Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Juni 2020

HEMOTHORAKS

Oleh:
Wialda Dwi Rodyah.S
111 2018 2112
Pembimbing :
dr. Abdul Syukur Kuddus, Sp.B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020

LEMBAR PENGESAHAN

1
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Wialda Dwi Rodyah.S

Stambuk :111 2018 2112

Judul : Hemothoraks

Hari Tanggal : Juni 2020

Telah menyelesaikan Tugas Ilmiah dalam rangka kepaniteraan klinik pada

Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Juni 2020

Supervisor Pembimbing,

(dr.Abdul Syukur Kuddus, Sp.B)

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka refarat ini

dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu

tercurah pada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta para

keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti ajaran

beliau hingga akhir zaman.

Referat yang berjudul Hemothoraks ini disusun sebagai persyaratan

untuk memenuhi kelengkapan bagian. Penulis mengucapkan rasa

terimakasih sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan,

baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan karya

tulis ilmiah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut

penulis sampaikan kepada dr.Abdul Syukur Kuddus sebagai pembimbing

dalam penulisan referat ini.

Penulis menyadari bahwa refarat ini belum sempurna, untuk saran

dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan

penulisan refarat ini. Terakhir penulis berharap, semoga laporan kasus ini

dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi

pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Makassar, Juni 2020

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura.

Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau

pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya rongga

potensial. Perdarahan ke dalam rongga pleura dapat menghasilkan

cedera ekstrapleura atau intrapleura. Perdarahan dapat berasal dari

pembuluh darah sistemik maupun pembuluh darah paru. Pada trauma,

yang tersering perdarahan berasal dari arteri interkostalis dan arteri

mammaria interna1,2

Akumulasi darah dalam dada, atau hemothoraks adalah masalah

yang relatif umum, paling sering akibat cedera untuk intrathoraks struktur

atau dinding dada. Hem0thoraks yang tidak berhubungan dengan trauma

jarang terjadi dan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab. Identifikasi

dan pengobatan traumatik hemothoraks adalah bagian penting dari

perawatan pasien yang terluka.2

Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan

pada saat yang sama, menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada

tetap, luka harus ditutup dengan harapan bahwa adanya tekanan

intrathoracic akan menghentikan perdarahan. Jika efek yang diinginkan

tercapai, luka dapat dibuka kembali beberapa hari kemudian untuk


2
evakuasi tetap beku darah atau cairan serosa.

4
Hemotoraks akut yang cukup banyak yang terlihat pada foto toraks,

sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada

tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko

terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai

dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Walaupun banyak faktor

yang berperan dalam memutuskan perlunya indikasi operasi pada

penderita hemotoraks, status fisiologi dan volume darah yang keluar dari

selang dada merupakan faktor utama. Oleh karena itu, penting bagi kita

untuk mengetahui dan memahami tentang penyebab, penegakan

diagnosis, serta penatalaksanaan pasien hemothoraks.1,2

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Fisiologi Organ

Gambar 1. Anatomi paru-paru

Anatomi

Setiap paru berada di dalam rongga yang dikelilingi oleh pleura.

Pleura adalah membran serosa yang mengelilingi paru-paru. Pleurae

kanan dan kiri, yang meliputi paru-paru kanan dan kiri, masing-

masing, dipisahkan oleh mediastinum. Pleurae terdiri dari dua

lapisan. Pleura visceral adalah lapisan yang terhubung langsung

paru-paru dan meluas ke dalam dan melapisi celah paru. Sebaliknya,

pleura parietalis adalah lapisan luar yang menghubungkan ke dinding

toraks, mediastinum, dan diafragma. Pleura viseral dan parietal

terhubung satu sama lain di hilus. Di antara lapisan viseral dan

parietal terdapat rongga pleura. 3,4

6
Pleura melakukan dua fungsi utama yaitu menghasilkan cairan

pleura dan menciptakan rongga yang memisahkan organ utama.

