Anda di halaman 1dari 8

J. Sains & Teknologi, Desember 2018, Vol. 7 No.

2: 174 – 181 ISSN 2303-3614

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERKANTORAN


PROVINSI GORONTALO

Evaluation of the Green Open Space Utilization of Gorontalo Province in Government Office Area

1
Santi, 2Afifah Harisah
1
Teknik Perencanaan Prasarana, Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, (email:
santihadramaud1210@gmail.com)
2
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

RTH memiliki fungsi yang penting bagi suatu kota, tidak hanya berfungsi untuk mengembangkan interaksi sosial dalam
sebuah kawasan, tetapi juga berperan penting dalam menjaga sistem ekologis lingkungan secara keseluruhan di samping
mendukung terbentuknya unsur estetis lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kelebihan dan kelemahan
master plan perkantoran pemerintah Provinsi Gorontalo, mengidentifikasi masalah fisik dan non fisik dan membuat
usulan perencanaan Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkantoran pemerintah Provinsi Gorontalo. Penelitian dilakukan
di kawasan perkantoran pemerintah Provinsi Gorontalo di Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kualitatif. Hasil evaluasi dan analisa
menunjukkan bahwa pada master plan belum ada desain penataan RTH yang menggambarkan luas RTH sampai dengan
30%. Lokasi berbatasan langsung dengan sungai Bone, hanya 23 m dari bibir sungai ke pagar batas kawasan dan 61 m
dari dinding bangunan. Luas kawasan 27 Ha, sehingga luas ruang terbuka hijau yang dibutuhkan minimal 8,1 Ha.
Pemanfaatan RTH di kawasan perkantoran pemerintah antara lain: RTH Pekarangan, RTH Taman, RTH Sempadan
Sungai, RTH Jalur Hijau, RTH Sabuk Hijau, RTH Lapangan Upacara, RTH Lapangan Olahraga dan RTH Untuk Parkir.

Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Master plan, Konsep penataan RTH

ABSTRACT

GOS has a function that is important to the city, not only serves to develop social interaction within a region, but also
plays an important role in maintaining ecological environment system as a whole in addition to support the formation of
aesthetic elements of the environment. This study aims are to evaluated the strengths and weaknesses of the master plan,
to identify physical and non-physical problems and to make a proposal for Green Open Space planning. The research
was conducted in Government office area, Gorontalo Province. The analytical method used in this study was descriptive
analysis and qualitative analysis. The results indicate that in the master plan there is no Open Space design which
depicted to the up to 30% of open space area. The location was directly adjacent to the Bone river, only 23 m from the
river bank to the boundary area and 61 m from the building wall. The total area is 27 hectares, the required area of green
open space is at least 8.1 Ha. The utilities of the Green Open Space (GOS) in the block area of government offices are:
GOS of the Yard, GOS of the Parks, GOS of the river bank, GOS of the Green Lane, GOS of Green Belt, GOS of
Ceremony Field, GOS of Sport Field, and GOS of Parking Lot.

