Anda di halaman 1dari 30

BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 KONSEP MODEL YANG DIKEMBANGKAN

Pengembangan bahan ajar merupakan suatu upaya untuk menciptakan

rangkaian proses pembelajaran yang membawa unsur baru kedalam proses

perencanaan, evaluasi, uji coba secara sistematis. Bahan ajar merupakan sarana atau

alat pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik untuk menunjang proses

pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan bahan ajar teks debat

dengan metode Mind Mapping dan Simulasi (MISI). Hal ini dikembangkan dengan

menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development)

model Dick & Carey.

Metode penelitian dan pengembangan atau biasa dikenal dengan metode

Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Salah satu

model pengembangan yang dapat digunakan ialah model pengembangan Dick and

Carey. Pengembangan model pembelajaran Dick & Carey terdiri dari sepuluh

tahapan dasar dan prosedur pengembangan. Prosedur pengembangan model Dick &

Carey, antara lain:


a. Identifikasi Tujuan Pembelajaran

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menerapkan model desain

sistem pembelajaran ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang

perlu dimiliki oleh peserta didik yang menempuh program pembelajaran. Hal ini

disebut dengan istilah tujuan pembelajaran atau instructional goal. Rumusan

tujuan pembelajaran dapat dihasilkan melalui proses analisis kebutuhan dan

pengalaman-pengalaman tentang kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik.

Cara ini dikenal dengan istilah analisis tugas.

b. Analisis Instruksional

Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya

adalah melakukan analisis instruksional. Yaitu sebuah prosedur yang digunakan

untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan relevan dan diperlukan oleh

peserta didik untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Untuk

melakukan analisis instruksional, ada beberapa langkah diperlukan untuk

mengidentifikasi kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

perlu dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.


c. Analisis Siswa dan Konteks

Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan

yang dipelajari oleh peserta didik dan situasi yang terkait dengan tugas yang

dihadapi oleh peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan

yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik peserta didik meliputi

kemampuan actual yang dimiliki oleh peserta didik, gaya atau preferensi cara

belajar, dan sikap tehadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang

karakteristik peserta didik yang akan belajar dapat membantu perancangan

program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran

yang akan digunakan.

d. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang bersifat spesifik, ada

beberapah hal yang perlu mendapatkan perhatian:

1) Menentukan kompetensi dasar yang berkaitan dengan pengetahuan dan

keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik setelah menempuh proses

pembelajaran,

2) Kondisi yang diperlukan agar peserta didik dapat melakukan unjuk kemampuan

dari pengetahuan yang telah dipelajari, dan

3) Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan peserta didik

dalam menempuh proses pembelajaran.

e. Mengembangkan Alat atau Instrumen Penilaian


Berdasarkan tujuan atau kompetensi khusus yang telah dirumuskan, langkah

selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrument penilaian yang mampu

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Hal ini dikenal juga dengan

isrilah evaluasi hasil belajar. Instrument evaluasi yang akan digunakan harus

dapat mengukur performa peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan.

f. Mengambangkan Strategi Pembelajaran

Strategi yang digunakan disebut dengan istilah strategi pembelajaran. Bentuk-

bentuk strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan

aktivitas pembelajaran yaitu aktivitas pra-pembelajaran, penyajian materi

pembelajaran, dan aktivitas tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran. Strategi

pembelajaran yang dipilih untuk digunakan perlu didasarkan pada faktor-faktor

sebagai berikut:

1) Teori terbaru tentang aktivitas pembelajaran,

2) Penelitian tentang hasil belajar,

3) Karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan

materi pembelajaran,

4) Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh peserta didik, dan

5) Karakterisitik peserta didik yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Pemelihan strategi pembelajaran yang tepat perlu dilakukan dalam mendesain

berbagi aktivitas pembelajaran seperti halnya interaksi pembelajaran yang


berlangsung di kelas, pembelajaran dengan menggunakan media dan sistem

pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan jaringan computer atau internet dan

web.

g. Penggunaan Bahan Ajar

Pada tahap ini, perancangan program pembelajaran dapat menerapkan strategi

pembelajaran yang telah dirancang dalam tahap sebelumnya ke dalam bahan ajar

yang akan digunakan. Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu

sesuatu yang dapat membawa informasi dan pesan dari sumber belajar kepada

peserta didik. Pengadaan bahan ajar yang akan digunakan dapat dilakukan melalui

beberapa cara, yaitu:

1) Membeli produk komersial,

2) Memodifikasi bahan ajar yang telah tersedia, dan

3) Memproduksi sendiri bahan ajar sesuai tujuan.

h. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif

Langkah selanjutnya, melakukan pengumpulan data yang terkait dengan

kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi ini dapat

digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki program. Tiga jenis evaluasi

formatif untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu:

1) Evaluasi perorangan

2) Evaluasi kelompok sedang


3) Evaluasi lapangan

i. Melakukan Revisi Terhadap Draf Program Pembelajaran

Langkah rakhir adalah merivisi kegiatan pembelajaran dengan menganalisis

data yang diperoleh dari evaluasi formatif untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil evaluasi akan

menghasilkan sistem pembelajaran yang lebih efektif dan meningkatkan kualitas

program pembelajaran.

j. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi

formatif. Jenis evaluasi ini dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara

formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi

sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilaian

independen.1

Sepuluh langkah desain model pengembangan dick and carey di atas

merupakan sebuah langkah-langkah atau prosedur yang digunakan untuk membuat

suatu program pembelajaran. Setiap langkah memiliki keterikatan masing-masing

agar menjadi suatu produk atau program pembelajaran yang baik.

2.2 KERANGKA TEORITIK

1
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Dian Rakyat, 2009) hlm 98-109.
2.2.1 Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar diawali dengan adanya pengembangan kurikulum

atau perubahan kurikulum. Pengembangan bahan ajar merupakan suatu upaya untuk

menciptakan rangkaian proses pembelajaran yang terbarukan meliputi perencanaan,

evaluasi, uji coba, dan hasil yang tersusun secara sistematis.

Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus dikuasi peserta didik

untuk mendapatkan ijazah atau nilai kenaikan kelas.2 Selain itu kurikulum juga

merupakan suatu acuan pendidikan yang digunakan oleh seluruh jenjang tingkat

pendidikan dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA/SMK). Rangkaian pembelajaran yang tersaji dalam sebuah

kurikulum mengharuskan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang telah

dirancang. Hal ini membuktikan bahwa kurikulum adalah bagian terpenting dalam

proses pembelajaran peserta didik dan menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran.

Menurut Soedijarto, Kurikulum adalah pengalaman dan kegiatan belajar yang

direncanakan untuk diatasi oleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetepkan oleh suatu lembaga.3

Pengalaman yang dimaksud ialah anak merasakan apa yang ia lakukan dan ia

alami secara langsung yang telah direncanakan sebelumnya oleh pendidik untuk

2
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan (Lampung: Aura
Publising, 2014) hlm 73.
3
Ibid. Hlm 75
memenuhi pencapaian yang telah dibuat. Namun, banyak sekali rangkaian kegiatan

yang belum maksimal sehingga hasil yang terlihat belum sempurna.

Kemudian UUSP No 20 Tahun 2003 (dalam Yuberti), kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Jadi dalam pemaparan mengenai kurikulum dari beberapa ahli maka dapat

disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rancangan pembelajaran

bersistematis yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan dengan baik.

Kurikulum juga ditunjang oleh banyak aspek lain untuk mempermudah proses

pembelajaran salah satunya adalah bahan ajar.

Bahan ajar merupakan hal penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar

yang biasa digunakan ialah buku. Buku mengandung berbagai infomasi yang dapat

diketahui dan dipelajari. Mengenai sejarah masa lalu kecanggihan teknologi hingga

penemuan-penemuan yang semakin canggih sehingga pembacanya menemukan

informasi baru yang belum ia ketahui. Buku ditulis menggunakan kaidah pembuatan

buku, jika tidak maka informasi yang terkandung dalam buku tidak tersampaikan

dengan baik.

Prastowo, mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik

informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam

proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran.4

Widodo dan Jasmadi (dalam Yuberti) mengatakan bahwa bahan ajar adalah

seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran,

metode, batasan – batasan dan alat mengevaluasi yang di desain secara sistematis dan

menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi

atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.5 Batasan ini memberikan

gambaran bahwa bahan ajar seharusnya ditulis atau disusun secara sistematis dengan

kaidah yang berlaku karena bahan ajar diciptakan untuk mempermudah dan

membantu pendidik dalam proses pembelajaran.

Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar

adalah seperangkat materi pelajaran yang disusun secara sistematis untuk

mempermudah pendidik dalam proses pembelajaran serta mengacu pada kurikulum

yang telah ditentukan.

2.2.2.1 Teks Debat

Teks debat merupakan salah satu teks materi kelas X. Debat merupakan salah

satu bagian dari empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan berbicara. Debat

adalah saling adu argumentasi antar pribadi atau antar kelompok manusia dengan

4
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Menciptakan Metode Pembelajaran
yang menarik dan Menyenangkan. (Yogyakarta: Diva Press, 2014). Hlm 17
5
Yuberti, Op. Cit., Hlm 185
tujuan mencapai kemenangan satu pihak.6 Menurut Sukadi, debat adalah saling adu

argumentasi antarpribadi atau antarkelompok manusia dengan tujuan mencapai

kemenangan.7

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa debat merupakan

pertukaran pendapat atau informasi mengenai suatu hal dengan saling beradu

argumentasi yang biasanya terdiri dari perlawanan antara pihak pro dan kontra untuk

mencapai sebuah kemenangan.

Sehubungan dengan kegiatan adu argumentasi (debat) antara dua pihak,

terdapat beberapa jenis debat yang sering dilaksanakan, yaitu:

a. Debat formal, misalnya debat antarkandidat legislatif seperti parlemen, yaitu debat

yang dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat

dihasilkan melalui voting atau keputusan juri, yang biasa dilakukan negara-negara

yang menggunakan sistem oposisi.

b. Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di

tingkat sekolah dan universitas, misalnya, debat kompetitif dalam pendidikan, yaitu

debat yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di

kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis,

jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda dan kemampuan

berbahasa asing (bula debat dilakukan dalam bahasa asing).

c. Debat proposal (policy debate)


6
Hendrikus, Op. Cit., hlm. 120
7
Ranem, dkk., “Pengembangan bahan ajar materi debat dengan metode role playing pada siswa
kelas X sekolah menengah atas”, Diglosia, Vol 1, No 2, 2018, hlm 65-74 . Diunduh pada tgl 1 Juni
2019
Dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan

topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan

kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan repan

afirmatif (mendukung proposal) dan negative (menentang proposal).8

2.2.1.2. Patokan Dalam Berdebat

Di bawah ini dijelaskan enam belas patokan yang dapat dipergunakan dalam

proses berdebat:

a. Kita harus berkonsentrasi dan membataskan diri pada pokok pikiran lawan

bicara yang menjadi titik lemah. Apabila ternyata dari sepuluh pikiran ada

sembilan yang benar, maka kita bertumpu pada satu pokok yang lemah itu,

di mana ada kemungkinan untuk menjatuhkan lawan.

b. Apabila posisi kita lemah,maka kita tidak dapat mengemukakan

argumentasi yang efektif, oleh karena itu kita harus selalu kembali kepada

titik lemah lawan bicara.

c. Kita hanya boleh mengemukakan pembuktian apabila kita tahu pasti bahwa

alasan lawan bicara tidak lebih kuat daripada alasan kita sendiri.

d. Apabila lawan menunjukan kelemahan argumentasi kita, maka kita juga

harus menunjukkan hal yang sama pada pihak lawan. Dengan ini kita

8
Masnun Hasanah, Metafora Dalam Debat Politik Di tvOne Suatu Tinjauan Semantik Serta
Implikasinya Bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA. (UNJ: 2010) Hlm 32.
membuktikan bahwa pada pihak lawan juga ada kelemahan. Perdebatan

menjadi seimbang dan proses adu argumentasi dapat dilanjutkan.

e. Kita harus membedakan antara kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam

hubungan dengan tata sopan santun dan kesalahan-kesalahan argumentative

yang dapat menjebak lawan bicara.

f. Kita harus menunjukkan secara jelas kebenaran dan kekuatan kita, sebelum

lawan melihat kelemahan-kelemahan kita. Sementara itu kita juga

menyingkapkan kelemahan dan kekurangan yang tampak atau yang akan

muncul dari pihak lawan dan membeberkan secara meyakinkan kepada

lawan bicara.

g. Pikiran atau ide itu tidak menentukan! Yang menentukan adalah tindakan!

Siapa yang menerima ide itu lalu memasukkan ide itu secara terencana,

dialah pelaksana, penguasa dan pemilik ide itu dan bukan orang yang

melahirkan ide itu.

h. Dapat terjadi bahwa karena mempergunakan suatu perbandingan atau suatu

ungkapan, seluruh pikiran tampak tidak berbobot. Tetapi segala celaan dapat

diatasi dengan sikap yang sungguh-sungguh. Sebaliknya, kesungguhan

dapat dihancurkan oleh ejekan dan celaan.

i. Orang menanggapi argumentasi lawan hanya terhadap apa yang dikatakan

pertama atau yang terakhir. Apabila tidak ada kata atau pengertian yang

menghubungkan jalan pikiran kedua bagian itu, maka argumentasi akan

lemah.
j. Siapa yang ingin menemukan kesalahan pada pikiran lawan bicara, dia

harus menyingkap sesuatu, yang tidak pernah dimunculkan dalam proses

debat itu.

k. Apabila lawan bicara mau mengemukakakn suatu hal yang khusus, maka

kita hraus mencoba menggeneralisasikannya. Selama kita masih dapat

membuktikannya sebagai suatu kekeliruan yang bersifat umum, kita berada

pada pihak yang beruntung.

l. Apabila ternyata bahwa pembuktian lawan itu kuat, maka kita harus

mencoba memaparkannya kembali, tetapi dengan memanipulasikan akibat-

akibatnya, sebab akibat dari setiap proses biasanya sekurang-kurangnya

mengandung keraguan.

m. Sering kali seseorang dapat berhasil menang dalam debat, apabila dia

menyerang pelbagai pendapat yang muncul dengan cara mengejek.

n. Pengamatan yang tepat, pengertina yang dalam dan logika,

mengkarakterisasi suatu debat yang baik, dan ini terbukti apabila seseorang

sanggup menunjukkan bahwa argumentadi lawan itu lebih tepat dikenakan

pada satu masalah lain.

o. Debat itu dapat dilatarbelakangi oleh sifat ingat diri dan menuntut satu

disiplin rohani-akademis yang tinggi. Berdebat pada dasarnya

mengandalkan penguasaan bahan. Di lain pihak, dalam debat orang harus

tetap menjaga sopan santun, juga dalam argumentasi ad hominem.


p. Berdebat berarti menundukan lawan lewat argumentasi atau dengan kata

lain menaklukkan lawan bicara, tetapi harus dengan cara yang fair dan

sportif sebagaimana dalam pertandingan olahraga.9

2.2.1.2 Skeman Pembicaraan dalam Debat

Ada dua skema yang dapat dipergunakan sebagai senjata untuk memenangkan

suatu perdebatan:

a. Skema Mempertahankan Posisi

Dalam debat, di mana orang harus mempertahankan posisi

dapat dipergunakan skema sebagai berikut:

1) Menunjukan titik tolak pendapat kita

2) Mengemukakan dasar, alasan pendapat kita

(argumentasi)

3) Membeberkan contoh-contoh konkret untuk

memperkuat pembuktian

4) Menarik kesimpulan (yang bernada menuntut,

memaksa)

5) Seruan untuk bertindak.

b. Skema Dialektis

9
D. Hendrikus, Op. Cit., hlm 126.
Dalam suatu debat, orang dapat mengemukakan pikiran atau

pendapatnya secara dialektis. Untuk menyusun jalan pikiran secara dialektis dapat

dipergunakan skema di bawah ini:

1) Menyajikan titik tolak

2) Mengemukakakn argumentasi

3) Menguraikan kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra

4) Penjelasan argumentasi kontra secara lebih terinci

5) Seruan untuk bertindak (sesuai dengan argumentasi yang dikemukakan dalam nomor

2)

Skema-skema ini dapat memudahkan seseorang atau sekelompok

orang untuk mengemukakan pikiran atau pendapatnya secara efektif atau untuk

mempertahankan pendapat dari serangan lawan secara teliti dan tepat sasaran.10

2.2.1.3 Petunjuk- petunjuk Teknis

a. Ragam Pendengar

Dalam debat yang dihadiri oleh pendengar dari berbagai golongan dan tingkat

umur, moderator hendaknya tidak boleh terlalu mudah. Dia harus sungguh-sungguh

menguasai bahan dan tema debat, atau sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan

yang cukup tentang masalah yang diperdebatkan.

