Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT


REMATIK DI KAMPUNG KADUDAMPIT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Keluarga


Program Profesi Ners Angkatan IX

Disusun oleh :

ENDAH NURTRI FERA

KHG.D 19048

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN IX


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
Tahun Ajaran 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
NUCLEAR FAMILY (KELUARGA INTI) DENGAN ANAK USIA
REMAJA

A. Tinjauan Teori

Pengertian Keluarga

1) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,
1998).
2) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah /adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998).
B. Tipe Keluarga

Keluarga Binaan dengan tipe keluarga inti adalah keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
Keluarga Inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak kandung atau anak angkat.

C. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan dengan keluarga anak usia remaja yaitu tahap ini
dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan sisanya berakhir sampai
pada usia 19-20 tahun. Pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa (
Fridman, 1998).

1) Tahap VI, Keluarga dengan anak remaja


Tugas:
 Memberikan perhatian lebih pada anak remaja
 Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah/kegiatan di
luar sekolah
 Memberikan kebebasan dalam batasan yang bertanggung jawab
 Mempertahankan komunikasi dua arah

D. Tugas Perkembangan Saat Ini


1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.
2. Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka anatara anak dan orang
tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
E. Stress dan Koping Keluarga
a. Stresor janga pendek dan panjang

1.   Stressor jangka pendek stress yang dialami keluarga memerlukan


penyelesaian dalam waktu 6 bulan.

2.    Stressor jangka panjang stress yang dialami keluarga memerlukan


penyelesaian waktu > 6 bulan.

b. Startegi koping keluarga

   Strategi yang digunakan, yaitu strategi koping keluarga yaitu dengan


internal atau cara familian eksternal/ekstrafamilial (Fridman, 2010).

1. Problem focused coping, terdiri dari 3 macam :


- Konfortasi : Individu berpegang teguh pada pendiriannya dan
mempertahankan apa yang diinginkannya.
- Mencari dukungan sosial : individu berusaha untuk mendapatkan
bntuan dari orang lain.
- Merencanakan pemecahan masalah.
2. Emotional Focused oping , terdiri dari 5 macam yaitu :
- Kontrol diri : menjaga keseimbangan dan menahan emosi dalam
dirinya.
- Membuat jarak : menjauhkan diri dari teman-teman dan
lingkungan.
- Penilaian kembali secara positif : mengatasi masalah secara positif.
- Menerima tanggung jawab : menerima tugas dalam keadaan
apapun.
- Lari atau penghindaran : menjauh dan menghindar dari
permasalahan yang dialaminya.

F. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri Kronis
- Pengertian
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan
sebagai suatu kerusakan ( International Association For The Study
Op Pain ) . awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas
ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang yang
berakhirnya tidak dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Batasan Karakteristik
a. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya.
b. Perubahan pola tidur.
c. Anoreksia.
d. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya.
e. Ekspresi wajah nyeri.
f. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas.
g. Fokus pada diri sendiri.
h. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri.
i. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan
standar instrumen nyeri.
- Faktor yang berhubungan
a. Perubahan pola tidur.
b. Distress emosi.
c. Keletihan.
d. Peningkatan indeks masa tubuh.
e. Pola seksualitas tidak efektif.
f. Agens pencedera.
g. Malnutrisi.
h. Kerusakan sistem saraf.
2. Ktidakefektifan manajemen kesehatan
- Definisi
Pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan
terapeutik hidup sehari-hari untuk tindakan terapeutik terhadap
penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskanuntuk memenuhi
tujuan kesehatan spesifik.
- Batasan Karakteristik
 Kesulitan dengan regimen yang diprogramkan
 Kegagalan memasukkan regimen pengobatan dalam
kehidupan sehari-hari.
 Kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor
risiko
 Pilihan yang tidak efektif dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi tujuan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan
 Pola pelayanan kesehatan keluarga
 Kurang petunjuk untuk bertindak
 Kurang pengetahuan tentang program terapeutik
 Persepsi hambatan
 Kurang dukungan sosial
 Persepsi kerentanan
3. Resiko Cedera
- Pengertian
Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan
yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif
individu, yang dapat mengganggu kesehatan.
- Fakto risiko
 Kurang sumber nutrisi
 Pajanan pada patogen
 Kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat diubah
 Hambatan fisik
 Moda transportasi tidak aman

G. Intervensi Keperawatan
Perencanaan / intervensi pada asuhan keperawatan ditetapkan
berdasarkan dengan diagnosa yang telah diperoleh dari hasil pengkajian
dan analisa data, serta sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan yang
diharapkan oleh perawat dan pasien.
Tujuan Evaluasi
Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan Tujuan Umum Kriteria Standar
Khusus
Ketidakefektif Setelah Selama 1x15 Respon Keluarga 1. Kaji
an manajemen diberikan menit
verbal mampu kemampuan
kesehatan asuhan keluarga
mampu mengambil klien
keluarga keperawatan
menjelaskan
berhubungan pada keluarga, keputusan mengambil
tentang
dengan kurang Keluarga penyakit terhadap cara keputusan
pengetahuan mampu rematik
merawat jika keluarga
keluarga mengenal Dengan cara:
tentang masalah - anggota mengeluh
reumatik kesehatannya Menyebutkan
keluargayang rasa sakit.
pengertian,
penyebab, mempunyai 2. Anjurkan
tanda gejala,
masalah anggota
komplikasi
dan hipertensi. keluarga
penatalaksana
yang sakit
an rematik
hipertensi
untuk
menjaga pola
makan.
3. Anjurkan
klien pergi
ke
pelayanaan
kesehatan.
Nyeri kronis Keluraga Selama 1x2 Respon Keluarga 1. Beri
berhubungan mampu jam Keluarga verbal dan dapat pengetahuan
memutuskan mampu
dengan non verbal menyelesaikan keluarga
untuk merawat, merawat
ketidakmampua meningkatkan anggota masalah tentang
n keluarga atau keluarga anggota komunikasi
memperbaiki untuk
merawat keluarga diskusi
kesehatan meningkatkan
anggota atau dengan tentang
keluarga yang memperbaiki hipertensi penyakit
kesehatan.
sakit dengan cara 2. Beri
memecahkan kesempatan
jalan keluar keluarga
terbaik untuk untuk
pengobatan menjelaskan
yang kembali
ditentukan. 3. Jelaskan
akibat
konflik yang
akan terjadi
Resiko cedera Keluarga Keluarga Respon Keluarga 1. Kaji
mampu mampu
berhubungan verbal dan mampu pengetahuan
memodifikasi memodifikasi
dengan lingkungan non verbal menjaga klien tentang
lingkungan.
yang sehat
ketidakmampu pemeliharaan pencegahan
dan aman
an keluarga kesehatan agar tidak
memodifikasi kambuh
lingkungan penyakit
hipertensi
tdak terjadi
2. Berikan
pengetahuan
yang
diperlukan
untuk
mengatasi
kekambuhan
3. Berikan
motivasi
tentang
derajat
kesehatan.
LAPORAN PENDAHULUAN
REMATIK
A. KONSEP DASAR REUMATIK

1. Pengertian

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat

sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi

secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan

proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai

usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson

dalam Budi Darmojo, 1999).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak

diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam

membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas

lebih lanjut (Susan Martin Tucker, 1998).

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama

mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan

dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane

C. Baughman, 2000).

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi

utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour,

2001).
2. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa

faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan

adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat

penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan

eprubahan pada osteoartritis.

2. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-

laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara

keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara

pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)

frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini

menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku

bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun

perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

4. Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks

histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.

Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.


5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko

untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata

tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban

berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya

beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada

timbulnya kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus

berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering

menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih

tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan

timbulnya oateoartritis paha pada usia mudah

8. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko

timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat

(keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang

rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
3. Manifestasi klinis

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang

terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-

mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat.

Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi

dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan

krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul

belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,

gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan

gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu

kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang

lain.

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan

sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

3. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,

seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.


4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas).

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau

tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

6. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau

panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi

sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang

umumnya tua (lansia).

4. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,

kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang

berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago

dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang

menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi

menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.

Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. 

Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan

sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago

dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa

menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan

masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang

sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain.

terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)

gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

5. Pemeriksaan penunjang

1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan

lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan

(perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil

jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara

bersamaan.

2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan

irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar

dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,

produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,

penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).

5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)

atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak

leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang

simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta

menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul

subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

6. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat

simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai

analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses

patologis.

2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan

pada sendi yang sakit.

3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

5. Dukungan psikososial

6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program

latihan yang tepat

7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya

keluhan
8. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat

nyeri

9. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin

10. Diet rendah purin :

Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak boleh

makanan diberikan diberikan


Karbohidrat Semua –

Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung, hati,

tongkol, bandeng 50 gr/hari, usus, limpa, paru-paru, otak,

telur, susu, keju ekstrak daging/ kaldu, bebek,

angsa, burung.

Protein nabati Kacang-kacangan kering 25

gr atau tahu, tempe, oncom

Minyak dalam jumlah –

Lemak terbatas.

Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang polong,

Sayuran kecuali: asparagus, kacang kacang buncis, kembang kol,

polong, kacang buncis, bayam, jamur maksimum 50

kembang kol, bayam, jamur gr sehari

maksimum 50 gr sehari

Semua macam buah

Teh, kopi, minuman yang


Buah-buahan mengandung soda Alkohol

Semua macam bumbu

Minuman Ragi

Bumbu, dll
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam

urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya

dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan

pada penderita osteoartritis:

7. Komplikasi

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya

prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan

oleh adanya darah yang membeku.

4. Terjadi splenomegali.

Splenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar

kemampuannya untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan

trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan

meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC

Setiawati, Santun dkk. (2005). Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Bandung:Rizqi press

Akhmadi. (2008). Konsep Keluarga. Diambil tanggal 26 Maret 2020 dari


http://creasoft.files.wordpress.com.pdf (2009). Konsep Keluarga. Diambil
tanggal 26 Maret 2020 dari http://www.rajawana.com.pdf

Anda mungkin juga menyukai