Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS DAYA ABSORPSI DAUN KETAPANG Terminalia catappa L.

TERHADAP KARBON DIOKSIDA DI BEBERAPA WILAYAH


KOTA MAKASSAR

Analysis of Power Absorption Tropical almond Terminalia catappa L. Leaves


Against Carbon Dioxide in Some Areas Makassar City

Lili Nur Enda L1), Elis Tambaru2), Muh. Ruslan Umar2), A. Ilham Latunra2)

1)
Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
2)
Dosen Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

E-mail : Lilinurendah123@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai Analisis Daya Absorpsi Daun Ketapang Terminalia catappa L.


terhadap Karbon Dioksida di Beberapa Wilayah Kota Makassar, telah dilakukan pada bulan
April – Juli 2016, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan tanaman Ketapang Terminalia
catappa L. dalam mengabsorpsi CO2 dari udara dibeberapa wilayah kota Makassar. Analisis
sampel daun dilakukan dengan Metode Nelson Somogy untuk mengetahui kadar karbohidrat dan
absorpsi CO2 pada daun ketapang. Hasil penelitian menunjukan bahwa Massa CO2 tertinggi
diperoleh pada lokasi Jalan Urip Sumohardjo yaitu 198 x 10-4 g, dengan daya absorpsi sebesar
163x10-5 g/cm2, massa CO2 terendah diperoleh pada lokasi Kampus UNHAS yaitu 109 x 10-4 g
dengan daya absorpsi sebesar 103x10-5 g/cm2. Perbedaan kemampuan absorpsi CO2 daun
ketapang pada masing-masing lokasi pengambilan sampel dipengaruhi oleh jumlah stomata
daun, suhu, intensitas cahaya dan kelembapan udara.

Kata Kunci: Absorpsi, Karbon Dioksida, Ketapang

ABSTRACT

Research on Analysis of Power Absorption Tropical almond Terminalia catappa L.


Leaves Against Carbon Dioxide in Some Areas Makassar City, has done in April-July 2016, this
study intended to observe the ability of plants Tropical almond Terminalia catappa L. in
absorbing CO2 from the air in some areas of the city Makassar. Analysis of leaf samples
performed by Nelson Somogy method to determine levels of carbohydrates and absorption of
CO2 on Tropical almond leaf. The results showed that the highest CO2 mass obtained at
locations Urip Sumohardjo Road of 198 x 10-4 g, with power absorption of 163x10-5 g / cm2,
while the mass of the lowest CO2 obtained at campus locations UNHAS is 109 x 10-4 g the
absorption power of 103x10-5 g / cm2. Differences in CO2 absorption capability Tropical almond
leaves at each sampling location is influenced by the number of stomata of the leaves,
temperature, light intensity and humidity.

Key words: Absorption, Carbon Dioxide, Tropical Almond

1
Penanaman vegetasi jalur hijau dapat
I. PENDAHULUAN memberi dampak positif pada upaya
pengabsorpsian polutan yang ada di udara.
Meningkatnya kepadatan kendaraan yang Meskipun secara umum keberadaan vegetasi jalur
simpang siur di jalan raya menyebabkan hijau akan memberikan dampak positif, tentunya
kemacetan yang menjadi pemandangan bergantung pada kepekaan jenis tumbuhan yang
keseharian yang sudah tidak asing lagi di kota- digunakan sebagai vegetasi jalur hijau dalam
kota metropolitan di Indonesia. Kemacetan rutin menyerap bahan-bahan polutan. Berdasarkan
ini tidak hanya membuang percuma jutaan liter uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk
bensin di jalanan, namun juga akan mempertebal melihat kemampuan tanaman ketapang
pencemaran udara akibat gas buang kendaraan Terminalia catappa L. dalam mengbsorpsi CO2 di
bermotor. Aktivitas transportasi kendaraan beberapa wilayah Kota Makassar.
bermotor merupakan sumber utama pencemaran
udara di daerah perkotaan khusunya, transportasi II. METODE PENELITIAN
darat yang berkontribusi signifikan terhadap A. Alat Penelitian
setengah dari total emisi pencemaran udara, untuk Alat yang digunakan dalam penelitian ini
sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx di adalah Global Position System (GPS) mo-del 60
daerah perkotaan, dengan konsentrasi utama CSx Garmin, Haga meter W-Germany, Kamera,
terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana Soil Tester, Timbangan digital mo-del MA-100A,
tingkat pencemaran udara sudah atau hampir Timbangan digital Ohaus model TP 200, Oven,
melampaui standar kualitas udara (Sastrawijaya, Spectronik-20+D, alat-alat gelas, Thermometer,
1991; Kusminingrum, 2008; Sugiarti, 2009). Hygrometer, Light Meter, Hand Tally Counter,
Karbon dioksida merupakan salah satu Vernier kaliper, Mik-roskop Nikon ( Nikon SE ),
gas rumah kaca, yang jika diabaikan maka Mikroskop Bino Photo ( DS. Fil Nikon ECLIPSE
konsentrasinya akan meningkat di atmosfir, 801, dan alat tulis menulis.
sehingga berpotensi menyebabkan pemanasan
global, dan dalam jangka panjang mengakibatkan
B. Bahan Penelitian
perubahan iklim yang berbahaya bagi kehidupan
manusia (Prayudi dan Susanto, 2001; Sihotang Bahan yang digunakan dalam penelitian
dan Assomadi, 2012; Sukmawati et al, 2015). adalah daun ketapang, alkohol 70%, dan aceton,
Bahan pencemar yang dihasilkan Hcl 4 N, ZnSO4 5 %, Ba(OH)20,3 N, aquadest,
kendaraan bermotor relative tinggi, oleh karna itu larutan karbo, regensia nelson dan regensia
perlu adanya upaya untuk menguranginya salah arsonomolybdat.
satunya dengan menanam pohon-pohon yang
berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan C. Prosedur Penelitian
pencemar dan debu di udara yang dihasilkan Lokasi pengambilan sampel di Kota
kendaraan bermotor. Pohon sering disebut-sebut Makassar dilakukan pada 3 (tiga) lokasi yaitu
sebagai paru-paru kota. Sejumlah pohon berdaun lokasi A: Kampus Universitas Hasanuddin
lebar diyakini dapat mengabsorpsi bahan-bahan (UNHAS), Lokasi B: Jalan Urip Sumoharjo, dan
pencemar udara. Sel-sel daun berfungsi Lokasi C: Jalan Metro Tanjung Bunga.
menangkap CO2 dan timbal untuk kemudian Pengambilan sampel daun, posisi letak daun yang
diolah dalam sistem fotosintesis. Dalam proses di-ambil adalah daun yang menghadap ke timur.
metabolisme fotosintesis yang memanfaatkan CO2 Pengukuran dan pengamatan parameter
untuk diubah menjadi karbohidrat, akan daun meliputi morfologi daun, tipe, jumlah
dikeluarkan O2 yang dibutuhkan untuk stomata, dan epidermis daunketapang.
pernapasan. Disamping pohon-pohon yang Pengamatan morfologi daun ketapang bertujuan
mampu mengabsorpsi polutan, banyak jenis me-ngetahui karakteristik daun yang meliputi
tanaman hias yang juga dapat dimanfaatkan pangkal daun, pertulangan daun, tepi daun,
sebagai elemen taman kota karena toleran dan bangun daun, ujung daun, dan daging daun
cukup toleran terhadap polutan (Nugrahani dan (Dasuki, 1991).
Sukartiningrum 2008). Perhitungan jumlah stomata dilakukan
dengan cara sebagai berikut: yaitu permuka-an

2
daun atas dan bawah yang diteliti diolesi dengan sampai suhu 25°C, setelah dingin tambahkan 1
aceton, pada saat daun masih berada di atas pohon ml regensia Arsenomolybdat, kocok sampai
penelitian (Tambaru, 2012). Sampel yang telah semua endapan Cu2O larut sempurna,
dipreparasi kemudian diamati dan difoto dengan tambahkan 7 ml larutan air suling dan kocok
mikroskop Foto Binokuler (DS. Fi I Nikon sampai homogen
ECLIPSE 80i) pada perbesaran 400x. Indeks d. Tera optical density (OD) masing-masing
stomata (IS) dihitung berdasarkan rumus larutan pada panjang gelombang 430 nm,
(Tambaru, 2012) sebagai berikut: kemudian di buat kurva standar antara glukosa
dan OD, kurva standar. Kemudian penen-tuan
IS = - x 100 %
massa karbohidrat pada daun segar. Massa
Keterangan: karbohidrat merupakan persentase karbohidrat
S = jumlah stomata basah dari bobot basah daun sampel, untuk
E = jumlah sel epidermis perhitungannya digunakan rumus:
L = satuan luas daun Massa C6H12O6= % KH basah x bobot
basah daun (30 gram)
Analisis massa karbon dioksida (CO2) dan % KH basah = x KH
massa karbohidrat, dari daun ketapang adalah
sebagai berikut: Kering% KA =
a. Daun ketapang diambil sebanyak 30 gram x 100 %
daun (daun muda, dewasa dan daun tua
kemudian dicampur), berpenampilan sehat, Keterangan:
dan tidak terserang penyakit. Sampel daun KA = Kadar air jenis daun
dimasukkan kedalam kantong plastik dan e. Perhitungan massa CO2 digunakan rumus
dituangkan sebanyak 200 ml alkohol 70% dan (Harjadi 1979; Tambaru, 2012) sebagai
direndam selama 15 menit untuk berikut: Massa CO2 = massa C6H12O6 x 1,467
menghentikan laju metabolisme daun f. Perhitungan absorpsi CO2 per luas sampel
selanjutnya dimasukkan kedalam oven pada daun (D) Sutrian (1992); Tambaru, 2012,
suhu 700 oC selama dua hari. absorpsi daun dipengaruhi oleh luas daun.
b. Daun ketapang yang telah kering lalu digiling Perhitungan absorpsi CO2 per luas sampel
sampai halus, selanjutnya dihidrolisis. Ke- daun (D) digunakan rumus:
mudian ditambahkan 10 ml HCL 2 N, D=
hidrolisis larutan ini sampai 1 jam, saring, cuci
dengan H2O. .
c. Penentuan glukosa reduksi dilakukan dengan
metode Nelson-Somogy Sudarmadji, dkk., III. HASIL DAN PEMBAHASAN
(1997) dan (Tambaru, 2012). adalah: persiapan A. Kandungan Karbohidrat, Karbon dioksida
larutan standar, larutan karbohidrat standar 1 dan Daya Absorpsi CO2/Luas Daundari
mg/ml. Pembuatan larutan karbohidrat standar Ketapang Terminalia catappa L.
dengan pengenceran bertingkat yaitu: 0,002; Berdasarkan hasil penelitian mengenai
0,004; 0,006; 0,008; 0,1; 0,12; 1,14 mg/ml, analisis kandungan karbohidrat daun ketapang
kemudian dimasukkan kedalam tujuh tabung maka diketahui massa karbohidrat dan massa
reaksi yang bersih, masing-masing diisi 1 ml karbon dioksida pada ketiga lokasi pengambilan
larutan karbohidrat standar, 1 tabung diisi 1 ml sampel sehingga dapat dihitung daya absorpsi
air suling sebagai blanko. Setelah itu di karbon dioksida per luas daun dalam 30 gram
tambahkan kedalam masing-masing tabung 1 yang disajikan pada Tabel 1. di bawah ini :
ml regensia Nelson, panaskan di atas air
selama 20 menit, dinginkan se-mua tabung

3
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Massa Karbohidrat, Massa Karbon Dioksida dan Daya Absorpsi Karbon
Dioksida per Luas Daun Ketapang

No Lokasi sampel Massa C6H12O6 Massa Daya absorpsi CO2/luas


. (gram) CO2 (gram) daun
(g/cm)
1 Kampus UNHAS 74 x 10-4 109 x 10-4 103 x 10-5
2 Jalan Urip 135 x 10-4 198 x 10-4 163 x10-5
Sumohardjo
3 Jalan Metro Tanjung 91 x 10-4 134 x 10-4 132x10-5
Bunga
Rata-rata 100 x 10-4 150 x 10-5 132,7 x10-5
Stdv 30 x 10-4 46 x 10-4 30,005x10-5

Tingginya massa karbohidrat di B. Hasil Pengukuran Parameter Faktor


lokasi Jalan Urip Sumohardjo dan Jalan Lingkungan Pada Tempat Tumbuh
Metro Tanjung Bunga karena pada lokasi Ketapang
tersebut sumber penghasil karbon dioksida
relatif tinggi akibat dari tingginya lalu lintas Hasil pengukuran parameter suhu
kendaran bermotor, sedangkan di lokasi lingkungan di setiap lokasi penelitian diperoleh
kampus UNHAS pohon ketapang tersebut kisaran suhu 32,2 - 36,40 C, suhu tertinggi
relatif terhalangi dan ternaungi oleh ditemukan di Jalan Urip Sumohardjo yaitu
tumbuhan lain, sehingga posisi pohon 36,40 C, diJalan Metro Tanjung Bunga 33,40 C,
Ketapang kurang terpapar sinar matahari, dan suhu terendah ditemukan diKampus UNHAS
serta tingkat kepadatan lalu lintasnya tidak yaitu 32,20 C. Rendahnya suhu di Kampus
terlalu padat. Hal ini sesuai pernyataan UNHAS lebih rendah dibandingkan dengan lokasi
Gardner et al. (1991), bahwa salah satu penelitian lainnya, ternyata seiring dengan
faktor yang memengaruhi fotosintesis adalah rendahnya intensitas cahaya di lokasi ini yang
cahaya, sehingga seiring dengan peningkatan hanya 557 Lux, sedangkan di Jalan Urip
cahaya maka fotosintesis juga berangsur- Sumohardjo 771 Lux, dan tertinggidi Jalan Metro
angsur akan meningkat sampai tingkat Tanjung Bunga yaitu 960 Lux. Semakin tinggi
kompesasi cahaya. intensitas cahaya matahari sampai pada batas
Massa karbohidrat yang terbentuk melalui toleransi suatu tumbuhan, maka proses
hasil proses fotosintesis pada tumbuhan fotosintesisnya juga akan berlangsung secara
berkolerasi positif dengan konsentrasi CO2 di maksimal. Kelembapan udara diKampus UNHAS
atmosfir, disamping faktor lingkungan lainnya. 67 %, di Jalan Urip Sumuhardjo yaitu 48 %, dan
Pengukuran besarnya persentase karbohidrat yang diJalan Metro Tanjung Bungayaitu 54 %.Dari data
dihasilkan selama proses fotosintesis dapat hasil pengukuran faktor lingkungan tersebut
digunakan untuk memprediksi massa karbon terlihat bahwa terdapat hubungan yang berkorelasi
dioksida yang diabsorpsi oleh tumbuhan pada negatif antara suhu dan intensitas cahaya dengan
waku tertentu. Menurut Harjadi (1979), penafsiran tingkat kelembaban udara di lokasi penelitian.
massa CO2 yang digunakan dalam proses Menurut Baldocchi (1997), berkurangnya
fotosintesis berbanding lurus dengan jumlah kelembapan tanah dan suhu udara yang tinggi
karbon (C) yang terikat dalam karbohidrat dapat berpengaruh terhadap perkembangan luas
(Dahlan, 1992). daun, stomata, transpirasi, dan fotosintesis.

4
Berdasarkan data hasil penelitian bagian adaxial 21,6 µm2 (kriteria ukuran panjang
diketahui bahwa jumlah terbanyak stomata pada 20 – 25 µm2), dan bagian abaxial daun 19,2 µm2
daun ketapang didapatkan di lokasi Jalan Urip (kriteria ukuran kurang panjang < 20 µm2),
Sumohardjo yaitu pada bagian adaxial yaitu sedangkan dikampus UNHAS panjang
8 stomata/mm2, sedangkan pada bagian abaxial stomatapada bagian adaxial 19,2 µm2 (kriteria
yaitu 408 stomata/mm2 (kriteria kerapatan stomata ukuran kurang panjang < 20 µm2), dan abaxial
sedang berkisar 300 - 500 stomata/mm2), yaitu 19,2 µm2 (kriteria ukuran kurang panjang
sedangkan jumlah stomata di lokasi Jalan Metro < 20 µm2). Untuk stomata terlebar terdapat pada
Tanjung Bunga yaitu pada bagian adaxial yaitu lokasi Jalan Metro Tanjung Bunga pada bagian
4 stomata/mm2, dan bagian abaxial yaitu adaxial yaitu 14,4 µm2 dan bagian abaxial daun
394 stomata/mm2 (kriteria kerapatan stomata yaitu 16,8 µm2, di lokasi Jalan Urip Sumohardjo
sedang berkisar 300 - 500 stomata/mm2). dan Kampus Unhas lebar stomata pada bagian
Sedangkan di lokasi Kampus UNHAS pada abaxial daun yaitu 14,4 µm2. Untuk pembukaan
bagian adaxial yaitu 4 stomata/mm2, dan bagian stomata dari ketiga lokasi penelitian berkisar
abaxial yaitu 356 stomata/mm2 ( kriteria kerapatan 2,4 - 4,8 bagian abaxial daun yaitu 14,4 µm2.
stomata sedang berkisar 300 - 500 stomata/mm 2 ). Berdasarkan Hidayat (2009), bahwa kriteria
Kerapatan stomata sangat tergantung pada jumlah ukuran panjang stomata : kurang panjang
stomata, semakin banyak jumlah stomata perluas ( < 20 µm2), panjang ( 20 - 25 µm2), dan sangat
daun, maka semakin rapat stomata. Stomata pada panjang ( > 25 µm2).
bagian bawah helaian daun lebih rapat dari pada Tipe penyebaran stomata daun dari pohon
permukaan atas daun, hal ini sesuai dengan yang ketapang yaitu tipe potato, jenis tipe stomata ini
dikemukakan oleh Campbell et al, (1999), bahwa didampingi oleh dua sel tetangga yang tersusun
pada sebagian besar tumbuhan, stomata lebih sejajar dengan bentuk sel penutup seperti ginjal.
banyak dibagian permukaan bawah daun Menurut Pandey dan Chandha (1996), jika
dibandingkan dengan permukaan atas. Adaptasi stomata dijumpai pada kedua sisi permukaan daun
ini akan meminimumkan terjadinya kehilangan air disebut amfistomatik dan apabila stomata
yang lebih cepat melalui stomata karna permukaan atas daun jumlahnya lebih sedikit dan
pemanasan sinar matahari. Berdasarkan kategori permukaan bawah daun lebih banyak maka
kerapatan stomata menurut Hidayat (2009) yaitu : stomata tersebut dikelompokan sebagai tipe
kerapatan rendah (< 300 stomata/mm2), sedang potato. Menurut Cambell et al. (2003) jumlah
(300 - 500 stomata/mm2), dan kerapatan yang stomata yang lebih banyak pada permukaan
tinggi (> 500 stomata/mm2). Menurut Riikonen bawah daun merupakan suatu mekanisme
et al, (2010), banyaknya debu yang adaptasi pohon terhadap lingkungan darat,
menempel pada permukaan daun dapat sehingga mengurangi transpirasi.
memengaruhi pembukaan celah stomata, Hasil penelitian ini menunjukkan
apabila berat debu semakin banyak maka bahwa jumlah stomata sangat berpengaruh
proses terbukanya stomata akan terhambat, terhadap daya absorpsi CO2. Hal ini sesuai
sehingga celah stomata terlihat tertutup oleh dengan hasil penelitian Steven (2006), bahwa
debu. Debu yang menutupi mulut daun akan jumlah stomata berpengaruh terhadap
membatasi proses fotosintesis, dimana akan absorbsi karbon dioksida. semakin tinggi
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi jumlah kerapatan stomata, semakin tinggi
terganggu. Polutan berupa gas dan partikel pula potensi mengasorpsi CO2 atau partikel
dapat merusak daun pada umumnya yaitu di udara. Fungsi utama stomata adalah
terjadi perubahan jarigan seperti granulasi sebagai tempat pertukaran gas seperti CO2
(kekacauan sel), terjadinya perobekan atau (Ebadi et al, 2005). Setiap tumbuhan
luka pada jaringan epidermis. memiliki daya absorpsi yang berbeda, yang
Ukuran panjang stomata pada daun dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
ketapang di dapatkan di jalan Metro Tanjung luas daun, ketebalan relatif daun, jumlah
Bunga, pada bagian adaxial 19,2 µm2 (kriteria stomata, umur tumbuhan dan faktor
ukuran kurang panjang < 20 µm2), bagian abaxial lingkungan tempat tumbuhan tersebut.
yaitu 21,6 µm2 (kriteria ukuran panjang Stomata memiliki fungsi sebagai pintu
20 – 25 µm2), di Jalan Urip Sumohardjo pada masuknya CO2 dalam proses fotosintesis.
5
Semakin banyak jumlah stomata, maka akan g/cm2. Perbedaan kemampuan absorpsi CO2
meningkatkan CO2 yang diabsorpsi dari hasil daun ketapang pada masing-masing lokasi
fotosintesis. pengambilan sampel dipengaruhi oleh jumlah
Peranan stomata sangat esensial stomata daun, suhu, intensitas cahaya dan
sebagai tempat masuknya CO2. Hadirnya kelembapan udara.
polutan udara dapat mempengaruhi ukuran
stomata (Kramer dan Konzlowski, 1960), DAFTAR PUSTAKA
yaitu menjadi lebih sempit, sehingga akan
menghambat difusi bahan dari luar ke dalam Campbell, N. A., J. B. Recee, dan I. A. Urry,
dan sebaliknya. Pada tumbuhan yang tumbuh 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
di daerah tercemar udaranya, adaptasinya Erlangga. Jakarta.
yang mendukung asmilasi CO2 juga
cendurung merangsang pengambilan gas lain Dahlan, E. N., 2004. Membangun Kebun Kota
ke dalam mesofil daun, dalam hal ini polutan Bernuansa Hutan Kota. Bogor: IPB
udara dapat menyebabkan perubahan dalam Press.
respon stomata, struktur kloroplas, fiksasi
CO2 dan sistem transport elektron Ebadi, A. G., S. Zare, M. Mahdafi, and M.
fotosintesis (Rahayu, 1995). Babaee, 2005. Study and Measurement of
Jumlah sel epidermis pada ketiga lokasi Pb, Cd, Cr, and Zn, in Green Leaf Of Tea
berbeda-beda diantaranya yaitu, Pada lokasi Cultivated in Gillan Province of Iran.
Kampus Unhas Jumlah sel epidermis pada bagian Pakistan Jurnal of Nutrition 4(4): Hal 270-
adaxial berkisar 2576 / mm2, pada bagian abaxial 272.
berkisar 2496 / mm2, sedangkan pada lokasi Jalan
Urip Sumohardjo Jumlah sel epidermis pada Ebadi, A. G., S. Zare, M. Mahdavi, dan M.
bagian adaxial 4096 / mm2, pada bagian abaxial Babaee, 2005. Study and Measurement
3944 / mm2, sedangkan pada lokasi Jalan Metro of Pb, Cd, Cr, and Zn in Green Leaf of
Tanjung Bunga Jumlah epidermis pada bagian Tea Cultivated in Gillan Province of
adaxial 3480 / mm2, pada bagian abaxial Iran. Pakistan Jurnal of Nutrition 4 (4):
3019 / mm2. Menurut (Tambaru 2012), pohon 270-272.
yang tumbuh di lingkungan yang terpolusi jumlah http://doscdrive.com/pdfs/ansinet/pjn/2
sel epidermis daun lebih banyak dari pada lokasi 005/270-272.pdf. Diakses pada hari
yang kurang terpolusi. Hal ini sesuai dengan Sabtu 20 Agustus 2016. Makassar.
penelitian ini dimana di lokasi Jalan Urip
Sumohardjo yang terpolusi kendaraan daun Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. I.
ketapang memiliki kerapatan sel epidermis yang Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman
banyak, sedangkan pada lokasi Kampus UNHAS Budidaya. Penerjemah: Susilo, H.
yang tidak terpolusi memiliki jumlah sel epidermis
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
sedikit. Daun ketapang memiliki tipe sel
epidermis pada bagian adaxial dan abaxial tidak
beraturan dan berbentuk berlekuk dalam. Harjadi MM S., 1979. Pengantar Agronomi.
Jakarta: Gramedia
IV. KESIMPULAN
Hidayati, R. S., 2009. Analisis Karakteristik
Hasil penelitian kemampuan absorpsi Stomata, Kadar Klorofil dan Kandungan
CO2 pada tanaman ketapang dari ketiga Logam Berat Pada Daun Pohon
lokasi pengambilan sampel relatif berbeda, Pelindung Jalan Kawasan Lumpur
massa CO2 tertinggi diperoleh pada lokasi Porong Sidoarjo. Http://etheses.uin-
Jalan Urip Sumohardjo yaitu 198 x 10-4 g, malang.ac.id. Diakses pada tanggal 27
dengan daya absorpsi sebesar 163x10-5 Januari 2016, Pukul 10.43 WITA.
g/cm2, massa CO2 terendah diperoleh pada
lokasi Kampus UNHAS yaitu 109 x 10-4 g Kusminingrum, N., 2008. Potensi Tanaman
dengan daya absorpsi sebesar 103x10-5 dalam Menyerap CO2 dan CO untuk
6
Mengurangi Dampak Pemanasan pada tanggal 26 Januari 2016, Pukul
Global. 11.20 WITA.
http://www.pu.go.id/uploads/services/i
nfopubli20131119123830.pdf. Diakses Steven, P. S. T., 2006. Kemampuan Serapan
pada hari Rabu 3 Agustus 2016. Karbondioksida 5 (Lima) jenis
Makassar. Tanaman Hutan Kota. Skripsi:
Program Studi Fakultas Pertanian
Riikonen, J., Percy, K. E., Kivimaenpaa, M., Bogor, Bogor.
Kubiske, M. E., Nelson, N. D.,
Vapaavuori, E., Karnosky, D. F., 2010. Sugiarti, 2009. Gas Pencemar Udara dan
Leaf Size and Surface Charateristics of Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia
Betula papyrifera Exposed to Elevated (Air Pollutan Gasses and The
CO2 and O2. Envirion. Poll. 158: 1029- Influence of Human Healt). Jurnal
1035. Chemica 10(1): Hal 50-58.
http://aspenface.mtu.edu/pdfs/Riikonen
_2010.pdf. Diakses pada hari Sabtu 20 Sukmawati, T., H. Fitrihidajati dan N. K. Indah,
Agustus 2016. Makassar. 2015. Penyerapan Karbon Dioksida pada
Tanaman Hutan Kota di Surabaya. Jurnal
Sastrawijaya, T. A., 1991. Pencemaran LenteraBio 4(1): Hal 109-111.
Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.
Tambaru, E.,2012. Potensi Absorpsi Karbon
Sihotang, S. R., dan A. F. Assomadi, 2012. Dioksida pada Beberapa Jenis Pohon
Pemetaan Distribusi Konsentrasi Karbon Hutan Kota di Kota Makassar.Disertasi
Dioksida (CO2) Dari Kontribusi Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Kendaraan Bermotor Di Kampus ITS Makassar.
Surabaya.Http:// digilib.its.ac.id. Diakses

Anda mungkin juga menyukai