b. Peran Moderator

10
Ibid
Dalam menjalankan kekuasaannya sebagai pemimpin debat, dia

hendaknya penuh tenggang rasa dan penuh pertimbangan. Pada

dasarnya tidak boleh memerintah, melainkan menawarkan, tidak boleh

menteror, tetapi memberi kebebasan gerak. Jangan menggurui, tetapi

membimbing. Dia hanya boleh bersikap tegas kalau memang perlu.

c. Batas Waktu

Waktu tuntuk berbicara harus ditetapkan sebelumnya.

Pembicara arau pembawa referat harus diberi waktu secukupnya untuk

memaparkan temanya secara jelas. Referat atau makalah yang

dibawakan dalam debat sebaiknya tidak lebih dari 20 menit. Setiap

pembicara sebainya ditetapkan waktu bicaranya antara 3-5 menit.

d. Kata Penutup

Pada akhir seluruh debat, pembawa referat atau wakil kelompok

menyampaikan kata penutup. Sesudah itu moderator mengumumkan

hasil debat dan menyampaikan kata akhir untuk menutup seluruh acara

debat.11

2.2.1.4 Kegunaan Debat


11
Ibid hlm 127-128
Debat memiliki karakteriksik pembinaan yang tinggi, sebab lewat debat orang

dilatih dan dibina untuk menyiapkan bahan diskusi secara teliti, berpikir rasional dan

tajam, merumuskan pikiran secara teliti dan tepat sasaran, mempertenggangkan

pendengar yang bakal ditarik untuk menerima kebijaksanaan kelompok.12 Selain itu

debat juga dapat mengasah keterampilan berbicara dengan singkat, padat dan jelas.

Dengan pembelajaran debat ini, peserta didik dapat mengomunikasikan dan

menyampaikan masalah-masalah yang sedang terjadi dengan gaya bahasa yang

berbeda-beda dengan rasa kepercayaan diri dan wawasan yang mereka miliki.

2.2.2 Metode Mind Mapping dan Simulasi (MISI)

Metode MISI merupakan gabungan dua metode pembelajaran yaitu Mind

Mapping dan Simulasi. Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan

informasi kedalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak.13

Menurut Silberman (dalam Aris) Mind Mapping atau pemetaan pikiran

merupakan cara kreatif bagi tiap pembelajar untuk menghasilkan gagasan, mencatat

apa yang dipelajari atau mengerjakan tugas.14 Pemetaan pikiran merupakan cara yang

sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum memulai menulis.15

12
Ibid hlm 128
13
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map (Jakarta: Gramedia, 2012) Hlm. 4
14
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2017) Hlm 105.
15
Ibid
Deporter (dalam Aris) mengemukakan beberapa langkah untuk membuat peta

pikiran, yaitu:16

1) Tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah

dengan lingkaran, persegi, segitiga atau bentuk lain.

2) Tambahkan cabang keluar dari pusatnya untuk setiap point atau

gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari

jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk setiap

cabang.

3) Tuliskan kata kunci atau frasa pada tiap-tiap cabang yang

dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang

menyampaikan inti dari sebuah gagasan dan memicu ingatan pembelajaran.

4) Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan

ingatan yang baik.

Tony Buzan mengungkapkan tujuh langkah dalam membuat Mind Map,

antara lain:

a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya

diletakkan mendatar. Mengapa? karena memulai dari tengah memberi

kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk

mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.

16
Ibid Hlm 106
b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral anda. Mengapa? karena

sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan

imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap

terfokus membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.

c. Gunakan warna. Mengapa? karena bagi otak, warna sama menariknya

dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup, menambah

energy kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan.

d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan

cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan

seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang

mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Bila kita

menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan

mengingat.

e. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa?

karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang melengkung

dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauhlebih menarik bagi mata.

f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? karena kata kunci

tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind map.

g. Gunakan gambar. Mengapa? karena setiap gambar sentral, setiap gambar

bermakna seribu kata. 17

17
Tony Buzan, Op. Cit., (Jakarta : Gramedia, 2007) hlm 15-16
Berdasarkan pendapat di atas, metode Mind Mapping merupakan salah satu

teknik pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk mengingat gagasan atau

ide-ide informasi dengan cara yang menyenangkan dan kreatif. Metode mind

mapping ini dikombinasikan dengan metode simulasi. Metode simulasi ialah salah

satu model pembelajaran praktik yang dapat meningkatkan daya kepercayaan diri

peserta didik serta mengasah keterampilan berbicara. Udin Syaefudin Sa’ud

mengatakan simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah

sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu

yang tertentu. 18

Model pembelajaran simulasi adalah bentuk model pembelajaran praktik yang

sifatnya mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun

fisik/teknis). Model pembelajaran ini memindahkan suatu situasi yang nyata kedalam

kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di

dalam situasi yang sesungguhnya. 19

Adapun tujuan dari model pembelajaran simulasi yaitu, melatih keterampilan

tertentu, baik bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari, memperoleh

pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, melatih memecahkan masalah,

meningkatkan keaktifan belajar, memberikan motivasi belajar kepada peserta didik,

18
Udin Saefudin, Inovasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008) hlm 129
19
Aris Shoimin, Op. Cit., hlm 170
melatih peserta didik untuk kerja sama dalam situasi kelompok, menumbuhkan daya

kreatif peserta didik, melatih peserta didik untuk mengembangkan sikap toleransi.20

Dalam melakukan metode pembelajaran simulasi ada empat prinsip yang

harus dilaksanakan, antara lain:21

1) Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi, pemain disini harus

benar-benar memahami aturan main. Oleh karena itu, pendidik/fasilitator

hendaknya memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang

harus dilakukan serta konsekuensi-konsekuensi yang berlaku.

2) Kedua adalah mengawasi (refereeing) simulasi dirancang untuk tujuan tertentu

dengan aturan dan prosedur main tertentu.

3) Ketiga adalah melatih (coaching) dalam simulasi, pemain/peserta akan

mengalami kesalahan. Oleh karena itu, pendidik/fasilitator harus memberikan

saran agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

4) Keempat adalah diskusi. Dalam simulasi refleksi jadi bagian penting. Oleh

karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal

antara lain: kesulitan-kesulitan, hikmah apa yang bisa dipetik, bagaimana

memperbaiki kekurangan simulasi dan lain sebagainya.

Langkah-langkah metode pembelajaran Simulasi:22

20
Ibid hlm 171
21
Ibid hlm 171-172
22
Ibid hlm 172-173
1. Tahap I Orientasi

1) Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan

diintegrasikan dalam simulasi.

2) Menjelaskan prinsip simulasi dan permainan

3) Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi

2. Tahap II Latihan Bagi Peserta

1) Membuat scenario yang berisi aturan, peranan, langkah, pencatatan, bentuk

keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.

2) Menugaskan para pemeran dalam simulasi

3) Mencoba secara singkat suatu episode

3. Tahap III Proses Simulasi

1) Melaksanakan aktivitas permainan dan penganturan kegiatan tersebut.

2) Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap

performa si pemeran.

3) Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional.

4) Melanjutkan permainan/simulasi.

4. Tahap IV Pemantapan dan debriefing


1) Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul selama

simulasi.

2) Memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan dan wawasan para

peserta.

3) Menganalisis proses

4) Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata

5) Menghubungkan proses simulasi denga nisi pelajaran

6) Menilai dan merancang kembali simulasi.

Kelebihan metode simulasi diantaranya adalah simulasi dapat dijadikan

sebagai bekal bagi peserta didik dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak,

baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat ataupun dunia pekerjaan. Simulasi dapat

mengembangkan daya kreativitas peserta didik, memupuk rasa percaya diri dan

berani. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan. Simulasi dapat

meningkatkan gairah peserta didik dalam proses pembelajaran.23

Kekurangan metode simulasi adalah pengalaman simulasi tidak selalu tepat

seperti dunia nyata, pengelolaannya kurang baik sehingga tujuan tidak tercapai, faktor

psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi peserta didik dalam

melakukan simulasi.24

23
Ibid
24
Ibid
Dapat disimpulkan bahwa metode simulasi dan mind mapping memiliki

kekurangan dan kelebihan masing-masing. Peneliti mencoba untuk menggabungkan

kedua metode agar menjadi metode yang lengkap dan sempurna untuk metode

pembelajaran yang dapat digunakan secara efisien.

2.3 Rancangan Model

Seperti yang telah dipaparkan dalam bagian kerangka teoritik peneliti

mengembangkan pembelajaran menggunakan model pengembangan research and

development Dick and Carey. Namun, peneliti mengambil tahapan sederhana yang

terdiri dari empat langkah yaitu: 1) analisis kebutuhan , 2) merumuskan tujuan

pembelajaran khusus, 3) mengembangkan strategi pembelajaran, 4) Penggunaan

bahan ajar. Rancangan model pembelajaran bahan ajar teks debat dengan metode

MISI (Mind mapping dan Simulasi) melalui empat tahapan, yaitu:

1) Analisis Kebutuhan

Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) ialah bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran hanya

mengandalkan buku paket dari pemerintah yaitu buku paket bahasa Indonesia

kurikulum revisi 2013. Buku paket ini belum memenuhi tujuan pembelajaran

yang harus dicapai oleh peserta didik. Keterbatasan materi ajar yang terkandung

di dalam buku ini menjadi suatu masalah yang membuat pembelajaran belum

mencapai seratus persen tujuan pembelajaran.


Dalam hal ini peneliti berkesempatan untuk mewawancarai seorang

pendidik di salah satu Sekolah Menengah Atas di Jakarta yaitu SMAN 75 Jakarta.

Hasil dari wawancara tersebut Ibu Santi Verna salah satu pendidik pelajaran

bahasa Indonesia mengatakan bahwa selama ini pembelajaran bahasa Indonesia

hanya mengandalkan buku paket Bahasa Indonesia SMA kurikulum 2013 revisi

dari pemerintah untuk melakukan proses pembelajaran. Beliau juga mengatakan

masih banyak kekurangan dari buku tersebut sehingga tujuan pembelajaran

terkadang belum tercapai sempurna. Pada bagian materi teks debat pun masih

banyak kekurangan teks yang ditampilkan terkadang sudah terlalu lampau, tata

cara melakukan debat juga kurang lengkap Ibu Santi mengaplikasikannya dengan

menonton contoh video debat bersama dengan peserta didik di dalam kelas dan

melakukan diskusi dari hasil menonton video debat tersebut. Hal ini kurang

efektif karena banyak sekali peserta didik yang tidak tertarik dengan tayangan

yang disajikan sehingga asyik berbincang dengan teman lainnya yang membuat

kelas tidak kondusif.

Bukan hanya di sekolah Jakarta saja, peneliti juga mewawancarai salah

satu pendidik di daerah Bojong Gede, Bogor. Ibu Rini Pujiati merupakan salah

satu pendidik pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri

1 Bojong Gede. Hasil dari wawancara bersama Ibu Rini tidak jauh berbeda

dengan Ibu santi. Sekolah ini juga masih mengandalkan buku paket dari

pemerintah untuk proses belajar mengajar setiap harinya. Ibu Rini mengatakan
berbeda dengan anak SMA pada umumnya untuk menghadapi anak SMK

terutama dalam pelajaran diluar kejuruan mereka, mereka sedikit tidak peduli

dengan apa yang telah dipaparkan. Dalam materi debat Ibu Rini menayangkan

sebuah video yang akan disimak bersama-sama di kelas lalu di diskusikan

kembali dan mencoba untuk mempraktikannya (simulasi). Ibu Rini mengatakan

bahwa pembelajaran teks debat di akhiri dengan pengambilan nilai praktik

(simulasi) debat yang dipraktikan secara langsung di kelas. Jadi dengan ini

peserta didik dapat memperhatikan tayangan video dengan kondusif dan metode

simulasi dapat mengasah keterampilan berbicara mereka, ujar bu Rini.

Dapat disimpulkan bahwa informasi mengenai bahan ajar yang dipakai

oleh kedua sekolah tersebut dan sekolah pada umumnya hanya mengandalkan

buku paket pemerintah serta metode dan model pembelajaran yang dilakukan oleh

pendidik masih bersifat monoton yang menghasilkan peserta didik tidak antusias

untuk belajar.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus

Setelah dilakukan langkah analisis kebutuhan selanjutnya peneliti

berusaha untuk merumuskan tujuan pembelajaran khusus. Dalam hal ini terkait

dengan pembelajaran teks debat peserta didik dituntut untuk terampil berbicara.

keterampilan berbicara ini terdapat dalam kompetensi dasar 4.12 yaitu

mengontruksi permasalahan/isu, sudut pandang dan argumen beberapa pihak, dan


simpulan dari debat secara lisan untuk menunjukkan esensi dari debat.

Pengetahuan mengenai debat yang dimiliki oleh peserta didik masih sangat

terbatas karena bahan ajar yang digunakan juga terbatas. Keterampilan berbicara

yang perlu dimiliki peserta didik juga belum memenuhi kriteria melakukan debat.

Hal ini perlu diatasi dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus, yaitu

setelah mengamati contoh teks debat peserta didik dapat mengontruksi

permasalahan/isu, sudut pandang dan argumen beberapa pihak, dan simpulan dari

debat secara lisan.

3) Mengembangkan Strategi Pembelajaran

Dalam hal ini peneliti mengembangkan strategi pembelajaran teks

debat dengan menggunakan metode mind mapping dan simulasi (MISI).

Ada beberapa langkah dalam mengembangkan strategi pembelajaran teks

debat menggunakan metode MISI, yaitu:

1) Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5 orang

setiap kelompoknya.

2) Perwakilan kelompok mengambil undian untuk menentukan

berada di tim pro atau tim kontra.

3) Selanjutnya perwakilan kelompok mengambil undian yang telah

disiapkan mengenai topik debat hari ini.


4) Disajikan beberapa topik debat, misalnya, “Sosial media, Hak

Asasi Manusia, Ujian Nasional Berbasis Komputer, dan lain

sebagainya.

5) Setiap topik yang disajikan akan berpasangan tim pro dan tim

kontra.

6) Peserta didik dengan seksama memerhatikan tayangan video debat

yang disajikan oleh pendidik.

7) Setelah memerhatikan video, peserta didik mulai berdiskusi

mengenai topik debat yang ia dapatkan.

8) Masing-masing tim memprediksi hal apa saja yang akan

dibicarakan mengenai topik debat yang mereka dapatkan

menggunakan mind mapping (peta konsep).

9) Setelah menuliskan peta pikiran, masing-masing tim bersiap untuk

melakukan simulasi debat.

10) Moderator (pendidik) mulai membacakan peraturan debat

11) Pembicara pertama, melakukan pembukaan, memperkenalkan

pembicara 2, 3, 4, 5.

12) Menyampaikan pengembangan tugas masing-masing pembicara

dan garis besar bahan yang akan disampaikan.

13) Mendefinisikan topik debat beserta batasan argumentasi

14) Menyampaikan argumen berdasarkan tugas pembicara pertama

sekaligus meringkasi hal-hal yang telah disampaikan.


15) Pembicara kedua, menyampaikan sanggahan dan bantahan

terhadap poin arugumen yang disampaikan pembicara pertama

(Tim lawan)

16) Menyampaikan poin-poin argumen baru

17) Meringkas poin-poin argument yang telah disampaikan

18) Pembicara ketiga, menyampaikan sanggahan dan bantahan

terhadap seluruh poin argumen (Tim lawan)

19) Menyampaikan poin-poin argumen baru

20) Meringkas poin-poin argumen baru

21) Pembicara keempat, menyampaikan sanggahan dan bantahan

terhadap seluruh poin argumen

22) Menyampaikan poin-poin argument baru

23) Meringkas poin-poin argumen

24) Pembicara kelima, menyampaikan sanggahan dan bantahan

terhadap seluruh poin argumen (Tim lawan)

25) Membuktikan dan merangkum seluruh argumen dari pembicara 1,

2, 3, dan 4.

26) Tidak diperbolehkan membawa argumen baru.

27) Setelah simulasi peserta didik kembali duduk dan memerhatikan

pendidik untuk mengulas apa yang telah mereka lakukan secara

bersama-sama.

4) Penggunaan Bahan Ajar


Perancangan program pembelajaran dapat menerapkan strategi

pembelajaran yang telah dirancang. Peneliti telah merancang bahan ajar

teks debat dengan metode mind mapping dan simulasi (MISI). Penggunaan

bahan ajar yang telah dibuat ini dapat membantu pendidik untuk

melakukan pembelajaran di kelas X materi debat. Bahan ajar ini

diharapkan dapat memudahkan pendidik dalam melakukan pembelajaran

dan dapat mencapai kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai