Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN FRAKTUR

OLEH:
SHIFWATUL JAYYIDAH LUTHFI
(14.401.16.078)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2019
Lembar Pengesahan

Telah disahkan pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 3 September 2019

Judul : Asuhan keperawatan dengan klien FRAKTUR

Disusun oleh

Shifwatul Jayyidah Luthfi (14.401.17.078)

Mengetahui, Mengetahui,

Dosen pembimbing Dosen PJMK

LINA AGUSTIANA, S.Kep.,Ns, M.Kes EKO PRABOWO, S.Kep.,Ns, M.Kes


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah swt karena hanya dengan Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADAKLIEN FRAKTUR” dapat saya selesaikan dengan baik sebagai
persyaratan Akademik untuk menyusun makalah ini dalam rangka menyelesaikan laporan
semester 5 Program Studi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan. Dan semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan ilmu keperawatan pada
umumnya.

Krikilan,30 Oktober 2019

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur dapat terjadi akibat pukulan langsung, kekuatan tabrakan (kompresi), gerakan
memutar tiba-tiba (puntiran), kontraksi otot berat, atau penyakit yang melemahkan tulang
[ CITATION Pri17 \l 1057 ]. Umumnya fraktur disebabkan oleh tekanan eksternal yang
datang lebih besar dibandingkan dengan yang dapat diserap oleh tulang [ CITATION
MAs16 \l 1057 ]
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang. Klien dengan fraktur biasanya sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan bermotor.Sedangkan pada
lanjut usia cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon [ CITATION Kho131 \l 1057 ]
Berdasarkan hasil penelitian You Wanda Fadlani dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap,
tahun 2010 di RSUP .H Adam Malik Medan, didapatkan pada penderita fraktur, nyeri
merupakan masalah yang paling sering ditemukan, sebanyak 85% pasien fraktur
mengalami nyeri[ CITATION MAs161 \l 1057 ]
Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang. Saat tekanan yang
diberikan pada tulang terlalu banyak diandingkan yang mampu ditanggungnya. Resiko
terjadinya infeksi diakibatkan karena adanya diskontinuitas tulang yang menyebabkan
perubahan jaringan dan laserasi kulit hal ini yang mengakibatkan resiko infeksi.
Penyebab nyeri yang dirasakan merupakan bagian dari trauma yang mengakibatkan
pergeseran fragmen tulang hal inilah yang mengakibatkan nyeri. [ CITATION MAs161 \l
1057 ]

B. Batasan Masalah
Masalah pada pembahasan ini dibatasi pada konsep teori penyakit dan konsep asuhan
keperawatan klien yang mengalami fraktur

1
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit fraktur?
2. Bagaimana etiologi penyakit fraktur?
3. Bagaimana tanda gejala penyakit fraktur?
4. Bagimana patofisiologi penyakit fraktur?
5. Apa klasifikasi penyakit fraktur ?
6. Apa komplikasi penyakit frakur ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit fraktur dan asuhan keperawatan pada
klien fraktur
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi fraktur
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi fraktur
c. Mahasiswa mampu memahami tanda gejala fraktur
d. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi fraktur
e. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi fraktur
f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi fraktur
g. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien fraktur

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Banyak sekali batasan yang dikemukakan oleh para ahli tentang fraktur.
Fraktur menurur smeltzer adalah terputusnya konyinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. Demikian pula menurut Sjamsuhidayat fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringa tulang dan tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. Sementara menurut Doenges memberikan batasan,
fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang [ CITATION Luk13 \l 1057 ]
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa) sedangkan menurut Linda Juall C.dalam Nursing Care
plans and dokumentation menyebutkan bahwa fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan dari luar yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap oleh turang [ CITATION Kho131 \l 1057 ]
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakan fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. [ CITATION Ami15 \l 1057 ]
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang, retak retak atau patahnya tulang yang utuh yang
disebabkan oleh trauma ataut tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya
trauma.

3
2. Etiologi
1. Kekerasan langsung
Kekersan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang
atau miring
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.[ CITATION Kho131 \l 1057 ]
Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat
tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandinkan yang mampu
ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk menimbukan suatu
fraktur dapat bervariasi, sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu
sendiri. Seorang klien dengan gangguan metabolic tulang seperti osteoporosis
dapat mengalami fraktur dari trauma minor karena kerapuhan tulang akibat
gangguan yang telah ada sebelumnya.
Fraktur dapat terjadi karena gaya secara langsung seperti saat sebuah
benda bergerak menghantam suatu area tubuh diatas tulang. Gaya yang terjadi
secara tidak langsung seperti ketika suatu kontraksi kuat dari otot menekan
tulang.selain itu tekanan dan kelelahan dapat menyebabkan fraktur karena
penurunan kemampuan tulang menahan gaya mekanikal.
Predisposisi fraktur antara lain berasal dari kondisi biologis seperti
osteopenia atau osteogenesis imperfekta , tulang akanmenjadi rapuh dan mudah
patah. Neoplasma juga dapat melemahkan tulang dan berperan pada fraktur.
Kehilangan estrogen pascamenopause dan malnutrisi protein juga menyebabkan
penurunan massa tulang serta meningkatkan risiko fraktur, Bagi orang yang

4
sehat fraktur dapat terjadi akibat aktivitas hobi risiko-tinggi atau aktivitas terkait
pekerjaan serta korban korban korban kekerasan rumah tangga juga sering
dirawat karena cedera traumatic.[ CITATION Kho131 \l 1057 ]

3. Tanda gejala
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembekakan lokal, dan perubahan warna.
Gejala umum fraktur adalah :
1. Nyeri yang terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk nidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan cenderung
bergerak secara tidak almiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid
seperti normalnya. Pergeseran fregmen pada fraktur lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat lengketnya otot.
3. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Fregmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2
inc).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba dengan adanya derik
tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fregmen satu
dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera [ CITATION Luk13 \l
1057 ]

5
4. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan ekternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang., maka trejadi trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla
tulang.Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.jaringan
yang mengalami nekrosis ini mendtimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leokosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya. Factor-faktor yang mempengaruhi fraktur.Factor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur). Factor
intrinsic beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur sepertti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang [ CITATION Kho131 \l
1057 ]

6
7
pathway

8
Resiko syok Ansietas
pengetahuan
hipovolemik

Kerusakan fragmen Tekanan sumsung tulang Melepaskan


tulang lebih tinggi dari kapiler ketolokamin
Gambar pathway menurut [ CITATION Ami15 \l 1057 ].

