Anda di halaman 1dari 3

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari

5gr/cm3, terletak disudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap unsur S, dan bernomor atom 22 sampai 92 dari periode 4 sampai
7. aplikasi yang bervariasi baik pada distibusi yang sangat luas agrikultur, medis
dan teknologi mengarah pada distribusi yang sangat luas di lingkungan, sehingga
perlu lebih dipikirkan efek potensial yang mungkin terjadi pada kesehatan dan
lingkungan. Adapun sifat-sifat logam secara umum dapat disebutkan sebagai
berikut :
1. Sulit didegradasi sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan
keberadaanya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengonsumsi organisme tersebut.
3. Mudah terakumulasi di sedimen sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi
dari konsentrasi logam dalam air, akibatnya sedimen dapat menjadi sumber
pencemaran potensial dalam skala waktu tertentu.

Keberadaan logam di badan perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor


lingkungan diantaranya adalah suhu, ph dan salinitas. Dalam lingkungan
perairan, bentuk logam antara lain berupa ion bebas, pasangan ion organik, dan
ion kompleks. Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh ph air. Kenaikan ph
menurunkan logam dalam air, karena kenaikan ph mengubah kestabilan dari
bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel air,
sehingga akan mengendap membentuk lumpur.

Logam berat sebagai polutan dapat menimbulkan efek gangguan terhadap


kesehatan manusia, tergantung bagian mana dari logam berat tersebut yang
terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan yang masuk kedalam jaringan
tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan. Yaitu saluran pernapasan,
pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh logam diabsorpsi oleh
darah dan berikatan dengan protein dalam tubuh, yang kemudian didistribusikan
keseluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam berat dalam tubuh organisme

1
tergantung pada konsentrasi logam berat dalam air/lingkunga, suhu keadaan
spesies, dan aktivasi fisiologis

Toksisitas logam berat tersebut tergantung pada beberapa faktor, termasuk dosis,
rute paparan, spesies bahan kimia, seperti juga umur, jenis kelamin, genetik dan
status nutrisi dari individu yang terpapar. Efek dari logam berat mampu
menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh,
menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia
maupun hewan.
Sifat logam sangat unik, tidak dapat dihancurkan secara alami dan
cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses bioganifikasi.
Dalam perairan. Logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak
terlarut. Logam berat terlarut adalah senyawa organik dan anorganik, sedangkan
logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk
koloid dan senyawa kelompok metal yang teradsorbsi pada partikel-partikel yang
tersuspensi.

Pembagian logam berat berdasarkan sudut pandang toksikologi

Jenis pertama adalah logam berat esensial, dimana keberadaannya dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contohnya logam berat ini adalah Zn,
Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Jenis kedua adalah logam berat tidak
esensial atau beracun, dimana keberadaanya dalam tubuh masih belum diketahui
manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, Ni dan lain-
lain. Logam berat ini dapat mencemari lingkungan.

Pengelompokan logam berat didasarkan pada :


1. Tinggi rendahnya racun yaitu :
- bersifat toksik tinggi yaitu terdiri atas unsur Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn
- bersifat toksik sedang terdiri dari unsur Cr, Ni dan Co

2
- bersifat toksik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe
2. Urutan daya racun yaitu :
A. Kelas B yaitu sangat beracun sepetri Hg, Pb, Sn dan Cu
1. Paling efektif untuk berikatan dengan gugus sulfihidrii (-SH)
2. Dapat mengganti logam ion antara
3. Bersama dengan logam antara dapat larut dengan lemak : mampu berpenetrasi
pada membran sel sehingga ion logam dapat menumpuk/ terakumulasi, contoh :
Hg, Pb, dan Sn
4. Dalam metalloprotein menunjukkan reaksi redoks : Cu2+ dan Cu3+

3. Mekanisme terjadinya keracunan logam berat.


Dalam bidan kesehatan kerja, dikenal istilah keracunan akut dan
keracunan kronis. Keracunan akut didefinisikan sebagai suatu bentuk keracunan
yang terjadi dalam jangka waktu yang singkat atau sangat singkat. Peristiwa
keracunan ini terjadi apabila individu atau biota secara tidak sengaja menghirup
atau menelan bahan beracun dalam jumlah besar. Adapun keracunan kronis
didefinisikan dengan terhirup atau tertelannya bahan beracun dalam dosis rendah
tetapi dalam jangka waktu yang panjang.

(sumber : Titiek Berniyanti.2018. Biomarker Toksisitas Paparan Logam Tingkat


Molekuler. Penerbit. Airlangga University Press).

Anda mungkin juga menyukai