Anda di halaman 1dari 29

PEMANFAATAN BUKU KIA DALAM MENUNJANG KESEHATAN IBU

NIFAS AGAR MENGURANGI TERJADINYA KOMPLIKASI PADA MASA


NIFAS

PROPOSAL PENELITIAN

IDUL DAHLIA

NPM. 1830701023

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2020
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN DENGAN JUDUL:

PEMANFAATAN BUKU KIA DALAM MENUNJANG KESEHATAN IBU


NIFAS AGAR MENGURANGI TERJADINYA KOMPLIKASI PADA MASA
NIFAS

Disusun Oleh:

IDUL DAHLIA

NPM. 1830701023

MENYETUJUI,

Pembimbing I
Pembimbing II

Rahmi Padlilah, SST.,M.Keb Ririn Ariyanti, S.Si.T.,M.Keb

NIP. 198509202019032011 NIP. 19710602198922001

MENGETAHUI,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Sulidah, S.Kep,Ns.,M.Kep
NIP. 196902061999031003

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt. karena atas
limpahan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian kebidanan
yang berjudul “Pemanfaatan Buku KIA dalam Menunjang Kesehatan Ibu Nifas
agar Mengurangi Terjadinya Komplikasi pada Masa Nifas” diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Metode Penelitian Biostatika
Dasar”.

Dalam penyusunan proposal ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak yang dengan tulus memberikan bimbingan, saran, dan kritik yang
tidak ternilai harganya.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna, maka
peneliti berharap dapat menerima kritik serta saran membangun dari para
pembaca guna memperbaiki kesalahan dalam pembuatan proposal penelitian di
kemudian hari.

Juni, 2020

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

COVER

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Penelitian......................................................................3
D. Manfaat Penelitian....................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas................................................................................4
1. Pengertian Masa Nifas..........................................................4
2. Tahapan Masa Nifas.............................................................4
B. Komplikasi Masa Nifas.............................................................4
C. Asuhan Masa Nifas...................................................................16
D. Pemanfaatan Buku KIA............................................................17
E. Kerangka Konsep......................................................................19
F. Hipotesis....................................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian..........................................................................20
B. Rancangan Penelitian................................................................20
C. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................20
D. Populasi.....................................................................................20
E. Sampel.......................................................................................20
F. Kriteria Restriksi Sampel..........................................................21

iv
G. Identifikasi Variabel..................................................................21
H. Definisi Operasional..................................................................21
I. Instrumen Penelitian..................................................................22
J. Analisis Data.............................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................23

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut definisi WHO (World Health Organization) kematian maternal


ialah kematian seorang wanita sewaktu hamil atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab kematian
ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh
komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab yang
lain seperti penyakit jantung, kanker dan lain sebagainya.

Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah


banyak dikupas dan dibahas penyebab serta langkah-langkah untuk
mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah
dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan AKI
seperti diharapkan. Pada oktober yang lalu kita dikejutkan peningkatan dengan
hasil perhitungan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup.Diskusi sudah banyak dilakukandalam rangka
membahas mengenai sulitnya menghitung AKI dan sulitnya menginterprestasi
data AKI yang berbeda-beda dan fluktuasinya kadang drastis [CITATION Eli15 \l
1057 ].

Angka kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya mempunyai
dua sebab pokok yaitu masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab-
musabab dan penanggulangan komplikasikomplikasi penting dalam kehamilan,
persalinan, serta nifas, dan masih kurangnya pengertian dan pengetahuan
mengenai kesehatan reproduksi dan kurang meratanya pelayanan kebidanan
yang baik bagi semua yang hamil [ CITATION Sar091 \l 1057 ].

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa


nifas saat ini di dunia masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap 1 menit di dunia,
seorang ibu meninggal dunia. Dengan demikian dalam 1 tahun ada sekitar

1
600.000 ibu meninggal saat melahirkan. Sedangkan di Indonesia dalam 1 jam
terdapat 2 orang ibu meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan
masa nifas (Kusmardjadi, 2005).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia yaitu akibat perdarahan


(28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6-8 minggu. Sedangkan infeksi nifas adalah infeksi peradangan pada
semua alat genetalia pada masa nifas dimana seorang ibu nifas seringkali
terjadi masalah tanda-tanda bahaya selama masa nifas. Hal ini sangat penting
dan perlu diketahui oleh ibu nifas, sehingga perlunya perawatan nifas yang
intensif.

Perawatan masa nifas merupakan tindakan lanjutan bagi wanita sesudah


melahirkan. Dengan adanya perawatan masa nifas dapat mendeteksi secara dini
adanya suatu komplikasi yang diakibatkan masuknya kuman ke dalam alat
kandungan seperti oksigen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk
dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir).

Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian dari esensial lengkap yang


diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin
pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar
selama kunjungan antenatal/pasca persalinan/bayi baru lahir/saat
penatalaksanaan penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek
asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan,
dan petugas kesehatan lainnya. Juga upaya-upaya untuk menurunkan resiko
terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-
penyakit berbahaya (Saifuddin, 2000).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi faktor penyebab masalah diatas
maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah ada pemanfaatan
dari buku KIA dalam menunjang kesehatan ibu nifas untuk mengurangi
komplikasi pada masa nifas?”

2
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pemanfaatan dari buku KIA dalam menunjang kesehatan ibu
nifas untuk mengurangi komplikasi pada masa nifas
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi ibu dalam masa nifas yang mengalami komplikasi.
b. Mengidentifikasi ibu nifas yang bekerja dengan tidak bekerja dalam
memanfaatkan buku KIA.
c. Menganalisa manfaat dari buku KIA dalam menunjang kesehatan ibu
nifas untuk mengurangi komplikasi pada masa nifas.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan pengetahuan
dalam menganalisa manfaat buku KIA untuk mengurangi komplikasi pada
ibu nifas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti lain agar menambah wawasan dalam melaksanakan
penelitian selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan
kepada tenaga kesehatan khususnya bidan dalam menjelaskan dan
memberikan pengertian yang lebih baik tentang manfaat buku KIA bagi
ibu nifas sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya komplikasi
pada masa nifas.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42
hari. Alat reproduksi akan kembali ke keadaan semula sebelum hamil, sekitar
kurang lebih 60 gram dimulai segera setelah plasenta lahir (Manuaba, 2001).
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari atau masasetelah
beberapa jam plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil [ CITATION Sit09 \l 1057 ].

2. Tahapan Masa Nifas


Tahapan masa nifas antara lain:
1. Puerpurium dini yaitu: kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerpurium intermedial yaitu: kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerpurium yaitu: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
atau tahunan.

4
B. Komplikasi Masa Nifas
Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas (postpartum) yaitu
hipertensi, preeklamsi, infeksi masa nifas dan kelainan psikologis. Salah satu
penyebab kematian masa nifas yang sering terjadi di Kabupaten Banyumas
adalah terjadinya komplikasi masa nifas seperti hipertensi dan pre eklamsi.
Mastitis sebagai salah satu infeksi masa nifas yang sering terjadi sebagai akibat
terjadinya bendungan payudara. Adanya bendungan payudara sebagai dampak
dari ibu nifas yang tidak menyusui. Prevalensi mastitis berdasarkan penelitian
Narenji Sani R, Mahdavi A, Moezifar M. (2015) sebesar 14,7%, dengan
melakukan intervensi kepada domba. Domba dengan paritas multipara paling
berisiko mengalami mastitis dan beratnya infeksi lebih tinggi terjadi pada
musim panas.
Komplikasi masa nifas yang mengalami gejala gangguan psikologis pada
saat kehamilan akan berdampak mengalami depresi postpartum. Berdasarkan
penelitian Falah Hasani, et al (2015) Wanita yang sebelumnya mengalami
gejala gangguan psikologis akan mengalami depresi postpartum sekitar 17-
23%.
Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut.
a. Infeksi nifas
b. Perdarahan dalam masa nifas
c. Infeksi saluran kemih
d. Patologi menyusui

INFEKSI MASA NIFAS


Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan,
biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Pada umumnya disebabkan
oleh bakteri aerob dan anaerob, yaitu:
a. Streptococcus haemolyticus aerobicus
b. Staphylococcus aereus
c. Escherichia coli
d. Clostridium welchii

5
Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan tempat yang baik
uuntuk berkembangnya bakteri. Begitu juga serviks, vulva, vagina dan
perineum yang sering mengalami perlukaan pada persalinan. Semua ini
merupakan tempat masuk/berkembangnya kuman pathogen.
a. Gejala klinis
Infeksi puerperalis di bagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut
1) Infeksi terbatas
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva , vagina, serviks, dan
endometrium.
 Vulvitis→Pada infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perineum
jaringan sekitarnya membengkak, tapi luka menjadi merah dan
bengkak, jahitan mudah lepas, serta luka yang terbuka menjadi ulkus
dan mengeluarkan pus.
 Vaginitis→infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka
vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus, serta getah mengandung nanah yang keluar
dari daerah ulkus. penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya
infeksi tinggal terbatas.
 Servisitis→infeksi serviks sering juga terjadi, tetapi biasanya tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas
dapat langsung ke dasar ligamentum latum sehingga menyebabakan
infeksi menjalar ke parametrium. Gejala klinis yang dirasakan pada
servisitis adalah sebagai berikut.
 Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi
 Kadang perih bila BAK
 Demam dengan suhu badan 390C-400C
2) Infeksi yang menyebar
Penyebaran infeksi ini dapat melalui pembuluh darah, limfe, dan
permukaan endometrium (tromboflebitis, parametritis, salpingitis, dan
peritonitis)

6
 Tromboflebitis→Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan
merupakan penyebab terpenting dari kematian karena infeksi
puerperalis. Radang vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan
infeksi vena-vena golongan 2 disebut tromboflebitis femoralis.
 Tromboflebitis pelvis. Yang sering meradang adalah vena ovarika
karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus
uteri. Penjalaran tromboflebitis pada vena ovarika kiri adalah ke vena
renalis dan dari vena ovarika kanan ke vena kava inferior.
 Tromboflebitis femoralis. Dapat menjadi tromboflebitis vena safena
magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran
tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis
vena femoralis mungkin terjadi karena aliran darah lambat di daerah
lipat paha karena vena tersebut yang tertekan oleh ligamentum
inguinale, juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen meningkat.
 Peritonitis. Infeksi puerperalis melalui saluran getah bening dapat
menjalar ke peritoneum hingga terjadi peritonis atau ke parametrium
menyebabkan parametritis
 Parametritis (cellulitis pelvic). Parametritis dapat terjadi dengan tiga
cara berikut ini.
 Melalui robekan serviks yang dalam.
 Penjalaran endometritis atau luka serviks yang terinfeksi melalui
saluran getah bening
 Sebagai lanjutan tromboflebitis pelvis
Jika terjadi infeksi parametrium, timbullah pembengkakan yang mula-
mula lunak, tetapi kemudian menjadi keras kembali dengan gejala klinis
sebagai berikut:
 Uterus agak membesar dan lembek
 Nyeri pada perabaan
 Suhu tubuh 39 oC-40 0C
 Nadi cepat dan menggigil
 Lochea banyak dan berbau

7
b. Penatalaksanaan
Disamping pemberian antibiotic dalam pengobatan infeksi
puerperalis masih diperlukan beberapa tindakan khususuntuk
mempercepat penyembuhan infeksi tersebut.
1) Penatalaksanaan luka perineum, vulva, dan vagina
Luka menjadi nyeri, merah, dan bengkak. Jika terjadi infeksi
luka luar, maka biasanya jahitan diangkat supaya ada drainase
getah-getah luka atau lakukan kompres.
2) Penatalaksanaan endometrisis
Pasien sebisa mungkin di isolasi, tapi bayi boleh terus menyusu
pada ibunya. Untuk kelancaran pengeluaran lochea, pasien boleh
diletakakan dalam posisi fowler dan di beri uterostonica serta di
anjurkan banyak minum.
3) Penatalaksanaan tromboflebitis pelvis dan femoralis
Tujuan terapi pada tromboflebitis adalah sebagai berikut.
 Mencegah emboli
 Mengurangi akibat-akibat tromboflebitis (edema kaki yang
lama, perasaan nyeri ditungkai)
 Pengobatan dengan antikoagulan (heparin, dicumarol)
bermaksud untuk mengurangi terjadinya thrombus dan
mengurangi bahaya emboli.
4) Penatalaksanaan peritonitis
Antibiotic di berikan dengan dosis yang tinggi. Untuk
menghilangkan gembung perut di beri obat miller tube. Cairan di
beri perinfus, transfusi darah, dan oksigen juga baik. Pasien diberi
obat sedative untuk menghilangkan rasa nyeri. Makanan dan
minuman di berikan setelah ada flatus.
5) Penatalaksanaan parametritis
Pasien di beri antibiotic dan jika terdapat fluktuasi perlu
dilakukan incise di atas lipat paha atau pada cavum dauglasi.

PERDARAHAN DALAM MASA NIFAS

8
Penyebab perdarahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut.
1. Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabakan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu di sebabkan oleh sisa
plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak
lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri.
Potongan-potongan plasenta yang ketinggalan tanpa diketahui
biasanya menimbulkan perdarahan postpartum lambat.
Terapi
Dengan perlindungan antibiotic sisa plasenta di keluarkan secara
digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai
suhu turun dengan pemberian antibiotic dan 3-4 hari kemudian rahim di
bersihkan, namun jika perdarahan banyak, maka rahim segera di
bersihkan walaupun ada demam.
2. Endometritis puerperalis
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan
bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang
terdiri atas keeping-keping nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah
yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan yang banyak terdapat
leukosit-leukosit.perdarahan biasanya tidak banyak,pengobatannya di
beri obat antibiotic.
3. Perdarahan oleh sebab-sebab fungsional
Hal yang termasuk perdarahan oleh sebab-sebab fungsional antara
lain sebagai berikut.
 Perdarahan karena hyperplasia glandularis yang dapat terjadi yang
berhubungan dengansiklus anovulatoris dalam nifas
 Perubahan dinding pembuluh darah. Pada golongan ini tidak
ditemukan sisa plasenta, endometritis, ataupun luka.
4. Perdarahan karena luka

9
Kadang-kadang robekan serviks atau robekan rahim tidak didiagnosis
sewaktu persalinan, karena perdarahan pada waktu itu tidak menonjol.
Beberapa hari setelah postpartum dapat terjadi perdarahan yang banyak.

INFEKSI SALURAN KEMIH


Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini
di hubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung
kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering,
kontaminasi kuman dan perineum, atau kateterisasi yang sering.
Sistitis biasanya memberikan gejala berupa nyeri berkemih (disuria),
sering berkemih, dan tak dapat menahan untuk berkemih. Demam biasanya
jarang terjadi. Adanya retensi urine pascapersalinan umumnya merupakan
tanda adanya infeksi.
Pielonefritis memberikan gejala yang lebih berat, demam, menggigil,
serta perasaan mual dan muntah. Selain disuria, dapat juga terjadi piuria dan
hematuria.
Pengobatan
Antibiotik yang terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamide,
trimetoprim, sulfametoksazol, atau sefalosporin. Banyak penelitian yang
emlaporkan resistensi mikrobakterial terhadap golongan penisilin
Pielonefritis membutuhkan penanganan yang lebih awal, pemberian dosis
awal antibiotic yang tinggi secara intravena, misalnya sefalosporin 3-6
gram/hari dengan atau tanpa aminoglikosida. Sebaiknya juga dilakukan
kultur urine.

PATOLOGI MENYUSUI
Masalah menyusui pada umumnya terjadi dalam dua minggu pertama
masa nifas. Pada masa ini, pengawasan dan perhatian petugas kesehatan
sangat diperlukan agar masalah menyusui dapat segera ditanggulangi,
sehingga tidak menjadi penyulit atau menyebabkan kegagalan menyusui.

MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI

10
Berikut ini adalah masalah-masalah yang biasanya terjadi dalam
pemberian ASI.
1. Puting susu lecet
Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita
kelecetan pada puting.
a. Penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut.
 Kesalahan dalam tekhnik menyusui, bayi tidak menyusui sampai
areola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusu pada
puting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit, karena gusi
bayi tidak menekan pada sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya
akan menjadi nyeri/kelecetan pada putting susu.
 Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
 Akibat dari pemakaian sabun, olkohol,krim,atau zat iritan lainnya
untuk mencuci putting susu.
 Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingue), sehingga
menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke kalang payudara dan
isapan hanya pada puting susu saja.
 Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui
dengan kurang hati-hati.
b. Penatalaksanaan
 Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal
yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menghindari tekanan lokal pada
puting, maka posisi menyusu harus sering di ubah. Untuk puting
yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui. Di samping itu, kita harus yakin bahwa tekhnik
menyusui yang digunakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai
ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak,
ASI dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan
dengan sendok, gelas, dan pipet.
 Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan,
tetapi di angin-anginkan sebentar agar melembutkan puting
sekaligus sebagai anti infeksi.

11
 Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk
membersihkan payudara.
 Pada puting susu bisa di bubuhkan minyak lanolin atau minyak
kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu.
 Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara
tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak
menyusu terlalu rakus.
 Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat
menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala
moniliasis dapat diberikan nistatin.
c. Pencegahan
 Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, atau
zat-zat iritan lainnya.
 Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi
selesai menyusu, tidak dengan memaksamenarik puting, tetapi
dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingking
yang bersih ke mulut bayi.
 Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai
kekalang payudara dan menggunakan kedua payudara.

2. Payudara bengkak
Berikut ini akan dijelaskan mengenai terjadinya pembengkakan
payudara pada ibu di masa nifas.
a. Penyebab
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan
adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini
sering terjadi pada hari ketiga atau ke empat sesudah melahirkan.
Statia pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen
pada payudara, sehingga tekanan pada seluruh payudara meningkat.
Akibatnya, payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri.

12
Kemudian di ikuti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan let
down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula putinh yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus.
b. Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit di
susui oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih
datar dan sulit di hisap oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih
mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh
karena itu, sebelum di susukan pada bayi, ASI harus diperas dengan
tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak,
sehingga bayi lebih mudah menyusu.
c. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudara nya
bengkak adalah sebagai berikut.
 Masase payudara dan ASI di peras dengan tangan sebelum
menyusui.
 Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri. Bisa dilakukan selang-seling dengan
kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
 Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena
untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
d. Pencegahan
 Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
pembengkakan pada payudara adalah sebagai berikut.
 Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
 Susukan bayi tanpa jadwal.
 Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi.
 Melakukan perawatan pasca persalinan secara teratur.

3. Saluran susu tersumbat

13
Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala,
penatalaksanaan, dan pencegahan saluran susu yang tersumbat.
a. Penyebab
Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah
sebagai berikut.
 Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui.
 Pemakaian bra yang terlalu ketat.
 Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera
dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan.
b. Gejala
Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut.
 Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak
pada perabaan.
 Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri
dan bengkak yang terlokalisir.
c. Penatalaksanaan
Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehingga benar-
benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara
(mastitis).
Adapun cara untuk merawat payudara adalah sebagai berikut.
 Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase
serta kompres panas dan dingin secara bergantian.
 Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali
selesai menyusui.
 Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
d. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan agar payudara tidak tersumbat
adalah sebagai berikut.
 Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur, untuk
menghindari terjadinya statis aliran ASI.
 Posisi menyusui yang diubah-ubah.

14
 Mengenakan bra yang menyangga, bukan yang menekan.

4. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara.
a. Penyebab
Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut.
 Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya
terjadi mastitis.
 Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak.
 Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika
tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis.
 Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah
terkena infeksi.
b. Gejala
Gejala-gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut.
 Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri lokal.
 Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
 Payudara keras dan berbenjol-benjol.
 Panas badan dan rasa sakit umum.

5. Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara
merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini di sebabkan
karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
a. Gejala
Gejala yang dirasakan oleh ibu dengan abses payudara adalah
sebagai berikut.
 Ibu tampak lebih parah sakitnya.
 Payudara lebih merah dan mengkilap.

15
 Benjolan lebh lunak karena berisi nanah, sehingga perlu di inisiasi
untuk mengeluarkan nanah tersebut.
b. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan abses payudara adalah sebagai
berikut.
 Tekhnik menyusui yang benar.
 Kompresi air hangat dan dingin.
 Terus menyusui pada pasien mastitis.
 Susukan dari yang sehat.
 Senam laktasi.
 Rujuk.
 Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotik bila abses bertambah.
 Bila terjadi abses, menyusui dihentikan, tetapi ASI tetap dikeluarkan.

C. Asuhan Masa Nifas


Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan [ CITATION Kem07 \l 1057 ].
Di dalam standar kompetensi bidan dijelaskan bahwa bidan memberikan
asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap
budaya setempat. Asuhan masa nifas difokuskan pada upaya pencegahan
infeksi dan menuntut bidan untuk memberikan asuhan kebidanan tingkat tinggi
[ CITATION JAl07 \l 1057 ].
Asuhan yang diberikan kepada ibu bertujuan untuk [ CITATION Ari09 \l 1057 ]:
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi;
b. Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu;
c. Merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu;
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk;

16
e. mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga;
f. Imunisasi ibu terhadap tetanus;
g. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak;
h. Serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas, antara lain [ CITATION
Ari09 \l 1057 ] :

a. Teman terdekat sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapai saat-


saat kritis masa nifas;
b. Pendidikan dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan
keluarga;
c. Pelaksana asuhan kepada kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penanganan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi
masa nifas.

Pada asuhan masa nifas secara spesifik bidan mempunyai tanggung jawab
sebagai berikut[CITATION HVa08 \l 1057 ] :

a. Melakukan evaluasi kontinu dan penatalaksanaan perawatan kesejahteraan


wanita;
b. Memberikan bantuan pemulihan dari ketidaknyamanan fisik;
c. Memberikan bantuan dalam menyusui;
d. Memfasilitasi pelaksanaan peran sebagai orang tua;
e. Melakukan pengkajian bayi selama kunjungan rumah;
f. Memberikan pedoman antisipasi dan instruksi;
g. Melakukan penapisan kontinu untuk komplikasi puerperium.

D. Pemanfaatan Buku KIA


Buku KIA merupakan buku yang berisi catatan kesehatan ibu dan anak yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak melalui upaya mendeteksi secara dini adanya masalah
kesehatan ibu dan anak [ CITATION Wiw18 \l 1057 ].

17
Pelayanan kebidanan yang awalnya hanya menunggu terjadinya komplikasi
pencegahan komplikasi tentunya tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
ditindaklanjuti dengan menyiapkan peran ibu dan keluarga dalam menghadapi
proses yang terjadi sepanjang siklus kehidupan wanita (continum care of life
woman cycle) (PP IBI, 2016). Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk
menyiapkan peran tersebut yaitu dengan pemanfaatan buku KIA untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat melalui peningkatan pengetahuan ibu dan
keluarga tentang informasi menggunakan buku KIA (Sugihantono, 2014).
Kematian ibu dapat terjadi pada masa kehamilan, bersalin dan masa nifas
dengan penyebab kematian yang paling sering terjadi yaitu adanya komplikasi
preeklampsi, perdarahan dan infeksi [ CITATION Wik10 \l 1057 ] . Sementara itu,
kematian yang terjadi pada ketiga periode tersebut sering disebabkan karena
adanya bahaya dan komplikasi karena kurangnya pengetahuan untuk
mengenali bahaya komplikasi yang terjadi serta mengatasi komplikasi tersebut.
Pengetahuan untuk mengenali tanda bahaya dan komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan nifas merupakan hal yang sangat penting bagi ibu
dan keluarga. Hal ini sering berkaitan dengan keterlambatan untuk mengenali
dan mengatasi tanda bahaya dan komplikasi yang terjadi pada ibu hamil,
bersalin dan ibu nifas.
Data menunjukkan bahaya/komplikasi preeklampsi dalam kehamilan
menduduki urutan pertama yaitu 34%. Data ini sangat erat kaitannya dengan
pencapaian cakupan indikator pelayanan KIA. Seperti diuraikan oleh
Kemenkes RI (2016) bahwa saat ini masih terdapat gap antara cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan (96%) dengan cakupan kunjungan nifas
(90%).
Data tersebut menunjukkan apabila jumlah cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan tidak sama dengan cakupan kunjungan nifas, maka kemungkinan
terjadinya komplikasi di masa nifas akan tinggi, atau infeksi nifas yang tidak
terkontrol oleh penolong persalinan tenaga kesehatan. Artinya semakin lebar
jarak persalinan dengan kunjungan nifas, maka risiko terjadinya kematian ibu
semakin besar (Kemenkes, 2017). Data lainnya juga memaparkan bahwa
pelayanan paska persalinan yang baik sangat penting, karena sebagian besar

18
kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi pada dua hari pertama dan pelayanan
paska persalinan diperlukan untuk menangani komplikasi setelah persalinan
(UNICEF, 2012).
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut sebenarnya dapat
dilakukan sejak dini yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat melalui
penyiapkan ibu dan keluarga. Hal ini dilakukan agar keluarga memiliki
pengetahuan yang memadai tentang proses dan kemungkinan masalah yang
akan terjadi selama masa kehamilan, persalinan, nifas bayi baru lahir dan
tumbuh kembang balita. Salah satu upaya yang dapat ditempuh yaitu melalui
pemanfaatan buku KIA (Sugihantono, 2014).
Dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Farida mengenai determinan
pemanfaatan buku KI menyatakan ibu primigravida lebih sering memanfaatkan
buku KIA. Hal tersebut dikarenakan ibu yang baru pertama kali mealui proses
hamil, bersalin, dan nifas akan mencaritahu hal-hal mengenai dirinya serta
bayinya dan berusaha memahami fungsi dan manfaat buku KIA sebagai
pedoman dalam kesehatan maternitasnya, karena ibu meyakini bila manfaat
dan fungsi dari buku KIA sangat baik, maka ibu akan memilih untuk selalu
membawa buku tersebut ketika pemeriksaan, berusaha membaca dan
memahami isi bukunya dan selalu menjaganya (Farida, 2015).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Napitupulu, dkk mengenai
pemanfaatan buku KIA, persentase pemanfaatan buku KIA oleh ibu yang
banyak bekerja lebih besar dibandingkan oleh ibu yang tidak bekerja [ CITATION
The18 \l 1057 ]. Hal tersebut dapat terjadi karena dengan bekerjar maka
seseorang akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang akan mendorong bahkan
mempengaruhi perilaku seseorang [ CITATION Wah07 \l 1057 ].

E. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2005) untuk memudahkan alur penelitian maka


harus dibuat kerangka konsep penelitian. Adapun skema kerangka konsep
dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

19
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “komplikasi pada masa nifas dapat
terjadi pada ibu nifas yang kurang pengetahuan akan bahaya serta cara
pencegahan komplikasi masa nifas”

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu suatu metode yang
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya

20
tanpa melakukan analisis analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum (Sugiono, 2009).

B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dimana faktor-faktor resiko
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat/point time approach (Notoatmodjo, 2005).

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sebengkok Kecamatan Tarakan
Tengah. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni
Tahun 2020.

D. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti
tersebut (Notoatmodjo, 2005) populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
nifas yang memiliki buku KIA di Puskesmas Sebengkok Kelurahan Tarakan
Tengah pada bulan Mei sampai dengan Juni tahun 2020.

E. Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan 30 sampel sebagai syarat minimal sampel yang datanya
akan dianalisis secara statistika dengan analisis bivariant. Analisis bivariant
merupakan analisis yang melibatkan sebuah variabel dependen dan sebuah
variabel independen (Bhisma Murti, 1994)

21
F. Kriteria Restriksi Sampel
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani lembar
persetujuan.
b. Ibu nifas yang memiliki buku KIA.
2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Tidak bersedia mengikuti penelitian
3. Kriteria pengunduran:
a. Ibu nifas yang mengundurkan diri dari penelitian.

G. Identifikasi Variabel
1. Variabel terikat (dependent) yaitu komplikasi pada ibu nifas yang tidak
mengetahui pemanfaatan buku KIA.
2. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan ibu nifas tentang
pemanfaatan buku KIA.

H. Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel yang diteliti adalah :
1. Sikap ibu nifas tentang pemanfaatan buku KIA adalah reaksi atau respon
dari responden tentang pemanfaatan buku KIA. Skala ukur adalah ordinal.
Kriteria objektif:
a. Positif : jika skor jawaban >50
b. Negatif : jika skor jawaban ≤50
(Azwar, 2014)
2. Pengetahuan tentang pemanfaatan buku KIA adalah kemampuan responden
untuk mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan
dengan pemanfaatan buku KIA. Skala ukur adalah ordinal.
Kriteria objektif
a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 76–100%
b. Pengetahuan cukup: jika skor jawaban benar 56%-75%
c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar <56%

22
(Nursalam, 2013)

I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu
kuesioner tentang pengetahuan ibu nifas terhadap pemanfaatan buku KIA yang
terdiri atas 20 pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban benar atau salah.

J. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan disusun dalam tabel kontigensi
ukuran 2 x 2 kemudian dihitung berapa Relatif Risk (RR). Setelah itu data diuji
dengan metode statistik uji chi square untuk mengetahui seberapa besar
pemanfaatan buku kia dalam menunjang kesehatan ibu nifas agar mengurangi
terjadinya komplikasi pada masa nifas dengan tingkat signifikansi (p).

DAFTAR PUSTAKA

23
Alexander, J., Roth, C. & Levy, V., 2007. Praktik Kebidanan: Riset dan Isu. Alih
bahasa Devi Yulianti. Jakarta: EGC.

Elisabeth, 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Jakarta: Penerbit
Pustaka Baru Press.

Kemenkes RI, 2007. Standar Kompetensi Bidan. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Mintarsih, W., 2018. REPLIKASI KEGIATAN PEMANFAATAN BUKU KIA


MELALUI PENDAMPINGAN MAHASISWA DAN KADER
KESEHATAN. Jurnal Ilmiah Bidan, III, pp.1-10.

Mubarak, W., 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Napitupulu, T.F. et al., 2018. Gambaran Pemanfaatan Buku KIA dan Pengetahuan
Ibu Hamil Mengenai Tanda Bahaya Kehamilan. Jurnal Kesehatan
Vokasional, III, pp.17-22.

Saleha, S., 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi Offset.

Varney, H., Jan, M.K. & Gegor, L., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
(2). Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

24

Anda mungkin juga menyukai