Keywords: Green Open Space (GOS), Master plan, Concept of GOS Design

174
Santi ISSN 2303-3614

PENDAHULUAN bantuan medis (Fan dkk., 2012 dalam Sakkar &


Ruang Terbuka Hijau (RTH) sangat Rahim, 2015).
penting dalam sebuah kawasan perkantoran Dilihat dari fungsinya RTH memiliki
dimana RTH dapat berfungsi sebagai sistem fungsi yang penting bagi suatu kota, tidak hanya
sirkulasi udara (paru-paru kota), mengatur iklim berfungsi untuk mengembangkan interaksi sosial
mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara dalam sebuah kawasan, tetapi juga berperan
alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, penting dalam menjaga sistem ekologis
produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia lingkungan secara keseluruhan di samping
habitat satwa, penyerap polutan media udara, air mendukung terbentuknya unsur estetis lingkungan
dan tanah, serta, penahan angin. Hakim (2012) (Hidayah, 2012 dalam Santoso dkk., 2012).
dalam Sakkar & Rahim (2015), menyatakan 1 Menurut Purnomohadi 2002 dalam
(satu) hektar RTH dapat meredam suara pada 7 db Romdhoni dkk (2012), RTH yang ditumbuhi
per 30 meter jarak dari sumber suara pada tanaman dapat berfungsi memberikan kesejukan
frekwensi kurang dari 1000 CPS atau meredam dan kenyamanan. Kendati RTH saat ini masih
kebisingan 25-80%. Dalam penelitian lain belum terlalu dipertimbangkan dalam sudut
dikatakan tanaman seluas 1 (satu) hektar dapat pandang ekonomi, namun saat ini hal tersebut
menyaring debu sampai 85% dan menurunkn suhu sebenarnya penting dan perlu dipertimbangkan
sampai 4 derajat Celcius (Frick & Suskiyatno, dalam pembangunan agar nantinya suatu
1997) dalam (Sakkar & Rahim, 2015). pembangunan dapat tetap berkelanjutan (Haryono,
RTH dapat berbentuk hutan Kota, Taman 2007).
Kota, Taman pemakaman umum, lapangan Perencanaan RTH pada kawasan
olahraga, jalur hijau, jalan raya, bantaran rel perkantoran pemerintah Provinsi Gorontalo belum
kereta api, dan bantaran sungai. Namun ada sampai saat ini ditambah lagi kawasan
keberadaannya sebagai sebuah ruang dengan tersebut berbatasan langsung dengan sungai Bone
fungsi ekologis menjadikan RTH sebagai salah yang membutuhkan perencanaan RTH khusus
satu fungsi lahan yang seringkali dikorbankan dengan demikian perlu di evaluasi dan di analisis
dalam membangun dan mengembangkan sebuah kawasan perkantoran pemerintah Provinsi
kota (Amiany dkk., 2012). RTH adalah bagian Gorontalo apakah sudah sesuai dengan standar,
dari ruang terbuka yang merupakan salah satu sehingga diharapkan dapat menjadi masukan
bagian dari ruang-ruang di suatu Kota yang biasa dalam pemanfaatan kawasan perkantoran secara
menjadi ruang bagi kehidupan manusia dan tepat dalam pengembangan yang akan datang
mahkluk lainnya untuk hidup dan berkembang sehingga lebih efektif dan efisien.
secara berkelanjutan ((Budihardjo & Sujarto, Penelitian ini bertujuan untuk
2005). Ruang terbuka dapat dipahami sebagai mengevaluasi kelebihan dan kelemahan master
ruang atau lahan yang belum dibangun atau plan, mengidentifikasi masalah fisik dan non fisik
sebagian besar belum dibangun di wilayah serta membuat usulan perencanaan RTH.
perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan
Taman dan rekreasi, konservasi lahan dan
BAHAN DAN METODE
sumberdaya alam lainnya, atau keperluan sejarah
Desain Penelitian
dan keindahan (Haryanti, 2008).
Penelitian ini adalah jenis penelitian
RTH diperkotaan digunakan juga sebagai
deskriptif dan analisis kualitatif untuk
tempat untuk evakuasi jika terjadi bencana alam.
mengevaluasi dan menganalisis masterplan pada
Bahkan pada daerah-daerah dengan intensitas
kawasan perkantoran pemerintah Provinsi
bencana alam yang tinggi, RTH dirancang untuk
Gorontalo. Variabel penelitian terdiri dari:
dijadikan sebagai tempat penampungan sementara
Kebutuhan luas RTH, Tipologi RTH yang
bagi warga Kota yang mengalami bencana,
digunakan, area jalur hijau jalan, barrier sungai,
misalnya gempa bumi dan kebakaran (Darwis,
sistem pepohonan dan tata hijau, jalur pejalan kaki
2016). Pada saat bencana terjadi, RTH dapat
/sepeda, fasilitas RTH seperti lampu penerangan,
menjadi tempat yang aman untuk berbagai macam
tempat sampah dan parkir.
layanan darurat seperti penyediaan bantuan serta
untuk mendirikan pusat komando pelayanan dan

175
Ruang Terbuka Hijau, Master plan, Konsep penataan RTH ISSN 2303-3614

Waktu dan Lokasi Penelitian Bone Bolango yang berhubungan dengan masalah
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan yang diteliti untuk mendapatkan data sekunder.
Juli-Oktober 2018, lokasi penelitian adalah di Metode Analisis Data
wilayah administratif Kabupaten Bone Bolango, Metode analisis yang digunakan dalam
Provinsi Gorontalo. penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.
Metode Pengumpulan Data Analisis deskriptif menjelaskan bagaimana
Teknik pengumpulan data yang pemanfaatan RTH pada kawasan perkantoran
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai pemerintah Provinsi Gorontalo. Dengan terlebih
berikut: Secara langsung (observasi langsung), dahulu mengevaluasi master plan kelebihan dan
yaitu melakukan pengamatan secara langsung kelemahan, sudah sesuai dengan standar yang
terhadap situasi fisik dan non fisik di lokasi telah ada, mengidentifikasi masalah fisik dan non
penelitian untuk mendapatkan data primer. fisik yang ada dilokasi terkait RTH, kemudian
Pengambilan data dilakukan dengan mengukur, membuat perencanaan RTH kawasan yang sesuai
merekam tampilan (foto), sketsa dan membuat dengan standar yang ada.
catatan-catatan. Metode wawancara tidak
terstruktur, bebas sehingga perolehan informasi HASIL
yang didapat se-natural atau se-alamiah mungkin. Gambar 1 memperlihatkan Penataan RTH
Wawancara dilakukan dengan Dinas PU dan pada kawasan perkantoran pemerintah Provinsi
BAPPEDA yang banyak mengetahui dan Gorontalo, terdiri dari RTH pekarangan Kantor,
memahami tentang masterplan perkantoran RTH taman, lapangan upacara, lapangan olahraga,
pemerintah Provinsi Gorontalo. jalur hijau dan barrier suangai. Luas total kawasan
Untuk memudahkan pengumpulan data perkantoran adalah 27 hektar maka dibutuhkan
pada saat observasi langsung dan wawancara, luas untuk RTH 30% adalah 8,1 ha, pada penataan
maka digunakan perangkat instrumen berupa alat- RTH pada kawasan perkantoran pemerintah
alat visual dan audio seperti kamera dan tape Provinsi Gorontalo luas RTH yang didesain
recorder, alat ukur, peralatan gambar dan sketsa. adalah 11,16 ha, terdiri dari RTH pekarangan
Secara tidak langsung yaitu untuk kantor 14 x 1.731 = 24.234 m2 sebagai RTH
menjaring data, mengumpulkan, mengevaluasi privat sedangkan RTH publik 85.930,5 m2 yang
serta memverifikasikan dan mensintesiskan terdiri dari RTH taman 36.059 m2, jalur hijau
sumber-sumber tertulis dalam buku, artikel, 2.110,5 m2, lapangan upacara 3.682 m2, lapangan
makalah dan dari instansi Dinas PU, BAPPEDA, olahraga 19.452 m2, barrier sungai 10.453 m2 dan
BPS Provinsi Gorontalo, dan BPS Kabupaten parkir 15.365 m2.

Gambar 1. Usulan Masterplan Perkantoran Pemerintah Provinsi Gorontalo

Sumber: Hasil Analisis peneliti 2018

176
Santi ISSN 2303-3614

Penataan RTH pekarangan Kantor dari segi fungsi sebagai arsitektural dan ekologis
menyesuaikan dengan perletakan Kantor dengan karena dapat memperindah dan meningkatkan
kebutuhan Taman pekarangan, parkir kendaraan kenyamanan, dari segi struktur merupakan
roda empat, parkir kendaraan roda dua, dan konfigurasi planologis sedangkan dari
pedestrian way. Tipologi pada RTH halaman kepemilikan merupakan RTH Privat (Tabel 1).
Kantor dari segi fisik merupakan RTH non alami,

Tabel 1. Evaluasi Masterplan

Kelebihan Kelemahan Standar/Aturan


Site Area Kawasan Belum ada desain Permendagri No. 1 Tahun 2007
adalah Lahan Baru dengan Luas untuk penataan Ruang Terbuka tentang luasan RTH minimal
masterplan 27 Ha, yang terdiri dari Hijau yang menggambarkan luas sebesar 30%, dimana 20%
15 kantor (14 kantor SKPD dan 1 RTH sampai dengan 30%. merupakan RTH publik dan 10%
kantor koordinator Gubernur). merupakan RTH privat atau taman
Luasan untuk RTH minimum 30% pekarangan. Sebagai tindak lanjut
dari luas kawasan jadi sekitar 8,1 dari UU Nomor 26 tahun 2007,
ha. telah terbit Permen PU Nomor 5
Tahun 2008 yang mengatur
tentang kebutuhan luasan RTH
perkotaan. Oleh karena itu pada
perencanaan suatu master plan
suatu kawasan sebaiknya diikuti
dengan perencanaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH)

Membutuhkan perencanaan Ruang


Kawasan perkantoran berbatasan Terbuka Hijau khusus. Sesuai
langsung dengan sungai Bone. dengan Peraturan Menteri
Pada masterplan kawasan Pekerjaan Umum Nomor:
perkantoran pemerintah Provinsi 63/PRT/1993 tentang Garis
Gorontalo hanya 23 (dua puluh Sempadan Sungai, Daerah
tiga) m dari bibir sungai ke pagar Manfaat Sungai, Daerah
batas kawasan dan 61 (enam puluh Penguasaan Sungai pasal 7: Garis
satu) m dari dinding bangunan. sempadan sungai tidak bertanggul
diluar kawasan luar perkotaan
pada sungai besar ditetapkan
sekurang-kurangnya 100 (seratus)
m sedangkan pada sungai kecil
sekurang-kurangnya 50 (lima
puluh) m.

Undang-Undang RI No. 22 Tahun


Fasilitas Jalan yang satu jalur 2009 tentang Lalu Lintas dan
hanya selebar 5m, parkir standar Angkutan Jalan, parkir adalah
mobil biasa dan pedestrian belum keadaan kendaraan berhenti atau
memadai untuk disabilitas tidak bergerak untuk beberapa saat
dan ditinggalkan pengemudinya.

Standar pedestrian menggunakan


Permen PU no.03/PRT/2014,
tentang pedoman perencanaan dan
pemanfaatan prasarana dan sarana
jaringan pejalan kaki di kawasan
perkotaan
Sumber: Hasil Analisis 2018

177
Ruang Terbuka Hijau, Master plan, Konsep penataan RTH ISSN 2303-3614

Penataan RTH Taman terdiri dari 3 spot ukuran lebar 2,5 m yang berfungsi juga sebagai
lokasi secara keseluruhan, dengan luas total pembatas lahan.
36.059 m2. Konsep penataan RTH nya Penataan RTH lapangan upacara dengan
menyesuaikan dengan lokasi spot dengan luas 3.682 m2. Konsep penataan RTH nya dengan
kebutuhan taman, jogging track, olahraga, open fungsi penggunaan untuk upacara atau lapangan
fitness, taman bermain anak, rest area, dan multi kegiatan sehingga membutuhkan space yg
pedestrian yang dapat diakses oleh seluruh agak luas, disekelilingnya terdapat pedesterian
kalangan khususnya bagi yang berkebutuhan way dan ditanami pohon ketapang untuk memberi
khusus. Tipologi pada RTH Taman dari segi fisik kesan teduh, tanaman penutup tanah dipilih
merupakan RTH non alami, dari segi fungsi rumput gajah mini. Tipologi pada RTH lapangan
sebagai arsitektural, sosial budaya dan tempat upacara dari segi fisik merupakan RTH non alami,
berinteraksi, dari segi struktur merupakan dari segi fungsi sebagai sosial budaya, dari segi
konfigurasi planologis sedangkan dari struktur merupakan konfigurasi planologis.
kepemilikan merupakan RTH publik. Penataan RTH lapangan olahraga dengan
Penataan RTH jalur hijau terdiri dari 1 luas 19.452 m2. Konsep penataan RTH nya
spot lokasi (pulau jalan) dan jalur hijau jalan, dengan fungsi penggunaan untuk lapangan
dengan luas total 2.110,5 m2. Konsep penataan olahraga yang terdiri dari lapangan tennis,
RTH nya menyesuaikan dengan lokasi spot lapangan basket dan jogging track, disekelilingnya
dengan jalur hijau dan pedestrian way. RTH jalur ditanami pohon ketapang kencana yang berfungsi
hijau pulau jalan berfungsi untuk memperindah sebagai peneduh dan penyerap polusi dan
dan meningkatkan kenyamanan kawasan. Fasilitas penyimpan air tanah yang baik, disisi tengah
dalam Taman terdiri dari Taman dan pedestrian ditanami palem ekor tupai. Tipologi pada RTH
way. Vegetasi yang digunakan dengan tutupan lapangan olah raga, dari segi fisik merupakan
lahan rumput gajah mini, pohon palem, ketapang RTH non alami, dari segi fungsi sebagai soaial
kencana, trembesi dan bunga rombusa. Di budaya, dari segi struktur merupakan konfigurasi
sekeliling area taman terdapat trotoar dengan planologis sedangkan dari kepemilikan
merupakan RTH publik.

Tabel 2. Luasan RTH Publik pada Perkantoran Pemerintah Provinsi Gorontalo

No Jenis RTH Luasan


1 RTH Taman terdiri dari:
Taman 01 21.643 m2
Taman 02 9.020 m2
Taman 03 4.205 m2
2 RTH Lapangan upacara 3.682 m2
3 RTH Lapangan olah raga 19.452 m2
4 RTH jalur hijau jalan terdiri dari:
Pulau jalan 1.962,5 m2
Median jalan 148 m2
5 RTH barrier sungai 10.453
6 Parkir terdiri dari:
Parkir A 7.030 m2
Parkir B 5.008 m2
Parkir C 3.327 m2

Total luasan RTH Publik 85.930,5 m2


Sumber: Analisis peneliti 2018

Penataan RTH barrier sungai dengan luas dengan kawasan perkantoran. Peninggihan
10.453 m2. Konsep penataan RTH nya adalah tanggul/talud pada sungai dimaksud untuk
sabuk hijau yang berfungsi membatasi sungai mengurangi resiko banjir masuk ke kawasan

178
Santi ISSN 2303-3614

tanggul sungai dibuat kurang lebih 1,5 meter dari bertanggul diluar kawasan perkotaan: Sungai
muka tanah kawasan, atau 3 meter diatas muka air besar yaitu sungai yang mempunyai daerah
pada kondisi normal/tidak ada hari hujan, tanggul pengaliran sungai seluas 500 (Lima ratus) km2
sungai juga dimaksudkan untuk memperlancar atau lebih, sungai kecil yaitu sungai yang
aliran air sungai, sehingga dapat mengalir tanpa mempunyai daerah pengaliran sungai seluas
hambatan. Vegetasi pada kawasan barrier sungai kurang dari 500 (Lima ratus) km2. Penetapan garis
yaitu ketapang kencana dan trembesi karena sempadan sungai tidak bertanggul diluar kawasan
tanaman tersebut sangat baik dalam penyerapan perkotaan pada sungai besar dilakukan ruas per
polusi dan menyerap air tanah yang baik (Tabel ruas dengan mempertimbangkan luas daerah
2). pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan.
Vegetasi yang digunakan adalah vegetasi Garis sempadan sungai tidak bertanggul diluar
lokal yang mudah ditemukan serta mudah dalam kawasan luar perkotaan pada sungai besar
perawatan. Antara lain: pohon trembesi, pohon ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) m
ketapang kencana, pohon glodogan dan pohon sedangkan pada sungai kecil sekurang-kurangnya
jati. Vegetasi pengarah berbentuk memanjang dan 50 (Lima puluh) m dihitung dari tepi sungai pada
lurus. Antara lain: pohon palem, pohon palem waktu ditetapkan. Sempadan pada masterplan
ekor tikus, vegetasi penghias Taman pekarangan kawasan perkantoran pemerintah Provinsi
dan Taman Kota, vegetasi yang digunakan antara Gorontalo hanya 23 (dua puluh tiga) m dari bibir
lain: bunga rombusa, bunga pucuk merah, bunga sungai ke pagar kawasan dan 61 (enam puluh
rombusa mini, dan bunga bougenvile. Vegetasi satu) m dari dinding bangunan.
penutup tanah yang tumbuh menjalar diatas tanah Setiap kawasan perlu mempertimbangkan
dengan ketinggian hanya 5-15 cm dari permukaan kebutuhannya Akan RTH guna menjaga
tanah. Vegetasi ini sangat berperan dalam keseimbangan dan keberlangsungannya.
memberikan kesan hijau yang luas dan merata Penentuan luas RTH perkotaan menurut Peraturan
pada kawasan RTH, vegetasi ini adalah rumput Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008,
gajah mini. dimana luasan minimum RTH Perkotaan adalah
30 % luas wilayah perkotaan dengan perhitungan
PEMBAHASAN 10% RTH privat dan 20% RTH publik. Luas
Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang kawasan perkantoran pemerintah Provinsi
luasan RTH minimal sebesar 30%, dimana 20% Gorontalo 27 ha, sehingga luas RTH yang
merupakan RTH publik yang dapat berupa taman, dibutuhkan minimal 8,1 ha.
hutan daerah wisata, jalur hijau pinggir jalan, Secara umum, penyediaan dan
sedangkan 10% merupakan RTH privat atau pemanfaatan RTH pekarangan pada kawasan
taman pekarangan. Sebagai tindak lanjut dari UU perkantoran pemerintah Provinsi Gorontalo belum
Nomor 26 tahun 2007, telah terbit Permen PU memiliki tatanan dan konsep yang terarah. Dan
Nomor 5 Tahun 2008 yang mengatur tentang sebagian besar masih terlihat apa adanya,
kebutuhan luasan RTH perkotaan mulai dari walaupun banyak terdapat pekarangan yang
tingkat RT sampai dengan satuan pelayanan kota, memiliki luas yang cukup untuk dilakukan hal
demikian juga dengan perletakannya. tersebut. Sehingga kesan hijau dan tertata belum
Perencanaan suatu master plan suatu kawasan terlihat. Pemanfaatan pekarangan Kantor dapat
sebaiknya diikuti dengan perencanaan RTH, dilakukan dengan beberapa Cara yakni: Menanam
sedangkan pada perencanaan master plan dan menata vegetasi langsung pada tanah,
perkantoran pemerintah Provinsi Gorontalo untuk menanam dan menata vegetasi sebagian pada
perencanaan RTH belum ada. tanah dan sebagian menggunakan media tanam,
Kawasan perkantoran berbatasan menanam dan menata pekarangan hanya pada
langsung dengan sungai Bone yang membutuhkan media tanam, disebabkan pekarangan sudah
perencanaan RTH khusus. Sesuai dengan dipenuhi oleh perkerasan, tidak melakukan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: penanaman dan penataan pada pekarangan.
63/PRT/1993 tentang garis sempadan sungai, Sesuai dengan PERMEN PU No. 5 tahun
daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai 2008, kriteria pemilihan vegetasi untuk taman
pasal 7. Penetapan garis sempadan sungai tak lingkungan dan taman kota adalah sebagai berikut:

179
Ruang Terbuka Hijau, Master plan, Konsep penataan RTH ISSN 2303-3614

tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah RTH untuk lapangan olahraga yang terdiri dari
patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, tajuk lapangan tennis, lapangan basket dan jogging
cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu track, disekelilingnya ditanami pohon ketapang
gelap, ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau kencana. Saran untuk penelitian selanjutnya
dengan variasi warna lain seimbang, perawakan bahwa pembuatan rancangan RTH pada kawasan
dan bentuk tajuk cukup indah, kecepatan tumbuh Kantor pemerintah harus didasarkan pada
sedang, berupa habitat tanaman lokal dan tanaman kebutuhan sebagai menunjang kegiatan pada
budidaya, jenis tanaman tahunan atau musiman, kawasan perkantoran dan kegiatan masyarakat
jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan sekitar, serta dapat meningkatkan kualitas
keteduhan yang optimal, tahan terhadap hama lingkungan yang ada di sekitarnya. Beberapa hasil
penyakit tanaman dan sedapat mungkin rancangan disesuaikan dengan kondisi lingkungan
merupakan tanaman yang mengundang burung. dengan mengacu pada aturan, standar dan teori
Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang ada.
di luar kawasan luar perkotaan pada sungai besar
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) m, UCAPAN TERIMA KASIH
dapat sebagai hutan lindung, dengan konsep RTH Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis
non struktural, RTH dapat disediakan dengan banyak mendapatkan bantuan baik dari
penempatan tanaman antara 20–30% dari ruang perorangan ataupun pada instansi pemerintahan.
milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman besarnya kepada Almamater Universitas
dan persyaratan penempatannya. RTH disediakan Hasanuddin, Komisi Penasehat dan Penguji,
dalam bentuk taman yang ditujukan untuk pemerintah Provinsi Gorontalo dan teman-teman
melayani penduduk, khususnya kegiatan remaja, yang telah membantu memberikan petunjuk
kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan pengarahan dan bimbingan sejak dimulainya
masyarakat lainnya. Luas taman ini minimal 0,5 penelitian ini sampai selesai.
m2 per penduduk dengan luas minimal 1.250 m2.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Amiany, Rahayu E.S. & Siswadi R.S. (2012).
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
setiap perencanaan master plan harus di barengi dikawasan Flamboyan Bawah, Jurnal
dengan perencanaan RTH minimal sampai dengan Perspektif Arsitektur Volume 7/No. 2.
30% (20% RTH publik dan 10% RTH privat). Sakkar A. & Rahim R. (2015). Taman Edukasi,
Luas kawasan perkantoran pemerintah Provinsi Alauddin University Press. Makassar.
Gorontalo 27 (dua puluh tujuh) Ha, sehingga luas Budihardjo E. & Sujarto D. (2005). Kota
RTH yang dibutuhkan minimal 8,1 (delapan koma Berkelanjutan.. PT. Alumni. Bandung.
satu) ha, pada kawasan ini luas RTH yang Santoso B., Hidayah R. & Sumardjito. (2012).
didesain adalah 11,16 ha, terdiri dari RTH Pola Pemanfaataan Ruang Terbuka Hijau
pekarangan kantor 24.234 m2, sebagai RTH privat pada Kawasan Perkampungan Plemburan
sedangkan RTH publik 85.930,5 m2 yang terdiri Tegal, Ngalik, INER SIA, Vol. VIII No.1.
dari RTH taman 34.868 m2, lapangan upacara Haryanti D.T. (2008). Kajian Pola Pemanfaatan
3.682 m2, lapangan olahraga 19.452 m2, jalur hijau Ruang Terbuka Publik di Kawasan
2.110,5 m2, barrier sungai 10.453 m2 dan parkir Bundaran Simpang Lima Semarang, Tesis
15.365 m2, untuk RTH taman berfungsi Program Studi Magister Teknik
meningkatkan kelestarian lingkungan kawasan Pembangunan Wilayah dan Kota,
sebagai sarana pengaman lingkungan yang aman, Universitas Diponegoro Semarang,
nyaman, segar, indah dan bersih. Barrier sungai, Semarang.
direncanakan jarak dari bibir sungai ke dinding Haryono P. (2007). Sosiologi Kota untuk
bangunan adalah 100 m. jalur hijau jalan median Arsitektur, Jakarta, PT. Bumi Aksara.
jalan menggunakan pohon pengarah jalan yaitu Romdhoni M.F., Arief A. & Munthe Y.S. (2012).
pohon gelodogan dan palem. Konsep penataan Pemanfaatan dan Pengembangan Ruang

180
Santi ISSN 2303-3614

Terbuka Hijau Perkotaan di Kota


Palembang, Laporan Penelitian Dosen
Muda Sateks Universitas Sriwijaya, Nomor:
168.b/UN9.3.1/PL/2012.
Darwis N.A. (2016). Dampak Ekologi Ruang
Terbuka Hijau pada Perumahan Berskala
Menengah di Kecamatan Tamalate,
Program Pasca Sarjana UNHAS, Makassar.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor:
30/PRT/M/2006, Tentang pedoman teknis
fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor.
05/PRT/M/2008, Tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

181

Anda mungkin juga menyukai