Cairan pleura disekresikan oleh sel mesothelial dari kedua lapisan

pleura dan bertindak untuk melumasi permukaannya. Pelumasan ini

mengurangi gesekan antara dua lapisan untuk mencegah trauma

saat bernafas, dan menciptakan tegangan permukaan yang

membantu mempertahankan posisi paru-paru terhadap dinding

toraks. Karakteristik adhesif dari cairan pleura ini menyebabkan paru-

paru membesar ketika dinding toraks mengembang selama ventilasi,

memungkinkan paru-paru mengisi dengan udara. Pleurae juga

menciptakan pembagian antara organ utama yang mencegah

gangguan karena pergerakan organ.3,4

Fisiologi Pernapasan 4

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih

tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja

mekanik otot-otot. Seperti yang telah diketahui, dinding toraks

berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks

bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat

kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat

sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis

eksternus mengangkat iga-iga.

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif

akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot

7
interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung

diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan

volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini

meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.

Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik,

sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan

tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi.

Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi

gas-gas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya

kurang dari 0,5 μm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini

adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan

parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya

sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di

alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan

sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi

berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara

dalam ruangan sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air.

Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang

jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam

alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir.

Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan

oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-

kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini

8
menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup

cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru,

udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium

mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu

kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya

hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama.

Setiap kegagalan atau hambatan dari rantai mekanisme tersebut

akan menimbulkan gangguan pada fungsi pernapasan, berarti

berakibat kurangnya oksigenasi jaringan tubuh. Hal ini misalnya

terdapat pada suatu trauma pada thoraks. Selain itu maka

kelainankelainan dari dinding thoraks menyebabkan terganggunya

mekanisme inspirasi/ekspirasi, kelainan-kelainan dalam rongga

thoraks, terutama kelainan jaringan paru, selain menyebabkan

berkurangnya elastisitas paru, juga dapat menimbulkan gangguan


4
pada salah satu/semua fungsi-fungsi pernapasan tersebut.

2.2. Definisi

Hemotoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber

berasal dari darah yang berada pada dinding dada, parenkim paru –

paru, jantung atau pembuluh darah besar. kondisi ini biasanya

konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga merupakan

komplikasi dari beberapa penyakit.2,3

Hemathothoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah

pada rongga thoraks akibat trauma tumpul atau tembus pada dada.

9
Hemathothoraks biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab

lainnya adalah pecahnya sebuah pembuluh darah atau kebocoran

aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan darahnya ke rongga

pleura.5

2.3. Etiologi

Penyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka

penetrasi pada paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding

dada. Trauma tumpul pada dada juga dapat menyebabkan

hematothoraks karena laserasi pembuluh darah internal. Penyebab

hematothoraks antara lain:2

 Penetrasi pada dada

 Trauma tumpul pada dada

 Laserasi jaringan paru

 Laserasi otot dan pembuluh darah intercostal

 Laserasi arteri mammaria interna

Secara umum, penyebab terjadinya Hemotoraks adalah sebagai

berikut: 2,3

a. Traumatis

- Trauma tumpul.

- Penetrasi trauma (Trauma tembus, termasuk iatrogenik).

b. Nontraumatic atau spontan

- Neoplasia (primer atau metastasis).

- Diskrasia darah, termasuk komplikasi antikoagulasi.

10
- Emboli paru dengan infark.

- Robek adhesi pleura berkaitan dengan pneumotorax spontan.

- Bullous emfisema.

- Tuberkulosis.

- Paru atriovenosa fistula.

- Nekrosis akibat infeksi.

- Telangiektasia hemoragik herediter.

- Kelainan vaskular intratoraks non pulmoner.

- Sekuestrasi inralobar dan ekstralobar.

- Patologi abdomen.

Hemothoraks massif lebih sering disebabkan oleh luka tembus

yang merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada

hilus paru.

