah memiliki kemampuan untuk

melakukan pertolongan pertama.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat untuk berteduh, berlindung, dan melakukan

interaksi bagi setiap anggota keluarga. Untuk menunjang derajat

kesehatan rumah menjadi lambing ketenangan, keindahan, dan

ketenteraman.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami masalah dalam kesehatan keluarga bisa

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan


sekitarnya. Keluarga juga bisa berkonsultasi kepada tenaga kesehatan

untuk menyelesaikan masalah yang diderita oleh anggota keluarga,

sehingga bisa sembuh dari penyakit.

g. Tahap perkembangan keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem

keluarga yangmeliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya

disepanjang waktu.Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas

perawat tahap perkembangan.

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki

(suami) dan perempuan (istri)membentuk keluarga melalui perkawinan

yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.Meninggalkan

keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru

yangmasih tinggal dengan orang tuanya.

Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan

penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta

beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan,

tidur, bangun pagi dan sebagainya.

Tugas perkembangana.

a) Membina hubungan intim dan memuaskan.

b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.


c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.Keluarga baru ini merupakan

anggota dari tigakeluarga ; keluarga suami, keluarga istri dan keluarga

sendiri.

2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut

sampai anak berumur 30 bulanatau 2,5tahun.Tugas perkembangan keluarga

yang penting pada tahap ini adalah:

a) Persiapan menjadi orang tua.

b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,

hubungan seksual dan kegiatan.

c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana

orang tua berinteraksi danmerawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi

hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih

sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.

3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir

saat anak berusia 5 tahun.

Tugas perkembangana:

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan

tempat tinggal, privasi danrasa aman.

b) Membantu anak untuk bersosialisasik.


c) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain

juga harus terpenuhi.

d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga

maupun denganmasyarakat.

e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan

berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga

mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas

di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula

orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga :

a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan

lingkungan.

b) Mempertahankan keintiman pasangan.

c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan

anggota keluarga.

Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi

kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah

maupun di luar sekolah.


5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun

kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan

yang lebih besar untuk mempersiapkan dirimenjadi orang dewasa.

Tugas perkembangan :

a) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.

b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang

tua. Hindari perdebatan,kecurigaan dan permusuhan.

d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga.

Merupakan tahap paling sulit karena orang tua

melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.

Sering kali muncul konflik orang tua dan remaja.

6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center

family).

Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir

pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini

tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga

dan tetap tinggal bersama orang tua.

Tugas perkembangan :

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b) Mempertahankan keintiman pasangan.


c) Membantu orang tua memasuki masa tua.

d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah

dan berakhir saat pensiunatau salah satu pasangan meninggal. Pada

beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masausia lanjut,

perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.

Tugas perkembangan :

a) Mempertahankan kesehatan.

b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya

dan anak- anak.

c) Meningkatkan keakraban pasangan.

Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet

seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Tahap VIII keluarga usia lanjutDimulai saat pensiun sampai dengan salah

satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal.

Tugas perkembangan :

a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisik dan pendapatan.

c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.

d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.


e) Melakukan life review.

f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas

utama keluarga pada tahap ini.

B. Bullying

Bullying (dikenal sebagai penindasan atau risak dalam bahasa Indonesia)

merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan

sengaja oleh satu atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa trhadap

orang lain, bertujuan untuk menyakiti dan dilakukan secar terus-menerus

(Wardhana. K, 2015).

Bullying berasal dari kata buli yang artinya pengertak atau orang yang

menaganggu orang lain yang lemah bullying secara umum juga diartikan sebagai

perpeloncoan, penindasan, penguncilan, pemalakan, dan sebagainya.

Kesimpulannya bullying adalah tindakan, sedangkan buli adalah pelakunya definisi

bullying sendiri, menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak adalah kekerasan

fisik dan psikologis berjangka panjang dan dilakukan seseorang atau kelompok

terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri (Fitria C, 2015).

1. Bentuk-bentuk Bullying

Klarifikasi bullying (Zakiyah, 2017) adalah:

a) Bullying fisik

Misalnya: memukul, mendorong, menendang, memalak, mencubit,

merusak barang milik orang lain mengambil barang milik orang lain

secara paksa serangan fisik langsung lebih sering terjadi pada anak laki-
laki, sedangkan bentuk tidak langsung lebih umum terjadi pada anak

perempuan.

b) Bullying verbal

Misalnya: berkata kasar, mengejek, menertawakan, memanggil dengan

nama julukan yang tidak disenangi (name calling) dan mengancam.

c) Bullying mental

Misalnya: mengucilkan, mengabaikan, menyebarkan gossip yang tidak

benar, memandang sinis, mencibir dan meneror.

