Anda di halaman 1dari 17

Sumber Daya Pendukung Keberhasilan Implementasi Kurikulum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari
suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi,
sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran . Materi di
dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives)
pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang,
sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh
program pembelajaran yang terencana dari suatu institusipendidikan.

Dari pengertian penilaian dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian
penilaian kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan
efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau penilaian kurikulum adalah proses penerapan prosedur
ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum
yang sedang berjalan atau telah dijalankan.

Untuk dapat terlaksananya kurikulum yang baik tentunya ada beberapa hal yang harus di terapkan oleh
pelaksana kurikulum.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pemanfaatan sumber belajar serta penggunaan media pembelajaran ?

2. Melaksanakan manajemen sekolah yang baik

3. Srategi dan model pembelajaran

4. Kualitas dan kinerja guru

5. Monitoring pelaksanaan kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN

A. MEMANFAATKAN SUMBER BELAJAR

Sumber belajar ( learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu
yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu.

1. Fungsi Sumber belajar :

a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:

1) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik

2) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan gairah belajar

b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara:

1) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional

2) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:

1) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis

2) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

d. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan:

1) meningkatkan kemampuan sumber belajar

2) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

e. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:

1) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas
yang sifatnya kongkrit

2) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

f. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu
menembus batas geografis.

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:


1. Sumber belajar yang dirancang ( learning resources by design ), yakni sumber belajar yang secara
khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan
fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan( learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang
tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan
dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk:

a) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya

b) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh
karier dan sebagainya;

c) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief,
candi, arca, komik, dan sebagainya;

d) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis,
generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya;

e) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan,


sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya

f) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor
dan sebagainya.

2. Apa kriteria memilih sumber belajar?

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:

1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal

2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka

3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita

4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional

5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan
motivasi dan minat belajar siswa.

3. Bagaimana mengoptimalkan sumber belajar?

Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang
tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang
tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal
kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah.
Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak
berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering
luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang
secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh
dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat
dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit
sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya
seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil
akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.2

Belakangan ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan


menggunakan internet, sehingga siswa “dipaksa” untuk menyewa internet –yang memang ukuran
Indonesia pada umumnya-, masih dianggap relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola saja oleh
masing-masing sekolah? Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah hasilnya akan jauh lebih efektif
dan efisien, dibandingkan harus melalui rental ke WarNet. Bukankah sekarang ini sudah tersedia paket-
paket hemat untuk berinternet yang disediakan para provider?

B. MANAJEMEN SEKOLAH

Manajemen didefinisikan oleh Parker Follet ( Dalf dan Streers, 1986 ) sebagai “ the art of getting
things done through people “ atau diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui
pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien. Manajemen yang berkenaan dengan
pemberdayaan sekolah merupakan alternative yang paling tepat umtuk mewujudkan sekolah yang
mandiri dan memiliki keunggulan tinggi. Sifat khusus yang utama manajemen adalah integrasi dan
penerapan ilmu serta pendekatan analisis yang dikembangkan oleh banyak disiplin lmu.

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Oleh karena itu manajemen merupakan
suatu system tingkah laku manusia yang kooperatif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan kepemimpinan yang teratur melalui usaha yang terus menerus yang dilandasi tindakan yang
rasional. Di katakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama.Dikatakan sebagai
kiat atau seni karena manajemen mencapai sasaran melalui cara – cara dengan mengatur orang lain
dalam menjalankan tugas. Sedangkan dikatakan sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh
keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional dituntun oleh suatu
kode etik. Menurut Albert Lepawsky bahwa manajemen adalah tenaga, kekuatan yang memimpin,
memberi petunjuk, dan membimbing suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan terlebih dahulu. 3

Inti dari manajemen adalah leadership, yaitu kemampuan untuk menggerakkan orang – orang untuk
mengikuti pimpinan. Di lihat dari system pelaksanaannya manajemen di kategorikan pada :

1. Manajemen ilmiah ( scientific management yaitu manajemen yang dicirikan oleh penggunaan ilmu
pengetahuan dan metode ilmiah
2. Manajemen tertutup ( mempunyai ciri dimana pemimpin membuat keputusan tanpa mengadakan
konsultasi atau meminta pendapat dari bawahannya.

3. Manajemen terbuka ( open management ) yaitu suatu system pelaksanaan manajemen, dimana
seorang manajer atau pimpinan sebelum mengambil keputusan memberi kesempatan terlebih dahulu
pada bawahan untuk member saran – saran atau pendapat, walau keputusan terakhir berada pada
pimpinan.4

Konsep manajemen adalah menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan


pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar atau
menyeluruh dalam proses pendayagunaan segala sumberdaya secara efisien disertai penetapan cara
pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen merupakan suatu proses, yaitu sumber – sumber yang semula tidak berhubungan satu
dengan yang lainnya, lalu diintegrasikan menjadi suatu system yang menyeluruh untuk mencapai tujuan
organisasi.

Manajemen sekolah adalah proses dan instansi yang memimpin dan membimbing penyelenggaraan
pekerjaan sekolah sebagai suatu organisasi dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan sekolah
yang telah ditetapkan.

Manajemen sekolah sebagai bagian dari manajemen pendidikan nasional, dalam perkembangannya
tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang menuntut penyesuaian – penyesuaian terhadap
berbagai perubahan – perubahan yang menggambarkan kategori menajemen tersebut. Aspek penting
dalam manajemen sekolah adalah bagaimana proses pengambilan keputusan sekolah dilakukan dengan
cermat mengimplementasikan konsep maupun teori manajemen dan pengorganisasian.Oleh karena itu
manajemen sekolah harus difahami sebagai usaha menumbuh kembangkan kekuatan dan potensi
sumber daya sekolah untuk mengeksploitasi peluang yang muncul sehingga mencapai tujuan pendidikan
yang bermutu.

Prinsip – prinsip manajemen sekolah yang dapat dipegang adalah memperoleh hasil yang paling efektif
melalui orang – orang yang professional mengacu pada visi dan misi sekolah dengan jalan melakukan
proses manajemen, yakni menjalankan fungsi pokok program sekolah yang ditampilkan oleh seorang
manajer atau pimpinan sekolah sebagai penanggung jawab institusi sekolah, guru sebagai penaggung
jawab pelayanan belajar pada peserta didik, dan tenaga kependidikan sebagai penggung jawab
pelayanan teknis kependidikan di sekolah yang menerapkan fungsi – fungsi manajemen yaitu :
perencanaan ( planning ) program kegiatan sekolah, pengorganisasian ( organizing ) tugas – tugas pokok
sekolah, penggerakan ( actuating ) seluruh system sekolah, dan pengawasan ( controlling ) kinerja
sekolah., fungsi pengarahan dan fungsi. Pengkoordinasian. 5

Setiap sekolah melaksanakan manajemen peningkatan mutu dengan langkah – langkah :

1. Merumuskan visi, misi, tujuan dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan

2. Menyusun perencanaan sekolah meggunakan model perencanaan strategic


3. Melaksanakan program sekolah sesuai formulasi perencanaan

4. Melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap program kerja yang dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas serta kualitas penyelenggaraanprogram sekolah

5. Menyusun laporan kemajuan sekolah dan melaporkannya kepada orang tua siswa

6. Merumuskan program baru sebagai hasil evaluasi program sekolah dan kelanjutan dari program
yang telah dilaksanakan menggunakan perencanaan strategic sekolah. 6

Seorang guru tidaklah harus seseorang yang cerdas, brillian, dan mampu menguasai seluk beluk
keilmuannya sampai detail. Untuk menjadi guru bahasa Inggris seseorang tidak harus mengetahui segala
kosakata yang ada di kamus Oxford, atau juga bagian-bagian perhalaman yang ada di buku grammar.
Demikian juga guru biologi. Dia tidak harus mengetahui semua nama latin tumbuhan yang ada di dunia..
Andaikata seseorang telah paham inti dari keilmuannya dan mampu menerapkan inti keilmuan tersebut
untuk memecahkan banyak sekali soal yang berhubungan denga keilmuannya, maka inipun sudah
cukup.

C. STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN

Strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan
pengajaran secara lebih efektif dan efisien.Strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai
tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu
dalam satuan pelajaran. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi
pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan
selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang
lebih luas daripada metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan
bagian dari strategi pembelajaran. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata,
dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. 7

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi
siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Nah, berikut ini ulasan singkat tentang
perbedaan istilah tersebut.

Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu
menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi, dan
berkolaborasi. Pencapaian ketrampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode pembelajaran
yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan ketrampilan.

