Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Studi literatur ini melalui penelusuran hasil publikasi ilmiah dengan

rentang tahun 2010-2020 dengan menggunakan Google Scholar. Key word

yang digunakan adalah mobilisasi dini, post op Apendisitis, Apendektomi,

askep kebutuhan mobilitas fisik. Berdasarkan hasil pencarian literatur

menggunakan google scholar, didapatkan beberapa artikel, namun

peneliti fokus pada 4 artikel yang memenuhi kriteria inklusi.

Penelitian oleh Irsan (2018), melaporkan bahwa seorang pasien post

apendiktomi mengeluh lemas, nyeri pada luka operasi appendiktomi, hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi

nadi 76 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 37,6°C. Pada

pengkajian pola aktivitas dan latihan didapatkan hasil aktivitas pasien

seperti makan, minum, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, dibantu oleh

kelurga. Toileting pasien menggunakan kateter urine.

Penelitian oleh Hesti, Basirun, dan Iswati (2010), melaporkan

bahwa gambaran penatalaksanaan mobilisasi dini pada pasien post

apendiktomi oleh perawat sebagian besar mempunyai kategori baik yaitu

17 responden (62,96%), dan yang mempunyai kategori cukup yaitu 8

responden (29,62%). Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa

perawat melakukan tindakan keperawatan mobilisasi dini pada pasien post

appendiktomi dengan baik. Selama tindakan pasien dapat bekerja sama


dalam pemenuhan kebutuhan mobilisasi dini sehingga kecemasan pasien

dapat teratasi.

Penelitian oleh Tia, Andoko, dan Hermawan (2015), membuat

kategori mobilisasi dini menjadi dua yaitu bergerak dengan tidak

bergerak. Hasil penelitian melaporkan, dari 15 pasien post operasi

apendisitis, pasien yang melakukan mobilisasi dini dengan bergerak

memiliki rata-rata lama penyembuhan luka 4,3750 hari (±0,74).

Sedangkan pasien yang tidak bergerak rata-rata lama penyembuhan luka

6,8571 hari (±0,89). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara

mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi

apendiktomi.

Penelitian oleh Daulay, Masraini dan Febrina (2019) tentang

mobilisasi dini pada pasien post operasi appendicitis menunjukkan bahwa

rata-rata penyembuhan luka menggunakan skor REEDA sebelum

mobilisasi dini 6,5 (±4,8), mengalami penurunan skor menjadi 5,5 (±2,3)

setelah mobilisasi dini. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan

mobilisasi dini, luka operasi kering, tidak ada kemerahan, tidak ada pus,

jahitan terlihat bagus (Irsan, 2018).


TABEL 4.1 SINTESIS GRID

No Peneliti (tahun) dan Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian
judul penelitian penelitian
1. Tia, Andoko, dan Mengetahui Quasi Pada penelitian ini Pengumpulan data Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata
Hermawan (2015), adanya Eksperime populasinya adalah dilakukan sejak bulan lamanya penyembuhan luka dengan mobilisasi dini
hubungan mobilisasi hubungan ntal seluruh pasien pasca januari sampai juni tahun bergerak adalah 4,3750 hari, dengan standar deviasi
dini dengan antara operasi apendik yang 2014. Penelitian ini 0,74402 hari, sedangkan lamanya penyembuhan luka
lamanya mobilisasi dini dirawat di Ruang Bedah merupakan penelitian dengan mobilisasi dini tidak bergerak adalah 6,8571
penyembuhan luka dengan lamanya Rumah Sakit Umum kuantitatif pra hari, dengan standar deviasi 0,89974 hari.
pasien pasca operasi penyembuhan Daerah Jend. A. Yani eksperimental dengan
apendiktomi luka pasien Metro Tahun 2014 pendekatan one group pra- Hasil uji statistik dilaporkan bahwa nilai P value 0,000,
pasca operasi dengan rata-rata jumlah post tes design. artinya lebih kecil dari nilai alpha (0,000<0,05).
pasien perbulan 15 Dengan demikian dapat disimpulkan secara statistik
pasien. sampel dalam dengan derajat kepercayaan 95%, berhasil menolak Ho,
penelitian ini yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara rata-
menggunakan teknik rata lamanya penyembuhan luka pada pasien yang
total populasi, karena melakukan mobilisasi dini bergerak dengan lamanya
jumlah populasi kurang penyembuhan luka pada pasien yang melakukan
dari 100, dengan kriteria mobilisasi dini tidak bergerak atau ada hubungan
inklusi pasien pasca antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan
apendiktomi dengan usia luka pasien pasca operasi apendiktomi. Sedangkan nilai
diatas 12 tahun atau CI 95% = 1,83273 (1,56578-3,39851), artinya
masuk kategori pasien responden yang memiliki tingkat mobilisasi dini
dewasa. Jumlah sampel bergerak berpeluang untuk memiliki penyembuhan
yang diambil adalah 15 luka 1,83273 kali lebih cepat dibandingkan dengan
orang pasien. responden yang memiliki tingkat mobilisasi dini tidak
bergerak.

2. Daulay, Masraini, Mengetahui Quasi Penentuan jumlah Pengumpulan data Hasil menunjukkan bahwa rata-rata penyembuhan luka
dan Febrina (2019), efektifitas experiment sampel dalam penelitian dilakukan dengan dari semua responden pada saat pretest adalah 6,5
efektifitas mobilisasi dini ini adalah dengan observasi langsung proses dengan nilai SD = 4,8, sedangkan saat posttest rata-rata
mobilisasi dini terhadap purposive sampling penyembuhan luka penyembuhan luka menjadi 5,5 dengan nilai SD = 2,3.
terhadap penyembuhan dengan jumlah sampel sebelum (pretest) dan Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada penurunan nilai
penyembuhan luka luka pasca sebanyak 15 responden. sesudah (posttest) rata-rata penyembuhan luka setelah dilakukan
pasca operasi operasi Jenis penelitian adalah dilakukan mobilisasi dini mobilisasi dini.
apendiktomi apendiktomi kuantitatif dengan desain pada pasien pasca operasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada efektifitas
quasi experiment. apendiktomi. Proses dilakukannya mobilisasi dini terhadap penyembuhan
Rancangan penelitian ini penyembuhan luka dinilai luka dengan nilai sig0,005 (sig<0,05).
bertujuan untuk berdasarkan skala REEDA.
membandingkan Senada dengan hal ini, penelitian sejenis juga
keadaan sebelum Analisa data dilakukan dilakukan oleh Sulistiyawaty, Yesi Hasneli dan Riri
(pretest) dan sesudah dengan 2 cara yaitu analisa Novayelinda (2013) dari UNRI mengenai efektifitas
(posttest) peneliti univariat dan analisa mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka apendisitis
memberikan perlakuan. bivariat. Analisa univariat yang melibatkan 30 orang responden, uji data
Perlakuan yang digunakan untuk melihat menggunakan uji Mann-Whitney. Didapatkan sig
diberikan dalam distribusi frekuensi 0,028. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa
penelitian ini berupa karakteristik responden penyembuhan luka antara pasien dengan pemberian
mobilisasi dini pada berdasarkan umur, jenis mobilisasi dini lebih efektif dibandingkan dengan
pasien pasca operasi kelamin, pendidikan, pasien tanpa pemberian mobilisasi dini.
apendiktomi. pekerjaan, dan hasil
penyembuhan luka
sebelum dilakukan
mobilisasi dini, setelah
dilakukan mobilisasi dini.
Analisa bivariat dilakukan
untuk melihat keefektifan
mobilisasi dini terhadap
penyembuhan luka.
3. Hesti, Basirun, dan Mengetahui Deskriptif Sample yang digunakan Jenis penelitian ini Dari hasil penelitian diketahui bahwa gambaran
Iswati (2010), gambaran observasio adalah perawat ruang merupakan penelitian non penatalaksanaan mobilisasi dini pada pasien post
gambaran sistem aplikasi nal dengan rawat inap inayah dan eksperimental dengan appendiktomy oleh perawat di RS PKU
penatalaksanaan mobilisasi dini pendekatan barokah yang melakukan menggunakan desain Muhammadiyah Gombong sebagian besar mempunyai
mobilisasi dini oleh oleh perawat Cross tindakan keperawatan deskriptif observasional. kategori baik yaitu 17 responden (62,96%), dan yang
perawat pada pasien untuk pasien Sectional yaitu mobilisasi dini Dalam hal ini adalah untuk mempunyai kategori cukup yaitu 8 responden
post appendiktomy pasca operasi pada pasien post mengetahui gambaran (29,62%). Kategori ini diperinci dengan jawaban Ya=
usus buntu appendiktomy sebanyak penatalaksanaan mobilisasi 85% dan tidak = 15%.
27 orang (bangsal inayah dini pada pasien post Diadakannya penelitian ini, gambaran perawat tentang
sebanyak 14 orang dan appendiktomy. pentingnya mobilisasi dini pada pasien post operasi
bangsal barokah dapat dikatakan cukup baik. Jadi secara garis besar
sebanyak 13 orang) pada Pendekatan yang perawat melakukan tindakan keperawatan mobilisasi
hari pertama post digunakan adalah Cross dini pada pasien post appendiktomy dengan baik dan
operasi. Sectional, yaitu penelitian juga pasien dapat bekerja sama dalam pemenuhan
berdasarkan data yang kebutuhan mobilisasi dini sehingga kecemasan pasien
menunjukkan titik waktu dapat teratasi.
tertentu atau
pengumpulannya
dilakukan dalam waktu
yang bersamaan yang
bertujuan untuk menguji
hubungan antara variabel,
mencari, menjelaskan,
suatu hubungan,
memperkenalkan dan
menguji berdasarkan teori
yang ada.
4. Irsan (2018), Mendeskripsika Studi Responden yaitu pasien Metode pengumpulan data Dari hasil penelitian yang dilakukan:
penerapan asuhan n asuhan Kasus yang post operasi yang digunakan yaitu Pengkajian, pada tanggal 26 juli 2018 jam 11.00
keperawatan pada keperawatan apendiktomi yang wawancara, observasi, dan WITA, mahasiswa melakukan pengkajian pada pasien
pasien post operasi pada pasien mengalami masalah dokumentasi, dengan dengan keluhan pasien mengatakan lemas, nyeri pada
apendiktomi dalam post operasi dalam pemenuhan menggunakan format luka operasi apendiktomi, dilakukan pemeriksaan
pemenuhan apendiktomi kebutuhan mobilitas asuhan keperawatan. tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, N 76×/menit, RR
kebutuhan mobilitas dalam fisik 20×/menit, S 37,6˚C. Pada pengkajian riwayat
fisik pemenuhan kesehatan keluarga tidak ada penyakit keturunan atau
kebutuhan menukar seperti hipertensi, asma, diabetes melitus,
mobilitas fisik jantung. pengkajian pola kesehatan fungsional 11
fungsi gordon. Pengkajian yang penulis uraikan pola
istirahat tidur pasien mengatakan tidak bisa tidur,
tidurpun terbangun terus karena nyeri pada luka post
appendiktomidi kuadran 4.
P (provocate) klien merasa nyeri pada perut kanan
bawah. Klien mengatakan nyeri karena post
appendiktomi, Q (quality) nyeri terasa seperti tertusuk
benda tajam, R (regional) luka dibagian abdomen
kanan bawah,S (skala) dengan skala nyeri 6, T (Time)
nyeri muncul selama 5 menit setiap ada gerakan.
Pengkajian pola aktivitas dan latihan didapatkan hasil
aktivitas pasien seperti makan, minum, berpakain,
mobilitas ditempat tidur, dibantu oleh keluarga, skor
aktifitas keluarga 2, sedangkan untuk toileting pasien
terpasang dengan selang urine.
Diagnosis keperawatan, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri. Batasan karakteristik
gangguan mobilitas fisik menurut (Herman, 2012)
yaitu perilaku meliputi : kesulitan membolak-balik
posisi, keterbatasan rentang gerak sendi, keterbatasan
kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik
kasar.
Intervensi keperawatan, penulis melakukan rencana
tindakan selama 3 × 24 jam diharapkan pasien mampu
melakukan aktifitas dan latihan secara mandiri,
intervensi yang dilakukan adalah kaji TTV dan derajat
mobilisasi, bantu klien untuk melakukan latihan gerak
dimulai dari duduk, instruksikan klien tidur kembali
jika saat duduk terasa nyeri, anjurkan klien berubah
posisi tiap 2 jam sekali, bantu pasien melakukan
mobilisasi dini ditempat tidur.
Implementasi, tindakan keperawatan yang dilakukan
yaitu mengajarkan mobilisasi dini ROM dan miring
kanan, miring kiri untuk mengembalikan fungsi-fungsi
otot dan meningkatkan kekuatan otot. Latihan rentang
gerak merupakan gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu,
sagital, frontal, dan transversal.
Evaluasi, evaluasi yang dilakukan oleh penulis di
sesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada,
sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan
SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan planing).
B. PEMBAHASAN

Post apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya

tindakan pembedahan pada apendiks yang mengalami inflamasi. Kondisi

post operasi dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan

berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Pasien yang telah menjalani

pembedahan dipindahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan post

pembedahan (memperoleh istirahat dan kenyamanan). Aktivitas

keperawatan post operasi berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien

dan melakukan penyuluhan. Peran perawat yang mendukung proses

kesembuhan pasien yaitu dengan memberikan dorongan kepada pasien

untuk melakukan mobilisasi setelah operasi. Mobilisasi dini dapat

dilakukan 6-12 jam post pembedahan, pasien yang dirawat inap di rumah

sakit, dan pasien laki-laki atau perempuan yang berusia minimal 18 tahun

(Mutaqqin, 2009).

Keluhan yang dialami pasien post operasi apendisitis adalah lemas

dan nyeri pada luka operasi apendiktomi. Nyeri terasa seperti tertusuk

benda tajam dengan skala nyeri 6, nyeri bertambah jika bergerak dan nyeri

selama 5 menit setiap ada gerakan. Pasien pasca operasi sering mengalami

nyeri akibat diskontinuitas jaringan (luka operasi) akibat insisi

pembedahan serta akibat posisi yang dipertahankan selama prosedur pasca

operasi. Nyeri sebagai pengalaman subyektif yang akan dirasakan dan

diekspresikan secara berbeda. Intensitas nyeri post apendiktomi akan

dipengaruhi tindakan mobilisasi dini secara efektif.


Nyeri yang dialami pasien menyebabkan tidak bisa tidur karena

nyeri pada luka post apendiktomi di kuadran 4. Keluarga juga mengatakan

baru pertama kali ini pasien menjalani operasi. Wajah pasien tampak

lemas, tampak sayu, pasien tampak meringis. Nyeri merupakan

mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Pasien yang

mengalami nyeri akan mengganggu tidurnya dan kesulitan untuk dapat

jatuh tertidur.

Pasien post operasi apendisitis lebih mempersepsikan nyeri ke

rentang nyeri berat. Nyeri dapat mempengaruhi kualitas tidur tapi pada

sebagian orang nyeri tidak terlalu mempengaruhi kualitas tidur karena

persepsi masing-masing pasien yang berbeda. Begitu pun dengan ansietas

atau kecemasan juga sering kali mengganggu tidur. Kecemasan

meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui sistem saraf

simpatis. Perubahan tersebut menyebabkan kurangnya waktu tidur dan

lebih sering terbangun.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital berada pada rentang normal.

Nyeri dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dari biasanya. Namun,

peningkatan tekanan darah tersebut bersifat sementara dan tekanan darah

akan kembali normal setelah nyeri diatasi dengan minum obat pereda

nyeri. Sedangkan peningkatan frekuensi nadi diakibatkan oleh emosi dan

kecemasan karena nyeri akut dan berat (Guyton, 2010). Nyeri bertambah

apabila pasien bergerak dan hanya dirasakan selama 5 menit. Pemberian

analgetik pada pasien yaitu injeksi Antrain 10 mg/8 jam untuk anti nyeri
dan demam, dan untuk pengukuran tanda-tanda vital dilakukan setiap pagi

pukul 06.00 WITA, siang pukul 12.00 WITA, dan sore pukul 17.00

WITA.

Pengkajian pola aktivitas dan latihan didapatkan hasil aktivitas

pasien seperti makan, minum, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,

dibantu oleh keluarga, skor aktifitas keluarga 2, sedangkan untuk toileting

pasien terpasang dengan selang urine. Pemenuhan aktivitas sehari-hari

pasien post apendiktomi banyak bergantung pada perawat maupun

keluarga pasien karena ketidakmampuan pasien melakukan aktivitas post

pembedahan. Pasien post apendiktomi sebaiknya dilakukan mobilisasi dini

untuk mengembalikan fungsi pemenuhan aktivitas sehari-harinya. Proses

aktivitas dapat dilakukan 6-12 jam post pembedahan dimulai dari latihan

ringan di atas tempat tidur sampai dengan pasien bisa turun dari tempat

tidur, berjalan ke kamar mandi, dan berjalan ke luar kamar (Smeltzer &

Rismalia, 2015).

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien post

apendiktomi yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

dibuktikan dengan nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,

merasa cemas saat bergerak. Menurut PPNI (2016), gangguan mobilitas

fisik merupakan keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri.

Pada pengkajian yaitu data subyektif pasien mengatakan sulit untuk

bergerak, sulit untuk memposisikan miring kanan, miring kiri, data


obyektif pasien tampak lemas, sulit untuk bergerak, aktivitas dan latihan

dibantu oleh keluarga. Berdasarkan teori dan data pengkajian yang

ditemukan maka diagnosa keperawatan dapat dirumuskan yaitu gangguan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan sulit untuk

bergerak, enggan melakukan pergerakan, serta aktivitas dan latihan

dibantu oleh keluarga.

Tindakan yang dilakukan dalam memberikan tindakan keperawatan

yaitu mobilisasi dini berupa miring kanan miring kiri sejak 6-12 jam

setelah pasien sadar, latihan menggerakkan ekstremitas atas dan bawah,

latihan pernapasan yang dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang,

latihan duduk selama 5 menit, latihan napas dalam, dan mampu merubah

posisi tidur terlentang menjadi setengah duduk/semifowler.

Manfaat mobilisasi dini bagi pasien post operasi adalah penderita

merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini. Dengan bergerak,

otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya

menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit, mempercepat

kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik, akan merangsang

peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat

organ-organ tubuh bekerja seperti semula. Mencegah terjadinya trombosis

dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar

sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan

(Mochtar, 1995).
Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan

pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tdiur (latihan

pernafasan, latihan batuk efektif, dan menggerakkan tungkai) sampai

pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan

keluar kamar. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan

mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya

dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot diseluruh tubuh dan sirkulasi

darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun

berkemih (C. Smeltzer, 2001).

Dukungan Mobilisasi adalah memfasilitasi pasien untuk

meningkatkan aktivitas pergerakan fisik. Mobilisasi adalah suatu kondisi

dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Mobilisasi

diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit

khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi

menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan

menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk

menggerakkan kaki dan tungkai bawah (Kozier, 2010).

Berdasarkan hasil evaluasi dari penelitian Irsan (2018), bahwa

setelah diberikan mobilisasi dini intesitas luka sudah kering tidak ada

kemerahan tidak ada pus, jahitan terlihat bagus. Dari jurnal penelitian Tia,

Andoko, dan Hermawan (2015) didapatkan hasil bahwa ada hubungan

antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka pasien pasca

operasi apendiktomi. Begitupun dengan jurnal penelitian Daulay,


Masraini, dan Febrina (2019) didapatkan hasil bahwa mobilisasi dini

efektif diterapkan untuk mempercepat proses penyembuhan luka pada

pasien pasca operasi apendiktomi.

Penyembuhan luka pasca operasi akan berjalan dengan normal tanpa

meninggalkan parutan ataupun bekas jaringan operasi apabila disertai

dengan penyembuhan yang normal. Penyembuhan luka secara normal

dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu koagulasi, gangguan sistem imun

(inveksi virus), gizi, penyakit kronis (diabetes, TBC), obat-obatan, teknik

penjahitan, kebersihan diri, vaskularisasi yang baik, mobilisasi dan

ketegangan pada tepi luka (Hartati, 2016).

Mobilisasi dini menjadi hal penting dilakukan karena dapat

memperlancar peredaran darah, mencegah komplikasi pasca operasi,

mencegah kontraktur, mempercepat penyembuhan luka, dan

memperpendek masa perawatan (Hamilton, 1995). Salah satu cara

memperpendek hari rawat pasca apendiktomi adalah dengan mobilisasi

dini, mobilisasi yang dimaksud disini tidak sekedar miring kanan dan

miring kiri tetapi lebih kearah kemampuan untuk berjalan.

Mobilisasi sebagai salah satu faktor yang mempunyai pengaruh

besar dalam proses penyembuhan luka karena mobilisasi adalah suatu

kegiatan untuk melatih hampir semua alat tubuh dan meningkatkan

fleksibilitas sendi. Mobilisasi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia

yang diperlukan oleh individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang


berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan

aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai