Anda di halaman 1dari 8

Sub bab 1.

1.2 Bagaimana sistem pengendalian Proses dilakukan ?

Dalam pengoperasiannya suatu sistem pengendalian dapat berjalan dengan baik apabila telah
memenuhi 3 persyaratan berikut :
a. Menekan pengaruh gangguan dari luar.
b. Memastikan kestabilan proses.
c. Mengoptimalkan kinerja proses.

1.2a Menekan pengaruh gangguan dari luar


Tujuan paling umum dari pengendalian adalah menekan pengaruh gangguan dari luar, yaitu efek
dari lingkungan terhadap unit proses seperti reaktor, separator, penukar panas, kompresor dan
sebagainya yang diluar kendali operator sehingga diperlukan mekanisme pengendalian yang
akan memberikan perubahan yang diperlukan proses untuk mengatasi akibat negatif gangguan
terhadap proses. Perhatikan contoh berikut :
MENGENDALIKAN OPERASI PEMANAS PADA TANGKI BERPENGADUK
Perhatikan gambar 1.1 berikut dimana liquid masuk ke tangki dengan laju alir Fi (mL/menit) dan
temperatur, Ti (0C) yang dipanaskan dengan steam dengan laju Fs (kg/menit). Laju alir dan
temperatur keluar tangki adalah F dan T.

Sumber : G.Stephanopoulos,1988

1
Tangki dikondisikan mengalami pengadukan dengan baik, yang berarti temperatur effluent sama
dengan temperatur liquid dalam tangki.

Tujuan operasional pengendalian di tangki adalah :


- Menjaga temperatur effluent T pada harga yang diinginkan, Tsp
- Menjaga volume liquid di tangki pada volume yang diinginkan, Vs.

Operasi tangki berpemanas ini diganggu oleh faktor eksternal seperti laju alir dan temperatur
umpan, Fi dan Ti. Apabila tak ada variabel yang berubah (proses stabil), maka setelah didapat
T = Ts dan V = Vs
sistem dapat dibiarkan tanpa perlu diperhatikan atau dikontrol. Jelas ini tidak mungkin terjadi
karena Ti dan Fi bersifat dinamis dan dapat berubah, sehingga aksi pengendalian perlu dilakukan
untuk mengurangi akibat perubahan gangguan dan menjaga T dan V pada harga yang diinginkan.
Pada gambar 1.2 terlihat aksi pengendalian yang menjaga T = Ts ketika Ti dan Fi berubah.

Sumber : G.Stephanopoulos,1988

Sebuah termokopel mengukur temperatur liquid T dalam tangki, yang kemudian dibandingkan
dengan temperatur yang diinginkan, Tsp menghasilkan deviasi ε = Ts – T.
Harga deviasi ε kemudian dikirim ke mekanisme pengendalian yang kemudian memutuskan
apakah yang harus dilakukan agar temperatur T kembali ke harga yang diinginkan yaitu Ts.

2
Jika ε > 0 berarti T < Ts maka kontroller (pengendali) akan membuka katup steam sehingga
panas akan disuplai. Kebalikannya mekanisme kontrol akan menutup katup steam saat ε = <0
atau T > Ts. Jelas bahwa saat T = Ts (ε = 0) mekanisme pengendalian tidak melakukan apapun.
Sistem pengendalian ini mengukur variabel temperatur setelah efek gangguan terasa pada sistem,
dan disebut sistem pengendalian FeedBack (umpan balik). Harga yang diinginkan, Ts disebut
sebagai Set point yang diberikan oleh operator.
Konfigurasi sederhana yang sama juga dapat dilakukan apabila volume, V yang ingin dijaga,
atau ketinggian liquid, h pada set point hsp saat Fi berubah.
Ketinggian liquid dalam tangki diukur dan katup dibuka atau ditutup yang akan berakibat pada
laju alir effluent, F atau laju alir masuk, Fi .
Jelas bahwa sistem pengendalian yang digunakan juga sistem pengendalian FeedBack dan
beraksi setelah efek gangguan dirasakan oleh proses.

Altenatif lain adalah menggunakan sistem pengendalian Feed Forward untuk mempertahankan T
= Ts saat Ti berubah.

Ti diukur kemudian katup steam dibuka atau ditutup untuk memberikan atau mengurangi jumlah
steam ke proses. Pada sistem pengendalian ini aksi pengendalian tidak menunggu hingga efek
gangguan terasa oleh proses, melainkan bergerak sebelum efek gangguan terasa oleh sistem,
sehingga disebut sebagai sistem antisipasi.

1.2b Memastikan Kestabilan Proses


Suatu proses yang dinamis akan selalu mengalami perubahan yang dapat berakibat kepada
kestabilan proses. Perhatikan gambar berikut,

Gambar 1.3 Respon sistem stabil

3
Gambar 1.4 Respon sistem tidak stabil
Sumber : G.Stephanopoulos,1988

Gambar 1.3 adalah contoh respon suatu sistem proses yang stabil setelah terjadi suatu perubahan.
Proses dengan variabel x saat t0 bersifat stabil, kemudian mengalami gangguan sehingga harga
variabel x melonjak naik. Suatu proses yang stabil akan kembali ke keadaan awal secara
perlahan melewati suatu perioda osilasi.
Sedangkan gambar 1.4 adalah contoh suatu sistem proses yang tak stabil, variabel x setelah t 0
dapat mengalami keadaan A, B atau C.
Apabila mengalami keadaan A, sistem cenderung menjadi tak terkendali dan dapat berakhir
dengan keadaan yang tidak aman karena variable x berosilasi semakin menjauhi keadaan stabil.
Apabila mengalami keadaan B, sistem juga dapat menjadi tak terkendali karena variabel x terus
mengalami kenaikan.
Begitu juga dengan keadaan C, variabel x cenderung menurun sehingga setelah waktu tertentu
dapat mengakibatkan tidak adanya harga variabel x.
Suatu sistem proses diharapkan stabil agar proses dapat berjalan dengan aman dan menghasilkan
produk sesuai yang diharapkan. Terjadinya gangguan dalam sistem proses dapat diatasi dengan
mengendalikan proses tersebut sehingga gangguan tersebut tidak mengganggu keberlangsungan
proses.
Perhatikan keadaan berikut ini, suatu reaktor berpengaduk kontinyu yang mempunyai jaket
pendingin mengubah reaktan cAi menjadi produk cA. Reaksi berlangsung eksotermis
(mengeluarkan panas) sehingga temperatur reaktor harus dikendalikan agar produk cA dihasilkan
dan juga agar keberlangsungan proses reaksi eksotermis berjalan dengan aman.

4
Gambar 1.5 CSTR dengan jaket pendingin

Terdapat 3 titik keadaan stabil pada sistem reaksi proses ini seperti digambarkan dalam gambar
1.6, yaitu titik P1, titik P2 dan titik P3 yang berada pada kurva A dan kurva B.

Gambar 1.6 Tiga Titik Keadaan CSTR

kurva A menjelaskan jumlah panas yang dihasilkan karena proses eksotermis berupa kurva
sigmoidal (berbentuk huruf S) dari temperature reaksi dalam reaktor, sedangkan panas yang
dihilangkan oleh pendingin merupakan fungsi linier dari temperature (Kurva B).
Secara ideal, saat CSTR dalam keadaan stabil (tak ada yang berubah) maka panas yang yang
dihasilkan reaksi akan sama dengan panas yang dihilangkan oleh pendingin.
Hal ini menghasilkan 3 keadaan P1, P2 dan P3 yang berpotongan pada kurva A dan kurva B.
Keadaan P1 dan P3 disebut stabil sedangkan keadaan P2 disebut tak stabil.

Untuk mempelajari konsep kestabilan, perhatikan keadaan titik P2 dengan temperature dalam
reactor T2 dan konsentrasi CA2.

5
Kenaikan temperatur umpan T1 akan menaikkan temperatur campuran reaksi menjadi T2’
dengan panas reaksi Q2’ yang lebih besar dibandingkan panas yang dihilangkan oleh pendingin
Q2”. Hal ini akan berdampak pada temperatur yang lebih tinggi dalam reaktor dan karenanya
meningkatkan laju reaksi.
Peningkatan laju reaksi akan meningkatkan jumlah panas yang dilepaskan oleh reaksi eksotermis
yang kemudian juga akan meningkatkan lagi laju reaksi, dan seterusnya.

Gambar 1.7 Respon dinamik CSTR :


a,b ketidak stabilan pada titik P2
c,d kestabilan titik P1 dan P3

Disini dapat dilihat bahwa peningkatan temperatur T1 membawa temperatur reaktor dari
keadaan P2 dan mencapai keadaan stabil P3. Analogi terhadap kenaikan temperatur T1, dengan
menurunkan temperatur T1, maka temperatur reaktor akan bergerak dari keadaan P2 ke keadaan
P1. Namun apabila keadaan dimulai pada titik P3 atau P1 kemudian reaksi diganggu maka
kondisi secara alami akan kembali ke titik P1 atau P3.
Pengendalian pada titik P2 kadang diperlukan dengan alasan :
(a) keadaan stabil P1 memberikan yield (hasil) rendah karena temperatur reaksi T1 rendah
(b) keadaan P3 dengan temperatur tinggi menyebabkan kondisi tidak aman dan merusak
katalis pada reactor berkatalis dan mengurangi produk hasil

6
sehingga diperlukan suatu mekanisme pengendalian pada keadaan P2.

1.2c Mengoptimalkan kinerja proses.


Kinerja suatu proses diharapkan optimal dengan memperhitungkan keselamatan kerja, produk
yang dihasilkan dan aspek ekonomi. Perhatikan gambar berikut,

Gambar 1.8 Reaktor batch dengan 2 reaksi berurutan

Sebuah reaktor berpengaduk yang beroperasi secara batch membutuhkan steam untuk mengubah
A → B → C. Produk yang diinginkan adalah B sedangkan C adalah by-product yang tak
diinginkan. A pada temperatur tertentu akan berubah menjadi B, sedangkan B dapat berubah
menjadi C apabila temperatur tidak dikendalikan.

Gambar 1.9 Profil optimal laju alir steam

Apabila laju alir steam dibiarkan pada keadaan maksimum, maka pertama akan terbentuk B
namun lama kelamaan dengan bertambah naiknya temperatur maka B akan berubah menjadi C,

7
disini konsumsi steam menjadi besar dan produk yang diinginkan tidak didapatkan, suatu
industri yang menjalankan sistem proses seperti ini dapat merugi.
Sebaliknya apabila laju alir steam dibuat menjadi minimum, maka biaya pengoperasian steam
menjadi rendah, namun produk yang diinginkan tidak didapatkan karena tidak cukup temperatur
untuk mengubah A menjadi B.
Namun, apabila temperatur dikendalikan, maka setelah temperatur reaksi yang diperlukan untuk
mengubah A menjadi B tercapai maka laju alir steam dikurangi. A dikonversikan menjadi B
secara optimal sedangkan efisiensi pemakaian steam sesuai dengan kebutuhan reaksi.

Latihan :
1. Jelaskan 2 buah contoh mengenai K3 yang tak dilakukan dengan baik di pabrik.
2. Jelaskan gangguan yang terdapat pada operasi pendinginan pada sebuah kondenser.

Anda mungkin juga menyukai