Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST PERSALINAN

DENGAN TINDAKAN SC

DI SUSUN OLEH :

1. Puput Ayu Puspita (14.401.17.070)


2. Qisy Ayu Andini (14.401.17.071)
3. Reni Anggraini (14.401.17.072)
4. Rifqiatul Magfiroh (14.401.17.073)
5. Rike Tria Noorida (14.401.17.074)
6. Rizsa Ayu Artanivia (14.401.17.075)
7. Sabillilah (14.401.17.076)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia
serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pre dan Post Persalinan dengan tindakan SC” meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga kami berterimakasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang Keperawatan Maternitas. Dan kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna
oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan,
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Krikilan, september 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................................
Daftar isi .........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang....................................................................................................
2. Rumusan Masalah...............................................................................................
3. Tujuan.................................................................................................................
4. Manfaat...............................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR SC
1. Definisi................................................................................................................
2. Etiologi................................................................................................................
3. Patifisiologi.........................................................................................................
4. Klasifikasi...........................................................................................................
5. Penatalaksanaan..................................................................................................
6. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................
7. Komplikasi..........................................................................................................
8. Konsep askep......................................................................................................
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Saat ini operasi Caesar menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun
terakhir angka operasi Caesar meningkat pesat. Operasi ini kadang-kadang terlalu
sering dilakukan sehingga para kritikus menyebutnya sebagai Panacea (obat mujarab)
praktek kebidanan. Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-
obat terutama antibiotik dan tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang
meningkatnya angka operasi Caesar di seluruh dunia (Seno Adjie, 2002). Di
Indonesia angka persalinan caesar di 12 Rumah Sakit pendidikan antara 2,1 % – 11,8
%. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO)
pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan Caesar nasional (Rahwan,2004).
Di Propinsi Gorontalo, khususnya di RS rujukan angka kejadian SC pada tahun 2008
terdapat 35 % dan meningkat menjadi 38 % pada tahun 2009. (Profil Dikes Propinsi,
2009).

2. Rumusan Masalah
a. Jelaskan definisi dari SC ?
b. Sebutkan etiologi dari SC ?
c. Sebutkan patofisiologi dari SC ?
d. Sebut klasifikasi dari SC ?
e. Sebutkan penatalaksanaan medis dari SC ?
f. Sebutkan pemeriksaan penunjang dari SC ?
g. Sebutkan komplikasi dari SC ?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari SC ?
b. Untuk mengetahui etiologi dari SC ?
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari SC ?
d. Untuk mengetahui klasifikasi dari SC ?
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari SC ?

4
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari SC ?
g. Untuk mengetahui komplikasi dari SC ?

4. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Pre dan Post Persalinan dengan SC
b. Manfaat Praktis
 Tenaga keperawatan : 
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien
dengan Pre dan Post persalinan dengan SC
 Mahasiswa :
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada pasien Pre dan Post Persalinan dengan SC

5
BAB II
TINJAUAN TEORISTIS

A. Konsep Dasar SC
1. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &
Wiknjosastro, 2006)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)

2. Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)


Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal

6
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas
f. Kelainan Letak janin
 Kelainan pada letak kepala
 Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
 Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
 Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
 Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,

7
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

3. Patofisiologi

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr


dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta
previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak
lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari
aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang
keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat


regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus.(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).

8
Patway

Insufiensi plasenta sirkulasi uteroplasenta menurun cemas pada janin

Tidak timbul HIS kadar kolestrol menurun

Tidak ada perubahan pada serviks

Kelahiran terlambat

Insisi Post date laktasi

Nyeri Prolaksin meningkat


SC
Produksi ASI meningkat

Hisapan meningkat

Persalinan tidak normal


Menyusui In
efektif

Kurang pengetahuan nifas ( post pembedahan ) estrogen meningkat

Ansietas nyeri penurunan laktasi


Imobilisasi pembendungan laktasi
Resti infeksi

9
4. Klasifikasi
a. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus.
insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini adalah:
 Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak
 Bahaya peritonitis tidak besar
 Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh
lebih sempurna
b. Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang
agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen atas uterus
c. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat
d. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
 Atonia uteri
 Plasenta accrete
 Myoma uteri
 Infeksi intra uteri berat
5. Penatalaksanaan
a. Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
a) Persiapan Kamar Operasi
 Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
 Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi
b) Persiapan Pasien

10
 Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi
 Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
 Perawat member support kepada pasien.
 Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur
dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic)
 Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui
penyakit yang pernah di derita oleh pasien
 Pemeriksaan laboratorium (darah, urine)
 Pemeriksaan USG
 Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi
b. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea
a) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin
(intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa
sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin
 Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan
adalah 50 mg
 Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg
Meperidin
 Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya
diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik
b) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah,
nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus
harus diperiksa
c) Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup
selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun
demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera
di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua
d) Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan
paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari

11
pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah,
dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga
e) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan
dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari
kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan
f) Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif
ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan
kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling
lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan
luka insisi
g) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit
tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang
tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia
h) Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa
nyeri.
i) Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila
diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post
operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan
bayinya dengan bantuan orang lain

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan
c. Magneti resonance imaging (MRI)

12
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht
bila menggunakan pemindaian CT
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi
lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
e. Uji laboratorium
a) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c) Panel elektrolit
d) Skrining toksik dari serum dan urin
e) AGD
f) Kadar kalsium darah
g) Kadar natrium darah
h) Kadar magnesium darah
7. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi
menjadi:
a) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
c) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-
cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru
yang sangat jarang terjadi
d. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptur uteri
Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

8. Konsep Asuhan Keperawatan SC


1. Pengkajian

13
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps
tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register 
, dan diagnosa keperawatan
b. Keluhan utama
Suatu keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus
 Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda
persalinan
 Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien
d. Pola-pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya
 Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya
 Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga

14
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri
 Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema
dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB
 Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

 Pola hubungan dan peran


Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain
 Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
 Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
 Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
 Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
e. Pemeriksaan fisik
 Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
 Leher

15
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
 Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
 Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga
 Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
 Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat
 Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak
 Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
 Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal

2. Diagnosa
a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan  kurangnya pengetahuan ibu
tentang cara menyusui yang bernar
b. Nyeri akut berhubungan dengan  injury fisik jalan lahir
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan  kelelahan sehabis bersalin

16
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan NOC Intervensi NIC
1. Menyusui tidak efektif Setelah diberikan tindakan Health Education:
berhubungan dengan  keperawatan selama 3x24 Berikan informasi mengenai :
kurangnya jam klien menunjukkan
o Fisiologi menyusui
pengetahuan ibu respon breast feeding
tentang cara menyusui adekuat dengan indikator: o Keuntungan menyusui
yang benar 1. klien mengungkapkan
puas dengan kebutuhan o Perawatan payudara

untuk menyusui
o Kebutuhan diit khusus
2. klien mampu
mendemonstrasikan o Faktor-faktor yang
perawatan payudara menghambat proses
menyusui 

1. Ajarkan cara mengeluarkan


ASI dengan benar, cara
menyimpan, cara
transportasi sehingga bisa
diterima oleh bayi

2. Berikan dukungan dan


semangat pada ibu untuk
melaksanakan pemberian
Asi eksklusif
3. Berikan penjelasan tentang
tanda dan gejala bendungan
payudara, infeksi payudara
4. Anjurkan keluarga untuk
memfasilitasi dan
mendukung klien dalam
pemberian ASI
5. Diskusikan tentang
sumber-sumber yang dapat

17
memberikan 
informasi/memberikan
pelayanan KIA

2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
injuri fisik (luka insisi keperawatan selama 3x24 secara komprehensif
operasi) jam diharapkan nteri termasuk lokasi,
berkurang dengan indicator: karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
nyeri (tahu penyebab faktor presipitasi.
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal
menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 3. Kaji kultur yang
mengurangi nyeri, mempengaruhi respon
mencari bantuan) nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Evaluasi pengalaman nyeri
berkurang dengan masa lampau.
menggunakan 5. Evaluasi bersama pasien
manajemen nyeri dan tim kesehatan lain
3. Mampu mengenali nyeri tentang ketidakefektifan
(skala, intensitas, kontrol nyeri masa lampau.
frekuensi dan tanda 6. Kontrol lingkungan yang
nyeri) dapat mempengaruhi nyeri
4. Menyatakan rasa 7. seperti suhu ruangan,
nyaman setelah nyeri pencahayaan dan
berkurang kebisingan.
5. Tanda vital dalam 8. Kurangi faktor presipitasi
rentang normal nyeri.
9. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi.
10. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
3. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan Self Care assistane : ADLs

18
b.d. Kelelahan. keperawatan selama 3x24 1. Monitor kemempuan klien
jam ADLs klien untuk perawatan diri yang
meningkat dengan indicator: mandiri.
1. Klien terbebas dari bau 2. Monitor kebutuhan klien
badan. untuk alat-alat bantu untuk
2. Menyatakan kebersihan diri, berpakaian,
kenyamanan terhadap berhias, toileting dan
kemampuan untuk makan.
melakukan ADLs. 3. Sediakan bantuan sampai
3. Dapat melakukan klien mampu secara utuh
ADLS dengan bantuan. untuk melakukan self-care.
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.

§ 

19
20
21
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

22
23

Anda mungkin juga menyukai