SKRIPSI
OLEH
ERLINDA APRILIANA
160311604692
SKRIPSI
diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Matematika
OLEH
ERLINDA APRILIANA
160311604692
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh Erlinda Apriliana ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
iii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Skripsi oleh Erlinda Apriliana ini telah di pertahankan di depan dean penguji
pada tanggal 12 Mei 2020
Dewan Penguji,
Penguji Utama
Penguji I
Penguji II
Mengesahkan, Mengetahui,
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Erlinda Apriliana
NIM.160311604692
v
RINGKASAN
Apriliana, Erlinda. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas X
MIPA 1 SMAN Taruna Nala Jawa Timur.Skripsi. Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Drs. Eddy Budiono, M.Pd.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW), Komunikasi Matematis
Tulis
vi
dari penerapan tersebut terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi rasio trigonometri.
Tahapan pada penelitian ini diawali dengan perencanaan penelitian, pelaksanaan
penelitian, pengamatan, analisis, kemudian refleksi. Data mengenai keterlaksanaan
model pembelajaran Think Talk Write diperoleh dari data observasi kegiatan guru dan
aktivitas siswa. Sedangkan data mengenai komunikasi matematis diperoleh dari tulisan
siswa pada lembar catatan think, lembar jawaban, dan lembar catatan write yang
nantinya akan diamati dan dianalisis oleh peneliti pada setiap penerapan pembelajaran.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi dua kategori keberhasilan
tindakan. Kategori pertama adalah jika data hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas
siswa minimal masuk dalam kategori “Baik”, serta data hasil kemampuan komunikasi
matematis tulis siswa yang meliputi kemampuan menyampaikan dan menerima ide
matematis minimal memperoleh nilai 80 dengan persentase banyaknya siswa minimal
80%.
Data hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa pada siklus I berturut-turut
menunjukkan angka 80,42 dan 80,96 yang dalam hal ini keduanya masuk kategori
“Sangat Baik”. Sedangkan data mengenai hasil dari kemampuan komunikasi
matematis siswa pada siklus I menunjukkan angka 41,75 dalam hal kemampuan
menerima ide dan 39,035 dalam hal kemampuan menyampaikan ide. Berdasarkan data
yang diperoleh, data mengenai kegiatan guru dan aktivitas siswa sudah mencapai
persentase minimal keberhasilan tindakan, namun data mengenai kemampuan
komunikasi tulis siswa masih belum memenuhi kedua kategori keberhasilan tindakan
sehingga perlu dilakukannya tindakan siklus II.
Pada siklus II data hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa berturut-turut
menunjukkan angka 92,74 dan 91,44 yang dalam hal ini keduanya masuk kategori
“Sangat Baik”. Sedangkan data mengenai hasil dari kemampuan komunikasi
matematis siswa pada siklus II menunjukkan angka 80,08 dalam hal kemampuan
menerima ide dan 81,97 dalam hal kemampuan menyampaikan ide dengan presentase
siswa 80,64%. Berdasarkan data yang diperoleh, data mengenai kegiatan guru,
aktivitas siswa, dan kemampuan komunikasi matematis siswa sudah mencapai
persentase minimal keberhasilan tindakan sehingga penelitian ini dapat dikatakan
berhasil.
vii
SUMMARY
Apriliana, Erlinda. 2020. Application of Think Talk Write (TTW) Learning Model to
Improve Mathematical Communication Skills of Class X MIPA 1 High
School Students at Taruna Nala East Java. Mathematics Education Study
Program, Department of Mathematics, Faculty of Mathematics and Natural
Sciences, State University of Malang. Supervisor: Drs. Eddy Budiono,
M.Pd.
Keywords: Think Talk Write (TTW) Learning Model, Writing Mathematical
Communication
viii
improvement of students' mathematical communication skills. The material used in
this study is the trigonometric ratio material.
The stages in this study begin with research planning, research implementation,
observation, analysis, then reflection. Data about the feasibility of the Think Talk
Write learning model is obtained from observations data of teacher activities and
student activities. While data about mathematical communication is obtained from
student writing on think sheets, answer sheets, and writing notes sheets which will
later be observed and analyzed by researchers in each learning application.
This research is said to be successful if it fulfills two categories of action success.
The first category is if the data from observations of teacher activities and student
activities at least fall into the "Good" category, as well as the results of students'
written mathematical communication skills which include the ability to convey and
receive mathematical ideas at a minimum score of 80 with a percentage of students at
least 80%.
Data from observations of teacher activities and student activities in the first cycle
showed 80.42 and 80.96 respectively, in this case both included in the category of
"Very Good". While the data regarding the results of students' mathematical
communication skills in the first cycle shows the number 41.75 in terms of the ability
to accept ideas and 39.035 in terms of the ability to convey ideas. Based on the data
obtained, the data regarding teacher activities and student activities have reached a
minimum percentage of successful actions, but the data regarding students' written
communication skills still do not meet the two categories of action success so that
cycle II of action is necessary.
In the second cycle the data of observations of teacher activities and student
activities showed 92.74 and 91.44 respectively, in this case both included in the
category of "Very Good". While the data regarding the results of students'
mathematical communication skills in the second cycle shows the number 80.08 in
terms of the ability to accept ideas and 81.97 in terms of the ability to convey ideas
with 80,64% student percentage . Based on the data obtained, data regarding teacher
activities, student activities, and mathematical communication skills of students have
reached a minimum percentage of successful actions so that this research can be said
to be successful.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat ridho-Nya penulis telah diberikan kemudahan serta kelancaran dalam
menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Think Talk
Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas X
MIPA 1 SMAN Taruna Nala Jawa Timur”. Shalawat serta salam tak lupa penulis
panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk
kepada ummatnya sehingga kita dapat berada di zaman Islamiah ini.
Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari dukungan, bimbingan, saran, serta doa yang
tulus dari banyak pihak, baik dukungan moril maupun materiil. Dengan segala hormat,
pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Hadi Suwono, M.Si. selaku Dekan FMIPA UM.
2. Bapak Dr. Susiswo, M.Si. selaku Kepala Jurusan Matematika FMIPA UM.
3. Bapak Drs. Eddy Budiono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, serta doa agar penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Etty Tedjo Dwi Cahyowati, M.Pd. selaku validator dan juga penguji
yang telah banyak memberikan masukan serta saran yang sangat bermanfaat
untuk skripsi ini.
5. Ibu Tiasaka Devi Istiqomah, S.Pd, M.Pd. selaku guru matematika kelas X
Mipa 1 Sman Taruna Nala Malang yang telah banyak memberi masukan dalam
hal penelitian di kelas beliau.
6. Siswa kelas X Mipa 1 Sman Taruna Nala Malang yang sudah menyempatkan
waktunya dan senantiasa bekerjasama dengan baik.
7. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Sukarli dan Ibu Siti Djuwariyah
berkat dukungan mereka penulis selalu termotivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku Dewan Pengawas (Kak Liy, Lala, Firza, Ripal) yang selalu
memberikan semangat serta motivasi baik berupa materi maupun non materi.
9. Sahabat-sahabatku Amel, Nita, Asmariyah, Rintang, Ujel, Priska, Laila, Nisa,
Aldi, Pujo, Ditha, Verga, Ria, Mia yang telah banyak membantu penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
x
10. Teman-teman seperjuangan Prodi Pendidikan Matematika angkatan 2016 yang
juga telah memberikan semangat lahir dan batin untuk segera menyelsaikan
skripsi ini.
11. Teman-teman KPL SMAN Taruna Nala Jawa Timur yang selalu memberikan
semangat kepada penulis.
12. Sahabat-sahabatku GPAN Malang yang telah memberikan banyak sekali
pengalaman serta motivasi.
13. Teman-teman Kosramania, terimakasih atas dukungan serta rasa kekeluargaan
yang telah terjalin selama ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Erlinda Apriliana
NIM.160311604692
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ..................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................................... v
RINGKASAN ...............................................................................................................vi
SUMMARY ............................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xvi
xii
3.5 Prosedur Penelitian ............................................................................... 27
3.6 Perangkat dan Instrumen Penelitian ..................................................... 28
3.7 Analisis Data ........................................................................................ 31
3.8 Kriteria Keberhasilan Tindakan ........................................................... 34
BAB 6 PENUTUP.................................................................................................. 93
6.1 Simpulan............................................................................................... 93
6.2 Saran ..................................................................................................... 96
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Pencapain Pembelajaran ...................................................................... 18
2.2 Sudut-sudut Istimewa Trigonometri ................................................................... 21
3.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Rasio Trigonometri ................ 28
3.2 Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ............. 31
3.3 Kriteria Kevalidan Data Hasil Observasi ............................................................ 31
4.1 Validasi Perangkat dan Instrumen Penelitian ..................................................... 43
4.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I ............................................................. 62
4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II ............................................................ 63
4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................................................ 63
4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II .......................................................... 64
4.6 Hasil Catatan Lapangan Siklus I ......................................................................... 65
4.7 Hasil Catatan Lapangan Siklus II........................................................................ 66
4.8 Hasil Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis Tulis .............................. 68
4.9 Hasil Refleksi Siklus I......................................................................................... 69
5.1 Temuan Penelitian .............................................................................................. 86
5.2 Kendala dan Solusi.............................................................................................. 90
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kesalahan Menjawab Siswa ............................................................................. 3
1.2 Kesalahan Menjawab Siswa ............................................................................. 5
2.1 Desain Model Pembelajaran Think Talk Write .............................................. 16
2.2 Segitiga Siku-siku .......................................................................................... 19
4.1 Tulisan Siswa Sebelum Penerapan Think Talk Write .................................... 38
4.2 Tulisan Siswa Sebelum Penerapan Think Talk Write .................................... 40
4.3 Tulisan Siswa Pada LCT Penerapan Think Talk Write ................................. 46
4.4 Tulisan Siswa Pada LCT Penerapan Think Talk Write ................................. 48
4.5 Tulisan Siswa Pada Lembar Jawaban Think Talk Write ............................... 50
4.6 Tulisan Siswa Pada Lembar Jawaban Think Talk Write ............................... 52
4.7 Tulisan Siswa Pada LCW Penerapan Think Talk Write ................................ 54
4.8 Tulisan Siswa Pada LCW Think Talk Write ................................................. 56
4.9 Tulisan Siswa Pada LCW Think Talk Write ................................................. 57
4.10 Tulisan Siswa Pada LCW Think Talk Write ................................................. 58
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................... 101
2 Lembar Kegiatan Siswa .................................................................................. 122
3 Rubrik Kemampuan Komunikasi Matematis .................................................. 151
4 Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis ............................................ 155
5 Lembar Validasi Perangkat dan Instrumen Penelitian .................................... 158
6 Lembar Observasi Kegiatan Guru ................................................................... 184
7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ................................................................ 216
8 Lembar Catatan Lapangan ............................................................................. 248
9 Dokumentasi .................................................................................................. 260
10 Surat Penelitian .............................................................................................. 262
11 Sertifikat Bebas Plagiasi ................................................................................. 265
xvi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada Gambar 1.1, terlihat bahwa siswa
masih belum dapat menuliskan prosedur penyelesaian permasalahan yang
diberikan dengan benar secara matematis. Dalam kebiasaan matematika, tanda
sama dengan (=) adalah simbol yang digunakan untuk menunjukkan
kesetaraan. Tanda ini digunakan dalam sebuah persamaan yang ditempatkan di
antara dua ekspresi yang memiliki nilai sama (Recorde, 1557). Hasil pekerjaan
siswa pada Gambar 1.1, ia menuliskan ide matematika dari suatu
permasalahan dengan “Adinda + Binary + Candy = 200.000”. Padahal,
kebiasaan dalam ilmu matematika, untuk menyatakan objek matematik harus
3
didefinisikan terlebih dahulu. Seperti halnya tanda “+” adalah simbol dari
penjumlahan. Penjumlahan adalah suatu operasi aritmatika dasar yang
didefinisikan sebagai penambahan sekelompok bilangan menjadi suatu
bilangan yang merupakan jumlah. Operasi penjumlahan ini merupakan salah
satu contoh operasi biner yaitu, suatu operasi atau perhitungan yang
menggabungkan dua elemen dari himpunan yang sama (Hardy &Walker,
2002). Meskipun siswa tersebut didalam pikirannya ingin
mengkomunikasikan bahwa banyaknya uang Adinda ditambah banyaknya
uang Binary ditambah banyaknya uang Candy sama dengan 200.000, namun
cara mengomunikasikan jawaban secara tertulis tersebut tidak cocok secara
matematis, sehingga dimungkinkan dapat menimbulkan salah tafsir karena
adanya kekeliruan dalam mengomunikasikan ide.