Bergabung dengan Metabolisme asam


Menyumbat emboli
trombosit lemak
pembuluh
5. Klasifikasidarah
Perfusi jaringan perifer tidak efektif
Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis,
dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :
1) Berdasarkan sifat fraktur ( luka yang ditimbulkan)
a) Fraktur tertutup ( closed ), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit
masih utuh) tanpa komplikasi.
b) Fraktur terbuka (Open / Coumpond), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
2) Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur
a) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampung tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto
b) Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti :
1) Hair Line Fraktur ( patah retak rambut )
2) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya
3) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
3) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma
a) Fraktur Transeval : fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung
b) Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhdap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga
c) Fraktur spiral : Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi
d) Fraktur kompresi : Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang kearah permukaan lain

9
e) Fraktur afulsi : fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada inserasinya pada tulang

4) Berdasarkan jumlah garis patah


a) Fraktur komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satudan
saling berhubungan
b) Fraktur segmental ; fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan
c) Fraktur Multiple : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama
5) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
a) Fraktur Undisplaced : garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh
b) Fraktur Displaced : terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen, terbagi atas :
1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum
2) Dislokasi ad axim
3) Dislokasi ad latus
[ CITATION Kho131 \l 1057 ]
6. Komplikasi
a. Komplikasi awal
1) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstremitas yang di sebabkan oleh tindakan emergensi plinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartement sindrom
Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, syaraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, syaraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
dari luar seperti GPS dan pembebatan yang terlalu kuat
3) Fat embolism syndrom

10
Fat embolism syndrom adalah komplikasi serius sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah yang
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hipertensi, tachypnea,
demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk
kedalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler nekrosis
Aveskuler nekrosi (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya volkman’s ischemia.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur. [ CITATION Kho131 \l 1057 ]
b. Komplikasi dalam waktu lama
1) Delayed union
Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi (bergabung)
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
2) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebihpada
siis fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga
disebabkan karena aliran darah yang kurang.
3) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

11
[ CITATION Kho131 \l 1057 ]

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
. Pada kasus klien dengan fraktur biasanya sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan dengan umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan bermotor.
Sedangkan pada lanjut usia cenderung lebih banyak terjadi pada wanita
berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan
hormon [ CITATION Luk13 \l 1057 ]
b. Status kesehatan ini
1) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan pada kasus fraktur adalah nyeri akut. Nyeri bisa
akut atau kronis tergantung dari lamanya penyembuhannya [ CITATION
Kho131 \l 1057 ].
2) Alasan masuk rumah sakit
Pada umumnya klien dengan fraktur dibawa kerumah sakit karena adnya
rasa nyeri, keterbatasan dalam gerak atau aktivitas [ CITATION MAs16 \l 1057
]
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya keluhan pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien di
gunakan :
a. Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
b. Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang di rasakan atau di
gambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c. Region : radiation, relief : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

12
d. Severity (Scale) of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang di rasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e. Time : beberapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari. [ CITATION Kho131 \l 1057 ]

c. Riwayat kesehatan terdahulu


1) Riwayat penyakit sebelumnya
Pengkajian riwayat kesehatan diperlukan untuk menghindari komplikasi
pada intraoperatif dan pascaoperatif. Pasien yang mempunyai riwayat
hipertensi perlu dikoreksi sebelum pembedahan [CITATION Ari13 \l 1057 ].
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yeng
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.
Selain itu peyakit diabetes dengan luka dikaki sangat terjadi osteomilitis
akut maupun kronik [ CITATION Kho131 \l 1057 ]
2) Riwayat penyakit keluarga
Pada penyakit riwayat keluarga penyakit tulang merupakan faktor
terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara
genetik [ CITATION Kho131 \l 1057 ]
3) Riwayat pengobatan
Biasanya riwayat penggunaan obat-obat sebelumnya biasanya bersamaan
dengan penyakit tertentu seperti obat osteoporosis , obat diabetes, maupun
obat untuk kenker tulang [ CITATION Kho131 \l 1057 ]
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Baik atau buruknya yang di catat adalah tanda-tanda seperti :
a. Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
b. Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang, berat
dan pada kasus fraktur biasanya akut.
[ CITATION Kho131 \l 1057 ]
b) Tanda-tanda vital

13
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.[ CITATION Kho131 \l 1057 ]

2) Body sistem
a) Sistem pernafasan
I : pernafasan meningkat, regular atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
P: Pergerakan sama atau simetris, fremitus tidak teraba
P: suara sonor, tidak ada suara tambahan lainnya
A: suara nafas normal tidak ada wheezing atau suara tambahan lainnya
[ CITATION Kho131 \l 1057 ]
b) Sistem kardiovaskular
I: tidak tampak ictus cordis
P:Nadi meningkat
A:Suara s1 dan S2 tunggal tidak ada mur mur [ CITATION Kho131 \l
1057 ]
c) Sistem persyarafan
pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan akan nyeri
hebat akibat respon pembedahan (post op)[ CITATION Luk13 \l 1057 ]
d) Sistem perkemihan
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu dikaji frekuensi konsisteni, warna serta bau
feses pada pola eliminasi alvi[ CITATION Kho131 \l 1057 ]
e) Sistem pencernaan
I: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
A: Pristaltik usus normal
P: tidak ada nyeri tekan pada abdomen, hepar tidak teraba.
P:suara timpani [ CITATION Kho131 \l 1057 ]
f) Sistem integument
I: terdapat eritema, odema, dan bengkak
P: suhu sekitar trauma meningkat, nyeri tekan
[ CITATION Kho131 \l 1057 ].

14
g) Sistem musculoskeletal
Keterbatasan gerak/kehilangan fungsi motorik pada bagian yang
terkena (dapat segera atau sekunder, akibat pembengkakan/nyeri)
Otot : tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi,benjolan yang terdapat
di permukaan atau melekat pada tulang [ CITATION Kho131 \l 1057 ]
h) Sistem endokrin
Pada umumnya klien dengan fraktur tidak memiliki gangguan pada
sistem endokrin namun jika di sertai dengan penyakit tertentu yang
berhuhungan dengan riwayat sebelumnya seperti penyakit diabetes
dengan luka di kaki maka terjadi ketidakseimbangan hormon
insulin[ CITATION Luk13 \l 1057 ]
i) Sistem reproduksi
klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani
rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien,
[ CITATION Kho131 \l 1057 ]
j) Sistem penglihatan
Tidak ada gangguan anemis pada konjungtiva (Karena tidak terjadi
perdarahan).[ CITATION Kho131 \l 1057 ]
k) Sistem imun
memantau sistem imunisasi dan memberi imunisasi untuk pencegahan
penyakit
[ CITATION Kho131 \l 1057 ]
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka di perlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan
proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi
yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan
x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan
hasilnya di baca sesuai dengan permintaan. Hal yang haruus dibaca pada
x-ray :
a) Bayangan jaringan lunak

15
b) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi
c) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction
d) Sela sendi bentuknya arsitektur sendi

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu teknik khususnya
seperti :
a) Tomografi : Menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur
yang lain tertutup yang sulit di visualisasi. Pada kasus ini di temukan
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur
saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
b) Myelografi : Menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan
akibat trauma.
c) Arthrografi : Menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak
karena ruda paksa.
d) Computed Tomografi – Scanning : Menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana di dapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
Pemeriksaan Laboratorium
a) Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
b) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c) Enzim otot seperti kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
2) Pemeriksaan Lain-lain
a) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas : Di
dapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
b) Biopsi tulang dan otot : Pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan di atas tapi lebih di indikasikan bila terjadi infeksi.
c) Elektromyografi : Terdapat kerusakan konduksi saraf yang di
akibatkan fraktur.

16
d) Arthroscopi : Di dapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
e) Indium Imaging : Pada pemeriksaan ini di dapatkan adanya infeksi
pada tulang.
f) MRI : Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.[ CITATION
Kho131 \l 1057 ]
f. Penatalaksanaan
1. Prinsip penatalaksanaan tindakan fraktur adalah :
a) Reduksi
Upaya untuk memperbaiki fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimal. Dapat juga diartikan reduksi fraktur (setting
tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan
rotasfanatomis [ CITATION Kho131 \l 1057 ].
b) Penatalaksanaan OPEN REDUCTIN AND INTERNAL FIXATION
(ORIF)
Open reduction biasanya disertai dengan internal fixation yang
bertujuan untuk menstabilisasi dan mengimobilisasi tulang sehingga
dapat memungkinkan terjadinya proses pemulihan pada tulang yang
mengalami fraktur. Internal fixation merupakan prosedur yang
menggunakan alat-alat seperti plat, sekrup, kawat, dan paku.
Pemasangan alat-alat dari logam tersebut tergantung pada tipe fraktur,
jenis reduksi yang dilakukan, dan area yang dipengaruhi oleh fraktur.
Internal fixation dilakukan pada patah tulang tertutup yang tidak stabil,
fraktur terbuka, dan fraktur yang disertai cidera jaringan lunak atau
pada korban yang mengalami trauma multiple [ CITATION Ari13 \l 1057 ].
2. Penatalaksanaan keperawatan ORIF pasca operasi :
Yaitu dengan cara pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien serta
mengajarka latihan ROM pasif dan aktif seperti gerak ke posisi miring,
duduk, berdiri, bangun, dan berpindah [ CITATION Pal14 \l 1057 ]. Tindakan
keperawatan orif pasca operasi adalah biasannya dibebat dengan EB atau

17
Gips yang bertujuan untuk mengimobilisasi dua sendi dari tulang yang
mengalami fraktur [ CITATION Ari13 \l 1057 ].

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI (2017) diagnose keperawatan fraktur diantaranya :
a. Nyeri akut
Definisi: pengalaman sensosrik atau emosional berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiai (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
1). Subjektif:
Mengeluh nyeri
Objektif:
a). Tampak meringis
b). Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)
c). Gelisah
d). Frekuensi nadi meningkat
e). Sulit tidur

Gejala dan tanda minor


1) Subjektif
Tidak tersedia
Obyektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola nafas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri

18
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis

Kondisi klinis terkait:


1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma [ CITATION PPN17 \l 1057 ]

b. Gangguan mobilitas fisik


Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari suatu atau lebih ekstremitas
secara mandiri.
Penyebab
1) Kerusakan integritas struktur tulang
2) Perubahan metabolisme
3) Ketidakbugaran fisik
4) Penurunan kendali otot
5) Penurunan massa otot
6) Penurunan kekuatan otot
7) Keterlambatan perkembangan
8) Kekakuan sendi
9) Kontraktur
10) Malnutrisi
11) Gangguan muskuloskeletal
12) Gangguan neuromuskular
13) Indeks massa tubuh di atas persentil ke 75 sesuai usia
14) Efek agen farmakologis
15) Program pembatasan gerak
16) Nyeri
17) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18) Kecemasan
19) Gangguan kognitif

19
20) Keengganan melakukan pergerakan
21) Gangguan sensori persepsi

Tanda Gejala Mayor


1) Subjektif
Mengeluh saat menggerakan ekstermitas
Objektif
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun
Tanda dan Gejala Minor
1) Subjektif :
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
Objektif :
a) Sendi kaku,
b) Gerakan tidak terkoordinasi
c) Gerakan terbatas
d) Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait :
1. Stroke
2. Cedera medulla spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthkritis
6. Osthemalasia
7. Keganasan.
[ CITATION PPN17 \l 1057 ]

c. Gangguan integritas kulit/jaringan


Definisi

20
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,tulang, kartigo, kapsul sendi dan atau
ligamen)
Penyebab
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi
3) Kekurangan / kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrim
7) Faktor mekanis
8) Efek samping terapi radiasi
9) Kelembapan
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Kurang terpapar
Gejala tanda mayor
1) Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
a) Kerusakan jaringan atau lapisan kulit
Gejala tanda minor
1) Subjektif
Tidak tersedia
Obejektif
a) Nyeri
b) Perdarahan
c) Kemerahan
d) Hematoma
Kondisi klinis terkait
1) Imobilisasi
2) Gagal jantung kongestif

21
3) Gagal ginjal
4) Diabetes melitus
5) Imunodefisiensi
[ CITATION PPN17 \l 1057 ]

d. Perfusi perifer tidak efektif


Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh
Penyebab
1) Hiperglikemia
2) Penurunan konsentrasi hemoglobin
3) Peningkatan tekanan darah
4) Kekurangan volume cairan
5) Penurunan aliran arteri dan vena
6) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat
7) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit
8) Kurang aktivitas fisik
Gejala tanda mayor
1) Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
a) Pengisian kapiler >3 detik
b) Nadi perifer menurun atau tidak teraba
c) Akral teraba dingin
d) Warna kulit pucat
e) Turgor kulit menurun
Gejala tanda minor
1) Subjektif
a) Parastesia
b) Nyeri ektremitas
Objektif
a) Edema

22
b) Penyembuhan luka lambat
c) Indeks ankle- brachial < 0.90
d) Bruit femoral
Kondisi klinis terkait
1) Tromboflebitis
2) Diabetes melitus
3) Anemia
4) Gagal jantung kongestif
5) Kelainan jantung kongestif
6) Trombosis arteri
7) Varises
8) Trombosis vena dalam
9) Sindrom kompartemen
[ CITATION PPN17 \l 1057 ]

e. Resiko infeksi
Definisi:
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme potagenik
Faktor resiko
1) Penyakit kronik
2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5) Ketidakadekukuatan pertahanan tubuh primer
6) Ketidakedekuatan pertahanan tubuh sekunder
Kondisi klinis terkait
1) AIDS
2) Luka bakar
3) PPOK
4) Diabetes melitus
5) Tindakan invasif
6) Kondisi penggunaan terapi streroid
7) Penyalahgunaan obat
8) KPSW

23
9) Kanker
10) Gagal ginjal
11) Imunosupresi
12) Lymphedeme
13) Gangguan fungsi hati
[ CITATION PPN17 \l 1057 ]

f. Resiko syok hipovolemik


Definisi
Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler,interstitial, dan
intraselular
Faktor resiko
1) Kehilangan cairan secara aktif
2) Gangguan absorbsi cairan
3) Usia lanjut
4) Kelebihan berat badan
5) Status hipermetabolik
6) Kegagalan mekanisme regulasi
7) Evaporasi
8) Kekurangan intake cairan
9) Efek agen farmakologis
Kondisi klinis terkait
1) Penyakit addison
2) Trauma/perdarahan
3) Luka bakar
4) AIDS
5) Penyakit crohn
6) Muntah
7) Diare
8) Kolitis ulseratif
[ CITATION PPN17 \l 1057 ]

24
1. Intervensi
a. Nyeri
Tujuan:
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut.(sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu)
:
a) Mengenali awitan nyeri
b) Menggunakan tindakan pencegahan
c) Melaporkan nyeri dapat dikendalikan.
Kriteria Hasil:
a) Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
b) Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
c) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
d) Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifikasi faktor tersebut
e) Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
f) Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non-
analgesik secara tepat
g) Tidak menglami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung,
atau tekanan darah
h) Mempertahankan selera makan yang baik
i) Melaporkan pola tidur yang baik
j) Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan
hubungan interpersonal
Intervensi NIC
Aktifitas Keperawatan

25
1) Pengkajian
a) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
menumpulkan informasi pengkajian.
b) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0
sampai 10 (0 = tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat).
c) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic
dan kemungkinan efek sampingnya.
d) Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon pasien.
e) Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien.
f) Manajemen nyeri (NIC):
(1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri, dan faktor presipitasnya.
(2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khusunya pada
mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
2) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsusmi
obat tersebut (misalnya pembatasan aktivitas fisik, pembatsan diet), dan
nama orang yang harus dihubungi bila mengalami neyri membandel.
b) Instruksiakan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
c) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
d) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau opioid
(misalnya risiko ketergantungan atau overdosis).
e) Manajemen Nyeri (NIC):
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
f) Manajemen Nyeri (NIC):

26
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya umpan balik
biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis,
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan masase)
sebelum, setelah, dan, jika memungkinkan, selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersama
penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.

3) Aktivitas Kolaboratif
a) Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(misalnya setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA.
b) Manajemen Nyeri (NIC):
(1) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat.
(2) Laporkan kepad dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
saat ini merupakan perubahan yang bermakna dan pengalaman nyeri
pasien di masa lalu.
4) Aktivitas Lain
a) Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikator melalui pengkajian nyeri dan
efek samping.
b) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa
lalu, seperti distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin.
c) Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan
aktivitas lain untuk membantu relaksasi, meliputi tindakan sebagai
berikut:
(1) Lakukan perubahan posisi, masase punggung, dan relaksasi.
(2) Ganti linen tempat tidur, bila diperlukan.
(3) Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru, dengan sikap yang
mendukung.
(4) Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
aktivitas perawatan.
d) Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan pada nyeri dan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi, radio,
tape, dan interaksi dengan pengunjung.

27
e) Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respons pasien
terhadap analgesic (misalnya “Obat ini akan mengurangi nyeri Anda”).
f) Eksplorasi perasaan takut ketagihan. Untuk meyakinkan pasien,
tanyakan “Jika tidak mengalami nyeri, apakah Anda akan tetap
membutuhkan obat ini?”.

g) Manajemen Nyeri (NIC):


(1) Libatkan keluarga dalam modalitas peredaan nyeri, jika
memungkinkan.
(2) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat memengaruhi respons
pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, dan kegaduhan).
[ CITATION Jud16 \l 1057 ]

b. Gangguan mobilitas fisik


1) Tujuan : Memperlihatkan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator
berikut (sebutkan 1 – 5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau
tidak mengalami gangguan):
a) Keseimbangan
b) Koordiansi
c) Performa posisi tubuh
d) Pergerakan sendi dan otot
e) Berjalan
f) Bergerak dengan mudah
Aktivitas keperawatan
a) Kaji kenutuhan terhadap bantuan pelayan kesehatan dirumah dan
kebutuhan terhadap peraltan pengobatan yang tahan lama
b) Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
( misalnya, tongkat, walker, kruk, atau kursu roda)
c) Ajarkan dan bantu pasien berpindah ( misalnya dari tempat tidur ke
kursi)

28
d) Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
e) Berikan penguatan positif selama aktivitas

Penyuluhan
a) Ajarkan dan dukung pasien dalam latiha ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahan otot
b) Intruksikan dan dukung pasien untuk mengguanak trapeze atau
pemberat untuk meningkatkan serta mempertahankan kekuatan
ekstermitas atas
c) Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman
d) Intruksikan pasien untuk menyangga berat badannya
e) Intruksikan pasien untuk memperhatikan kesejararan tubuhnya
dengan benar
Aktifitas Kolaboratif
a) Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mepertahankan atau
mengembalikan mobilitas sendi dan otot
b) Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dalam
perencanaan aktivitas perawatan pasien
c) Dukung pasien dan keluarga untuk memandan keterbatasan dengan
realistis
d) Berikan penguatan positif selama aktivitas
e) Berikan analgesik sebelum memulai latihan fisik
[ CITATION Jud16 \l 1057 ]

c. Gangguan integritas jaringan


Tujuan :
menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, yang di
buktikan oleh indikator berikut:
1. Keutuhan kulit
2. Tekstur dan ketebalan jaringan
3. Perfusi jaringan
Kriteria hasil NOC:
1. Keparahan respon imun hipersensitif setempat terhdap antigen
lingkungan (oksigen) tertentu

29
2. Indakan pribadi untuk mempertahankan ostomi untuk eliminasi
3. Keutuhan struktur dan fungsi normal kulit dan membran mukosa
4. Tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan yang di sengaja
5. Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka

Intervensi NOC
Aktifitas keperawatan
Untuk aktifitas keperawatan yang spesifik, lihat pada diagnosis
keperawatan berikut ini:
1. Infeksi, resiko
2. Membran mukosa, kerusakan
3. Persepsi/sensori (penglihatan), gangguan
4. Integritas kulit, kerusakan
5. Integritas kulit, resiko kerusakan
6. Perfusi jaringan, ketidakefektifan (perifer)
[ CITATION Jud16 \l 1057 ]

d. Perfusi perifer tidak efektif


1) Tujuan :
a) menunjukkan keseimbangan cairan, yang di buktikan oleh indikator
berikut:
(1) Tekanan darah
(2) Nadi perifer
(3) Turgor kulit
b) Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, yang di
buktikan oleh indikator berikut:
(1) Suhu, sensasi, elastisitas, hidrasi, keutuhan dan ketebalan kulit
(2) Perfusi jaringan
c) Menunjukkan perfusi jaringan: perifer, yang di buktikan oleh indikator
berikut:

30
(1) Pengisian ulang kapiler
(2) Warna kulit
(3) Sensasi
(4) Integritas kulit

2) Kriteria hasil NOC:


a) Aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah pada tekanan yang
sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi sistemik dan
pulmonal.
b) Keparahan cairan berlebihan pada kompartemen instrasel dan
ekstrasel tubuh.
c) Tingkat stimulasi kulit di rasakan dengan tepat.
d) Keutuhan struktural dan fungsi fisiologis normal kulit dan
membran mukosa.
e) Keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan.
3) Intervensi NIC
Aktifitas keperawatan
a) Kaji ulkus statis dan gejala selulitis
b) Perawatan sirkulasi (insufisiensi Arteri dan Vena) (NIC):
(1) Lakukan pengkajian kompherensif terhadap sirkulasi perifer.
(2) Pantau tingkat ketidak nyamanan atau nyeri saat melakukan
latihan fisik, pada malam hari, atau saat istirahat.
(3) Pantau status cairan, termasuk asupan dan haluaran.
c) Managemen sensasi perifer (NIC)
(1) Pantau pembedan ketajaman atau ketumpulan, panas atau
dingin (pada perifer)
(2)Pantau parestesia :kebas, kesemutan, hiperestesia dan
hipoestesia
(3)Pantau tromboflebitis dan trombosis vena provunda

31
(4)Pantau kesesuaian alat penyangga, prostesis, sepatu dan
pakaian
Penyuluhan untuk pasien / keluarga
a) Ajarkan pasien untuk menghindari suhu yang ekstrim pada
ekstremitas
b) Pentingnya mematuhi program diet dan program pengobatan
c) Tenda dan gejala yang dapat di laporkan kepada dokter
d) Ajarkan pasien untuk melakukan perawatan kaki yang tepat
e) Pentingya mencegah statis vena
f) Managemen sensasi perifer (NIC) :
(1) Anjurkan pasien atau keluarga untuk memantau posisi bagian
tubuh saat pasien mandi, duduk, berbaring, atau mengubah
posisi
(2) Anjurkan pasien atau keluarga untuk memeriksa kulit setiap
hari untuk mengetahui perubahan integritas kulit
Aktifitas kolaboratif
a) Beri obat nyeri, beritahu dokter jika nyeri tidak kunjung reda
b) Perawatan sirkulasi (insufisiensi Arteri dan Vena) (NIC): berikan
obat anti trombosit atau antikaogulan, jika di perlukan.
Aktifitas lain
a) Hindari trauma kimia, mekanis atau panas yang melibatkan
ekstremitas
b) Kurang rokok dan penggunaa stimulan
c) Perawatan sirkulasi: Insufisiensi Arteri (NIC):
Letakkan ekstremitas pada posisi menggantung jika perlu.
d) Perawatan sirkulasi: Insufisiensi Vena (NIC):
(1) Lakukan modalitas terapi kompres
(2) Elevasi ekstremitas yang terkena 20 derajat atau lebih di atas
jantung
(3) Dorong latihan rentang pergerakan sendi pasif atau aktif.
e. Resiko infeksi
1) Tujuan
Pasien dan keluarga akan terbebas dari tanda dan gejala infeksi,
memperlihatkan higine personal yang adekuat, mengindikasi status

32
gastrointestinal, pernapasam, genitourinaria, dan imun dalam batas normal
serta menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.
2) Kriteria Hasil (NOC)
a) Tindakan komunitas untuk menghilangkan atau menurunkan
penyebaran agens infeksius yang mengancam kesehatan masyarakat
b) Resistansi alami dan dapatan yang bekerja tepat terhadap antigen
internal maupun eksternal
c) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait
d) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait selama usia 28 hari
pertama kehidupan
e) Tinfakan personal untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi
perilaku yang beresiko menimbulkan penyakit menular seksual
f) Tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan luka secara
sengaja
g) Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka
3) Intervensi (NIC)
Aktifitas Keperawatan
Pengkajian
a) Pantau tanda dan gejala infeksi (mis. Suhu tubuh, denyut jantung,
drainasi, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi
kulit, dan malaise)
b) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (mis.
Usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan malnutrisi)
c) Pantau hasil laboratorium (mis. Hitung darah lengkap, hitung
granulosit absolut, hitung jenis, protein serum, dan albumin)
d) Amati penampilan praktik higine personal untuk perlindungan
terhadap infeksi

Penyuluhan untuk pasien/ keluarga

a) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi


meningkatkan resiko terhadap infeksi
b) Intruksikan untuk menjaga higine personal untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi (mis. Mencuci tangan)
c) Jelaskan rasional dan manfaat serta efek samping imunisasi

33
d) Berikan pasien dan keluarga metode untuk mencatat imunisasi (mis.
Formulir imunisasi, buku catatan harian)
e) Pengendalian infeksi (NIC)
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruangan pasien
Aktivitasi Kolaboratif
a) Ikuti protocol institusi untuk melaporkan infeksi yang dicurigai atau
kultur positif
b) Pengendalian Infeksi (NIC) : berikan terapu antibiotic, bila diperlukan

f. Resiko syok hipovalemik


Tujuan
Kekurangan volume cairan skakn teratasi di buktikan oleh keseimbangan
cairan, hidrasi, yang adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan
yang adekuat
Intervensi NIC
1) Manajemen diare : menataklasana dan mengurangi diare
2) Manajemen elektrolit : hipernatremia : meningkatkan keseimbangan
natrium dan mencegah komplikasi akibat peningkatan kadar natrium
serum dari yang diinginkan
3) Pemantauan elektrolit : mengumpulkan dan menganalisis data pasien
untuk mengatur keseimbangan elektrolit
4) Manajemen cairan : meningktakan keseimbangan cairan dan pencegahan
komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau diluar harapan
5) Pemantauan cairan : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan cairan
6) Manajemen hipovolemia : mengekspansi volume cairan intravaskuler
pada pasien yang mengalami penurunan volume cairan
7) Terapi IV: memberikan dan memantau cairan dan obat intravena
8) Identifikasi resiko : menganalisis faktor resiko potensial,menentukan
resiko kesehatan, dan memprioritaskan strategi yang menurunkan resiko
untuk individu atau kelompok

34
9) Surveilans : mengumpulkan, menginterprestasi dan mentintesis data
pasien secara terarah dan kontinyu untuk membuat keputusan klinis
10) Pemantaua tanda tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis data
kardiovaskuler, pernafasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan
mencegah komplikasi
11) Manajemen muntah : mencegah dan mengurangi muntah
12) Perawatan luka : luka bakar : mencegah komplikasi luka akibat luka
bakar dan memfasilitasi penyembuhan luka

Aktivitas Keperawatan

Untuk resiko syok hipovolemik fokus pada pemantauan dan pencegahan


dengan mengurangi faktor resiko intervensi sama seperti kekuarangan
volume cairan aktual dan keseiapan untuk meningkatkan keseimbangan
cairan

[ CITATION Jud16 \l 1057 ]

35
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak retak atau patahnya tulang yang
utuh yang disebabkan oleh trauma ataut tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya
trauma. Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat
tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandinkan yang mampu
ditanggungnya. Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembekakan lokal, dan perubahan warna.
Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis,
komplikasi dari faktur di bedakan menjadi dua yakni dalam jangka waktu lama seperti
malunion dan waktu awal seperti infeksi dan sindrom kompartemen. Pelaksanaan
klien dengan fraktur antara lain reduksi dan pelaksanaan ORIF.

B. SARAN
Di harapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep asuhan kepeerawatan
dengan klien fraktur dengan semaksimal mungkin.

36
Daftar pustaka

Kholid Rosyidi MN, S. N. (2013). Muskuloskeletal . DKI Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA.

M. Asikin, M. N. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Erlangga.

Ningsih, L. N. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal .
Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta: Dewan pengurus pusat PPNI.

Sari, A. M. (2013). Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan . Jakarta: Jakarta : EGC.

37
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 801 Date September 05,2019

Characters 6074 Exclude Url

0
0% 100% 43
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism


Fraktur dapat terjadi akibat pukulan langsung, kekuatan tabrakan (kompresi), gerakan memutar tiba-
tiba (puntiran), kontraksi otot berat, atau penyakit yang melemahkan tulang (Priscilla Lemone, 2017).
Umumnya fraktur disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dibandingkan dengan

38
yang dapat diserap oleh tulang (M. Asikin, 2016) Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma adimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Klien dengan fraktur biasanya sering terjadi pada laki-
laki daripada perempuan dengan umur di bawah 45 tahun dan Berdasarkan hasil penelitian You
Wanda Fadlani dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap, tahun 2010 di RSUP .H Adam Malik Medan,
didapatkan pada penderita fraktur, nyeri merupakan masalah yang paling sering ditemukan, sebanyak
85% pasien fraktur mengalami nyeri (M. Asikin M. N., 2016) Fraktur terjadi karena kelebihan beban
mekanis pada suatu tulang. Saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak diandingkan
yang mampu ditanggungnya. Resiko terjadinya infeksi diakibatkan karena adanya diskontinuitas
tulang yang menyebabkan perubahan jaringan dan laserasi kulit hal ini yang mengakibatkan resiko
infeksi. Penyebab nyeri yang dirasakan merupakan bagian dari trauma yang mengakibatkan
pergeseran fragmen tulang hal inilah yang mengakibatkan nyeri. (M. Asikin M. N., 2016) Fraktur
menurur smeltzer adalah terputusnya konyinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Demikian pula menurut Sjamsuhidayat fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringa tulang dan
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Sementara menurut Doenges memberikan
batasan, fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Ningsih, 2013) Fraktur adalah patah tulang
yang biasanya disebabkan tenaga fisik dan trauma. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakan fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap. (Kusuma, 2015) 1. Kekerasan langsung kekerasan ini menyebabkan
patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang 2.Kekerasan tidak langsung Kekerasankekerasan ini menyebabkan patah tulang di tempat
yang jauh . Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan 3. Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan,dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan. (Kholid Rosyidi MN, 2013) Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu
tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandinkan yang mampu
ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk menimbukan suatu fraktur dapat bervariasi,
sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu sendiri. Seorang klien dengan gangguan metabolic
tulang seperti osteoporosis dapat mengalami fraktur dari trauma minor karena kerapuhan tulang
akibat gangguan yang telah ada sebelumnya. Fraktur dapat terjadi karena gaya secara langsung
seperti saat sebuah benda bergerak menghantam suatu area tubuh diatas tulang. Gaya yang terjadi
secara tidak langsung seperti ketika suatu kontraksi kuat dari otot menekan tulang.selain itu tekanan
dan kelelahan dapat menyebabkan fraktur karena penurunan kemampuan tulang menahan gaya
mekanikal. Predisposisi fraktur antara lain berasal dari kondisi biologis seperti osteopenia atau
osteogenesis imperfekta , tulang akanmenjadi rapuh dan mudah patah. Neoplasma juga dapat
melemahkan tulang dan berperan pada fraktur. Kehilangan estrogen pascamenopause dan malnutrisi
protein juga menyebabkan penurunan massa tulang serta meningkatkan risiko fraktur, Bagi orang
yang sehat fraktur dapat terjadi akibat aktivitas hobi risiko-tinggi atau aktivitas terkait pekerjaan serta
korban korban korban kekerasan rumah tangga juga sering dirawat karena cedera traumatic. (Kholid
Rosyidi MN, 2013) Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembekakan lokal, dan perubahan warna. Gejala umum fraktur adalah : 1. Nyeri
yang terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk nidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang. 2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan cenderung
bergerak secara tidak almiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran
fregmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba)
ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. 3. Pada fraktur tulang
panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
bawah tempat fraktur. Fregmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inc). 4.
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba dengan adanya derik tulang dinamakan krepitus yang
teraba akibat gesekan antara fregmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat. 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera (Ningsih, 2013) Tulang bersifat rapuh tapi mempunyai kekuatan untuk menahan. Tapi
apabila tekanan ekternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang.,maka trejadi trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontuitas tulang., marrow dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang.Jaringan tulang segera

39
berdekatan ke bagian tulang yang patah.jaringan yang mengalami nekrosis ini mendtimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leokosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya. Factor-faktor yang mempengaruhi fraktur.Factor Ekstrinsik

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 788 Date September 05,2019

Characters 5521 Exclude Url

0
0% 100% 39
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism


Penampilan fraktur bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi beberapa kelompok yakni 1)
Berdasarkan sifat fraktur ( luka yang ditimbulkan) a) Fraktur tertutup ( closed ), bila tidak terdapat hubungan

40
antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. b) Fraktur terbuka (Open / Coumpond), bila terdapat hubungan antara hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. 2) Berdasarkan komplit atau
ketidakkomplitan fraktur a) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampung tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto b) Fraktur inkomplit, seperti :Hair Line Fraktur ( patah retak
rambut Buckle atau Torus Fraktur, Green Stick Fraktur, 3) Berdasarkan bentuk garis patah dan
hubungannya dengan mekanisme trauma a) Fraktur Transeval : fraktur yang arahnya melintang pada
tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung b) Fraktur Oblik

: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhdap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma
angulasi juga c) Fraktur spiral d fraktur kompresi e Fraktur afulsi : fraktur yang diakibatkan karena trauma
tarikan atau traksi otot pada inserasinya pada tulang 4) Berdasarkan jumlah garis patah a) Fraktur komunitif
: fraktur dimana garis patah lebih dari satudan saling berhubungan b) Fraktur segmental ; Fraktur Multiple :
garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama 5) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang a)
Fraktur Undisplaced : garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh
b) Fraktur Displaced : terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas : •
Dislokasi ad longitudinam cum contractionum • Dislokasi ad axim • Dislokasi ad latus (Kholid Rosyidi MN,
2013) 6. Komplikasi a. Komplikasi awal 1) Kerusakan arterii, sianosis bagian distal, dan dingin pada
ekstremitas yang di sebabkan oleh tindakan emergensi plinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan. 2) Kompartement sindrom Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, syaraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, syaraf, dan pembuluh darah. Selain itu
karena tekanan dari luar seperti GPS dan pembebatan yang terlalu kuat 3) Fat embolism syndrom Fat
embolism syndrom adalah komplikasi serius sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi
karena sel-menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hipertensi, tachypnea, demam. 4) Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk kedalam. biasanya
terjadi pada fraktur terbuka, tapi karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan 5) Avaskuler nekrosis
Aveskuler nekrosi (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan
nekrosis tulang dan diawali dengan adanya volkman’s ischemia. 6) Shock S kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler ymenyebabkan menurunnya oksigenasi.. (Kholid Rosyidi MN, 2013) b.
Komplikasi dalam waktu lama 1) Delayed union Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
(bergabung) sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan suplai darah ke tulang. 2) Nonunion Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan
adanya pergerakan yang berlebihpada siis fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini
juga disebabkan karena aliran darah yang kurang. 3) Malunion penyembuhan tulang ditandai meningkatnya
tingkat kekuatan dan (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
(Kholid Rosyidi MN, 2013) B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas . Pada kasus
klien dengan fraktur biasanya terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan usia di bawah 45 tahun
dan sering berhubungan dengan olahraga,. Sedangkan pada lanjut usia cenderung lebih banyak terjadi
pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon (Ningsih,
2013) b. Status kesehatan ini 1) Keluhan utama Pada umumnya keluhan pada kasus fraktur adalah nyeri
akut. lama penyembuhan mempengaruhi nyeri akut atau kronist (Kholid Rosyidi MN, 2013). 2) Alasan
masuk rumah sakit Pada umumnya klien dengan fraktur dibawa kerumah sakit karena adnya rasa nyeri,
keterbatasan dalam gerak atau aktivitas (M. Asikin M. N., 2016) 3) Riwayat penyakit sekarang Pada
umumnya keluhan pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien d gunakan : a. Provoking Incident : apakah
ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri. b. Quality of pain : seperti aparasa nyeri yang di
rasakan atau di gambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk. c. Region :
radiation,relief : apakah rasa sakit bisa reda, a, dan dimana rasa sakit terjadi. d. Severity (Scale) of pain :
seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, berdasarkan skala nyeri atau klien an seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi fungsinya. e. Time : beberapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari. (Kholid Rosyidi MN, 2013)

41
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 909 Date September 05,2019

Characters 6626 Exclude Url

0
0% 100% 44
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism


Pengkajian riwayat kesehatan diperlukan untuk menghindari komplikasi pada intraoperatif dan
pascaoperatif. Pasien yang mempunyai riwayat hipertensi perlu dikoreksi sebelum pembedahan (Sari,
2013). Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yeng menyebabkan fraktur
patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu peyakit diabetes dengan luka dikaki sangat
terjadi osteomilitis akut maupun kronik 2) Riwayat penyakit keluarga Pada penyakit riwayat keluarga
penyakit tulang merupakan faktor terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik 3) Riwayat pengobatan

42
Biasanya riwayat penggunaan obat-obat sebelumnya biasanya bersamaan dengan penyakit tertentu
seperti obat osteoporosis , obat diabetes, maupun obat untuk kenker tulang d. Pemeriksaan fisik 1)
Keadaan umum a) Kesadaran Baik atau buruknya yang di catat adalah tanda-tanda seperti : a. Kesadaran
penderita : tergantung pada keadaan klien. apatis, sopor, koma, gelisah, komposmenti b. Kesakitan,
keadaan penyakit : a pada kasus fraktur biasanya akut. (Kholid Rosyidi MN, 2013) b) Tanda-tanda vital ada
gangguan baik fungsi maupun bentuk sehingga tidak normal a) Sistem pernafasan I : pernafasan
meningkat, regular atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
P : Pergerakan sama atau simetris, fremitus tidak teraba P : suara sonor, tidak ada suara tambahan
lainnya A: suara nafas normal tidak ada wheezing atau suara tambahan lainnya (Kholid Rosyidi MN, 2013)
b) Sistem kardiovaskular I: tidak tampak ictus cordis P:Nadi meningkat A:Suara s1 dan S2 tunggal tidak
ada mur mur ( c) Sistem persyarafan pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan akan nyeri
hebat akibat respon pembedahan (post op) d) Sistem perkemihan b pada klien fraktur tidak ada gangguan
padasistem perkemihan e) Sistem pencernaan I: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia A: Pristaltik usus
normal P: tidak ada nyeri tekan pada abdomen, hepar tidak teraba. P:suara timpani f) Sistem integument I:
terdapat eritema, odema, dan bengkak P: suhu sekitar trauma meningkat, nyeri tekan (Kholid Rosyidi MN,
2013). g) Sistem musculoskeletal Keterbatasan gerak/kehilangan fungsi motorik pada bagian yang terkena
(dapat segera atau sekunder, akibat pembengkakan/nyeri) h) Sistem endokrin Pada umumnya klien
dengan fraktur tidak memiliki gangguan pada sistem endokrin namun jika di sertai dengan penyakit tertentu
yang berhuhungan dengan riwayat sebelumnya seperti penyakit diabetes dengan luka di kaki maka terjadi
ketidakseimbangan hormon insulin (Ningsih, 2013) i) Sistem reproduksi kli keterbatasan gerak serta rasa
nyeri yang dialami klien, mempengaruhi dalam hunungan seksual shingga klien tidal bisa melakukannya
dan d karenakan rawat inap (Kholid Rosyidi MN, 2013) j) Sistem penglihatan Tidak ada gangguan anemis
pada konjungtiva (Karena tidak terjadi perdarahan). (Kholid Rosyidi MN, 2013) k) Sistem imun memantau
sistem imunisasi dan memberi imunisasi untuk pencegahan penyakit (Kholid Rosyidi MN, 2013) e.
Pemeriksaan penunjang 1) Pemeriksaan radiologi Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan
tulang yang sulit, maka di perlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena
adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan
pemeriksaan penunjang dan hasilnya di baca sesuai dengan permintaan. Hal yang haruus dibaca pada x-
ray : a) Bayangan jaringan lunak b) Tipis tebalnya korteksi akibat reaksi periosteum c) Trobukulasi ada
tidaknya rare fraction d) Sela sendi bentuknya arsitektur Selain fx-ray ada teknik khususnya seperti :di
temukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur tapi pada struktur lain juga
mengalaminya. b) Myelografi : Menggambarkan pembuluh darah dan cabang-cabang saraf spinal di ruang
tulang vertebrae c) Arthrografi : Menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa. d)
Computed Tomografi – Scanning : Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana di
dapatkan suatu struktur tulang yang rusak. Pemeriksaan Laboratorium a) Kalsium serum dan fosfor serum
meningkat pada tahap penyembuhan tulang. b) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang c) Enzim
otot seperti kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase
yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang. 2) Pemeriksaan Lain-lain a) Pemeriksaan
mikroorganisme kultur dan test sensitivitas : Di dapatkan mikroorganisme penyebab infeksi. b) Biopsi
tulang dan otot : Pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan di atas tapi lebih di indikasikan
bilaterjadi infeksi. c) Elektromyografi : Terdapat kerusakan konduksi saraf yang di akibatkan fraktur.
dArthroscopi : Di dapatkanjaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan. e) Indium
Imaging : Pada pemeriksaan ini di dapatkanadanya infeksi pada tulang. f) MRI : Menggambarkan semua
kerusakan akibat fraktur. 1. Prinsip penatalaksanaan tindakan fraktur adalah : a) Reduksi Upaya untuk
memperbaiki fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajaran dan rotasfanatomis ( b) Penatalaksanaan OPEN REDUCTIN AND INTERNAL FIXATION
(ORIF) Open reduction biasanya disertai dengan internal fixation yang bertujuan untuk
menstabilisasi dan mengimobilisasi tulang sehingga dapat memungkinkan terjadinya proses
pemulihan pada tulang yang mengalami fraktur. Internal fixation merupakan prosedur yang
menggunakan alat-alat seperti plat, sekrup, kawat, dan paku. Pemasangan alat-alat dari
logam tersebut tergantung pada tipe fraktur, jenis reduksi yang dilakukan, dan area yang
dipengaruhi oleh fraktur. Internal fixation dilakukan pada patah tulang tertutup yang tidak
stabil, fraktur terbuka, dan fraktur yang disertai cidera jaringan lunak atau pada korban yang
mengalami trauma multiple (Sari, 2013). 2. Penatalaksanaan keperawatan ORIF pasca

43
operasi : Yaitu dengan cara pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien serta
mengajarka latihan ROM pasif dan aktif seperti gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,
bangun, dan berpindah (Palapina Heriana, 2014). Tindakan keperawatan orif pasca operasi
adalah biasannya dibebat dengan EB atau Gips yang bertujuan untuk mengimobilisasi dua
sendi dari tulang yang mengalami fraktur

44
1

Anda mungkin juga menyukai