Anda di halaman 1dari 2

CHAPTER 5

Kedatangan di Shanghai

6 minggu setelah pemakaman Nai nai, Ye ye mengajak kakak tertua, abang tertua, abang
nomor dua dan aku untuk keluar. Kami terkesima, mobil kami berhenti di depan jalur kereta.
Setelah kami turun dari mobil, Ye ye membawa kami menuju stasiun yang bertulisan
‘menuju Shanghai’. Ini merupakan ruang kelas satu, kami saling berhadapan dengan papa,
duduk sendiri. Dia mengenakan baju setelan hitam dan dasi putih. Mata nya merah dan dia
tampak baru selesai menangis.

Kami terkesima dan terkagum-kagum. Kakak tertua bertanya, “ berapa lama kau akan pergi
pa?” dia menanyakan pada papa yang baru sampai beberapa jam lalu tapi berencana akan
pergi lagi secepatnya. Dia mengatakan akan rindu pada kami yang berada di Tian jian
terutama untuk menemani kami dari selatan menuju Shanghai. Dia mengatakan Shanghai
merupakan kota yang besar dan berada jauh sekali dan adik dari nenek adalah pemilik bank
disana. Papa, Niang dan adik laki-laki akan tinggal disana selama 1,5 tahun. Karena abang
ketiga baru sembuh dari cacar air, dia akan menyusul bersama adik perempuan terkecil, Ye
ye dan bibi Baba. Berdasarkan kepercayaan buddha, Ye ye dan bibi Baba akan melakukan
100 hari masa bergabung untuk Nai nai sebelum meninggalkan Tian jin.

“bagaimana dengan baju kami?” abang tertua bertanya

“bibi Baba berencana akan mengirimkan baju kalian secara terpisah,”papa menjawab.”jika
kau mengangkut terlalu banyak barang bawaanmu, pelayan akan curiga. Ini sangat penting
agar pelayan tidak tahu apapun mengenai kita. Atau Jepang akan menangkapku. Selama
dalam perjalanan, usahakan tidak banyak berbicara dengan penumpang yang lain. Sekarang,
ucapkan selamat tinggal kepada Ye ye! Kereta akan berangkat dalam 5 menit lagi!”

Rumah papa di Shanghai seperti di lingkungan Joffre, seperti di daerah Prancis. Besar, kotak
dengan berwarna keabuan, ada seperti 69 rumah yang berada dalam satu garis lurus,
sekelompok perumahan yang bergabung dan menjadi seperti’dinding’. Supir papa
menurunkan kami di depan rumah yang seperti dinding ini. Papa membawa kami ke sebuah
taman yang indah, dengan rumput yang mengelilingi bungan kamelia, pohon magnolia
dengan wangi yang harum dan ada kandang anjing disampingnya. Anjing yang besar, anjing
jerman dan melompat kegirangan melihat papa, namun menggonggong ketika melihat kami.
Aku menatap anjing itu, dia memiliki gigi yang tajam khas dari hewan dan memiliki telinga
yang tajam. Papa menyadari nya dan berkata,” namanya Jackie. Jangan takut padanya santai
saja. Dia semakin patuh karena pelatih anjing dari Jerman. Dia tidak akan menggigit mu.”

Pada saat yang sama, aku sangat gugup. Aku pergi dan mengikuti abang tertua menuju
keruang tamu.

“inilah kita!” kata papa, melihat sekeliling dengan bangga ketika kami terpukau dengan
warna sopa warna burgundy-red velvet, dengan gorden yang senada berwarna red velvet dan
karpet yang tebal yang memiliki garis belang belang senada dengan gorden. Bunga tulip putih
yang berada di dalam guci jaman dinasti Ming sangat klasik dan elegan membuat suasana
seperti di meja kopi jaman kerjaan Louis XVI. Semuanya sangat tertata, formal rapi dan
tajam.

Niang masuk, sambil memegang tangan adik laki-laki. Kami menyapa nya dengan rasa malu-
malu dan takut. Seperti ruangan ini, ibu tiri kami sangat bergaya dan sempurana dengan mata
yang tajam, kuku yang panjang diwarna dengan warna merah, dan permata yang besar di
leher, pergelangan tangan dan telinga. Berhadapan dengannya membuatku merasa diriku
buruk dan menjijikan.

“duduk kalian semua! Dan selamat datang di rumah Shanghai kita!” Niang berkata kencang
dan tegas “pelayan akan mengantar kalian ke ruang masing-masing. Rumah ini terdapat 3
lantai. Lantai pertama, ada ruang tamu dan ruang makan didepan. Dapur, tempat parkir dan
ruang pelayan berada di belakang. Kalian akan masuk dan meninggalkan rumah melalui pintu
belakang. Pintu depan yang menuju taman hanya untuk tamu ayah kalian. Ini merupakan
ruang tamu, kalian tidak diiizinkan untuk mengundang teman kerumah, ataupun mengunjungi
rumah mereka.

“lantai pertama dimana kamar ayahmu dan aku dan adik laki-lakimu serta adik perempuan
mu berada. Kalian tidak diizinkan untuk memasuki ruangan manapun di lantai pertama tanpa
seizin kami.”

“kalian semua akan tinggal di lantai dua. Kalian 3 laki-laki akan tinggal dalam satu kamar.
Wu mei akan berbagi ruangan dengan bibi Baba. Ye ye dan kakak tertua akan memiliki
ruangan pribadi. Pastikan ruangan kalian bersih karena ayah dan aku sewaktu waktu akan
melakukan pemeriksaan mendadak ke kamar kalian.”

“kami telah mengatur sekolah kalian dan kalian akan bersekolah di sekolah swasta yang
mahal. Sekolah akan dimulai hari Senin. Sekarang pergi dengan pelayan menuju keruang
masing-masing dan bersihkan diri kalian. Dalam setengah jam, bel untuk makan akan
berbunyi, dan kalian harus turun kebawah. Apakah kalian mengerti?”

Kami mengangguk. Kami menaiki tangga, kakak bergumam, “untuk dia, kita bukan orang
terpisah. Disini, kita akan menjadi sebuah kesatuan yang diberi nama’kalian semua’.
Sepertinya itu akan bermula dari sekarang.”

Anda mungkin juga menyukai