Beberapa model pembelajaran yang dapat kami bahas di sini di antaranya :

1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)


Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta
didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya
menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.

2. Bermain Peran (Role Playing)

Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan
masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama
yang menyangkut kehidupan peserta didik.

Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan
menginterprestasikan suatu kejadianMelalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi
hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan
berbagai strategi pemecahan masalah.

3. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)

Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan
melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran
partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan
peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar
terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.

4. Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan
baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta
didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis.
Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam
mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap
peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)

Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara
sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman
penggunaannya untuk para guru. Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan
beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar
kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban. Tugas utama guru dalam pembelajaran
sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain : (1) menyiapkan
situasi pembelajaran yang kondusif; (2) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
memahami isi modul atau pelaksanaan tugas; (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta
didik.

6. Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.

Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat
pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.

Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah : (a)
menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang
ada secara logis; dan merumuskan hipotesis.

Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa, terdiri dari :
mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (b) menyusun
data, terdiri dari : mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c)
analisis data, terdiri dari : melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan
mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan.

Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan; dan (b)
merumuskan kesimpulan

Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

Model-model Pembelajaran terbaru dapat dilihat dibawah ini :

1. Lesson Study

2. Examples Non Examples

3. Picture and Picture

4. Numbered Heads Together

5. Cooperative Script

6. Pembelajaran Berdasarkan Masalah


7. Explicit Instruction (Pengajaran Langsung)

8. Inside – Outside – Circle (Lingkaran kecil – Lingkaran besar)

9. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

10. Student Facilitator and Explaining

11. Course Review Horay

12. Talking Stick

13. Bertukar Pasangan

14. Snowball Throwing

15. Artikulasi

16. Mind Mapping

17. Student Teams – Achievement Divisions (STAD)

18. Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi dari Number Heads)

19. Scramble

20. Word Square

21. Kartu Arisan

22. Concept Sentence

23. Make – A Match (Mencari Pasangan)

24. Take and Give

25. Tebak Kata

26. Metode Diskusi

27. Metode Jigsaw

28. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)

29. Metode Inquiry

30. Metode Debat

31. Metode Role Playing


32. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

33. Metode Team Games Tournament (TGT) 7

D. KUALITAS DAN KINERJA GURU

Menjadi guru kreatif, menggairahkan dan disenangi peserta didik merupakan kebanggaan bagi
pendidik sejati. Tetapi bagaimana caranya masih banyak yang menghadapi kesulitan. Dua hal kegiatan
guru di kelas, yakni mengajar dan mengelola kelas. Sering dijumpai bahwa guru lema dalam mengelola
kelasnya, sehingga pembelaajran tidak berhasil maksimal.seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dan
mengembangkan materuinya. Pengembangan profesionalisme guru secara aktif dan terintegrasi akan
melahirkan sosok guru yang kreatif dan inovatif, guru demikian akan menjadi motivator yang handal
bagi pengembangan karakter sisiwa , menjadi sosok yang dapat digugu dan ditiru ( teladan ).

Jujur harus dikatakan bahwa proses pembelajaran dan pembetukan karakter akan menghasilkan
manfaat besar jika didasarkan pada bimbingan wahyu Tuhan. Sebab rasio manusisa bukan nomor satu
tapi nomor dua setelah wahyu. Di sisi lain juga harus meniscayakan cara – cara pembelajaran yang
penuh kelembutan, kasih sayang, kedekatan dan sikap – sikap yang simpatik, karena itu factor sosio-
geografis sangat berpengaruh dalam situasi pembelajaran. 8

BANYAK PENGAJAR YANG CAKAP DALAM MENTRANFORMASI MATERI TETAPI SEDIKIT YANG MAU
BERINOVASI.

BERKEINGINAN UNTUK MEMAHAMI DUNIA ANAK DIDIK BERARTI SELANGKAH KEARAH BIJAK.

Guru adalah merupakan faktor penentu kualitas hasil pendidikan. Guru yang tidak berkualitas dianggap
sulit bisa melahirkan lulusan yang hebat. Apalagi, keberadaan guru tidak bisa digantikan oleh faktor
lain. Sehingga untuk meningkatkan mutu pendidikan, upaya-upaya peningkatan kualitas guru harus
selalu dilakukan secara terus menerus tanpa henti. Posisi guru yang sedemikian strategis itu, maka di
akhir-akhir ini, maka mereka mendapatkan perhatian serius. Sebagai bagian peningkatan kualitas itu,
guru disertifikasi. Kenyataan bahwa sertifikasi dan juga peningkatan kesejahteraan guru lewat
tunjangan profesi tidak serta merta berhasil meningkatkan kompetensi guru. Untuk meningkatkan
kualitas pendidikan selalu tidak sederhana. Selain itu untuk menentukan kualitas guru juga tidak
semudah yang dibayangkan. Bekal guru tidak saja berupa pengetahuan dan ketrampilan mengajar,
melainkan juga ada faktor lain seperti misalnya etos, integritas, tanggung jawab, kecintaan terhadap
profesi, dan masih banyak lagi.

Berbicara tentang kualitas sebenarnya bukan barang baru. Lembaga pendidikan tradisional sekalipun,
seperti pesantren misalnya, juga telah mengenal mutu hasil pendidikan. Pesantren disebut hebat
biasanya dilihat dari kualitas pengasuhnya. Sedangkan kualitas pengasuh itu sendiri biasanya dilihat
dari para alumninya. Dan, bukan lewat test terhadap para kyainya. Pesantren yang berhasil melahirkan
alumni yang hebat, maka institusi dimaksud dianggap hebat dan akan didatangi calon santri dari
berbagai penjuru.

MENJADI GURU YANG BERKUALITAS


Menjadi guru yang berkualitas memang bukan perkara mudah. Berikut ini adalah beberapa hal yang
perlu anda perhatikan untuk menjadi atau mencari guru yang berkualitas.

1. Guru harus memiliki profesionalisme di bidangnya. Profesionalisme disini berarti guru tersebut
harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang yang diajarnya. Sebagai contoh, jika guru
mengajar Bahasa Indonesia, maka dia perlu memahami semua hal yang berhubungan dengan Bahasa
Indonesia dan perkembangannya. Hal ini untuk mengantisipasi berbagai macam pertanyaan dari siswa.
Apalagi siswa sekarang lebih kritis dan cerdas dalam bertanya.

2. Guru harus mempersiapkan bahan ajar. Salah satu hal yang membuat guru lebih pandai
dibandingkan muridnya adalah karena guru telah mempelajari materinya terlebih dahulu. Oleh sebab
itu, guru yang baik adalah guru yang telah mempersiapkan bahan ajarnya terlebih dahulu. Selain itu,
gurupun sebaiknya memiliki bahan ajar yang lebih “kaya” dan lengkap daripada muridnya. Sebab,
biasanya ada siswa yang belajar terlebih dahulu dari buku paket yang diberikan pihak sekolah.

3. Guru harus dapat menyampaikan materi dengan jelas. Hal ini berhubungan dengan cara mengajar
guru tersebut. Guru yang mengajar dengan metode kuno (satu arah) dan menjemukan biasanya
membuat siswa tidak bersemangat dalam belajar. Oleh sebab itu, guru harus mengajar dengan metode
dua arah dan kreatif dalam mengajar. Jika perlu, selipkan beberapa humor agar suasana belajar-
mengajar tidak kaku, tetapi menyenangkan. Penerapan metode Ice Breaker mungkin bisa digunakan
pada saat siswa mulai di landa kejenuhan mengikuti pelajaran .

4. Guru harus dapat mengelola kelas. Menjadi seorang guru berarti harus siap berhadapan dengan
berbagai macam jenis siswa. Mulai dari yang baik, rajin, patuh, hingga yang malas. Oleh sebab itu,
seorang guru sebaiknya memiliki kemampuan mengelola kelas dengan baik.

Hal ini dapat dilakukan dengan tidak membedakan antara siswa yang pandai dengan yang malas. Sebab,
jika siswa yang malas diberi kepercayaan lebih dari seorang guru, biasanya mereka akan lebih
termotivasi untuk belajar lebih baik lagi.

5. Guru harus melakukan evaluasi. Evaluasi ini menyangkut evaluasi dirinya sendiri dan evaluasi ke
siswa. Biasanya guru memberikan evaluasi ke siswa melalui ujian, siswa memperoleh nilai yang kurang
baik, sebaiknya guru tersebut mengevaluasinya. Evaluasi ini dapat dimulai dengan instropeksi diri ketika
mengajar, setelah itu bahaslah bersama-sama siswa tentang bagian mana yang belum mereka mengerti.

6. Guru harus dapat berhubungan baik dengan orang tua siswa. Selain berhubungan dengan siswa, guru
pun sebaiknya dapat berhubungan baik dengan orang tua siswa.

Guru yang berkualitas ternyata dapat mewujudkan pendidikan berkualitas bagi anak-anak.Ukuran
kualitas seorang guru bukan diukur dari banyaknya pelatihan/seminar yang diikuti, atau lamanya masa
mengajar . Karena itu bukanlah jaminan. Jadi tak perlu iri dengan rekan senior yang memiliki koleksi
berpuluh-puluh piagam pelatihan, tak perlu minder karena masa kerja kita masih balita, dan sebagainya.
Yang terpenting adalah bagaimana kita melaksanakan tugas-tugas dengan dengan baik sesuai dengan
profesi kita.
Sertifikasi pendidik adalah sebuah jalur yang memberi pengukuhan bahwa kita adalah guru yang
profesional dengan kata lain ’sudah disertifikasi’. Lantas apakah guru yang berkualitas itu indikatornya
adalah guru yang telah bersertifikat?Bagi kita, para guru Indonesia yang perlu ditanamkan adalah-ada
atau tidak ada sertifikasi- sudah atau belum mengantongi gelar bersertifikat pendidik, kita tetap
menjalankan tugas-tugas profesi kita dengan baik sehingga kita menjadi guru yang berkualitas dan dapat
mencetak anak didik yang berkualitas.

Berikut ini beberapa kriteria Guru Berkualitas:

1. Selalu punya energi untuk siswanya.Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di
setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar
dengan seksama.

2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk
setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif. Seorang guru yang baik memiliki keterampilan
disiplin yang efektif sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baikSeorang guru yang baik memiliki keterampilan
manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan
bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen
didalam kelas.

5. Bisa berkomunikasi yang Baik dengan Orang Tua Seorang guru yang baik menjaga komunikasi
terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang
terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu
bersedia memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan sekarang bahkan melalui jejaring sosial twitter.

6. Punya harapan yang tinggi pada siswanya Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari
siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik
mereka.

7. Pengetahuan tentang Kurikulum Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang
kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran
mereka memenuhi standar-standar itu.

8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang
diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek
yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi
para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.

9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses Pengajaran Seorang guru yang baik
bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam
kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan
siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.

10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan
yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat
dipercaya.

E. MONITORING PELAKSANAAN KURIKULUM

A. Pengertian Pemantauan (Monitoring).

Menurut Websterns monitoring atau pemantauan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengecek
penampilan dan aktifitas yang dikerjakan . 10

Kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan kurikulum pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui
sampai di mana kurikulum baru itu telah dilaksanakan di sekolah-sekolah dan persoalan-persoalan apa
ang dirasakan di dalam melaksanakan kurikulum tersebut. Dengan kata lain, kegiatan monitoring ini
sebenarnya merupakan kegiatan mengikuti jalannya pelaksanaan kurikulum di sekolah pada tahun-
tahun permulaan ditetapkannya kurikulum tersebut.

Sasaran di dalam kegiatan monitoring ini lebih dipusatkan pada pemantauan terhadap kelancaran
proses pelaksanaan kurikulum serta sarana yang diperlukan di dalam kegiatan pelaksanaan tersebut.
Segi hasil belajar murid tidak menjaadi sasaran utama di dalam kegiatan monitoring ini.

Untuk mengumpulkan keterangan di dalam pelaksanaan monitoring tersebut dapat digunakan


wawancara, observasi maupun angket untuk para pelaksana. Monitoring dilakukan pada tahun-tahun
permulaan dilaksanakanna kurikulum baru di sekolah-sekolah, dimana kegiatan ini dilakukan oleh pihak
pengembang kurikulum untuk mengambil tindakan guna memperlancar penyebaran dan pelaksanaan
kurikulum di sekolah-sekolah.

B. Cara Pelaksanaan Monitoring.

Cara pelaksanaan pemantauan (monitoring) terhadap kurikulum dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
cara langsung dan tidak langsung. Kedua cara tersebut dilakukan dengan seperangkat kegiatan
monitoring yang sama yaitu kegiatan ang berkaitan dengan mengumpulkan, mencatat, mengolah
informasi dan pelaksanaan suatu proyek; kemudian dituangkan dalam suatu laporan monitoring.

Jenis monitoring :

a. Pemantaun Langsung

Pengertian pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara mengunjungi lokasi
proyek. Dengan cara demikian petugas monitoring dapat secara bebas mengumpulkan informasi ang
diperlukan. Agar pengumpulan informasi dapat berjalan secara efesien maka diperlukan strategi
pengumpulan data yaitu;
1. Mempersiapkan instrument pengumpulan data ; misalnya dengan menyiapkan daftar isi.

2.Menggali informasi pada orang-orang penting yang memegang posisi dalam pelaksanaan kurikulum
tersebut.

3. Melakukan pemantauan langsung ke lapangan dan petugas monitoring dapat mencatat informasi
yang diperlukan sesuai dengan kehendaknya (sesuai dengan tujuan monitoring).

Berdasarkan pembahasan diatas pemakalah menganalisa tentu saja dalam pelaksanaan monitoring
secara langsung ini terdaapat kelebihan dan kelemahannya, kelebihan cara ini diantaranya sebagai
berikut:

a. Didapatkan data yang sesuai dengan yang dimaksudkan.

b. Data yang dikumpulakan adalah data yang relative lebih akurat karena data dikumpulkan sendiri
oleh petugas monitoring dan merupakan data primer.

c. Dengan cara langsung ini petugas bukan saja mengumpulan data tetapi juga dapat memberikan
saran-saran bila tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.

Sedangkan kelemahan dari cara monitoring langsung ini antara kain dapat disebutkan ;

a. Memerlukan biaya yang relative besar karena bukan saja factor jarak (tranformasi) tetapi juga
untuk mengirim petugas monitoring ke lokasi.

b. Memerlukan ketelitian yang lebih, sebab dengan wawancara langsung, seringkali hasilnya tidak
sesuai bila petugas monitoring tidak pandai-pandai mengali data yang baikdan benar.

b. Pemantauan Tidak Langsung.

Cara ini menghendaki petugas monitoring tidak perlu terjun langsung ke lokasi; tetapi penggalian data
dilakukan dengan cara mengirim seperangkat daftar isian untuk diisi oleh orang lain di lokasi penelitian.
Cara tidak langsung ini juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data melalui laporan-laporan yang
dibuat pimpinan pemantau.3

Seperti halnya pemantauan langsung, cara ini pun penurut pemakalah masih terdapat kelebihhan dan
kekurangannya, kelebihan dari cara ini yaitu ;

a. Relative murah, karena petugas tidak perlu pergi ke tempat lokasi.

b. Responden tidak perlu ragu-ragu atau malu dalam mengisi daftar isian. Dan juga bila terdapat kritik
atau saran maka dapat dituliskan secara bebas

c. Pelaksanaannya relative mudah bil daftar isiantersebut dilengkapi dengan cara pengisian.

d. Data yang dikumpulkan dapat sebanyak mungkin; sesuai yang dikehendaki tanpa ada hambatan
biaya yang berarti.
Sedangkan kelemahannya yaitu;

a. Baik-buruknya data sulit dicek.

b. Adanya perbedaan persepsi dalam pengisian daftar isian.

c. Masalah muncul bila daftar isian jatuh pada responden yang serius mengisi daftar isian.

d. Hasil isian tidak relative sesuai dengan kenyataan 11

C. Pengertian Evaluasi Kurikulum

Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan
efektifitas suatu program. Sedangkan pengertian kurikulum adalah Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1
Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru
dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 12
BAB III

KESIMPULAN

Kurikulum dapat dikatakan berhasil baik jika para pengelola pendidikan mampu melibatkan stake
holders terutama peningkatan kinerja dan kualitas tenaga kependidikan , peningkatan mutu sekolah
dengan cara memaksimalkan pelaksanaan manajemen sekolah dengan dinamis dan seimbang serta
melakukan monitoring terhadap kurikulum. Kepimpinan kepala sekolah yang efektif dan kemampuannya
mendayagunakan seluruh potensi sekolah dalam membangun kerjasama yang baik terhadap unsure
sekolah sangat penting baik secara external maupun internal.

DAFTAR PUSTAKA

Nana Sudjana, Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung

http://syu3t.blogspot.com/2010/02/model-model pembelajaran.html

Ali David, Ice Breaker untuk Guru Kreatif

Syiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, 2007, Alfabeta Bandung hlm
44

Ibid…..

Ibid…..
Ibid hal 59

Ibid …..

Ibid…..

Anda mungkin juga menyukai