A. Hasil
dapat teratasi.
apendiktomi.
mobilisasi dini 6,5 (±4,8), mengalami penurunan skor menjadi 5,5 (±2,3)
mobilisasi dini, luka operasi kering, tidak ada kemerahan, tidak ada pus,
No Peneliti (tahun) dan Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian
judul penelitian penelitian
1. Tia, Andoko, dan Mengetahui Quasi Pada penelitian ini Pengumpulan data Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata
Hermawan (2015), adanya Eksperime populasinya adalah dilakukan sejak bulan lamanya penyembuhan luka dengan mobilisasi dini
hubungan mobilisasi hubungan ntal seluruh pasien pasca januari sampai juni tahun bergerak adalah 4,3750 hari, dengan standar deviasi
dini dengan antara operasi apendik yang 2014. Penelitian ini 0,74402 hari, sedangkan lamanya penyembuhan luka
lamanya mobilisasi dini dirawat di Ruang Bedah merupakan penelitian dengan mobilisasi dini tidak bergerak adalah 6,8571
penyembuhan luka dengan lamanya Rumah Sakit Umum kuantitatif pra hari, dengan standar deviasi 0,89974 hari.
pasien pasca operasi penyembuhan Daerah Jend. A. Yani eksperimental dengan
apendiktomi luka pasien Metro Tahun 2014 pendekatan one group pra- Hasil uji statistik dilaporkan bahwa nilai P value 0,000,
pasca operasi dengan rata-rata jumlah post tes design. artinya lebih kecil dari nilai alpha (0,000<0,05).
pasien perbulan 15 Dengan demikian dapat disimpulkan secara statistik
pasien. sampel dalam dengan derajat kepercayaan 95%, berhasil menolak Ho,
penelitian ini yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara rata-
menggunakan teknik rata lamanya penyembuhan luka pada pasien yang
total populasi, karena melakukan mobilisasi dini bergerak dengan lamanya
jumlah populasi kurang penyembuhan luka pada pasien yang melakukan
dari 100, dengan kriteria mobilisasi dini tidak bergerak atau ada hubungan
inklusi pasien pasca antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan
apendiktomi dengan usia luka pasien pasca operasi apendiktomi. Sedangkan nilai
diatas 12 tahun atau CI 95% = 1,83273 (1,56578-3,39851), artinya
masuk kategori pasien responden yang memiliki tingkat mobilisasi dini
dewasa. Jumlah sampel bergerak berpeluang untuk memiliki penyembuhan
yang diambil adalah 15 luka 1,83273 kali lebih cepat dibandingkan dengan
orang pasien. responden yang memiliki tingkat mobilisasi dini tidak
bergerak.
2. Daulay, Masraini, Mengetahui Quasi Penentuan jumlah Pengumpulan data Hasil menunjukkan bahwa rata-rata penyembuhan luka
dan Febrina (2019), efektifitas experiment sampel dalam penelitian dilakukan dengan dari semua responden pada saat pretest adalah 6,5
efektifitas mobilisasi dini ini adalah dengan observasi langsung proses dengan nilai SD = 4,8, sedangkan saat posttest rata-rata
mobilisasi dini terhadap purposive sampling penyembuhan luka penyembuhan luka menjadi 5,5 dengan nilai SD = 2,3.
terhadap penyembuhan dengan jumlah sampel sebelum (pretest) dan Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada penurunan nilai
penyembuhan luka luka pasca sebanyak 15 responden. sesudah (posttest) rata-rata penyembuhan luka setelah dilakukan
pasca operasi operasi Jenis penelitian adalah dilakukan mobilisasi dini mobilisasi dini.
apendiktomi apendiktomi kuantitatif dengan desain pada pasien pasca operasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada efektifitas
quasi experiment. apendiktomi. Proses dilakukannya mobilisasi dini terhadap penyembuhan
Rancangan penelitian ini penyembuhan luka dinilai luka dengan nilai sig0,005 (sig<0,05).
bertujuan untuk berdasarkan skala REEDA.
membandingkan Senada dengan hal ini, penelitian sejenis juga
keadaan sebelum Analisa data dilakukan dilakukan oleh Sulistiyawaty, Yesi Hasneli dan Riri
(pretest) dan sesudah dengan 2 cara yaitu analisa Novayelinda (2013) dari UNRI mengenai efektifitas
(posttest) peneliti univariat dan analisa mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka apendisitis
memberikan perlakuan. bivariat. Analisa univariat yang melibatkan 30 orang responden, uji data
Perlakuan yang digunakan untuk melihat menggunakan uji Mann-Whitney. Didapatkan sig
diberikan dalam distribusi frekuensi 0,028. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa
penelitian ini berupa karakteristik responden penyembuhan luka antara pasien dengan pemberian
mobilisasi dini pada berdasarkan umur, jenis mobilisasi dini lebih efektif dibandingkan dengan
pasien pasca operasi kelamin, pendidikan, pasien tanpa pemberian mobilisasi dini.
apendiktomi. pekerjaan, dan hasil
penyembuhan luka
sebelum dilakukan
mobilisasi dini, setelah
dilakukan mobilisasi dini.
Analisa bivariat dilakukan
untuk melihat keefektifan
mobilisasi dini terhadap
penyembuhan luka.
3. Hesti, Basirun, dan Mengetahui Deskriptif Sample yang digunakan Jenis penelitian ini Dari hasil penelitian diketahui bahwa gambaran
Iswati (2010), gambaran observasio adalah perawat ruang merupakan penelitian non penatalaksanaan mobilisasi dini pada pasien post
gambaran sistem aplikasi nal dengan rawat inap inayah dan eksperimental dengan appendiktomy oleh perawat di RS PKU
penatalaksanaan mobilisasi dini pendekatan barokah yang melakukan menggunakan desain Muhammadiyah Gombong sebagian besar mempunyai
mobilisasi dini oleh oleh perawat Cross tindakan keperawatan deskriptif observasional. kategori baik yaitu 17 responden (62,96%), dan yang
perawat pada pasien untuk pasien Sectional yaitu mobilisasi dini Dalam hal ini adalah untuk mempunyai kategori cukup yaitu 8 responden
post appendiktomy pasca operasi pada pasien post mengetahui gambaran (29,62%). Kategori ini diperinci dengan jawaban Ya=
usus buntu appendiktomy sebanyak penatalaksanaan mobilisasi 85% dan tidak = 15%.
27 orang (bangsal inayah dini pada pasien post Diadakannya penelitian ini, gambaran perawat tentang
sebanyak 14 orang dan appendiktomy. pentingnya mobilisasi dini pada pasien post operasi
bangsal barokah dapat dikatakan cukup baik. Jadi secara garis besar
sebanyak 13 orang) pada Pendekatan yang perawat melakukan tindakan keperawatan mobilisasi
hari pertama post digunakan adalah Cross dini pada pasien post appendiktomy dengan baik dan
operasi. Sectional, yaitu penelitian juga pasien dapat bekerja sama dalam pemenuhan
berdasarkan data yang kebutuhan mobilisasi dini sehingga kecemasan pasien
menunjukkan titik waktu dapat teratasi.
tertentu atau
pengumpulannya
dilakukan dalam waktu
yang bersamaan yang
bertujuan untuk menguji
hubungan antara variabel,
mencari, menjelaskan,
suatu hubungan,
memperkenalkan dan
menguji berdasarkan teori
yang ada.
4. Irsan (2018), Mendeskripsika Studi Responden yaitu pasien Metode pengumpulan data Dari hasil penelitian yang dilakukan:
penerapan asuhan n asuhan Kasus yang post operasi yang digunakan yaitu Pengkajian, pada tanggal 26 juli 2018 jam 11.00
keperawatan pada keperawatan apendiktomi yang wawancara, observasi, dan WITA, mahasiswa melakukan pengkajian pada pasien
pasien post operasi pada pasien mengalami masalah dokumentasi, dengan dengan keluhan pasien mengatakan lemas, nyeri pada
apendiktomi dalam post operasi dalam pemenuhan menggunakan format luka operasi apendiktomi, dilakukan pemeriksaan
pemenuhan apendiktomi kebutuhan mobilitas asuhan keperawatan. tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, N 76×/menit, RR
kebutuhan mobilitas dalam fisik 20×/menit, S 37,6˚C. Pada pengkajian riwayat
fisik pemenuhan kesehatan keluarga tidak ada penyakit keturunan atau
kebutuhan menukar seperti hipertensi, asma, diabetes melitus,
mobilitas fisik jantung. pengkajian pola kesehatan fungsional 11
fungsi gordon. Pengkajian yang penulis uraikan pola
istirahat tidur pasien mengatakan tidak bisa tidur,
tidurpun terbangun terus karena nyeri pada luka post
appendiktomidi kuadran 4.
P (provocate) klien merasa nyeri pada perut kanan
bawah. Klien mengatakan nyeri karena post
appendiktomi, Q (quality) nyeri terasa seperti tertusuk
benda tajam, R (regional) luka dibagian abdomen
kanan bawah,S (skala) dengan skala nyeri 6, T (Time)
nyeri muncul selama 5 menit setiap ada gerakan.
Pengkajian pola aktivitas dan latihan didapatkan hasil
aktivitas pasien seperti makan, minum, berpakain,
mobilitas ditempat tidur, dibantu oleh keluarga, skor
aktifitas keluarga 2, sedangkan untuk toileting pasien
terpasang dengan selang urine.
Diagnosis keperawatan, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri. Batasan karakteristik
gangguan mobilitas fisik menurut (Herman, 2012)
yaitu perilaku meliputi : kesulitan membolak-balik
posisi, keterbatasan rentang gerak sendi, keterbatasan
kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik
kasar.
Intervensi keperawatan, penulis melakukan rencana
tindakan selama 3 × 24 jam diharapkan pasien mampu
melakukan aktifitas dan latihan secara mandiri,
intervensi yang dilakukan adalah kaji TTV dan derajat
mobilisasi, bantu klien untuk melakukan latihan gerak
dimulai dari duduk, instruksikan klien tidur kembali
jika saat duduk terasa nyeri, anjurkan klien berubah
posisi tiap 2 jam sekali, bantu pasien melakukan
mobilisasi dini ditempat tidur.
Implementasi, tindakan keperawatan yang dilakukan
yaitu mengajarkan mobilisasi dini ROM dan miring
kanan, miring kiri untuk mengembalikan fungsi-fungsi
otot dan meningkatkan kekuatan otot. Latihan rentang
gerak merupakan gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu,
sagital, frontal, dan transversal.
Evaluasi, evaluasi yang dilakukan oleh penulis di
sesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada,
sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan
SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan planing).
B. PEMBAHASAN
dilakukan 6-12 jam post pembedahan, pasien yang dirawat inap di rumah
sakit, dan pasien laki-laki atau perempuan yang berusia minimal 18 tahun
(Mutaqqin, 2009).
dan nyeri pada luka operasi apendiktomi. Nyeri terasa seperti tertusuk
benda tajam dengan skala nyeri 6, nyeri bertambah jika bergerak dan nyeri
selama 5 menit setiap ada gerakan. Pasien pasca operasi sering mengalami
baru pertama kali ini pasien menjalani operasi. Wajah pasien tampak
jatuh tertidur.
rentang nyeri berat. Nyeri dapat mempengaruhi kualitas tidur tapi pada
akan kembali normal setelah nyeri diatasi dengan minum obat pereda
kecemasan karena nyeri akut dan berat (Guyton, 2010). Nyeri bertambah
analgetik pada pasien yaitu injeksi Antrain 10 mg/8 jam untuk anti nyeri
dan demam, dan untuk pengukuran tanda-tanda vital dilakukan setiap pagi
pukul 06.00 WITA, siang pukul 12.00 WITA, dan sore pukul 17.00
WITA.
aktivitas dapat dilakukan 6-12 jam post pembedahan dimulai dari latihan
ringan di atas tempat tidur sampai dengan pasien bisa turun dari tempat
tidur, berjalan ke kamar mandi, dan berjalan ke luar kamar (Smeltzer &
Rismalia, 2015).
fisik merupakan keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
yaitu mobilisasi dini berupa miring kanan miring kiri sejak 6-12 jam
latihan duduk selama 5 menit, latihan napas dalam, dan mampu merubah
merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini. Dengan bergerak,
otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya
kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik, akan merangsang
(Mochtar, 1995).
Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan
pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tdiur (latihan
pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan
keluar kamar. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan
setelah diberikan mobilisasi dini intesitas luka sudah kering tidak ada
kemerahan tidak ada pus, jahitan terlihat bagus. Dari jurnal penelitian Tia,
dini, mobilisasi yang dimaksud disini tidak sekedar miring kanan dan
aktivitas.