Seperti hasil pekerjaan siswa pada Gambar 1.2, ketika diberikan suatu
soal mengenai sistem persamaan dengan variabel yang tidak linear, siswa
menyelesaikannya menggunakan prosedur penyelesaian SPLTV dengan
memisalkan variabel yang tidak linear menjadi variabel linear. Siswa
mengetahui prosedur penyelesaiannya namun tidak memahami alasan
digunakannya permisalan tersebut.
Seperti yang terlihat pada percakapan guru dan siswa berikut ini:
Guru : Coba sekarang kamu pahami jawaban soal yang ditulis temanmu.
Sekarang ibu Tanya, mengapa masing-masing di misalkan a,b, dan c?
Guru : Iya bener, kamu memang sudah memahami cara menyelesaiakan soal
tersebut, namun kamu belum memahami konsep dari Sistem Persamaan
Linear. Coba kamu amati salah satu persamaan yang diberikan. Berapa
pangkat dari variabel dalam persamaan tersebut?
Guru : Iya benar variabel . dalam persamaan tersebut berpangkat -1. Nah
sekarang jika kamu akan menyelesaikan sistem tersebut dengan prosedur
penyelesaian seperti Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel(SPLTV), kamu
harus membuat sistem tersebut memenuhi syarat dari SPLTV. Apakah
persamaan tersebut sudah linear?
AZF : Oh iya, karena pangkat variabel pada sistem persamaan tersebut -1,
maka jika cara menyelesaiakan sistem tersebut dengan SPLTV maka harus
di memisalkan variabel berpangkata tidak 1 agar memiliki pangkat 1,
karena agar persamaanya linear.
Model pembelajaran Think Talk Write, Think yang artinya berpikir, Talk
yang artinya berbicara, dan Write yang artinya menulis. Model pembelajaran
ini adalah salah satu model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
berpikir, berbicara atau berpendapat serta menuliskan konsep yang di dapat
7
Manfaat penelitian yang ingin di capai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Agar penelitian ini dapat tertuju atau terfokus pada latar belakang
permasalahan yang telah dirumuskan maka peneliti membatasi masalah
dengan batasan sebagai berikut:
9
b. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X MIPA 1 SMAN Taruna Nala
Jawa Timur Tahun Ajaran 2019/2020.
c. Pokok bahasan pada penelitian ini adalah materi rasio trigonometri yang
mencakup rasio trigonometri pada segitiga siku-siku dan sudut di berbagai
kuadran serta sudut berelasi.
Agar tidak ada perbedaan pendapat antara banyak orang tentang maksud dari
penelitian, peneliti akan memberikan definisi istilah supaya tidak terjadi
perbedaan persepsi atau salah penafsiran. Beberapa definisi istilah sebagai
berikut:
2. Talk : Pada tahap talk siswa diminta untuk berdiskusi dengan kelompoknya
untuk mengutarakan ide mengenai kegiatan pada LKS, kemudian
siswa diminta untuk menuliskan ide tersebut pada Lembar Jawaban.
Siswa diminta untuk menukar lembar jawabannya dengan teman satu
kelompok dan menuliskan respon atau pemahamannya mengenai
tulisan teman yang dibaca.
3. Write : Pada tahap Write siswa diminta untuk menuliskan pengetahuan yang
10
1. Komunikasi
2. Komunikasi Matematis
Apabila salah satu dari dua kategori keberhasilan tindakan kelas masih belum
terpenuhi, maka akan dilaksanakan siklus II begitupun seterusnya hingga hasil
dari tindakan memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
12
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Matematis
Komunikasi adalah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan dari
satu orang atau lebih kepada individu atau kelompok dengan menggunakan media
tertentu (Hardjana, 2007:10). Gagasan atau ide yang disampaikan adalah
mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran seseorang mengenai penangkapan
suatu makna. Komunikasi tidak hanya bersifat menyampaikan ide namun juga
penerimaan ide, sehingga komunikasi memuat menyampaikan dan menerima
suatu ide atau informasi. Komunikasi digunakan oleh individu atau kelompok
sebagai alat penyampaian ide mereka untuk menyamakan persepsi agar dapat
dipahami oleh orang lain. Karena komunikasi bersifat dua arah, sehingga proses
ketika seorang komunikan (penerima pesan) menerima ide dan memberikan
tanggapan suatu ide juga disebut sebagai proses komunikasi. Penyampaian dan
penerimaan ide tersebut dapat berupa lisan maupun tulisan.
Baroody (1993) menyatakan lima aspek komunikasi yaitu, representasi,
mendengar, membaca, diskusi, dan menulis. Salah satu dari kelima aspek tersebut
adalah kemampuan dalam membaca dan menulis. Tulisan seseorang pada
dasarnya adalah suatu bentuk ungkapan pikirannya mengenai sesuatu hal,
sehingga semakin baik cara siswa dalam memahamkan seseorang melalui
tulisannya semakin bagus pula kemampuannya dalam berkomunikasi. Pada
pembelajaran matematika komunikasi menjadi hal yang sangat penting , karena
gagasan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa matematika akan lebih
praktis, sistematis, dan efisien (Depdiknas, 2001:8). Definisi tersebut sejalan
dengan pendapat (NCTM, 2000) bahwa suatu pembelajaran matematika dapat
tercapai maksud atau tujuannya jika siswa telah memenuhi standar proses
pembelajaran dengan memiliki keterampilan matematika salah satunya adalah
kemampuan komunikasi matematis.
National Council of Teacher of Mathematics (2000) menyatakan bahwa
komunikasi matematis adalah cara seseorang dalam berbagi ide dan
mengklarifikasi pemahamannya mengenai matematika, kemampuannya dalam
berkomunikasi matematis akan menunjang caranya dalam berpikir logis,
13
yang akan disampaikan pada tahap diskusi. Pada tahap diskusi siswa beradu
argumen dengan temannya untuk saling menemukan pemahaman (Talk), setelah
proses diskusi, siswa diminta untuk menuliskan apa yang dipahami mengenai
konsep materi dan prosedur penyelesaian permasalahan dalam sebuah catatan
(write).
Lebih lanjut mengenai model pembelajaran Think Talk Write yang dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu tahap Think, Talk, dan Write.
1. Tahap Think
Think artinya berpikir. Pada tahap think siswa diminta untuk memikirkan
suatu ide-ide matematis dan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Dari
proses membaca soal permasalahan, siswa menemukan ide-ide matematis dan
juga prosedur menyelesaikan permasalahan tersebut. Selanjutnya, siswa diminta
untuk membuat catatan kecil mengenai permasalahan, menuliskan ide-ide
matematis dan menuliskan dugaan prosedur penyelesaian soal. Membuat catatan
mengenai suatu tulisan dimaksudkan untuk menganalisis tujuan dari isi tulisan
tersebut (Wiederhold, dalam Yamin & Ansari, 2008:85).
Diawali dengan membaca permasalahan dan memahami maksud dari
permasalahan serta membuat catatan mengenai permasalahan tersebut. Catatan
yang ditulis dapat berupa pemahamannya mengenai teks permasalahan ataupun
kesulitan nya mengenai penyelesaian permasalahan. Penulisan catatan kecil
seperti ini memudahkan siswa untuk menjelaskan alur ide matematis teks dan juga
prosedur penyelesaian permasalahan soal yang nantinya akan dibawa ke dalam
proses diskusi dengan temannya pada tahap Talk.
2. Tahap Talk
Talk yang berarti berbicara. Pada tahap ini siswa diminta untuk
mendiskusikan hasil pemikiran dari suatu permasalahan. Yamin dan Ansari
(2008) menyatakan bahwa pada tahap talk hendaknya dilakukan berkelompok 3-5
orang dengan kemampuan siswa yang heterogen. Masing-masing dari anggota
kelompok menyampaikan pendapat atau ide matematisnya mengenai materi serta
berdiskusi mengenai prosedur penyelesaian permasalahan yang sudah diberikan di
awal. (Yamin & Ansari, 2008:87) menyatakan bahwa dengan adanya komunikasi
yang baik dalam suatu diskusi akan membantu siswa dalam berkolaborasi serta
15
Write yang artinya menulis. Pada tahap write siswa diminta untuk menuliskan
ide, rangkuman konsep, ataupun prosedur penyelesaian soal dalam sebuah lembar
catatan yang diberikan oleh guru. Menulis berarti mengkontruksi ide, karena
setelah berdiskusi hasil dari diskusi kemudian diungkapkan dalam tulisan (Yamin
dan Ansari, 2008). Kegiatan menulis akan membuat siswa berlatih untuk membuat
hubungan konsep-konsep yang sudah dipelajari. Menulis juga akan membuat
siswa mengingat pengetahuan dengan lebih lama (memperpanjang memori
ingatan). Shield & Swinson (dalam Yamin dan Ansari, 2008) menyatakan bahwa
menulis dalam matematika membantu merealisasikan tujuan pembelajaran, yaitu
pemahaman tentang materi yang dipelajari. Penulisan seseorang juga dapat
mengisyaratkan atau mengggambarkan seberapa jauh pemahamannya mengenai
sesuatu. Jadi pada tahap Write ini guru dapat menilai seberapa jauh kemampuan
dan keberhasilan siswa dalam mencerna dan memahami materi. Siswa yang
benar-benar paham akan materi yang telah diterimanya dapat menuliskan dengan
benar dan dapat menjelaskan hasil tulisannya kepada orang lain. Melalui tulisan
guru dapat memantau kesalahan, konsepsi, serta miskonsepsi siswa mengenai ide
matematika (Masingila & wisniowska, 1996).
16
Berikut desain model pembelajaran Think Talk Write pada gambar 2.1
Masalah
Kontruksi pengetahuan
Write Individu
Think & Talk
Kemampuan pemahaman
dan komunikasi matematis
Tahap Talk:
3. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman kelompok untuk
membahas catatannya pada tahap Think
4. Siswa juga berdiskusi mengenai penyelesaian kegiatan pada lembar
kegiatan siswa
17
Tahap Write:
8. Guru meminta siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya yang di-
peroleh pada tahap Think dan Talk dan menuliskannya pada lembar
catatan write
No Tahap Think Talk Write Indikator Pencapaian Pembelajaran Think Talk Write
1 Think Menuliskan ide-ide matematis dari soal permasalahan
yang diberikan
2 Talk Mengemukakan pendapat mengenai ide matematis yang
ditemukan pada tahap Think dalam bentuk tulisan
Mengemukakan prosedur penyelesaian soal permasala-
han secara tertulis
Mengemukakan materi yang belum dipahami pada
proses Think untuk didiskusikan dalam diskusi ke-
lompok
Menuliskan pendapat mengenai tulisan dari jawaban
teman satu kelompoknya
3 Write Menuliskan ide-ide matematis dari materi
Menuliskan prosedur penyelesaian soal permasalahan
Menjelaskan secara tertulis pendapat atau rangkuman
dari suatu materi
Tabel 2.1 Indikator Pencapain Pembelajaran
2.4 Tinjauan Materi Rasio Trigonometri
Rasio Trigonometri merupakan salah satu materi wajib yang diajarkan dalam
pembelajaran matematika di sekolah SMA kelas X. Menurut kurikulum 2013
materi Rasio Trigonometri diajarkan dalam pembelajaran SMA berdasarkan acuan
Kompetensi Dasar:
3.7 Menjelaskan rasio trigonometri (sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan,
dan cotangen) pada segitiga siku-siku.
19
1 𝑏
csc 𝑥 = =
𝑠𝑖𝑛𝑥 𝑎
1 𝑏
sec 𝑥 = =
𝑐𝑜𝑠 𝑥 𝑐
1 𝑐
ctg 𝑥 = =
𝑡𝑎𝑛 𝑥 𝑎
21
1 1 1
Sin α 0 √2 √3 1
2 2 2
1 1 1
Cos α 1 √3 √2 0
2 2 2
1 tak
Tan α 0 √3 1 √3
3 terdefinisi
tak 2
Csc α 2 √2 √3 1
terdefinisi 3
2 tak
Sec α 1 √3 √2 2
3 terdefinisi
tak 1
Ctg α √3 1 √3 0
terdefinisi 3
Tabel 2.2 Sudut-sudut istimewa trigonometri
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai 3.1) pendekatan dan jenis penelitian,
3.2) kehadiran dan peran peneliti di lapangan, 3.3) lokasi dan subjek penelitian,
3.4) data dan sumber data, 3.5) prosedur penelitian, 3.6) perangkat dan instrumen
penelitian, 3.7) analisis data, evaluasi dan refleksi, 3.7) kriteria keberhasilan
tindakan.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terhadap kelas dengan
suatu permasalahan. Berdasarkan dari rumusan masalah dan tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan langkah pembelajaran Think Talk Write untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa sehingga penelitian
ini ditulis dan dikategorikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Sugiyono (2009:15) menyatakan bahwa penelitian dengan pendekatan kualitatif
adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, dan menjelaskan sesuatu kejadian yang tidak dapat dijelaskan,
diukur, dan digambarkan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Peneliti
dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen serta kunci keberhasilan tindakan.
Penulisan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitataif lebih
menekankan pada makna dari pada generalisasi.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan karena ada
suatu permasalahan yang ditemui ketika pembelajaran di kelas. Peneliti
menemukan suatu permasalahan dalam kelas tersebut mengenai kemampuan
siswa dalam menyampaikan ide matematis melalui tulisan. Berangkat dari
permasalahan tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut
23
Tabel 3.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Rasio Trigonometri
Perangkat pembelajaran pada penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan (LKS). Sedangakn instrumen
pada penelitian ini meliputi Lembar Observasi, Lembar Catatan Think,
Lembar jawaban LKS, Lembar Catatan Write, Lembar Catatan Lapangan,
Lembar Validasi.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rpp yang dibuat oleh peneliti dan disesuaikan
29
Jika ingin dicari persentase satu siklus maka dilakukan penghitungan dengan
pedoman sebagai berikut.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑖𝑎𝑝𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒𝑠𝑎𝑡𝑢𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 =
2
4. Vidio Penelitian
Data mengenai tindakan guru dan tindakan siswa selama proses pembelajaran
dapat dianalisis dengan rekaman video ketika pembelajaran berlangsung. Video
ini adalah salah satu rekam jejak penelitian atau tambahan data yang tidak
33
terekam dalam lembar bservasi maupun lembar catatan lapangan yang sangat
berguna untuk peneliti ketika proses menganalisisi data.
3.8 Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan tindakan ini digunakan sebagai indikator keberhasilan
tindakan kelas yang dilakukan selama penelitian. Terdapat katergori keberhasilan
tindakan yang dijadikan indikator keberhasilan pada penlitian ini, yaitu:
1.Kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa diukur dari
kemampuannya dalam (1) mengekspresikan atau menyampaikan ide-ide
matematikanya secara tertulis (2) merespon atau menerima ide matematis
tertulis. Kemampuan komunikasi tertulis siswa dikatakan meningkat
apabila siswa memperoleh nilai kemampuan komunikasi matematis yang
baik dan meningkat pada setiap pertemuan dengan ketentuan nilai
komunikasi matematis yang baik minimal adalah 80 dan persentase
banyaknya siswa yang memperoleh nilai komunikasi baik lebih dari atau
sama dengan 80%.
Apabila kategori keberhasilan tindakan tidak terpenuhi ataupun ada salah satu
yang tidak terpenuhi maka tindakan harus dilanjut ke siklus berikutnya dengan
selalu memperbaiki tindakan yang dilakukan serta melakukan evaluasi dari
pembelajaran sebelumnya. Siklus berhenti apabila kriteria tindakan sudah
memenuhi kategori keberhasilan tindakan.
34
BAB 4
1. Kegiatan Pendahuluan
Guru memberikan siswa soal mengenai sistem persamaan linear dua variabel
dan meminta salah satu siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Terdapat
siswa yang masih mengingat materi, guru meminta salah satu siswa untuk
mengerjakan ke depan dan menjelaskan di depan kelas mengenai prosedur
penyelesaian soal. Guru menekankan lagi mengenai beberapa cara dalam
menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel. Setelah semua siswa
35
dirasa sudah mengingat materi apersepsi, guru kemudian menjelaskan materi pada
pertemuan kali ini.
2. Kegiatan Inti
Guru menuliskan di papan tentang sistem persamaan linear tiga variabel yaitu
mengenai ciri-ciri yang meliputi bentuk umum, metode penyelesaian soal yang
meliputi metode substitusi, eliminasi, dan campuran. Kemudian guru meminta
siswa untuk menuliskan pada bukunya apa yang dituliskan di papan tulis. Guru
bertanya kepada siswa apa yang ingin ditanyakan terkait penjelasan yang
dijelaskan di depan. Guru juga memberikan contoh soal pada power point
mengenai prosedur penyelesaian soal dan guru menerangkannya secara klasikal di
depan kelas. Setelah itu, guru membahas beberapa contoh soal yang ada pada
buku paket siswa dan menjelaskan kepada siswa mengenai cara penyelesaian
beberapa soal sistem persamaan linear tiga variabel. Selanjutnya guru
memberikan siswa latihan soal dan meminta siswa untuk mengerjakannya.
3. Kegiatan Penutup
1. Kegiatan Pendahuluan
c. Guru memberikan siswa soal mengenai materi apersepsi dan meminta salah
satu siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru
d. Terdapat siswa yang masih mengingat materi apersepsi, guru meminta siswa
untuk mengerjakan ke depan dan menjelaskan di depan kelas mengenai
prosedur penyelesaian soal.
e. Guru menekankan lagi mengenai beberapa cara dalam menyelesaikan soal pada
materi apersepsi, mengaitkan dnegan materi yang akan dipelajari
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai materi pembelajaran hari ini dengan
menerangkan didepan kelas
c. Guru meminta siswa untuk menuliskan pada bukunya apa yang dituliskan di
papan tulis
d. Guru bertanya kepada siswa apa yang ingin ditanyakan terkait penjelasan yang
dijelaskan di depan
37
f. Guru juga membahas beberapa contoh soal yang ada pada buku paket siswa dan
menjelaskan kepada siswa mengenai cara penyelesaian beberapa soal yang
berkaitan dengan materi
i. Setelah waktu hampir habis, guru menunjuk beberapa siswa yang dirasa sudah
selesai mengerjakan untuk menuliskan hasil kerjannya ke depan kelas.
j. Guru meminta siswa untuk menjelaskan secara klasikal di depan kelas mengenai
hasil kerja yang di tuliskan pada papan
l. Guru memastikan bahwa sebagian besar siswa sudah memahami materi yang
diajarkan hari ini dengan memberikan tanya jawab secara acak kepada siswa
kelas X Mipa1
3. Kegiatan Penutup
a. Guru memberitahukan kepada siswa mengenai tugas dan juga materi pada
pertemuan selanjutnya
b. Guru meminta ketua kelas untuk laporan dan memimpin berdoa bersama
Beberapa tindakan guru yang di paparkan diatas adalah tindakan guru dari awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran. dengan tindakan guru seperti pada
diatas beberapa hasil tulisan siswa ketika mengerjakan soal pada pembelajaran
yang menerapkan model klasikal
38
Berdasarkan tulisan siswa pada Gambar 4.1, terlihat bahwa siswa masih
belum dapat menuliskan prosedur penyelesaian permasalahan yang diberikan
dengan benar secara matematis. Hasil pekerjaan siswa pada Gambar 4.1, ia
menuliskan ide matematika dari suatu permasalahan dengan “Adinda +
Binary + Candy = 200.000”. Padahal, kebiasaan dalam ilmu matematika,
untuk menyatakan objek matematik harus didefinisikan terlebih dahulu.
Seperti halnya tanda “+” adalah simbol dari penjumlahan.
Seperti yang terlihat pada percakapan guru dan siswa berikut ini:
Pada penerapan model think talk write ini peneliti bertindak sebagai guru
model dengan dibantu tiga orang observer, yang mana satu orang merupakan guru
matematika kelas X Mipa 1 dan dua orang merupakan mahasiswa Universitas
Negeri Malang. Observer diminta untuk membantu peneliti dalam mengamati
tindakan yang dilakukan guru dan respon yang ditunjukkan siswa. Pembelajaran
pada penelitian ini meliputi kegiatan pendahuluan, inti , dan penutup.
Pembelajaran dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu, kegiatan awal, inti, dan
penutup. Pada kegiatan inti tahap pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu tahap
think, tahap talk, dan tahap write. Berikut adalah paparan tindakan selama
diterapkannya model pembelajaran Think Talk Write.
1. Pendahuluan
selama penelitian yaitu Think Talk Write yang mana siswa dibimbing untuk selalu
berpikir dan berani mengutarakan pendapatnya mengenai suatu permasalahan
yang diberikan guru pada tahap Think, lalu tahap berdiskusi dan menyelesaikan
masalah pada tahap Talk, serta menuliskan kesimpulannya mengenai materi dan
soal pada tahap Write.
Guru memberikan siswa motivasi agar siswa lebih semangat dalam belajar materi
ini dan lebih mengetahui tujuan dan penerapannya dalam kehidupan. Guru
menekankan sekali lagi kepada siswa mengenai model pembelajaran yang akan
digunakan pada pembelajaran kali ini dan tujuan diterapkannya model tersebut salah
satunya yaitu untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan komunikasi tulis siswa.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti yaitu dilaksakannya model pembelajaran Think Talk Write. Pada
penelitian ini tujuan diterapkannya model pembelajaran Think Talk Write yaitu
untuk mengasah kemampuan siswa dalam menuliskan ide atau pendapatnya
mengenai soal atau permasalahan matematika sehingga diharapkan kemampuan
siswa dalam berkomunikais matematis tulis dapat meningkat. Kegiatan inti dibagi
menjadi beberapa tahap yaitu,
a. Tahap Think
Pembelajaran tahap think pada penelitian ini diawali dengan pemberian LKS
yang berisi permasalahan matematika. Disini guru memberikan intruksi kepada
siswa untuk membaca permasalahan yang terdapat pada LKS dan meminta siswa
untuk memahami dan menuliskan pendapatnya mengenai permasalahan. Setelah
siswa membaca tulisan yang terdapat pada LKS, siswa diminta untuk menuliskan
46
pendapatnya mengenai informasi ide dan ide matematis yang terdapat pada soal
permasalahan di lembar catatan think yang sudah diberikan guru.
Gambar 4.3 Tulisan siswa pada LCT Pembelajaran Think Talk Write
47
Dari jawaban yang ditulis oleh ZSM pada lembar catatan think miliknya,
tulisan ZSM terlihat lebih jelas dengan adanya tulisan informasi ide dan ide
matematis untuk membedakan tulisan pendapatnya mengenai informasi ide tulisan
dan pendapatnya mengenai ide matematis. Ketika guru memberikan instruksi
bahwa siswa diminta untuk menuliskan informasi ide dari permasalahan yang
diberikan, ZSM menuliskan pendapatnya menggunakan bahasa sehari-hari, ia
juga menuliskan ide matematis permasalahan. Informasi ide yang dituliskannya
adalah dia menuliskan pendapatnya mengenai cara penyelesaian soal. ZSM
menuliskan pendapatnya dengan cukup jelas, namun terdapat beberapa kata yang
digunakan sebagai penjelas yaitu “tersebut” digunakan berulang kali, sehingga
kurang pas dalam penataan kata. Ide matematis yang dituliskan pada LCT tersebut
yaitu dia menggambarkan ilustrasi permasalahan dengan gambar bangun segitiga,
ZSM juga memberikan kalimat atau kata penjelas mana yang menjadi tiang, Ali,
dan kakak Ali serta bayangan dari ketiganya.
Tulisan ZSM pada lembar catatan think diatas jika dinilai dari kemampuan
komunikasi matematis tulisnya sudah dikatakan baik. Berdasarkan indikator
kemampuan komunikasi tulis, siswa dapat menerima informasi tertulis dari suatu
permasalahan jika siswa tersebut memahami informasi permasalahan. Hal tersebut
dibuktikan dengan siswa yang dapat menuliskan maksud dari bacaan meskipun
siswa belum dapat menentukan penyelesaian permasalahan. Penulisan ide ZSM
pada lembar catatan think sudah sesuai dengan konsep dan prinsip permasalahan
yang diberikan, jawaban yang dituliskan oleh ZSM juga sudah mengarah sesuai
pada permasalahan yang diberikan pada LKS, jawaban ZSM secara kesuluruhan
juga benar meskipun jawaban yang dituliskan belum selesai dijawab.
Dari 33 siswa di kelas X Mipa 1, beberapa siswa sudah dapat menuliskan seperti
yang ditulis ZSM pada lembar catatan think, yaitu sekitar 9 siswa. Seiring dengan
beberapa pertemuan pembelajaran dengan menerapkan model Think Talk Write,
siswa yang diindikasikan sudah dapat menerima informasi tertulis meningkat yaitu
sekitar 27 siswa, itu artinya lebih dari 80% siswa dapat menerima informasi tertulis.
Hasil tulisan siswa pada lembar catatan think sudah dapat menyampaikan
informasi dan ide matematis dari permasalahan, seperti diketahui bahwa tidak
48
semua siswa yang dapat menerima informasi tertulis tetapi belum tentu dapat
menyampaikan informasi tersebut. Pada tulisan ZSM di lembar catatan think
sebagian besar jawabannya yang menggunakan istilah dan notasi matematika,
serta simbol matematika sudah sesuai. ZSM juga menuliskan jawabannya secara
terurut, serta sebagian besar kalimat yang digunakan mudah dipahami oleh
pembaca.
Terdapat tulisan siswa lain mengenai tulisan pada tahap think, berikut tulisan
siswa pada tahap Think
Gambar 4.4 Tulisan siswa pada LCT Pembelajaran Think Talk Write
b. Tahap Talk
49
Guru meminta siswa untuk menuliskan secara individu kegiatan di LKS pada
bagian talk. Jawaban siswa ditulis pada lembar jawaban yang telah diberikan guru
dan tulisan siswa nantinya digunakan sebagai salah satu alat pengumpulan data
karena setiap siswa menuliskan pada lembar jawaban. Guru mengatakan kepada
siswa bahwa ketika mengerjakan LKS siswa dapat berdiskusi dengan teman satu
kelompoknya. Guru berkeliling mengecek pekerjaan siswa dan memastikan
bahwa semua kelompok berdiskusi. Guru memberikan bantuan atau scaffolding
kepada siswa. Setelah siswa selesai mengerjakan kegiatan pada tahap talk guru
meminta siswa untuk menukarkan lembar jawaban kepada teman satu
kelompoknya. Setelah tulisan ditukarkan siswa diminta untuk menuliskan
pendapatnya mengenai tulisan teman yang dibacanya, hal tersebut bertujuan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menerima informasi tulis.
Berikut salah satu lembar jawaban milik FO yang berisi jawaban dari
pengerjaan kegiatan di LKS
50
Gambar 4.5 Tulisan siswa pada Lembar Jawaban Pembelajaran Think Talk Write
Pada lembar jawaban yang ditulis FO, terlihat bahwa FO sudah menuliskan
jawaban setiap pertanyaan yang ada pada kegiatan di LKS. Instruksi guru yang
meminta siswa untuk menuliskan secara individu pada lembar jawaban meskipun
dalam mengerjakan terdapat diskusi kelompok namun setiap siswa cara
menyampaikannya secara tertulis bisa saja berbeda hal tersebut karena setiap
siswa mungkin berbeda cara pandang dalam menangkap atau menerima informasi
suatu bahan diskusi. Tulisan FO diatas belum muncul tanggapan siswa yang
menuliskan ide mengenai tulisan temannya, sehingga pada hasil pekerjaan siswa
51
Pada penerapan pembelajaran Think Talk Write siklus I masih banyak siswa
yang belum menuliskan pendapatnya mengenai tulisan temannya dengan benar,
sebagian besar siswa ketika guru memberikan perintah bahwa siswa harus
menuliskan pendapatnya dari tulisan temannya siswa tersebut hanya menuliskan
komentar dan sarannya terkait tulisan. Mereka membaca tulisan temannya,
memahami dan mengerti maksud dari tulisan namun belum menuliskan
pemahamannya melainkan hanya berkomentar. Hal tersebut terjadi karena siswa
yang jarang di intruksikan untuk melakukan kegiatan pembelajaran seperti diatas
sehingga instruksi yang kurang jelas dapat membuat siswa salah persepsi, ini yang
perlu dipertegas guru untuk pertemuan selanjutnya, agar tidak terjadi lagi salah
persepsi.
Seperti yang ditunjukkan pada tulisan FO. Dari 33 siswa dikelas tersebut
sebanyak 15 siswa menuliskan komentar seperti yang ditulisakan GG pada lembar
jawaban FO, sisanya tidak menuliskan apapun pada lembar jawaban temannya,
sehingga tidak semua tulisan dapat diukur kemampuan siswa dalam menerima
informasi secara tertulis. Terdapat tulisan siswa lain mengenai tulisan pada tahap
talk, berikut tulisan siswa pada tahap Talk.
Gambar 4.6 Tulisan siswa pada Lembar Jawaban Pembelajaran Think Talk Write
52
Sebagai upaya dalam menyamakan persepsi antar siswa guru meminta salah
satu siswa pada kelompok untuk mengutarakan ide yang ia punyai dengan
mempresentasikan hasil pekerjaannya dan diskusi kelompoknya. Siswa lain
menanggapi, terjadi sedikit tanya jawab yang akhirnya nanti akan dibantu
menjawab oleh guru dan menyimpulkan materi secara bersama-sama dengan guru
untuk memberikan penguatan. Beberapa upaya guru untuk memberikan stimulus
kepada siswa bahwa dia harus berusaha mempelajari materi dengan benar dan
memanfaatkan waktu diskusi dengan kelompoknya serta memberikan adanya rasa
tanggung jawab terhadap tugasnya.
Berikut adalah tabel pencapaian siswa pada indikator menerima ide dari tulisan
jawaban teman satu kelompoknya serta penyampaian ide secara tertulis pada tahap
Talk
c. Tahap Write
Tahapan write dimulai dengan adanya instruksi dari guru yang meminta siswa
untuk menuliskan perbaikan idenya mengenai permasalahan yang sudah diberikan
di awal. Guru membagikan lembar catatan write pada masing-masing individu
dan meminta setiap siswa untuk menuliskan prosedur penyelesaian dan
rangkuman mengenai materi yang sudah dipelajari. Rangkuman materi dapat
berupa kesimpulan mengenai konsep-konsep atau ungkapan pemahamannya
terhadap materi pembelajaran yang dituliskan dalam lembar catatan write. Salah
53
satu tulisan pada Lembar Catatan Write yang dituliskan oleh RWR
Gambar 4.7 Tulisan siswa pada LCW Pembelajaran Think Talk Write
Pada lembar catatan write milik RWR dia menuliskan dengan lengkap
mengenai apa yang dia dapatkan mulai dari awal pembelajaran hingga akhir
pembelajaran. RWR menuliskan kembali idenya mengenai permasalahan pada
tahap think. pada tulisannya RWR menjelaskan menggunakan bahasanya tentang
pendapatnya dalam menyelesaikan permasalahan. Dimulai dengan menuliskan
informasi yang ia peroleh mengenai bacaan, apa yang akan dicari, dan
pendapatnya mengenai penyelesaian permasalahan.
matematika.
Beberapa kata pada tulisan RWR sebagian masih menimbulkan makna ganda.
Tulisan RWR pada lembar catatan write tidak hanya menuliskan kembali
pendapatmya pada taha think dengan lebih rinci, RWR menuliskan juga
rangkuman jawaban yang dia peroleh dari tahap talk, yaitu mengenai kegiatan
pada di lks pada bagian talk. Berikut adalah lanjutan dari tulisan siswa diatas.
Gambar 4.8 Tulisan siswa pada LCW Penerapan Think Talk Write
55
Tulisan diatas adalah lanjutan jawaban dari RWR pada lembar catatan write.
RWR menuliskan jawabannya mengenai kegiatan pada LKS yaitu suatu proses
menemukan rasio atau perbandingan trigonometri segitiga siku-siku. RWR
menggambar permasalahan pada tahap think yakni suatu segitiga siku-siku,
kemudian dia menuliskan “AB = tinggi bendera” tanpa meniliskan suatu
permisalannya, penulisan tersebut kurang tepat karena jika kita akan menyebut
suatu AB sebagai tingginya bendera kita harus memisalkan permasalahan tersebut,
artinya kita sudah memberikan ketentuan di awal atau suatu perjanjian bahwa kita
akan menyamakan tinggi suatu bendera dengan AB meskipun siswa tersebut
sudah menggambarkan suatu permasalahan dengan representasi gambar.
Tulisan RWR bukannya tidak benar, namun jika ditinjau dari komunikasi
matematis tulis tulisan tersebut kurang jelas. Seperti yang terlihat dari gambar
segitiga pada lembar catatan write tersebut, sebaiknya RWR menambahkan suatu
kalimat bahwa permasalahan diatas dapat direpresentasikan kedalam sebuah
bangun segitiga seperti dibawah ini dan kita dapat menyebut ini sebagai segitiga
serta panjang sisi segitiga ini mewakili suatu panjang atau tinggi sesuatu, lalu
dilanjutkan dengan permisalan sisi-sisi pada segitiga. Siswa tersebut langsung saja
menuliskan jawaban pada perintah di LKS sehingga jika pembaca hanya terfokus
membaca lembar catatan writenya saja mungkin sekilas akan bingung mengapa
siswa ini mencari sisi segitiga. Hasil jawaban LKS seharusnya dituliskan pada
lembar jawaban yang diisi pada tahap write, sedangkan lcw dituliskan lebih
jelasnya prosedur penyelesain permasalahan dan rangkuman yang jelas tanpa
harus membaca bacaan lain. Namun diakhir tulisannya RWR menuliskan maksud
dari pembelajaran kali ini yaitu mengenai sinus, kosinus, dan tangen
56
Gambar 4.9 Tulisan siswa pada LCW Penerapan Think Talk Write
Di akhir tulisanya pada lembar catatan write, RWR menuliskan mengenai cara-
caranya dalam memperoleh perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku, dari
penemuannya pada tahap talk di LKS siswa tersebut dapat menemukan
perbandingan sisi segitiga yang nantinya disebut sebagai perbandingan
trigonometri atau rasio trigonometri dan dapat membuat kesimpulan mengenai
rasio trigonometri sinus, kosinus, dan tangen. Namun jika diperhatikan lagi
mengenai tulisan siswa tersebut dia belum menyampaikan secara jelas mengenai
permaasalahan. Maksud siswa secara tersirat dapat dimegerti namun
komunikasinya secara tertulis masih belum jelas, contoh saja penulisan siswa
tersebut bisa menuliskan maksudnya seperti itu namun dia tidak menuliskan
segitiga nya lagi sehingga pembaca bisa saja bingung yang dimaksud sisi miring
adalah sisi dari segitiga dan syaratnya.
Terdapat tulisan siswa pada lembar catatan write yang menuliskan lebih singkat
dan jelas langsung kepada kesimpulannya terhadap suatu materi yang telah ia
peroleh selama proses pembelajaran. berikut hasil tulisan dari NN pada lembar
catatan write miliknya,
57
Gambar 4.10 Tulisan siswa pada LCW Penerapan Think Talk Write
Komunikasi siswa pada kedua tulisan tersebut sudah dapat dikatakan baik. Dari
33 siswa yang ada dikelas tersebut sekitar 30 siswa sudah dapat menuliskan
seperti yang ditulis NN
3. Penutup
1. Kegiatan Pendahuluan
b. Selanjutnya guru menjelaskan materi yang akan diajarkan pada pertemuan kali
ini dan materi yang akan diajarkan pada pertemuan kali ini masih berkaitan
dengan materi pada pertemuan sebelumnya
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok yang sudah ditentukan (setiap
kelompok terdiri atas 3 siswa)
c. Tahap Think
3. Guru mengatakan kepada siswa bahwa mereka dapat menuliskan informasi ide,
ide matematis, dan dugaan prosedur penyelesaian soal yang dapat dituangkan
dalam bentuk tulisan pendapat masing-masing siswa. Pendapatnya tersebut dapat
dituliskan sesuai dengan pemahamannya, bisa menggunakan bahasa sehar-hari
dengan diperjelas menggunakan ide matemika dan bahasa matematik
d. Tahap Talk
4. Guru meminta siswa untuk menuliskan secara individu kegiatan di LKS pada
bagian Talk.
5. Guru memberitahukan siswa bahwa jawaban siswa ditulis pada lembar jawaban
yang telah diberikan guru dan tulisan siswa nantinya digunakan sebagai salah satu
alat pengumpulan data karena setiap siswa menuliskan pada lembar jawaban.
6. Guru mengatakan kepada siswa bahwa ketika mengerjakan LKS siswa dapat
berdiskusi dengan teman satu kelompoknya.
9. Setelah siswa selesai mengerjakan kegiatan pada tahap Talk, guru meminta
siswa untuk menukarkan lembar jawaban kepada teman satu kelompoknya,
60
11. Guru memberikan perintah bahwa siswa harus menuliskan pendapatnya dari
tulisan temannya siswa
12. Guru meminta salah satu siswa pada kelompok untuk mengutarakan ide yang
ia punyai dengan mempresentasikan hasil pekerjaannya dan diskusi kelompoknya.
Siswa lain menanggapi, terjadi sedikit tanya jawab yang akhirnya nanti akan
dibantu menjawab oleh guru dan menyimpulkan materi secara bersama-sama
dengan guru untuk memberikan penguatan
e. Tahap Write
1. Tahapan write dimulai dengan adanya instruksi dari guru yang meminta siswa
untuk menuliskan perbaikan idenya mengenai permasalahan yang sudah diberikan
di awal.
3. Kegiatan Penutup
a. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan LKS, Lembar Jawaban, LCT, dan LCW
b. Guru meminta salah seorang peserta didik untuk laporan dan memimpin doa.
Penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada penelitian ini, peneliti
61
dibantu oleh tiga orang observer. Observer disini bertugas mengamati tindakan yang
dilakukan guru selama proses pembelajaran, pengamatan yang dilakukan juga disertai
dengan pengambilan rekaman video selama proses pembelajaran, hal tersebut guna
memperkuat data yang ada dan sebagai instrumen peneliti yang dapat membantunya
ketika menganalisis data. Hasil pengamatan observer nantinnya di catat dalam lembar
observasi kegiatan guru. Berikut tabel hasil penilaian ke tiga observer terhadap
tindakan guru yang diamati ketika proses pembelajaran siklus I berlangsung.
Dari Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa rata-rata hasil penilaian observasi kegiatan
guru pada siklus I adalah 80,42. Rata-rata hasil penilaian tersebut pada taraf
keberhasilan masuk dalam kategori “Sangat Baik”. Berikut tabel hasil penilaian
ke tiga observer terhadap tindakan guru yang diamati ketika proses pembelajaran
siklus II berlangsung.
Dari Tabel 4.3 dapat terlihat bahwa rata-rata hasil penilaian observasi kegiatan
guru pada siklus II adalah 92,74. Rata-rata hasil penilaian tersebut pada taraf
keberhasilan masuk dalam kategori “Sangat Baik”.
Karena hasil observasi kegiatan guru pada kedua siklus mendapatkan nilai
dengan kategori “Sangat Baik” maka kegiatan guru pada pembelajaran Think Talk
Write di pertemuan tersebut dapat dikatakan berhasil. Perolehan nilai dengan
kategori “Sangat Baik” artinya sebagian besar tindakan yang dilakukan guru
sudah sesuai dengan sintaks dan indikator keberhasil Think Talk Write.
Penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada penelitian ini, peneliti
dibantu oleh tiga orang observer. Observer disini bertugas mengamati aktivitas
yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran, pengamatan yang dilakukan
juga disertai dengan pengambilan rekaman video selama proses pembelajaran, hal
tersebut guna memperkuat data yang ada dan sebagai instrumen peneliti yang
dapat membantunya ketika menganalisis data. Hasil pengamatan observer
nantinnya di catat dalam lembar observasi aktivitas siswa. Berikut tabel hasil
penilaian ke tiga observer terhadap aktivitas siswa yang diamati ketika proses
pembelajaran siklus I berlangsung.
Dari tabel 4.3 dapat terlihat bahwa rata-rata hasil penilaian observasi aktivitas
siswa pada siklus I adalah 80,96. Rata-rata hasil penilaian tersebut pada taraf
keberhasilan masuk dalam kategori “Sangat Baik”.
63
Dari tabel 4.7 dapat terlihat bahwa rata-rata hasil penilaian observasi aktivitas
siswa pada siklus II adalah 91,44. Rata-rata hasil penilaian tersebut pada taraf
keberhasilan masuk dalam kategori “Sangat Baik”.
Karena hasil observasi aktivitas siswa pada kedua siklus mendapatkan nilai
dengan kategori “Sangat Baik” maka aktivitas siswa pada pembelajaran Think
Talk Write di pertemuan tersebut dapat dikatakan berhasil. Perolehan nilai dengan
kategori “Sangat Baik” artinya sebagian besar respon dari siswa sudah sesuai
dengan sintaks dan indikator keberhasil Think Talk Write.
Dari kedua hasil observasi, rata-rata hasil penilaian dari kegiatan guru dan
aktivitas siswa yang sudah dipaparkan diatas didapatkan bahwa penerapan
pembelajaran Think Talk Write sudah sesuai dengan salah satu kategori
keberhasilan tindakan.
Hasil catatan lapangan merupakan catatan observer yang tidak terekam dalam
lembar observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa
64
Hasil catatan lapangan yang dicatat observer akan dijadikan sebagai bahan
evaluasi peneliti untuk penerapan pembelajaran Think Talk Write pada siklus
selanjutnya. Hasil catatan lapangan merupakan catatan observer yang tidak
terekam dalam lembar observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa. Berikut
catatan lapangan pada siklus II.
Nilai komunikasi matematis siswa sebelum penerapan Think Talk Write rata-
ratanya adalah 35 dan belum ada siswa yang mendapatkan nilai minimal 80. Pada
penerapan Think Talk Write siklus I nilai kemampuan komunikasi matematis
siswa rata-ratanya adalah 40 dengan penerapan pertama lebih baik daripada
penerapan kedua. Nilai kemampuan komunikasi matematis siswa dari sebelum
penerapan Think Talk Write sampai dengan penerapan Think Talk Write pertama
meningkat, namun siswa yang mendapatkan nilai minimal 80 belum mencapai
80% dari banyaknya siswa. Sehingga penerapan Think Talk Write perlu
dilanjutkan pada siklus II.
69
Berdasarkan data yang sudah dipaparkan dan diulas disiklus I, berikut adalah hal-hal
yang perlu diperbaiki ketika pelaksanaan pembelajaran dengan model Think Talk Write.
Sedangkan pada siklus II, berdasarkan data yang sudah dipaparkan dan
diulas di siklus II, hasil observasi kegiatan guru fan aktivitas siswa masuk dalam
kategori “Sangat Baik” dan hasil penelitian kemampuan komunikasi matematis
siswa pada kedua indikator sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Nilai
kemampuan komunikasi matematis siswa selalu meningkat dan rata-rata nilai
untuk kategori menerima ide secara tertulis 81,2 serta untuk kategori
menyampaikan ide secara tertulis rata-rata adalah 80,8 serta ssebanyak 81%
siswa sudah memenuhi skor keberhasilan tindakan. Kemampuan komunikasi
matematis siswa sudah memenuhi kategori keberhasilan tindakan, sehingga
pembelajaran dengan model Think Talk Write pada siklus II ini yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dinyatakan sudah
berhasil sehingga peneliti dapat mengakhiri penelitiannya di lapangan.
b. Penerapan think talk write kedua terdapat beberapa faktor dari luar yaitu
terjadinya sidak dadakan yang menghambat waktu pembelajaran
c. Pada tahapan Think siswa masih kebingungan apa yang harus dituliskan
pada lembar catatan think, ada siswa yang menuliskan prosedur
penyelesaian soal
d. Pada tahap talk beberapa siswa belum selesai ketika mengerjakan kegiatan
pada LKS sehingga guru harus membahasnya secara bersama-sama agar
tujuan pembelajarannya dapat tercapai
e. Pada saat menukar tulisan siswa merasa kebingungan apa yang harus
dilakukan pada tahap selanjutnya sehingga banyak yang salah persepsi
mengenai instruksi guru, yang seharusnya menuliskan pemahaman
mengenai tulisan temaan namun malah komentar dan saran dari siswa
g. Siklus I penerapan model Think Talk Write ini dikatakan belum berhasil
karena rata-rata hasil tulisan siswa pada LCT, Lembar Jawaba,dan LCW
belum memenuhi indikator yang sudah ditentukan, sehingga perlu
dilakukan siklus II dengan menerapkan model yang sama dan tindakan
yang diberikan adalah perbaikan dari tindakan sebelumnya dan juga
materi yang diajarkan adalah lanjutan dari materi sebelumnya.
Berdasarkan paparan data pada siklus II, peneliti menemukan beberapa temuan
73
b. Pada siklus II ini, sebagian besar sudah terlihat lebih aktif dalam
melaksanakan semua tahapan pembelajaran dengan Think Talk Write. Hal
tersebut karena juga didukung dengan pengalaman sebelumnya yang juga
sudah belajaran dengan model pembelajaran Think Talk Write.
c. Pada kegiatan Think, sebagian besar siswa sudah melakukan tahap Think
seperti yang diinstruksikan guru, mereka sudah mulai terbiasa dan dapat
menuliskan ide matematisnya setelah membaca suatu tulisan dengan
kategori yang lebih baik daripada di siklus I.
d. Pada kegiatan diskusi di tahap Talk semua kelompok siswa sudah lebih
kompak dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapatnya baik dalam
kelompok maupun dalam presentasi kelas.
e. Pada tahap Write persentase siswa yang dapat menuliskan kesimpulan pada
Lembar Catatan Write juga lebih meningkat dibandingkan pada siklus I
yang tidak semua siswa mengisi LCW nya.
BAB 5
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai 5.1) penerapan model pembelajaran
Think Talk Write (TTW), 5.2) pengaruh penerapan model pembelajaran Think Talk
Write terhadap kemampuan komunikasi matematis tulis siswa, 5.3) kendala dan
solusi penerapan model pembelajaran Think Talk Write.
Penerapan model pembelajaran Think Talk Write di SMAN Taruna Nala Jawa
Timur diawali dengan kegiatan pendahuluan. Pada kegiatan pendahuluan setelah
guru memasuki kelas dan mengucapkan salam, ketua kelas diminta untuk laporan
dan berdoa bersama. Kebiasaan di SMAN Taruna Nala ini sebelum dimulainya
pembelajaran ketua kelas diminta untuk menyiapkan teman kelas agar siap dalam
menerima pembelajaran, laporan kepada guru mengenai banyaknya siswa yang
masuk dan tidak masuk serta berdoa bersama yang juga dipimpin oleh ketua
kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta model
pembelajaran yang akan digunakan. Setelah itu sebelum masuk pada kegiatan inti,
guru memberikan memberikan motivasi terkait pentingnya mempelajari materi
yang akan dipelajari, guru juga memberikan apersepsi kepada siswa mengenai
materi prasyarat ataupun materi yang sudah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
Kegiatan inti model pembelajaran Think Talk Write dibagi menjadi tiga tahap
yaitu Think, Talk, dan Write. Berikut uraian penjelasan ketiga tahap Think, Talk,
dan Write.
1. Tahap Think
Pada tahap ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu permasalahan pada
LKS yang diberikan, diawali dengan siswa diminta untuk membaca dan
mengamati permasalahan yang terdapat pada LKS. Membaca merupakan salah
satu pembelajaran awal yang tepat diberikan kepada siswa guna melatih
kemampuan komunikasi matematis. Mengacu dari pendapat Sumarmo (2006)
yang menguatkan bahwa kegiatan membaca dapat meningkatkan komunikasi
76
Instruksi guru pada tahap think setelah membaca adalah siswa diminta untuk
menuliskan ide dari pemahamannya mengenai tulisan permasalahan yang baru
saja dibaca dan diamati. Peneliti meyakini bahwa jika siswa diberikan instruksi
yang memintanya untuk menulis, hal tersebut akan meningkatkan kemampuan
komunikasi matematisnya. Schmidt menyatakan bahwa menulis tidak hanya
sebagai alat untuk membantu meningkatkan pemahaman ataupun minat siswa
terhadap matematika, namun menulis juga meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa, melalui menulis siswa dapat mengekspresikan ide serta pendapat
mereka mengenai suatu permasalahan matematika.
NCTM (2000) menyatakan bahwa menulis adalah salah satu instruksi penting
yang tidak boleh dilewatkan ketika pembelajaran matematika, karena menulis
adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengasah kemampuan
komunikasi matematis. Seperti yang tertulis pada principles and standards for
school mathmematics, menulis adalah salah satu cara untuk mengatur dan
mengkonsolidasikan pemikiran matematika siswa melalui komunikasi. Melalui
tulisan siswa juga dapat mengomunikasikan pemikiran matematika secara koheren
dan jelas kepada teman dan guru. Kevin dalam (Surya 2009: 26) menyatakan
bahwa menulis adalah sama saja dengan komunikasi, karena tujuan dari menulis
adalah kita menyampaikan kepada orang lain maksud pikiran kita serta untuk
memberikan penguatan terhadap diri kita sendiri. Dari pendapat beberapa ahli
tersebut semakin menguatkan peneliti bahwa aktivitas menulis dapat membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi tulis.
Kegiatan menulis menjadi suatu kegiatan yang tidak terlepas dari kegiatan
berpikir karena ketika siswa menulis mereka dapat melebarkan idenya mengenai
pemikiran mereka. Hal tersebut sangat cocok dengan tahap think pada model
pembelajaran Think Talk Write yang mengharuskan siswa untuk menulis di kelas
77
Salah satu tujuan dari siswa diminta untuk menuliskan ide atau pendapatnya
mengenai permasalahan adalah untuk mengetahui cara berpikir siswa dalam
menerima permasalahan secara tertulis dan bagaimana cara siswa menyampaikan
ide tersebut dalam sebuah tulisan (Ball, 1994; Bagley & Gallenberger, 1992).
Menulis memungkinkan siswa untuk mengkomunikasikan idenya kepada orang
lain, termasuk guru dan temannya. dengan begitu guru dapat melihat pikiran siswa
dan apa yang sedang mereka pikirkan.
Pada tahap ini, siswa diminta untuk menuliskan idenya pada Lembar Catatan
Think (LCT) yang sudah diberikan sebelumnya. Mengamati, memahami, dan
memikirkan suatu tulisan mengenai suatu permasalahan akan membuat siswa
menjadi lebih terampil dalam berpikir sehingga mengasah kemampuan siswa
dalam menganalisis dan menerima ide atau informasi secara tertulis. Penerimaan
ide tersebut diungkapkan siswa dalam bentuk tulisan yang gunannya untuk
merekam hasil dari pengamatan dan pemahamannya.
2. Tahap Talk
Pada tahap Talk ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok ini
adalah kelompok heterogen yang sudah ditentukan oleh guru dengan masing-
masing kelompok beranggotakan 3-5 orang. Setelah semua siswa mendapat
kelompok, guru meminta siswa untuk duduk bersama kelompoknya dan
berdiskusi bersama. Baroody menyatakan bahwa diskusi adalah salah satu aspek
78
individu maka perlu diulas dalam kelompok untuk mendapatkan gambaran mengenai
pendapat orang lain dan juga menambah pemahaman siswa.
Pada tahap talk selain siswa diminta untuk berdiskusi dengan teman satu
kelomppoknya, siswa juga diminta untuk menuliskan jawaban dari kegiatan di
LKS yang telah di diskusikan dengan kelompoknya pada lembar jawaban. Pada
LKS terdapat kegiatan yang menuntun siswa menemukan konsep dari suatu
permasalahan yang diberikan dan petunjuk mengenai jawaban yang benar. Siswa
diminta untuk mendiskusikan perintah-perintah kegiatan pada LKS yang nantinya
akan ditulis secara individu pada Lembar Jawaban yang dibagikan guru. Armiati
(2009) menyatakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan untuk mengungkapkan
dan merefleksikan pikiran seseorang. Mengungkapkan atau merefleksikan pikiran
diperlukan untuk membuat siswa memperlancar diskusi kelompok dan dapat
meningkatkan pemahaman siswa yang mana pemahaman yang baik akan
memperlancar komunikasi. Sehingga pada tahap ini instruksi siswa untuk
menuliskan ide dari hasil diskusi sangat penting untuk meningkatkan komunikasi
matematis tulis.
kepada orang lain. Salah satu definisi dari komunikasi adalah menyampaikan ide yang
ada dalam pikiran kepada orang lain sehingga orang lain dapat mengetahui
pemahaman kita dan tulisan adalah salah satu alat yang dapat dijadikan sebagai media
komunikasi. Menulis memungkinkan siswa untuk mengomunikasikan idenya kepada
orang lain, termasuk guru dan temannya sehingga mereka dapat mengetahui
pikirannya dan apa yang sedang dipikirkan (Ball, 1994; Bagley & Gallenberger, 1992).
Selain untuk menuliskan hasil diskusi terkait kegiatan di LKS pada tahap Think
siswa juga diminta untuk merespon tulisan temannya menganai pendapatnya dari
tulisan teman satu kelompoknya pada lembar jawaban. Tata caranya adalah
dengan menukar lembar jawaban yang terdapat tulisan kepada teman satu
kelompok nya kemudian menuliskan pemahamannya terkait tulisan teman pada
lembar jawaban tersebut. Kegiatan seperti ini akan mengasah kemampuan siswa
dalam menerima informasi atau ide tertulis. Kemampuan yang dapat diukur
adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan ide dan kemampuan siswa dalam
menerima ide. Peneliti beranggapan bahwa ide tersebut dapat disampaikan
melalui tulisan sehingga orang lain dapat meembaca dan memahami ide tersebut.
Penutupan dari diskusi pada tahap think ini adalah perwakilan siswa diminta
untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas, presentasi kelas juga
menuntut siswa untuk berani menyampaikan ide di depan orang lain. adanya
81
3. Tahap Write
Pada tahap write ini siswa diminta untuk menuliskan secara individu
pengetahuan yang sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Siswa diminta
untuk menuliskan prosedur penyelesaian soal yang benar terkait permasalahan
yang diberikan pada LKS, karena pada tahap Think siswa hanya diminta untuk
menuliskan dugaan prosedur penyelesaian sebelum mendapatkan kegiatan belajar
mengenai materi pada LKS. Devlin (2012) menyatakan bahwa ketika siswa
menulis dalam matematika mereka akan terdorong untuk berpikir secara
matematis. Proses ini diperlukan untuk membentuk siswa memiliki pemikiran
yang bisa terkoneksi dengan pembelajaran sehingga dia akan lebih mudah dalam
menerima materi matematika baik secara lisan maupun tulisan. Menulis juga akan
memberikan siswa kesempatan untuk memecahkan masalah matematika sehingga
dapat mencapai pemahaman konsep yang dapat meningkatkan pemahamannya
untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks serta merefleksikan
jawabannya (Devlin, 2012; Pugalee, 2004). Pemahaman konsep dan pemecahan
masalah yang baik akan mendukung kemampuan komunikasi matematis tulis
siswa karena merupakan bekal yang dibutuhkan siswa untuk membuat tulisan.
Russek (1998) menyatakan bahwa tulisan siswa dapat digunakan sebagai alat
penilaian. Tulisan siswa tersebut dapat digunakan untuk menilai sikap dan
keyakinan, kemampuan matematika siswa, dan kemampuan dalam menyampaikan
ide secara benar. Tulisan siswa dapat dijadikan sebagi alat atau media penilaian
untuk melihat sikap dan keyakinan siswa terhadap jawabannya, kemampuan
matematika siswa yang meliputi pemahaman konsepnya serta bagaimana cara dia
dalam menyampaikan idenya secara tertulis. Karena sejatinya menulis adalah cara
yang dapat kita gunakan untuk mendeskripsikan ide, hubungan, situasi, atau
pendapat matematika, serta mempresentasikan ringkasan ide yang menarik dan
82
Pendapat beberapa ahli mengenai kegiatan menulis yang sudah diulas diatas
jika disimpulkan menulis adalah suatu kegiatan yang dapat membuat siswa
menyatakan idenya dalam bentuk tulisan, melalui proses tersebut secara terus
menerus jika diberikan kepada siswa maka dia akan lebih mahir dalam
menyatakan idenya, merefleksikan idenya, mengkonsolidasikan pemahaman
konsepnya secara terus menerus akan membuat siswa lebih mahir menyatakan ide
dalam bentuk tulisan. Menyatakan ide secara tertulis adalah definisi dari
komunikasi yang mana komunikasi adalah bagaimana cara siswa dalam
menyatakan idenya melalalui tulisan. Sehingga jika siswa terus menerus diberikan
instruksi untuk menyatakan idenya secara tertulis maka akan memberikan peluang
bahwa kemampuan komunikasi matematis tulisnya akan meningkat.
Proses menulis juga akan membuat siswa belajar dalam mengolah kalimat dan
bahasa agar tulisan yang dihasilkan dapat dibaca dan dipahamai oleh orang lain.
Pugalee (2005) menyatakan bahwa hubungan antara bahasa dan belajar
matematika, ia menyatakan bahwa menulis dapat mendukung pemikiran siswa
dan pemecahan masalah dan membantu siswa mengenali karakteristik komunikasi
yang evektif. Pugalee beranggapan bahwa guru dapat membaca tulisan siswa
menunjukkan cara siswa dalam menyimpulkan sesuatu, justifikasi atau
pembenaran dari jawaban dan proses serta menggunakan fakta untuk
menyampaikan pikirannya. Penggunaan bahasa dan kalimat yang tepat dalam
83
tulisan akan menjadikan siswa memiliki kemampuan komunikasi tulis yang baik
sehingga menulis dapat meningkatkan kemmapuan tersebut.
Kegiatan pada model pembelajaran ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap
Think, tahap Talk, dan Tahap Write yang masing-masing pada ketiga tahap
tersebut dapat membantu siswa mengasah kemampuan komunikasi matematis
tulisnya yang juga diperkuat oleh beberapa ahliyang sudah diulas pada
pembahasan diatas. Pada ketiga tahap model Pembelajaran Think Talk Write ini
masing-masing tahap siswa selalu diinstruksikan untuk menuliskan idenya
mengenai permasalahan yang sedang dibahas. Menurut pendapat beberapa ahli
yang sudah dipaparkan pada penjelasan diatas menyatakan bahwa menulis dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa. Sehingga instruksi
guru ketika meminta siswa untuk menulis akan membuat siswa mengasah dan
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulisnya.
Penerapan model pembelajaran Think Talk Write yang dilakukan oleh peneliti
pada tahap Talk terdapat penambahan instruksi guru yang diberikan kepada siswa
yaitu siswa diminta untuk menukar tulisan kepada teman satu kelompok dan
menuliskan pendapatnya mengenai tulisan temannya, instruksi ini akan
menegasah kemampuan siswa dalam menerima ide dari tulisan orang lain.
Penukaran tulisan direncanakan dilakukan secara memutar dengan teman satu
kelompok lebih dari satu kali.
Dari sekian tahap pembelajaran Think Talk Write siswa selalu diminta untuk
menuliskan pendapatnya terkait suatu permasalahan atau informasi matematika.
Dari sekian instruksi guru yang meminta siswa untuk menulis, mungkin terdapat
beberapa siswa yang tidak jujur dalam menuliskan idenya. Semisal terdapat
86
beberapa siswa yang melihat kemudian menjiplak tulisan temannya, disini guru
jadi tidak mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Untuk meminimalisir hal tersebut guru perlu lebih tegas dalam
mengawasi murid-muridnya, peneliti sendiri juga harus lebih pintar dalam
membedakan tulisan siswa yang diduga menuliskan jawabannya tidak hasil dari
pemikirannya sendiri. Berikut beberapa asumsi peneliti untuk membedakan antara
tulisan siswa yang menuliskan ide murni dari pikirannya dengan ide yang siswa
dapat dari hasil plagiasi.
1. Tulisan jawaban yang digunakan oleh penulis beberapa kali terlihat tidak
nyambung antara bagian atas dengan bagian-bagian selanjutnya
2. Penulis menuliskan simbol dan notasi matematika dengan tidak konsisten
3. Terdapat beberapa bagian tulisan yang belum selesai ditulis
4. Penulisan jawaban terkadang dilakukan tidak runtut dan kurang jelas
5. Terdapat beberapa kesalahan perhitungan ketika menuliskan jawaban
Beberapa asumsi diatas adalah pendapat peneliti, yang mana pasti terdapat
beberapa kekurangan dan juga ketidaktepatan pendapat yang dikemukakan oleh
peneliti. Selama penerapan pembelajaran ini, terdapat ebberapa temuan-temuan
penelitian. Berikut temuan-temuan yang didapat selama dilakukannya penelitian
baik dari siklus I maupun siklus II.
Tahap Siklus I Siklus II
Think 35% siswa yang dapat menuliskan 74% siswa yang dapat menuliskan ide
ide menggunakan istilah, notasi, dan menggunakan istilah, notasi, dan
simbol matematika dengan tepat simbol matematika dengan tepat
38% siswa dapat menuliskan ide 78% siswa dapat menuliskan ide
dengan menggunakan kaidah dengan menggunakan kaidah penulisan
penulisan jawaban secara terurut dan jawaban secara terurut dan logis
logis 85 % siswa sudah dapat menuliskan ide
40 % siswa sudah dapat menuliskan dengan kaidah penyusunan kalimat
ide dengan kaidah penyusunan yang mudah untuk dipahami.
87
kalimat yang mudah untuk Tahap think pada siklus II sudah lebih
dipahami. tertata daripada siklus I. Instruksi guru
Pada tahap Think, pembelajaran ketika mengarahkan siswa pada tahap
dengan model ini siswa masih Think lebih jelas dengan disertai contoh
beradaptasi dengan instruksi yang dari maksud yang diinstruksikan. Alur
diberikan sehingga ketika pertemuan Think, Talk, Write pun ditayangkan
awal terdapat beberapa siswa yang pada PPT dengan bentuk diagram alur.
bingung terkait apa yang Hasil tulisan siswa di tahap think pada
diinstruksikan oleh guru siklus II ini lebih terarah dan sesuai
Hasil tulisan siswa di tahap think dengan instruksi guru.
pada siklus I ini juga masih banyak Tahap Think pada siklus II ini siswa
yang menuliskan tidak sesuai dengan sudah sungguh-sungguh dalam
yang diidntruksikan. Beberapa siswa memikirkan dan menuliskan
ada yang meminta prosedur pemahamannya pada Lembar Catatan
penyelesaian soal namun dengan Think. 90% siswa sudah mampu
tidak benar. menuliskan pemahamannya mengenai
Pada tahap Think terdapat beberapa permasalahan tertulis.
siswa yang tidak menuliskan apapun
pada Lembar Catatan Think, ada
juga yang hanya menuliskan dengan
tidak sungguh-sungguh. Sekitar
55% siswa yang benar-benar
menuliskan dengan baik.
Talk 45% siswa yang dapat menuliskan 80% siswa yang dapat menuliskan ide
ide menggunakan istilah, notasi, dan menggunakan istilah, notasi, dan
simbol matematika dengan tepat simbol matematika dengan tepat
56% siswa dapat menuliskan ide 82% siswa dapat menuliskan ide
dengan menggunakan kaidah dengan menggunakan kaidah penulisan
penulisan jawaban secara terurut dan jawaban secara terurut dan logis
logis 85% siswa sudah dapat menuliskan ide
60 % siswa sudah dapat menuliskan dengan kaidah penyusunan kalimat
ide dengan kaidah penyusunan yang mudah untuk dipahami.
88
5.3 Kendala dan Solusi Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write
Selama penerapan model pembelajaran Think Talk Write ini terdapat kendala-
kendala yang terjadi ketika proses penelitian. Kendala yang terjadi disebabakan
dari beberapa faktor sehingga harus dicari solusinya agar ketika model
pembelajaran ini diterapkan lagi kendala atau permasalahan tidak akan terulang
lagi. Adapun kendala yang ditemui ketika penelitian dan solusi yang diberikan
91
No Kendala Solusi
1 Pada awal pembelajaran siswa masih Guru lebih mendekati siswa yang sulit
belum terbiasa dengan model menerima pembelajaran baru
pembelajaran ini, sehingga terdapat
siswa yang enggan untuk
menyelesaikan pekerjaannya
2 Model ini adalah model pembelajaran Guru lebih mengenalkan model Think Talk
pertama yang diterapkan di kelas X Write kepada siswa dengan memberikan
Mipa 1 ketika guru memberikan sedikit penjelasan dan menayangkan
instruksi mengenai tata cara pada diagram alur tahap Think Talk Write pada
setiap tahap pembelajaran, masih PPT.
banyak siswa yang kebingungan Guru memberi contoh hasil pekerjaan dari
prosedur pengerjaan yang setiap tahap namun untuk jenis masalah
diinstruksikan guru yang berbeda
3 Pada pertemuan kedua beberapa siswa Guru menjelaskan terlebih dahulu
banyak yang tidak paham mengenai pemantapan materi yang terkait dengan
materi pembelajaran
Guru lebih menekankan tujuan dari
pembelajaran dan materi apa saja yang
perlu dikuasai
4 Pada kegiatan Think tidak sedikit siswa Guru memberikan instruksi dengan lebih
yang menuliskan ide matematisnya jelas dan tegas
dengan tidak begitu jelas Guru memberikan contoh mengenai
tulisan yang akan dikerjakan pada lembar
catatan think oleh siswa
5 Pada kegiatan Talk terdapat beberapa Guru memberikan perhatian khusus dan
siswa yang tidak mau berdiskusi juga scaffolding kepada kelompok tertentu
dengan temannya Mengelompokkan siswa dengan kelompok
heterogen dengan berpedoman pada
beberapa hasil belajar dan juga observasi
terhadap karakter siswa
92
6 Pada kegiatan Write terdapat beberapa Guru berkeliling kelas untuk memastikan
siswa yang tidak menuliskan apapun siswa benar-benar menulis
pada lembar catatan write dikarenakan Guru memberikan instruksi dengan lebih
beberapa factor tegas
7 Pada penelitian di jam siang beberapa Guru membuat kegiatan belajar lebih
siswa terlihat tertidur dan kehilangan menyenangkan bisa dengan pemberian ice
focus breaking untuk mengembalikan fokus
siswa dan juga pencegahan supaya siswa
tidak mudah mengantuk
8 Sebagian besar instruksi yang meminta Guru lebih tegas dalam mengingatkan
siswa untuk menuliskan pendapat siswa ketika pembelajaran
dengan beberapa jenis tindakan, Guru harus membuat asumsi-asumsi cara
dimungkinkan terdapat beberapa siswa membedakan tulisan siswa hasil plagiasi
yang menjiplak ide dari tulisan ide, ketika penilaian mengenai tulisan
temannya. jawaban siswa hasil plagiasi dengan
jawaban murni dari ide dalam pikirannya,
yang akan lebih baik jika penulisan asumsi
didukung dengan teori-teori para ahli.
BAB 6
PENUTUP
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai 6.1) Kesimpulan penelitian selama
diterapkannya model pembelajaran Think Talk Write (TTW), 6.2) Saran terkait
penelitian
6.1 Kesimpulan
Penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada kelas X Mipa 1 di SMAN
Taruna Nala Jawa Timur ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
komunikasi matematis tulis. Hal tersebut dibuktikan dengan data hasil penelitian
yang sudah dipaparkan pada bab IV dan sudah di bahas pada bab V dalam penelitian
ini. Model pembelajaran Think Talk Write dibagi menjadi tiga tahap dalam
pelaksanaanya, masing-masing tahap pada model ini dapat melatih siswa mengasah
kemampuan komunikasi matematis tertulis. Berikut tahapan dalam model
pembelajaran Think Talk Write.
a. Think
Pada tahap Think siswa diminta untuk membaca, mengamati dan memahami
secara individu suatu soal atau permasalahan yang sudah diberikan sebelumnya pada
LKS. Guru menginstruksikan siswa untuk menuliskan pemahamannya mengenai ide
matematis permasalahan pada lembar catatan think yang sudah diberikan guru
sebelumnya. Guru juga memberikan instruksi bahwa tulisan yang dicatat pada
Lembar Catatan Think ini adalah pemahamannya mengenai permasalahan pada LKS
yang dapat dituliskan dengan menggunakan bahasa mereka ataupun mengguankan
simbol dan notasi matematika.
Tulisan pada tahap Think ini dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menerima dan menyampaikan informasi atau ide secara
tertulis. Ketika siswa diberikan permasalahan secara tertulis, dari tulisan siswa dapat
dilihat seberapa besar tingkat pemahaman siswa dalam menerima ide yang dibaca
yang dapat dilihat dari isi tulisan siswa tersebut. Pembelajaran siklus I menunjukkan
data pada tahap Think kemampuan siswa dalam menerima dan menyampaikan ide
secara tertulis mengalami peningkatan. Pada siklus I penerapan ke 1 siswa yang
94
memenuhi kriteria keberhasilan tindakan 13 siswa dan pada penerapan kedua turun
menjadi 9 siswa, sedangkan pada siklus II penerapan ke 1 sebanyak 22 siswa yang
memenuhi kriteria keberhasilan tindakan dan pada penerapan ke 2 sebanyak 27 siswa.
Hal tersebut terbukti bahwa model pembelajaran Think Talk Write berhasil
meningkatkan kemampuan komunikasi tulis siswa.
Berikut adalah poin-poin instruksi guru pada tahap think yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis tulis siswa:
1. Meminta siswa untuk membaca dan memahami tulisan permasalahan yang ada
pada LKS
2. Meminta siswa untuk menuliskan pemahamannya mengenai informasi ide, ide
matematis, dan dugaaan prosedur penyelesain permasalahan pada lembar
catatan think.
b. Talk
Pada tahap Talk siswa diminta untuk mengamati kembali catatan yang ditulis pada
tahap think, kemudian guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman satu
kelompoknya. Sebelumnya guru telah membagi siswa menjadi beberapa kelompok
heterogen yang beranggotakan 4-5 orang. Siswa diminta untuk berdiskusi mengenai
kegiatan pada tahap Think dan juga penyelsaian kegiatan di LKS di tahap Talk. LKS
di tahap Talk adalah menggiring siswa untuk menemukan konsep dan juga
penyelesaian jawaban yang benar mengenai permasalahan yang sudah diamati di
tahap Think.
Selain menuliskan hasil diskusi pada lembar jawaban, siswa juga diminta untuk
menukar jawabannya dengan teman satu kelompoknya untuk dibaca dan dipahami
serta menuliskan pemahamannya mengenai tulisan temannya. Hal ini berguna untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menerima informasi secara tertulis dan
bagaimana cara siswa menyampaikan ide tersebut. Pada tahap talk tulisan siswa di
lembar jawaban, pada siklus I penerapan ke 1 siswa yang memenuhi kriteria
keberhasilan tindakan sebanyak 12 siswa dan pada penerapan kedua turun menjadi
11 siswa, sedangkan pada siklus II penerapan ke 1 sebanyak 25 siswa memenuhi
kriteria keberhasilan dan pada penerapan ke 2 sebanyak 30 siswa. Peningkatan siswa
95
pertama 18 orang siswa memenuhi kategori dan penerapan keempat 31 siswa yang
memenuhi kategori.
Berikut adalah poin-poin instruksi guru pada tahap write yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa:
1. Meminta siswa untuk menuliskan perbaikan ide yang ditulis pada tahap think,
prosedur penyelesaian soal permasalahan secara lengkap, serta rangkuman
pemahamannya mengenai materi yang baru saja dipelajari.
6.2 Saran
Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Think
Talk Write untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa setelah
diterapkan di lapangan terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam
pelaksanaanya agar ketika model ini digunakan lagi dalam penelitian selanjutnya
dapat dijadikan sebagai pedoman. Berikut saran-saran terkait dengan pelaksanaan
penerapan pembelajaran Think Talk Write untuk meningkatkan kemampuan
komunnikasi matematis tulis siswa:
a. Guru perlu memberikan apersepsi yang benar-benar jelas, pengetahuan awal
siswa sangat diperlukan untuk membuat siswa memiliki dasar yang jelas sebagai
bekal siswa untuk menulis
b. Guru harus memberikan instruksi yang jelas terkait tahap-tahap pada model
pembelajaran Think Talk Write,mengingat ini adalah salah satu model yang
jarang diterapkan ketika pembelajaran di sekolah.
c. Guru menayangkan pada PPT diagram alur setiap tahap pada model
pembelajaran Think Talk Write
d. Pada tahap Think guru sebaiknya mencontohkan dengan permasalahan lain apa
yang harus dituliskan siswa pada Lembar Catatan Think.
e. Guru harus lebih tegas dan memastikan semua siswa membaca, mengamati,
memahami, dan menuliskan apa yang diperintahkan guru pada Lembar Catatan
Think.
97
f. Pada saat pembagian kelompok, guru sudah menyiapkan daftar kelompok pada
PPT dan sesegera mungkin memberikan instruksi ke siswa untuk kumpul
bersama kelompoknya. Guru memberikan waktu misal aba-aba berupa hitungan
1-10, hal tersebut bertujuan untuk membuat siswa lebih cepat bergerak dan agar
sesuai dengan alokasi waktu.
g. Guru atau peneliti harus membuat asumsi-asumsi cara membedakan tulisan
siswa hasil plagiasi ide dengan tulisan ide murni daari pikiran siswa. Asumsi
tersebut seharusnya masuk dalam rubrik penilaian kemapuan komunikasi
marematik tulis sehingga menjadi pertimbangan ketika penilaian.
h. Pada bab pembahasan peneliti sudah menuliskan asumsinya mengenai tulisan
jawaban siswa hasil plagiasi, namun asumsi tersebut hanya pendapat peneliti
yang belum diperkuat oleh teori para ahli. Akan lebih baik jika penulisan asumsi
atau pendapat tersebut didukung dengan teori-teori para ahli untuk memperkuat
pendapat yang dituliskan oleh peneliti.