2.4. Patofisiologi

Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke areal pleura

(antara pleura viseralisdan pleura parietalis). Biasanya disebabkan

oleh trauma tumpul atau trauma tajam pada dada, yang

mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada

bagian dalam atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan

mengakibatkan darah mengalir ke dalam rongga pleura, yang akan

menyebabkan penekanan pada paru. 6,7

Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau

A. mamaria interna. Rongga hemitoraks dapat menampung 3liter

11
cairan, sehingga pasien hematotoraks dapat syok berat (kegagalan

sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata, oleh karena

perdarahan masif yang terjadi terkumpul di dalam rongga toraks. 7

Pendarahan di dalam rongga pleura dapat terjadi dengan hampir

semua gangguan dari jaringan dada di dinding dan pleura atau

struktur intrathoracic. Respon fisiologis terhadap perkembangan

hemothorax diwujudkan dalam 2 area utama: hemodinamik dan

pernafasan. Tingkat respon hemodinamik ditentukan oleh jumlah

dan kecepatan kehilangan darah.7

Perubahan hemodinamik bervariasi tergantung pada jumlah

perdarahan dan kecepatan kehilangan darah. Tanda-tanda

signifikan dari shock dengan tanda-tanda perfusi yang buruk terjadi

dengan hilangnya volume darah 30% atau lebih (1500-2000 mL).

Perdarahan dapat terjadi tanpa bukti eksternal dari kehilangan

darah.

Efek pendesakan dari akumulasi besar darah dalam rongga

pleura dapat menghambat gerakan pernapasan normal. Dalam

kasus trauma, kelainan ventilasi dan oksigenasi bisa terjadi,

terutama jika berhubungan dengan luka pada dinding dada. Sebuah

kumpulan yang cukup besar darah menyebabkan pasien mengalami

dyspnea dan dapat menghasilkan temuan klinis takipnea. Volume

darah yang diperlukan untuk memproduksi gejala pada individu

tertentu bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk organ

12
cedera, tingkat keparahan cedera, dan cadangan paru dan jantung

yang mendasari.

Dispnea adalah gejala yang umum dalam kasus-kasus di mana

hemothorax berkembang dengan cara yang membahayakan, seperti

yang sekunder untuk penyakit metastasis. Kehilangan darah dalam

kasus tersebut tidak akut untuk menghasilkan respon hemodinamik

terlihat, dan dispnea sering menjadi keluhan utama. 6,7

Darah yang masuk ke rongga pleura terkena gerakan diafragma,

paru-paru, dan struktur intrathoracic lainnya. Hal ini menyebabkan

beberapa derajat defibrination darah sehingga pembekuan tidak

lengkap terjadi. Dalam beberapa jam penghentian perdarahan, lisis

bekuan yang sudah ada dengan enzim pleura dimulai. 7

Lisis sel darah merah menghasilkan peningkatan konsentrasi

protein cairan pleura dan peningkatan tekanan osmotik dalam

rongga pleura. Tekanan osmotik tinggi intrapleural menghasilkan

gradien osmotik antara ruang pleura dan jaringan sekitarnya yang

menyebabkan transudasi cairan ke dalam rongga pleura. Dengan

cara ini, sebuah hemothorax kecil dan tanpa gejala dapat

berkembang menjadi besar dan gejala efusi pleura berdarah. 7

Dua keadaan patologis yang berhubungan dengan tahap

selanjutnya dari hemothorax adalah empiema dan fibrothorax.

Empiema hasil dari kontaminasi bakteri pada hemothorax. Jika tidak

13
terdeteksi atau tidak ditangani dengan benar, hal ini dapat

mengakibatkan syok bakteremia dan sepsis.

Fibrothoraks terjadi ketika deposisi fibrin berkembang dalam

hemothoraks yang terorganisir dan melingkupi baik parietal dan

permukaan pleura viseral. Proses adhesive ini menyebkan paruparu


6
tetap pada posisinya dan mencegah dari berkembang sepenuhnya.