2. Jenis-jenis perilaku bullying

Tindakan bullying ada 2 (dua) yaitu:

a. Bullying fisik

Bullying yang dilalkukan secara langsung dan dilakukan yang mengarah

keanggota fisik korban, beberapa dari tindakan bullying fisik adalah

berupa memukul, menendang, mendorong, menjambak, mencubit,

adapun selain dari beberapa tindakan bullying tersebut termasuk

bullying fisik adalah mencekik, meninju, mencakar dan meludah anak

yang jadi korban bullying.

b. Bullying non fisik

Dibagi menjadi dua, yaitu

1. Bullying verbal (kontak verbal secara langsung)

2. Bullying nonverbal (memanipulasi persahabatan hingga retak,

mendiamkan seseorang sehingga orang tersebut menjadi

terpojokan).
3. Karakteristik perilaku bullying

Karakteristik perilaku bullying adalah aktifitas yang sadar, disengaja

dan keji yang dimaksud untuk melukai, mananamkan ketakutan melalui

ancaman agresi lebih lanjut. Seperti hasil penelitian para ahli, antara lain

Fauziah (2018) bahwa perilaku bullying yang banyak di lakukan disekolah

umumnya mempunyai tiga karakteristik yang terintegrasi sebagai berikut:

a) Ketidakseimbangan kekuatan perilaku yang ditunjukan pelaku

melibatkan ketidakseimbangan kekuatan sehingga menimbulkan

perasaan tertekan pada korban. Pelaku bullying biasanya merupakan

orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih dari ras yang

berbeda.

b) Perilaku agresi yang menyenangkan bullying menyebabkan kepedihan

emosional dan luka fisik, adanya tindakan untuk dapat melukai, dan

rasa senang di hati pelaku saat menyaksikan penderitaan korban pada

saat di bully.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Terjadinya Bullying

Bullying dapat terjadi karena kesalahpahaman yang melibatkan

prasangka antar pihak yang berinteraksi. Bullying bukanlah merupakan

suatu tindakan yang kebetulan terjadi, melainkan di pengaruhi oleh berbagai

faktor. Perilaku bullying sebagai konflik interpersonal yang paling terjadi.

5. Dampak Perilaku Bullying

Perilaku bullying menimbulkan dampak korban dan pelakunya. Bullying

dapat membuat siswa merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi


konsentrasi belajar di sekolah dan menuntut mereka untuk menghindari

sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu lama, dapat

memepengaruhi self esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial,

memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentang terhadap

stress dan depresi, serta rasa tidak aman berada di lingkungan sekolah.

Dalam kasus yang lebih ekstrem, bullying dapat mengakibatkan remaja

tersebut nekat bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri.

Dampak bagi pelaku bullying pada umumnya para pelaku ini

memiliki rasa percaya diri bahwa yang tinggi dengan harga diri yang tingi

pula, cenderung terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah

marah dan implusive, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku

bullying ini memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan

kurang berempati terhadap targetnya.

Siswa akan terperangkap dalam perilaku bullying, tidak dapat

mengembangkan hubungan yang sehat, kurang cakap untuk memandang

dari perspektif lain, tidak memiliki empati serta menganggap dirinya kuat

dan di sukai sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosial di masa

akan datang. Efek jangka panjang bagi pelaku bullying adalah pelaku akan

mudah menjadi kriminal (Utomo, 2018).

6. Penanganan dan Pencegahan bullying

Adapun komunikasi keluarga dalam pencegahan perilaku bullying bagi

anak. Menurut (Fauziah, 2018) sebagai berikut :

a. Respek
Dalam penelitian ini, hal ini menjadi penting di terapkan dalam

komunikasi keluarga untuk mencegah perilaku bullying bagi anak.

Komunikasi harus di awali dengan sikap saling menghargai

(respectfull attit lainnya menangani pengasuhan orang tua dalam

mendidik anaknya agar terhindar dari perilaku bullying menjadi hal

yang sangat penting. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan

diri kita pada situasi dan kondisi yang di hadapi orang lain. Syarat

utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan

mengerti orang lain, sebelum di dengar dan di mengerti orang lain.

Orang tua baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti

keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau

pasangannya terlebih dahulu. Ia akan membuka dialog dengan

mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini

tidak hanya menibatkan indera saja, tapi melibatkan pula mata hati dan

perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan

keterbukaan dalam keluarga.

b. Audibel

Audible berarti “dapat di dengarkan” atau bisa di mengerti dengan

baik. Di sinilah intisari di lakukannya komunikasi keluarga ketika

anak-anak dapat di mengerti dan didengarkan ini merupakan

penghargaan penting bagi mereka. Sebuah pesan harus dapat di

sampaikan dengan cara atau sikap yang bisa di terima oleh si penerima

pesan. Komunikasi keluarga memegang peranan penting dalam


mencegah perilaku bullying bagi anak. Misalnya saja, ada sedikit

keisengan kecil yang dilakukan seorang kakak kepada adiknya.

Kenakalan kecil yang selalu ia lakukan pada saudaranya. Hal ini dapat

membagkitkan monster yang terjadi di rumah, jitakan kecil dari sang

kakak, ketidakpedulian sang ayah, kenakalan dari sang kakak dari

sang adik. Segala sesuatu yang tidak pernah di sadari membuat

perilaku bullying ini tumbuh dalam jiwa anak (Himawati Nopianti,

2016).

2.2 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya

(Murwani, 2008). Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :

1) Data umum Pengkajia terhadap data umum keluarga meliputi :

✓ Nama kepala keluarga (KK)

✓ Alamat dan telepon

✓ Pekerjaan kepala keluarga

✓ Pendidikan kepala keluarga

✓ Komposisi keluarga

✓ Tipe keluarga (menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta

kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe

keluarga)
✓ Tipe bangsa (mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan).

✓ Agama (mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

✓ Status sosial ekonomi keluarga (status ekonomi sosial keluarga

ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya).

✓ Aktivitas rekreasi keluarga (rekreasi keluarga tidak hanya dilihat

kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi

tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan

mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi).

2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan

tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga Inti


Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (

imunisasi ), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta

riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman

penting yang berhubungan dengan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

3) Data lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah dididentifikasikan dengan melihat luas rumah,

tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic

tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta

denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/

kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.
3) Mobiltas geografis keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan

dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

keluarga interaksinya dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup, fasilitas fisik, fasilitas

psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial

atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekeuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah

perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga


Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,

yang berhubungan denga kesehatan.

e. Fungsi-fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta

pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan

sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh

mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan

keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat

dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan

keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan

perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan, dan keluarga


mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat

dilingkungan setempat.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a) Berapa jumlah anak

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga

c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi

keluarga adalah :

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

f. Stres dan koping keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang

a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.

b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor Hal yang perlu

dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi / stresor.


3) Strategi koping yang digunakan Strategi koping apa yang digunakan

keluarga bila meghadapi permasalahan.

4) Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi

disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode

yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan pemeriksaan fisik

di klinik.

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

B. Prioritas diagnosa keperawatan

Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot yang

lebih berat diberikan pada tidak / kurang sehat karena pertama memerlukan

tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga. Untuk kriteria

kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah.

b) Sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

c) Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan

waktu.
d) Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat, dan sokongan masyarakat. Untuk kriteria ketiga, yaitu

potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan

ialah :

✓ Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu

maslah itu ada.

✓ Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang

tepat dalam memperbaiki masalah.

✓ Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.

Untuk kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat

perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah

kesehatan tersebut. Nilai skore yang tinggi yang terlebih dahulu

dilakukan intervensi keperawatan keluarga (Murwani, 2008).

C. Tahapan tindakan keperawatan keluarga

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut ini

(Murwani, 2007) :

a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-

masalah kesehatan dengan cara :

✓ Memberikan informasi

✓ Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

✓ Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah


b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan

cara :

✓ Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

✓ Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

✓ Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan

c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengan cara :

✓ Mendemonstrasikan cara perawatan

✓ Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

✓ Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkuan

menjadi sehat, dengan cara :

✓ Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

✓ Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,

dengan cara :

✓ Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga

✓ Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

D. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi

dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kegiatan

evaluasi meliputi mengkaji kemampuan status kesehatan keluarga,

membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil


kemajuan masalah dan kemajuan percapaian tujuan keperawatan. Bila hasil

evaluasi tidak / berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru.

Perlu diperhatikan juga evaluasi yang dilakukan beberapa kali dengan melibatkan

keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan

keluarga (Murwani, 2008). Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara

operasional menurut Murwani (2008) :

S: adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

O: adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan

intervensi keperawatan.

A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang

terkait dengan diagnosis. 27 P : adalah perencanaan yang akan datang

setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai