Anda di halaman 1dari 8

KERTAS KEBIJAKAN SOLIDARITAS PEREMPUAN

Mendorong RUU Pertanahan


yang Berkeadilan Gender
untuk Kedaulatan Perempuan
Atas Tanah

I. Latar Belakang
Ketimpangan penguasaan dan kepemilikan tewas1. Sedangkan secara akumulatif sepanjang
tanah di Indonesia memicu berbagai konflik empat tahun (2015–2018) pemerintahan
tanah di Indonesia. Masifnya alih fungsi lahan Jokowi-JK telah terjadi sedikitnya 1771 letusan
untuk kebutuhan industri seperti perkebunan konflik agraria di Indonesia2 yang menyebabkan
skala besar, pertambangan, dan pembangunan terjadinya kekerasan, kriminalisasi, maupun
infrastruktur membuat masyarakat, terutama kematian. Dari rentetan korban konflik agraria,
perempuan terancam kehilangan hak mereka setidaknya 71 perempuan teraniaya atau
untuk akses dan mengelola tanah. Berbagai cara mengalami kekerasan dan 18 perempuan
dilakukan oleh para investor untuk menda- dikriminalisasi. Sayangnya data terpilah gender
patkan tanah, salah satu yang dilakukan adalah yang tersedia hanya mencakup Tahun 2017–
dengan cara merampas, dan menguasai wilayah 2018. Data korban perempuan yang mengalami
kelola masyarakat. Ketimpangan penguasaan kekerasan akibat konflik tanah, hingga kini
dan kepemilikan tanah bukan hanya terjadi masih sulit teridentifikasi. Hal ini disebabkan
antara investor dan masyarakat, tapi juga ter- karena sistem data terpilah untuk korban
jadi antara perempuan dan laki-laki. Jumlah konflik dan sengketa tanah belum menjadi
perempuan yang menguasai tanah atau memi- standar di Indonesia, terutama di tingkat
liki tanah lebih sedikit dibandingkan laki-laki. pemerintahan. Tidak adanya data terpilah ini
menyebabkan persoalan perempuan menjadi
Ketimpangan penguasaan tanah ini, sering tersembunyi dan tidak dilihat sebagai persoalan
menimbulkan gesekan dan memicu konflik- serius baik oleh negara maupun pejuang
konflik agraria di Indonesia. Investor meng- agraria.
ambil alih wilayah kelola masyarakat dengan
bantuan militer, sehingga memicu tindak Kondisi perempuan tanpa tanah berdampak
represif. Dalam situasi ini, perempuan sangat kepada semakin langgengnya ketidakadilan
rentan menjadi korban. Sepanjang kekuasaan gender yang dialami perempuan. Perempuan
Jokowi-JK sejak tahun 2014, sederet konflik dengan peran gendernya yang dianggap sebagai
agraria yang disertai kekerasan dan kri- “perawat dan penjaga” keluarga terpaksa harus
minalisasi semakin masif terjadi. Konsorsium bekerja keras agar perekonomian keluarga
Pembaruan Agraria mencatat, konflik agraria di tetap dapat bergerak. Hilangnya wilayah kelola
seluruh wilayah meliputi areal seluas masyarakat berdampak pula pada hilangnya
2.399.314,49 hektar, lebih dari 731.342 KK kedaulatan perempuan atas pangan, serta
menghadapi ketidakadilan dan konflik ber- kearifan lokal mereka, baik dalam pemuliaan
kepanjangan. Dari konflik tersebut sebanyak benih, maupun ritual yang dilakukan pasca
954 orang ditahan, 396 mengalami luka-luka, 63
orang mengalami luka serius dan 44 orang 1
http://kabarindiependen.com/2013/04/konflik-agraria-
makinparah/
2
Disarikan dari Catatan Akhir Tahun Konsorsium Pembaruan
Agraria 2015-2018.
panen. Di wilayah perkotaan, masifnya proyek Indonesia. Seringkali perempuan tidak men-
infrastruktur berdampak kepada digusurnya dapatkan hak atas tanah karena terhalang
rumah-rumah warga. Penggusuran warga ini sistem adat. Seperti yang terjadi di Kabupaten
berbuntut pada proses relokasi yang tidak Pariaman Sumatera Barat, meskipun secara
manusiawi, kompensasi yang tidak adil, dan adat perempuan dikatakan sebagai pemilik
tidak dilibatkannya perempuan dalam proses tanah pusaka, namun pada kenyataannya yang
negosiasi maupun diskusi menentukan jumlah terjadi adalah hak atas tanah tersebut tidak
kompensasi. dengan mudah mereka peroleh, karena dalam
praktiknya yang mengatur dan memutuskan
II. Fakta Permasalahan mengenai tanah tersebut diambil alih oleh laki-
laki sebagai Ninik Mamak (Kumpulan Mamak
Tanpa didukung kebijakan pertanahan yang
atau saudara laki-laki)5. Sedangkan tanah
berperspektif adil gender, maka akan sulit bagi
sebagai warisan dalam budaya adat tertentu
perempuan untuk dapat berdaulat atas tanah.
seringkali hanya jatuh ke tangan laki-laki,
Perempuan masih terdiskriminasi dan termarji-
seperti yang terjadi di Lombok Nusa Tenggara
nalisasi dalam penguasaan, pemilikan maupun
Barat, di mana hak atas tanah yang bersumber
pengelolaan tanah. Selain itu, perempuan meng-
dari waris terhalang oleh Adat Lombok yang
alami dampak yang berlapis akibat konflik
menyatakan bahwa hanya laki-laki yang berhak
agraria, terutama yang disertai dengan kekera-
atas waris tanah.
san dan kriminalisasi oleh aparat terhadap
masyarakat yang berjuang. Beberapa fakta per- Hal serupa terjadi di Suku Batak Toba, karena
masalahan yang dialami perempuan dalam kai- laki-laki dianggap menerus keturunan dan
tannya dengan tanah antara lain sebagai marga, maka saat orang tua meninggal, warisan
berikut: diberikan semua untuk anak laki-laki.
Sedangkan untuk istri yang ditinggal meninggal
a. Perempuan terdiskriminasi dan termar-
oleh suami, maupun bercerai tidak mendapat
jinalisasi dalam pemilikan, penguasaan
warisan. Warisan jatuh ke tangan anak laki-
dan pengelolaan tanah
lakinya, namun bila tidak memiliki anak, maka
Berdasarkan data BPN, 56% aset berupa warisan akan jatuh ke tangan saudara laki-laki
properti, tanah, dan perkebunan dikuasai hanya suami. Jadi perempuan sama sekali tidak
oleh 0,2% penduduk Indonesia. Ketimpangan memiliki akses atas tanah sebagai warisan, baik
tidak hanya terjadi antara pengusaha dengan sebagai anak, istri yang bercerai, maupun
masyarakat, tapi juga antara perempuan dan ditinggal mati suami.
laki-laki. Ketimpangan pemilikan dan atau
penguasaan tanah antara laki-laki dan perem- Budaya patriarki inilah yang kemudian
puan yang terjadi antara lain di Desa Barati, membuat perempuan kehilangan haknya atas
Kecamatan Pamona Tenggara, Kabupaten Poso, tanah. Perempuan yang dalam peran gendernya
Sulawesi Tengah, di mana perbandingan diposisikan berada di ranah domestik, dianggap
penguasaan tanah di Barati sendiri masih tidak mampu untuk mengelola aset, atau
didominasi oleh laki-laki dengan perbandingan properti keluarga. Sedangkan laki-laki yang
90:103. Situasi serupa juga terjadi di Desa Seri terbiasa dan diposisikan di ruang publik,
Bandung, Kabupaten Ogan Ilir - Sumatera pencari nafkah utama keluarga diyakini mampu
Selatan, di mana surat keterangan hak usaha mengelola aset dan properti keluarga tersebut.
atas tanah atas nama perempuan hanya 15,7%, Hal ini dapat berdampak semakin ter-
sedangkan atas nama laki-laki 84,3%4. gantungnya perempuan terhadap laki-laki, dan
membuat hak mereka atas tanah semakin
Sistem adat di Indonesia menjadi salah satu diabaikan.
faktor yang menyebabkan terjadinya ketim-
pangan penguasaan atau kepemilikan tanah di

3
Data SP Poso 2016.
4 5
Data SP Palembang, 2015. Data SCN, 2010.

2 | Kertas Kebijakan Solidaritas Perempuan – RUU Pertanahan 2018


b. Perempuan tidak diakui sebagai subjek pada perempuan korban penggusuran, mereka
Ketimpangan penguasaan dan kepemilikan jarang dilibatkan dalam ruang pengambilan
tanah antara perempuan dan laki-laki, di mana keputusan terkait proses negosiasi ganti rugi,
jumlah perempuan yang memiliki atau me- maupun dalam menentukan tempat relokasi.
nguasai tanah masih sangat sedikit, berdampak c. Meningkatnya beban perempuan akibat
terdiskriminasinya perempuan dalam ruang- kehilangan tanah sebagai sumber-sumber
ruang pengambilan keputusan terkait penge- kehidupan
lolaan tanah yang selama ini mereka kelola.
Sistem budaya patriarki yang kuat telah Hilangnya akses dan kontrol perempuan atas
mengakibatkan posisi dan peran perempuan lahan, berdampak kepada semakin beratnya
dalam penguasaan dan kepemilikan tanah beban kerja perempuan. Peran perempuan,
menjadi tidak diakui dan diperhitungkan oleh yang dianggap sebagai penjaga keberlanjutan
keluarga, komunitas dan negara. Tanpa alas hak keluarga, harus bekerja serabutan untuk dapat
kepemilikan dan atau penguasaan atas tanah, memenuhi kebutuhan ekonomi suami dan anak.
serta peran gender yang menempatkan Para perempuan yang biasanya bertani, tanpa
perempuan di ranah domestik, membuat tanah terpaksa alih profesi menjadi buruh
perempuan terdiskriminasi ini untuk meng- migran di luar negeri yang minim perlindungan
akses informasi terkait tanah yang mereka atau menjadi buruh murah (buruh cuci, buruh
kelola, karena informasi biasanya berputar di tani, ataupun buruh harian lepas dari
ranah publik. Tanpa informasi yang jelas, perusahaan). Seperti yang terjadi di Desa
membuat perempuan tidak dapat memberikan Lasang Barat, Kecamatan Polongbangkeng
pandangan/pendapatnya, maupun dilibatkan Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan,
dalam ruang pengambilan keputusan, termasuk dimana tanah masyarakat diambil alih oleh
dalam mengakses sarana dan prasarana PTPN XIV Unit Takalar untuk dijadikan
pertanahan. Padahal perempuan memiliki andil perkebunan tebu. Para perempuan petani ini
besar dalam pengelolaan tanah. terpaksa harus beralih profesi menjadi pekerja
rumah tangga, pedagang kaki lima, dan menjadi
Di sektor pertanian, perempuan terlibat mulai buruh tani dengan upah yang sangat rendah7.
dari persemaian benih, menanam benih, Selain sumber ekonomi, tanpa tanah perem-
membersihkan, memberi pupuk, dan memanen. puan juga kehilangan nilai sosial dan budaya.
Pekerjaan memelihara dan merawat lebih Saat tanah-tanah diambil alih untuk tujuan
banyak dikerjakan oleh perempuan dibanding investasi, maka kearifan lolal, ritual adat, serta
laki-laki6. Namun pekerjaan tersebut sering kali nilai gotong royong yang selama ini terbangun
diabaikan. Sensus Pertanian 2013 menunjukkan ketika mengelola tanah dalam mengelola tanah
jumlah petani perempuan hanya 23,16% pun ikut hilang.
dibandingkan petani laki-laki sebesar 76,84%
dari total 31,70 juta petani di Indonesia, d. Dampak berlapis yang dialami perem-
sedangkan dari jumlah rumah tangga usaha puan akibat konflik agraria
pertanian sebanyak 26,14 juta, 23,14 juta Konflik agraria seringkali dipicu akibat terjadi
rumah tangga usaha pertanian memiliki petani perampasan tanah wilayah yang dikelola
utama berjenis kelamin laki-laki dan 3,00 juta masyarakat oleh investor. Perampasan tanah
rumah tangga memiliki petani utama berjenis yang sering melibatkan militer ini, kerap kali
kelamin perempuan. Hal ini merupakan salah menjadikan masyarakat sebagai korban,
satu bentuk pengabaian yang dilakukan Negara terutama perempuan. Berikut dampak-dampak
atas peran perempuan dalam pengelolaan tanah yang terjadi akibat konflik agraria:
di sektor pertanian. Dengan tidak dihitungnya
peran perempuan, membuat kebutuhan mereka  Kekerasan fisik dan psikologis
pun tidak terakomodir. Hal yang sama terjadi
Bentuk kekerasan fisik dan psikologi yang
dialami perempuan saat terjadi konflik agraria,
6
Briefing Papper “Keadilan Agraria Untuk Perempuan”
7
September 2016. Data SP Anging Mammiri Makassar, 2016

Kertas Kebijakan Solidaritas Perempuan – RUU Pertanahan 2018 | 3


terutama yang melibatkan aparat keamanan Bantul Yogjakarta, warga digusur dari wilayah
atau kepolisian adalah intimidasi, kekerasan, mereka untuk tujuan pembangunan infra-
dan kriminalisasi. Peristiwa-peristiwa tersebut struktur. Warga korban penggusuran terkatung-
menimbulkan dampak trauma yang berbeda katung tinggal di tenda, tanpa tindakan cepat
terhadap perempuan. Mereka harus meng- dari pemerintah. Ada 12 KK yang sudah 2 bulan
hadapi intimidasi dan mengalami ketakutan tinggal di tenda, yang ditinggali 22 orang laki-
untuk beraktivitas di luar rumah, karena laki, 20 orang perempuan, 6 orang anak, dan 2
khawatir akan ditangkap atau mengalami orang balita. Selama mereka tinggal di tenda,
kekerasan. Ini terjadi pada perempuan dan sudah beberapa kali kedatangan pencuri untuk
anak-anak di desa Sukamulya, Kab. Majalengka, menjarah saat malam hari10. Situasi ini sangat
dimana wilayah kelola mereka akan dijadikan tidak aman, apalagi situasi setelah penggusuran,
Bandara Internasional Jawa Barat. Saat terjadi listrik dipadamkan, sehingga kondisi di wilayah
penggukuran di desa Sukamulya oleh BPN dan tersebut sangat gelap. Dalam situasi ini
didampingi oleh aparat, terjadi konflik yang perempuan dan anak-anak menjadi rentan
mengakibatkan belasan orang terluka, termasuk mengalami kekerasan seksual dari orang yang
perempuan, dan 6 orang dikriminalisasi. Pasca tidak dikenal.
kejadian ini perempuan dan anak mengalami
trauma, takut untuk beraktivitas di luar rumah,  Kerugian Materil
takut bila sendirian di rumah, dan cemas saat Saat terjadi konflik agraria, hal yang juga sering
mendengar suara keras di jalan8, dan para terjadi adalah kerugian materi yang dialami
perempuanlah yang harus memulihkan trauma warga. Saat terjadi penggusuran di Pasir Gumuk
yang dialami anak-anak mereka akibat teror Parangkusumo, yang terjadi 14 Desember 2016
dan kekerasan yang terjadi sebagai akibat dari lalu, warga Parangkusumo yang mayoritas
konflik agraria. berternak, terpaksa harus menjual kambing dan
ayam mereka dengan harga murah, karena
Sedangkan para perempuan di Ogan Ilir
dalam kondisi tanpa tempat tinggal, tentu saja
Sumatera Selatan, selain kehilangan sumber
tidak memungkinkan untuk memelihara ternak.
pendapatan akibat tanah mereka dirampas
Selain itu, warga juga mengeluhkan barang-
untuk perkebunan tebu oleh PTPN VII Cinta
barang yang rusak, dan hilang yang saat terjadi
Manis, mereka juga harus mengalami situasi
penggusuran, dibawa aparat Satpol PP ke Balai
menjadi “tameng” keamanan keluarga, apabila
Desa11. Sedangkan warga Sukamulya, terpaksa
para laki-laki ditahan polisi ataupun menyem-
gagal panen, karena sawah yang seharusnya
bunyikan diri untuk menghindari kriminalisasi.
segera panen terinjak-injak oleh aparat.
Perempuan harus menjaga rumah dan men-
jawab pertanyaan dari brimob yang sedang
III. Landasan Hukum
melakukan penyisiran mencari suami-suami
mereka. Perempuan yang suaminya ditangkap, Dengan berbagai permasalahan yang dialami
terpaksa berhutang untuk bisa menjenguk perempuan atas tanah, sudah seharusnya ada
suaminya setiap harinya di dalam tahanan kebijakan pertanahan yang dapat melindungi
sambil menanggung beban menghidupi sendiri hak perempuan atas tanah. Berikut ini adalah
dirinya dan anak-anaknya sejak suaminya kebijakan di Indonesia yang menjadi referensi
ditahan9. Bahkan dalam kasus ini, perempuan atau menjadi pendukung adanya kebijakan
pun tidak luput dari tindak kekerasan dan pertanahan yang melindungi hak perempuan
kriminalisasi oleh aparat. atas tanah.

Selain kekerasan yang dilakukan aparat, tindak a. UUD 1945 Pasal 28H (2) yang menyatakan
kekerasan lain juga rawan dialami perempuan bahwa Setiap orang mendapat kemudahan
pasca konflik, khususnya dalam kasus peng- dan perlakuan khusus untuk memperoleh
gusuran, seperti yang terjadi di Parangkusumo, kesempatan dan manfaat yang sama guna

8 10
Data investigasi Konflik Tanah Sukamulya, 2016. Data Investigasi SP “Konflik Tanah Parangkusumo”, 2016.
9 11
Data SP Palembang 2012. Ibid.

4 | Kertas Kebijakan Solidaritas Perempuan – RUU Pertanahan 2018


mencapai persamaan dan keadilan dan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Pasal 28I (2) Setiap orang berhak bebas (RPJMN) 2015–2019. Salah satu arah
atas perlakuan yang bersifat diskriminatif kebijakan pengarusutamaan gender yang
atas dasar apa pun dan berhak termuat dalam RPJMN 2015–2019 adalah
mendapatkan perlindungan terhadap meningkatkan kapasitas kelembagaan
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. PUG, dengan strategi antara lain (1)
b. TAP MPR No. IX/MPR/2001 tentang Penyempurnaan proses pembentukan
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan peraturan perundangan-undangan dan
Sumber Daya Alam Pasal 4 huruf f kebijakan agar selalu mendapatkan
menyatakan bahwa Pembaruan agraria masukan dari perspektif gender; dan (2)
dan pengelolaan sumber daya alam harus Pelaksanaan review dan harmonisasi
dilaksanakan sesuai dengan prinsip- seluruh peraturan perundangan-undangan
prinsip Mewujudkan keadilan termasuk dari UU sampai dengan peraturan daerah
kesetaraan gender dalam penguasaan, agar berperspektif gender, termasuk di
pemilikan, penggunaan, pemanfaatan, dan bidang sumber daya alam dan lingkungan.
pemeliharaan sumber daya agraria/ g. Tujuan ke-5 Pembangunan Berkelanjutan
sumber daya alam. (Sustainable Development Goals/SDG’s),
c. Undang-undang Pokok Agraria No. 5 yaitu mewujudkan kesetaraan gender dan
Tahun 1960 menjamin hak perempuan memberdayakan semua perempuan dan
atas tanah melalui pengaturan Pasal 9 anak perempuan, dan dalam pengelolaan
Ayat (2), yang menyatakan “Tiap-tiap sumber daya alam secara khusus terdapat
warga-negara Indonesia, baik laki-laki dalam target 7 yaitu Melakukan reformasi
maupun wanita mempunyai kesempatan untuk memberikan hak yang sama ter-
yang sama untuk memperoleh sesuatu hak hadap sumber daya ekonomi, serta akses
atas tanah serta untuk mendapat manfaat ke kepemilikan dan kontrol atas tanah dan
dari hasilnya, baik bagi diri sendiri bentuk-bentuk lain dari properti, jasa
maupun keluarganya” keuangan, warisan dan sumber daya alam,
sesuai dengan hukum nasional, dengan
d. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang didukung oleh target 9, yaitu Mengadopsi
Desa yang mengatur bahwa Kepala Desa dan memperkuat kebijakan dan per-
dan Badan Permusyawaratan Desa undang-undangan berlaku untuk promosi
berkewajiban melaksanakan kehidupan kesetaraan gender dan pemberdayaan
demokrasi dan berkeadilan gender, perempuan dan anak perempuan di semua
termasuk menjamin keterlibatan dan tingkatan.
partisipasi perempuan dalam pemba-
ngunan dan pengambilan keputusan di h. Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang
desa. Pengarusutamaan Gender dalam Pemba-
ngunan Nasional. Di mana di dalam Inpres
e. Peraturan Pemerintah (PP) No. 43/2014 tersebut juga disebutkan bahwa Pengaru-
Pasal 121 Ayat 2 yang menyatakan sutamaan gender dilaksanakan salah
pelaksana kegiatan pembangunan desa satunya dengan melaksanakan analisis
ditetapkan dengan mempertimbangkan gender untuk mengidentifikasi dan
keadilan gender. memahami ada atau tidak adanya dan
f. Kesetaraan dan keadilan gender menjadi sebab-sebab terjadinya ketidaksetaraan
salah satu tujuan pembangunan yang dan ketidakadilan gender, termasuk
ditetapkan dalam Undang-Undang (UU) pemecahan masalahnya.
No. 17/2007 tentang Rencana Pemba-
ngunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005–2025 yang juga dijabarkan dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia
No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Kertas Kebijakan Solidaritas Perempuan – RUU Pertanahan 2018 | 5


IV. Rekomendasi RUU Pertanahan harus menjamin hak perem-
puan sebagai pemilik tanah yang memiliki hak
Dengan berbagai permasalahan yang dialami pemanfaatan (withdrawal), hak pengelolaan
perempuan terkait hak atas tanah, maka perlu (management), hak pelarangan (exclusion) dan
ada kebijakan pertanahan yang dapat hak pengalihan (alienation). Karena Hak kepe-
melindungi hak perempuan atas tanah. RUU milikan dan penguasaan perempuan atas tanah
Pertanahan harus mampu menjadi solusi dari saja, tidak secara otomatis menjamin perem-
berbagai permasalah tersebut. Berikut poin- puan memiliki akses terhadap tanah tersebut.
poin penting yang menurut SP penting
terintegrasi ke dalam RUU Pertanahan. Perlu ada penegasan secara khusus mengenai
perempuan sebagai subyek hak atas tanah di
1. Mengintegrasikan prinsip keadilan dalam RUU Pertanahan untuk menjamin
gender dalam RUU pertanahan melalui penghormatan, pemenuhan dan perlindungan
penegasan azas hak perempuan atas tanah, baik dalam hal
Penegasan secara khusus mengenai asas akses, kontrol, partisipasi maupun manfaat atas
keadilan gender penting untuk menjadi dasar tanah, antara lain dengan menegaskan kembali
dan sebagai acuan dalam keseluruhan UUPA no. 5 tahun 1960 pasal 9 ayat (2), yang
pengaturan, pengurusan, pengelolaan dan menyatakan bahwa Tiap-tiap warga-negara
pengawasan pertanahan untuk menjamin hak Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan
perempuan dan sebagai bentuk perlindungan mempunyai kesempatan yang sama untuk
terhadap diskriminasi dan ketidakadilan gender memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk
yang dialami perempuan akibat sistem hukum, mendapat manfaat dari hasilnya, baik bagi diri
adat dan budaya dalam hal pertanahan. Hal ini sendiri maupun keluarganya. Hal ini penting
untuk menghilangkan ketimpangan pengua- untuk melindungi perempuan sistem hukum,
saan, kepemilikan, pengelolaan dan peman- adat dan budaya yang mendiskriminasi dan
faatan serta menjamin perlindungan dan meminggirkan perempuan. Selain itu, perlu juga
keadilan bagi perempuan dan laki-laki dalam dipastikan bahwa hukum adat tidak
mengakses, mengontrol dan memanfaatkan, menghilangkan hak perempuan atas tanah,
termasuk mengambil keputusan atas tanah terutama terkait warisan. Perlu ditegaskan
sebagai sumber kehidupan dirinya, keluarganya dalam RUU ini, bahwa perempuan dan laki-laki
dan komunitasnya. memiliki hak yang setara atas tanah warisan.

Selain prinsip keadilan gender, perlu juga Dengan posisi perempuan sebagai subjek atas
dipastikan bahwa hukum adat tidak tanah, membuat mereka wajib mendapat
menghilangkan hak perempuan atas tanah, informasi apapun mengenai wilayah kelola
terutama terkait warisan. Perlu ditegaskan mereka dan terlibat dalam ruang-ruang
dalam RUU ini, bahwa perempuan dan laki-laki pengambilan keputusan. Untuk menjamin hak
memiliki hak yang setara atas tanah warisan. tersebut maka dalam bukti kepemilikan, seperti
sertifikat wajib mencantumkan nama laki-laki
2. Penegasan perempuan sebagai subjek dan perempuan. Selain itu, dapat dituliskan
atas tanah secara tegas dalam ketentuan umum, bahwa
RUU Pertanahan harus dapat menjamin hak masyarakat adalah perempuan dan laki-laki.
perempuan atas tanah, termasuk melindungi
3. Pelaksanaan reforma agraria yang adil
kepemilikan dan penguasaan perempuan
gender
terhadap tanah saat berhadapan dengan
kepentingan pihak lain yang memiliki Pelaksanaan reforma agraria wajib memastikan
penguasaan atas akses terhadap tanah melalui perempuan sebagai subjek, yang terlibat dalam
relasi kuasa yang mereka miliki, baik ditingkat tahapan pelaksanaan reforma agraria. Reforma
keluarga (ayah, suami, paman) maupun di agraria atau penataan kembali penguasaan,
tingkat komunitasnya (tokoh masyarayat, tokoh pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
adat) yang mayoritas dikuasai oleh laki-laki. sumber daya agraria, dilaksanakan dalam

6 | Kertas Kebijakan Solidaritas Perempuan – RUU Pertanahan 2018


rangka tercapainya kepastian dan perlindungan pasca konflik terjadi, karena sering kali
hukum serta keadilan, termasuk keadilan perempuan dan anak mengalami trauma
gender, dan kemakmuran bagi seluruh rakyat pasca konflik, dimana saat anak-anak
Indonesia, antara lain dengan: mengalami trauma, para perempuanlah
yang harus berhadapan dengan situasi
(a) menegaskan perempuan sebagai subyek tersebut;
dari reforma agraria, (c) Adanya mekanisme penyelesaian konflik
(b) mengidentifikasi dan menjamin hak agraria yang menjamin perlindungan hak
perempuan sebagai subyek penerima tanah perempuan untuk mendapatkan informasi
obyek reforma agraria beserta program dan terlibat penuh dalam pengambilan
penunjangnya, termasuk perempuan kepala keputusan, serta mampu menjamin
keluarga tunggal, dengan memastikan pemenuhan hak dan keadilan bagi
perem-puan juga mendapat peluang yang perempuan, dengan memperhatikan kepen-
sama untuk mendapat akses sarana dan tingan dan kebutuhan khusus perempuan.
prasarana pelaksanaan reforma agraria,
seperti modal, alat produksi, kredit, dll.; Selain itu, penyelesaian konflik, perlu dipastikan
(c) menjamin kepemilikan bersama atas tanah prosesnya berlangsung secara transparan, agar
obyek reforma agraria, antara lain dengan masyarakat dapat terinformasi dan mengikuti
memasukkan nama pasangan (laki-laki dan setiap tahapannya.
perempuan) ke dalam sertifikat tanah
obyek reforma agrarian, agar perempuan 5. Jaminan Partisipasi Penuh Perempuan
memiliki hak yang sama untuk ruang RUU Pertanahan ini harus dapat memberikan
pengambilan keputusan terkait TORA yang jaminan hak partisipasi perempuan secara
mereka kelola, dan juga mendapatkan penuh dalam merencanakan penggunaan
sarana penunjang TORA, seperti modal, maupun pengelolaan tanah, dengan memastikan
serta peningkatan kapasitas adanya informasi yang jelas, lengkap dan
mudah dipahami, serta dapat menjangkau
Selain itu, perlu dipastikan juga bahwa Reforma perempuan, sehingga perempuan memiliki
Agraria yang adil gender ini, diinformasikan kesetaraan pemahaman untuk dapat ber-
kepada masyarakat, baik laki-laki dan partisipasi secara penuh. Semua proses
perempuan. Informasi ini harus dapat dijangkau perencanaan terkait penggunaan tanah, baik
seluruh masyarakat, termasuk masyarakat kegiatan pembangunan untuk sarana dan
marginal, seperti petani, masyarakat adat, dan fasilitas publik, infrastruktur, aktivitas industri;
perempuan. pertambangan, perkebunan skala besar, proyek
4. Penyelesaian konflik yang sensitif dan di sektor kehutanan, harus melibatkan
responsif gender perempuan sebagai warga negara yang me-
miliki kedudukan dan hak yang sama dengan
Penyelesaian konflik agraria perlu menggu- laki-laki, di mana pelibatan perempuan tidak
nakan pendekatan yang sensitif dan responsif sekedar mobilisasi kehadiran dalam pertemuan,
gender, dengan memperhatikan kebutuhan dan akan tetapi perempuan berhak menentukan.
kepentingan yang berbeda antara perempuan Misalnya, dalam rencana pembangunan industri
dan laki-laki. Dalam hal ini: perkebunan ataupun, infrastruktur atas nama
untuk kepentingan umum, baik pemerintah
(a) Pengaturan mengenai penyelesaian ataupun swasta berkewajiban mengin-
konflik/sengketa harus melibatkan formasikan secara jelas kepada perempuan
perempuan dalam proses penyele-saiannya, terkait proyek, dan menghargai pendapat
termasuk dalam diskusi terkait ataupun keputusan perempuan apakah setuju
kompensasi/ganti rugi yang terjadi akibat atau menolak rencana tersebut tanpa ada
konflik; tekanan atau intimidasi atas keputusan tersebut
(b) Proses rehabilitasi psikologis atau sebagaimana dalam prinsip Free Prior Inform
pemulihan ruang sosial pun wajib dilakukan Consent (FPIC). Perempuan juga harus diberikan

Kertas Kebijakan Solidaritas Perempuan – RUU Pertanahan 2018 | 7


ruang untuk mengemukakan keluhan, dan (b) perencanaan reforma agraria dan
jaminan keamanan saat mengajukan keluhan, pemanfaatan tanah untuk kemakmuran
terutama dalam proses pembebasan lahan rakyat (laki-laki dan perempuan);
dan/atau penggusuran. Selain itu, Salah satu (c) persetujuan dari masyarakat (laki-laki dan
ruang partisipasi perempuan dapat dimasukan perempuan) sebagai syarat ditentukannya
dalam pasal mengenai HGU dan HGB, dimana suatu wilayah menjadi wilayah yang
persetujuan perempuan sebagai masyarakat memiliki status Hak Guna Usaha (HGU);
terdampak dijadikan sebagai salah satu syarat (d) mekanisme pengaduan keluhan dan
terbitnya HGU dan HGB. Terutama HGU untuk penyelesaian konflik agraria.
wilayah yang akan dijadikan sebagai per-
kebunan skala besar, seperti kelapa sawit, V. Penutup
dimana industri ini memiliki berbagai dampak
negatif, baik untuk lingkungan dan juga Dengan berbagai permasalahan pertanahan
perempuan. yang dialami perempuan, memang sudah
saatnya ada kebijakan pertanahan yang dapat
Dalam hal ini, RUU Pertanahan ini perlu menjamin kedaulatan perempuan atas tanah.
mencantumkan bab khusus mengenai Peran Karena UU ini akan menjadi payung dari
Serta Masyarakat, yang menjamin hak kebijakan lainnya terkait dengan pengelolaan
masyarakat, baik laki-laki dan perempuan untuk tanah. Dengan disahkannya kebijakan per-
berpartisipasi secara penuh dalam pengelolaan tanahan yang dapat melindungi hak perempuan
dan pemanfaatan tanah. Secara khusus, perlu atas tanah, maka akan berdampak kepada
ada jaminan akses atas informasi dan diakuinya perempuan di di mata hukum.
penegasan partisipasi perempuan dalam: Perempuan yang berdaulat atas tanah, berhak
untuk menentukan apa yang akan mereka
(a) penyusunan rencana peruntukan dan peng- lakukan di wilayah kelola mereka.
gunaan tanah;

Solidaritas Perempuan, 2018

8 | Kertas Kebijakan Solidaritas Perempuan – RUU Pertanahan 2018

Anda mungkin juga menyukai