Gambar 2. Skema Patofisiologi Trauma Toraks

2.5. Klasifikasi

Pada orang dewasa secara teoritis hemothoraks dibagi dalam 3

golongan, yaitu: 8

a. Hemothoraks ringan

• Jumlah darah kurang dari 350 cc

• Darah biasanya terabsorbsi secara spontan dengan

tatalaksana konservatif

14
• Jarang dilakukakan thorakosintesiscessary

b. Hemothoraks sedang

• Jumlah darah 350 cc – 1500 cc

• Thorakosintesis drainase dengan selang WSD biasanya

diperlukan

c. Hemothoraks berat

• Jumlah darah lebih dari 1500 cc

• Dimasukkan dua drainase karena satunya mungkin tersumbat

akibar bekuan darah

• Diperlukan tindakan thoracotomy untuk mencegah

perdarahan

a b c

Gambar 3. Klasifikasi hemotoraks a. Ringan b. Sedang c. Berat

15
2.6. Gejala Klinis

Adapun tanda dan gejala adanya hemotoraks dapat bersifat

simptomatik namun dapat juga asimptomatik. Asimptomatik

didapatkan pada pasien dengan hemothoraks yang sangat minimal

sedangkan kebanyakan pasien akan menunjukan gejala yang

diantaranya:7,9

 Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada

 Tanda-tanda shok seperti hipotensi, dan nadi cepat, pucat, akral

dingin

 Tachycardia

 Dyspnea

 Hypoxemia

 Anxiety (gelisah)

 Cyanosis

 Anemia

 Deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena

 Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama

 Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena

 Dullness pada perkusi

 Adanya krepitasi saat palpasi.

Penegakkan diagnosis hemothoraks berdasarkan pada data yang

diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

16
penunjang. Dari anamnesa didapatkan penderita hemothoraks

mengeluh nyeri dada dan sesak napas yang mungkin sifatnya

progresif. Pada pemeriksaan fisik dari inspeksi biasanya ditemukan

gerakan napas tertinggal atau adanya pucat karena perdarahan

kecuali hemothoraks akibat trauma. Pada perkusi didapatkan pekak

pada hemithoraks, dengan batas ICS tergantung pada jumlah darah

yang terdapat di rongga thoraks. Pada palpasi didapatkan vocal

fremitus yang menurun. Pada auskultasi didapatkan bunyi napas

menurun atau bahkan menghilang6,10

Respon tubuh dengan adanya hemothoraks dimanifestasikan

dalam 2 area mayor: 11

a. Respon hemodinamik

Respon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah

perdarahan yang terjadi. Tandatanda shock seperti takikardi,

takipnea, dan nadi yang lemah dapat muncul pada pasien yang

kehilangan 30% atau lebih volume darah.

b. Respon respiratori

Akumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan

napas. Pada kasus trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan

oksigenasi, khususnya jika terdapat injuri pada dinding dada.

Akumulasi darah dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan

dispnea.

2.7. Pemeriksaan Penunjang

17
Pemeriksaan penunjang untuk diagnostik, diantaranya: 5,7,11

 Chest x-ray: adanya gambaran hipodense pada rongga pleura

di sisi yang terkena dan adanya mediastinum shift. Chest x-ray

sebagi penegak diagnostik yang paling utama dan lebih sensitif

dibandingkan lainnya.

Gambar 4. Chest xray Hemotoraks Kanan

 CT Scan: diindikasikan untuk pasien dengan hemothoraks yang

untuk evaluasi lokasi clotting (bekuan darah) dan untuk

menentukan kuantitas atau jumlah bekuan darah di rongga

pleura.

Gambar 5. CT-scan Hemotoraks

18
 USG: USG yang digunakan adalah jenis FAST dan

diindikasikan untuk pasien yang tidak stabil dengan hemothoraks

minimal.

Gambar 6. USG toraks pada pasien Hemotoraks

 Nilai BGA: Hipoksemia mungkin disertai hiperkarbia yang

menyebabkan asidosis respiratori. Saturasi O2 arterial mungkin

menurun pada awalnya tetapi biasanya kembali ke normal dalam

waktu 24 jam.

 Cek darah lengkap: menurunnya Hb menunjukan jumlah darah

yang hilang pada hemothoraks.

2.8. Tatalaksana

Tujuan utama terapi dari hemothoraks adalah untuk menstabilkan

hemodinamik pasien, menghentikan perdarahan dan mengeluarkan

darah serta udara dari rongga pleura. Langkah pertama untuk

menstabilkan hemodinamik adalah dengan resusitasi seperti

diberikan oksigenasi, cairan infus, transfusi darah, dilanjutkan

pemberian analgetik dan antibiotik.6,12

19
Langkah selanjutnya untuk penatalaksanaan pasien dengan

hemothoraks adalah mengeluarkan darah dari rongga pleura yang

dapat dilakukan dengan cara:

1) Chest tube (Tube thoracostomy drainage): tube thoracostomy

drainage merupakan terapi utama untuk pasien dengan

hemothoraks. Insersi chest tube melalui dinding dada untuk

20
drainase darah dan udara. Pemasangannya selama beberapa

hari untuk mengembangkan paru ke ukuran normal. 10,12,13

 Indikasi untuk pemasangan thoraks tube antara lain:

- Adanya udara pada rongga dada (pneumothoraks)

- Perdarahan di rongga dada (hemothoraks)

- Post operasi atau trauma pada rongga dada

(pneumothoraks or hemothoraks)

- abses paru atau pus di rongga dada (empyema).

 Adapun langkah-langkah dalam pemasangan chest tube

thoracostomy adalah sebagai berikut:

- Memposisikan pasien pada posisi trandelenberg

- Disinfeksi daerah yang akan dipasang chest tube dengan

menggunakan alkohol atau povidin iodine pada ICS VI atau

ICS VII posterior Axillary Line

- Kemudian dilakukan anastesi local dengan menggunakn

lidokain

- Selanjutnya insisi sekitar 3-4cm pada Mid Axillary Line

- Pasang curved hemostat diikuti pemasangan tube dan

selanjutnya dihubungkan dengan WSD (Water Sealed

Drainage)

- Lakukan jahitan pada tempat pemasangan tube

21
Gambar.8 pemasangan chest tube

2) Thoracotomy: merupakan prosedur pilihan untuk operasi

eksplorasi rongga dada ketika hemothoraks massif atau terjadi

perdarahan persisten. Thoracotomy juga dilakukan ketika

hemothoraks parah dan chest tube sendiri tidak dapat mengontrol

perdarahan sehingga operasi (thoracotomy) diperlukan untuk

menghentikan perdarahan. Perdarahan persisten atau

berkelanjutan yang segera memerlukan tindakan operasi untuk

menghentikan sumber perdarahan di antaranya seperti ruptur

aorta pada trauma berat. Operasi (Thoracotomy) diindikasikan

apabila:2,11,14

- Darah 1 liter atau lebih setelah dievakuasi segera dengan

chest tube

- Perdarahan persisten, sebanyak 150-200cc/jam selama 2-4

jam

- Diperlukan transfusi berulang untuk mempertahankan

stabilitas hemodinamik

22
- Adanya sisa clot sebanyak 500 cc atau lebih

- Defek pada dinding dada

- Tanda kekurangan udara massif atau pengembangan paru

tidak sempurna setelah drainase adekuat

- Adanya cedera pada arteri besar, jantung, esophagus, dan

diafragma

Gambar 9. prodsedur torakotomi

3) Trombolitik agen: trombolitik agen digunakan untuk memecahkan

bekuan darah pada chest tube atau ketika bekuan telah

membentuk massa di rongga pleura, tetapi hal ini sangat berisiko

karena dapat memicu terjadinya perdarahan dan perlu tindakan

operasi segera 13

4) VATS (Video Assisted Thoracic Surgery)

VATS adalah bentuk operasi minimal invasif melalui sayatan kecil

“lubang kunci” tanpa harus memotong otot-otot dada atau

memotong tulang rusuk, sehingga akan menghindari rasa sakit

yang terkait dengan sayatan yang lebih besar dan juga

23
mengurangi trauma jaringan selama operasi. Kamera dan

instrumen dimasukkan melalui lubang terpisah di dinding dada

dikenal sebagai “port”. Cara ini menguntungkan karena risiko

infeksi dan dehiscence luka berkurang drastis. Hal ini

memungkinkan terjadinya pemulihan dan penyembuhan luka

lebih cepat.11

Algoritma tatalaksana hemothoraks11

2.9. Komplikasi

Komplikasi dapat berupa: 7

 Kegagalan pernafasan (Paru-paru kolaps sehingga terjadi gagal

napas dan meninggal).

24
 Fibrosis atau skar pada membran pleura.

 Pneumothorax.

 Pneumonia.

 Septisemia.

 Syok.

Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan

diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru

untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada

berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang

mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan

mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan kematian.

2.10.Prognosis

Prognosis berdasarkan pada penyebab dari hemothoraks dan

seberapa cepat penanganan diberikan. Apabila penanganan tidak

dilakukan segera maka kondisi pasien dapat bertambah buruk

karena akan terjadi akumulasi darah di rongga thoraks yang

menyebabkan paru-paru kolaps dan mendorong mediastinum serta

trakea ke sisi yang sehat.6,7

25
BAB III

KESIMPULAN

Hemathothoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah pada

rongga thoraks akibat trauma tumpul atau tembus pada dada.

Hemathothoraks biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab

lainnya adalah pecahnya sebuah pembuluh darah atau kebocoran

aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan darahnya ke rongga pleura.

Hemothoraks dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu oleh

trauma dan nontrauma. Penanganan dan tujuan pengobatan

Hematothorax adalah untuk menstabilkan pasien, mmenghentikan

pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura.

Penanganan pada hemotoraks dapat berupa resusitasi cairan,

pemasangan chest tube (WSD), sanpai Thoracotomy. Tergantung dari

derajat keparahannya.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui penyebab serta

menangani dengan cepat kasus ini karena dapat sangat menentukan

prognosis yang akan terjadi.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Dave Lloyd, MD. Thoracic Trauma.

www.doh.wa.gov/hsqa/emstrauma/OTEP/thoracictrauma.ppt.

2. Guyton & Hall. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC

: Jakarta.

3. Gopinath N, Invited Arcticle “Thoracic Trauma”, Indian Journal of

Thoracic and Cardiovascular Surgery Vol. 20, Number 3, 144-148.

4. Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

5. Mary C Mancini.2011.Hemothorax.

http://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview#a0156

6. Mosby Inc. Elsevier Chapter 26. Thoracic Trauma. 2010

7. Setiawan, I., Tengadi K.A, Santoso, A. 2014. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Edisi 9. EGC. Jakarta.

8. Stanford Trauma Service Housestaff Manual Available from :

http://scalpel.stanford.edu/ICU/Stanford%20Trauma%20Service

%20rev%204-05.pdf

9. Syamsu Hidayat,R Dan Wim De Jong, Buku Ajar Bedah, Penerbit

Buku Kedokteran, EGC, Jakarta,tahun 2010

10. IKABI, ATLS, American College of Surgeon, edisi ke – 6, tahun 1997.

11. Jane M. 2005. Hemothorax. www.mdguidlonrs.com/hemothorax-traumatic

diakses tanggal 3 Maret 2012 jam 23.00

27
12. Kleinman PK, Schlesinger AE. Mechanical factors associated with

posterior rib fractures: laboratory and case studies. Pediatr Radiol

2012;27:87– 91.

13. Laub D, R. Facial Trauma, Mandibular Fractures. (2009). Available at

http://emedicine.medscape.com/article/1283150-overview last update 12

November 2012

14. Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai