Anda di halaman 1dari 3

TUJUAN

1. Mengetahui organoleptis (warna, bau, kekeruhan, buih) dari sampel urin secara manual
2. Mengetahui organoleptis (warna, bau, kekeruhan, buih) dari sampel urin menggunakan
POCT Test Trip (carik celup urin)
3. Melakukan pemeriksaan glukosa urin dengan metode Benedict dan Fehling

I. LATAR BELAKANG
Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring
limbah yang tidak diinginkan dari darah dan mengatur kandungan air dan bahan kimia dalam
tubuh. Rata-rata orang dewasa memiliki curah jantung sekitar 1200 mL per menit, dan sekitar
25% dari yang diterima oleh ginjal per menit. Sekitar 99% dari cairan yang beredar melalui
ginjal diserap ke dalam darah dengan sisanya diekskresikan sebagai urin. Sekitar 1000 liter darah
disaring melalui ginjal menghasilkan satu liter urine(Lockwood, 2015).
Urinalisis merupakan analisis kimia terhadap urin yang dapat berupa identifikasi atau
pemisahan komponen-komponen urin. Urinalisis digunakan untuk mengevaluasi gangguan
fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi saluran kemih, dan diabetes
mellitus. Urinalisis meliputi pengujian kimia terhadap pH, protein, glukosa, keton, sel darah,
bilirubin, nitrit, leukosit esterase dan tes strip untuk spesifik gravity (Mundt and Shanahan.
2011).
Pemeriksaan awal terhadap urin, yaitu pemeriksaan organoleptis yang terdiri dari
pemeriksaan warna urin, dan bau urin. Urin memiliki warna yang bervariasi, dari tidak berwarna
menjadi kuning. Warna urin dipengaruhi oleh konsentrasi urochrome atau kromofor dalam urin.
Warna yang tidak normal menunjukkan adanya suatu penyakit. Makanan, obat, konsentrasi, dan
pH juga dapat menyebabkan perubahan warna pada urin. Kekeruhan urin dapat disebabkan
karena adanya posfat yang cenderung normal, tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya leukosit
dan bakteri.Busa pada urin disebabkan oleh adanya kandungan protein atau asam empedu
(Abirami and Tiwari, 2001).Bau urin seharusnya tidak terlalu berbau. Beberapa makanan, obat
dan gangguan metabolisme dapat mempengaruhi bau urin. Beberapa bakteri juga dapat
memberikan bau terhadap urin tergantung pada jenis bakterinya (Lockwood, 2015).
Ginjal merupakan salah satu organ dalam sistem urinaria yang berfungsi untuk memelihara
asam-basa atau pH dalam tubuh. pH urin ditentukan oleh ion H+ yang bebas. Apabila konsentrasi
ion H+ meningkat, maka terjadi penurunan pH dan menjadi lebih asam. Apabila konsentrasi ion
H+ menurun, maka pH meningkat dan menjadi lebih basa. pH urin berkisar antara 4,6 ampai 8,0
dengan rata-rata pH sekitar 6.0. Hal yang penting adalah menghubungkan informasi mengenai
pH urin untuk melihat kemungkinan adanya ganggguan metabolisme tubuh dan ganggun ginjal
(Mundt and Shanahan. 2011).
Volume urin untuk orang dewasa yang sehat adalah 750-2500 mL urin selama 24 jam.
Volume urin sangat bervariasi dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan cairan yang hilang,
seperti tingginya penguapan cairan tubuh. Selain itu, volume urin juga dipengaruhi oleh luas
permukan tubuh. Volume urin yang tidak normal, seperti poliuria, oliguria dan anuria
(Lockwood, 2015).
Berdasarkan latar belakang tersebut, urinalisis sangat bermanfaat untuk menentukan adanya
gangguan atau penyakit serta juga bermanfaat dalam mengidentifikasi adanya kandungan obat
maupun metabolitnya dalam urin. Oleh karena itu, penulis sebagai seorang farmasis
melaksanakan praktikum urinalisis sebagai upaya untuk memahami patofisiologis dari pasien
sehingga dapat melaksanakan terapi yang sesuai untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Lockwood, W.. 2015. The Complete Urinalysis and Urine Tests. Diakses pada tanggal 1 Maret
2016 dari http://www.rn.org/courses/coursematerial-265.pdf.
Mundt, L. A. and K. Shanahan. 2011. Graff’s Texbook of Routine Urinalysis and Body Fluids.
Second Edition. Philladhelpia: LIPPINCOTT WILLIAMS & WILKINS

Anda mungkin juga menyukai