Anda di halaman 1dari 113

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS


SISWA KELAS X MIPA 1 SMAN TARUNA NALA JAWA TIMUR

SKRIPSI

OLEH
ERLINDA APRILIANA
160311604692

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
Mei 2020
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA KELAS X MIPA 1 SMAN TARUNA NALA JAWA TIMUR

SKRIPSI
diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Matematika

OLEH
ERLINDA APRILIANA
160311604692

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
Mei 2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Erlinda Apriliana ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Malang, 30 April 2020


Dosen Pembimbing

Drs. Eddy Budiono, M.Pd.


NIP. 19570321 198812 1 001

iii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Skripsi oleh Erlinda Apriliana ini telah di pertahankan di depan dean penguji
pada tanggal 12 Mei 2020

Dewan Penguji,

Penguji Utama

Dra. Ety Tejo Dwi C., M.Pd


NIP. 19620318 119002 2 001

Penguji I

Drs. Eddy Budiono, M.Pd


NIP. 19570321 198812 1 001

Penguji II

Ir. Hendro Permadi, M.Si


NIP. 19661224 199903 1 001

Mengesahkan, Mengetahui,

Dekan Fakultas MIPA Ketua Jurusan Matematika

Prof. Dr. Hadi Suwono, M.Si Dr. Susiswo, M.Si


NIP. 19670515 199103 1 007 NIP.19650328 199001 1 001

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Erlinda Apriliana
NIM : 160311604692
Jurusan/Program Studi : Matematika/Pendidikan Matematika
Fakultas/Program : MIPA
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi/falsifikasi/fabrikasi baik sebagian atau
seluruhnya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
plagiasi/falsifikasi/fabrikasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 30 April 2020


Yang membuat pernyataan

Erlinda Apriliana
NIM.160311604692

v
RINGKASAN

Apriliana, Erlinda. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas X
MIPA 1 SMAN Taruna Nala Jawa Timur.Skripsi. Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Drs. Eddy Budiono, M.Pd.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW), Komunikasi Matematis
Tulis

Komunikasi matematis merupakan satu dari beberapa keterampilan yang harus


dimiliki siswa ketika belajar matematika. Terdapat dua jenis komunikasi matematis
yaitu, komunikasi matematis lisan dan komunikasi matematis tulisan. Komunikasi
matematis tulisan adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan dan menerima ide
matematika. Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas X Mipa 1 Sman Taruna Nala
Jawa Timur dan berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas tersebut,
kemampuan siswa dalam menerima dan menyampaikan ide matematika masih
dikatakan rendah. Hal tersebut berdasarkan analisis dari tulisan siswa ketika
menyelesaikan suatu permasalahan matematika, berdasarkan wawancara dengan siswa
kelas tersebut, dan berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas tersebut.
Berdasarkan penelitian terdahulu terkait cara penyelesaian masalah kelas
mengenai komunikasi matematis siswa yang rendah salah satunya adalah diberikannya
tindakan kelas dengan pembelajaran menerapkan model Think Talk Write (TTW).
Model pembelajaran Think Talk Write pada setiap tahap kegiatannya mendukung
peningkatan kemampuan komunikasi matematis, karena siswa diminta untuk berpikir,
berdiskusi, dan menulis.
Dari permasalahan diatas, peneliti akan melakukan tindakan kelas dengan
menerapkan model pembelajaran Think Talk Write guna meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Setelah penelitian dilakukan, peneliti akan menganalisis
hasil penelitian dengan teknik analisis deskripsi kualitataif. Deskripsi kualitataif
adalah salah satu cara analisis data yang mana pada penelitian ini dilakukan dengan
cara mendeskripsikan penerapan model Think Talk Write pada pembelajaran dan hasil

vi
dari penerapan tersebut terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi rasio trigonometri.
Tahapan pada penelitian ini diawali dengan perencanaan penelitian, pelaksanaan
penelitian, pengamatan, analisis, kemudian refleksi. Data mengenai keterlaksanaan
model pembelajaran Think Talk Write diperoleh dari data observasi kegiatan guru dan
aktivitas siswa. Sedangkan data mengenai komunikasi matematis diperoleh dari tulisan
siswa pada lembar catatan think, lembar jawaban, dan lembar catatan write yang
nantinya akan diamati dan dianalisis oleh peneliti pada setiap penerapan pembelajaran.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi dua kategori keberhasilan
tindakan. Kategori pertama adalah jika data hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas
siswa minimal masuk dalam kategori “Baik”, serta data hasil kemampuan komunikasi
matematis tulis siswa yang meliputi kemampuan menyampaikan dan menerima ide
matematis minimal memperoleh nilai 80 dengan persentase banyaknya siswa minimal
80%.
Data hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa pada siklus I berturut-turut
menunjukkan angka 80,42 dan 80,96 yang dalam hal ini keduanya masuk kategori
“Sangat Baik”. Sedangkan data mengenai hasil dari kemampuan komunikasi
matematis siswa pada siklus I menunjukkan angka 41,75 dalam hal kemampuan
menerima ide dan 39,035 dalam hal kemampuan menyampaikan ide. Berdasarkan data
yang diperoleh, data mengenai kegiatan guru dan aktivitas siswa sudah mencapai
persentase minimal keberhasilan tindakan, namun data mengenai kemampuan
komunikasi tulis siswa masih belum memenuhi kedua kategori keberhasilan tindakan
sehingga perlu dilakukannya tindakan siklus II.
Pada siklus II data hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa berturut-turut
menunjukkan angka 92,74 dan 91,44 yang dalam hal ini keduanya masuk kategori
“Sangat Baik”. Sedangkan data mengenai hasil dari kemampuan komunikasi
matematis siswa pada siklus II menunjukkan angka 80,08 dalam hal kemampuan
menerima ide dan 81,97 dalam hal kemampuan menyampaikan ide dengan presentase
siswa 80,64%. Berdasarkan data yang diperoleh, data mengenai kegiatan guru,
aktivitas siswa, dan kemampuan komunikasi matematis siswa sudah mencapai
persentase minimal keberhasilan tindakan sehingga penelitian ini dapat dikatakan
berhasil.

vii
SUMMARY

Apriliana, Erlinda. 2020. Application of Think Talk Write (TTW) Learning Model to
Improve Mathematical Communication Skills of Class X MIPA 1 High
School Students at Taruna Nala East Java. Mathematics Education Study
Program, Department of Mathematics, Faculty of Mathematics and Natural
Sciences, State University of Malang. Supervisor: Drs. Eddy Budiono,
M.Pd.
Keywords: Think Talk Write (TTW) Learning Model, Writing Mathematical
Communication

Mathematical communication is one of several skills that students must possess


when learning mathematics. There are two types of mathematical communication
namely, oral mathematical communication and written mathematical communication.
Writing mathematical communication is the ability of students to convey and receive
mathematical ideas. Based on the results of observations of researchers in class X
Mipa 1 Sman Taruna Nala East Java and based on interviews with mathematics class
teachers, the ability of students to accept and convey mathematical ideas is still said to
be low. This is based on an analysis of the students' writing when solving a
mathematical problem, based on an interview with the class student, and based on an
interview with the mathematics teacher of the class.
Based on previous research related to how to solve classroom problems regarding
students' low mathematical communication, one of which is the provision of classroom
action by learning to apply the Think Talk Write (TTW) model. Think Talk Write
learning models at each stage of their activities support the improvement of
mathematical communication skills, because students are asked to think, discuss, and
write.
From the problems above, the researcher will take class action by applying the
Think Talk Write learning model to improve students' mathematical communication
skills. After the research is conducted, the researcher will analyze the results of the
study with a qualitative descriptive analysis technique. Qualitative description is one
way of data analysis which in this study was carried out by describing the application
of the Think Talk Write model on learning and results of the application of the

viii
improvement of students' mathematical communication skills. The material used in
this study is the trigonometric ratio material.
The stages in this study begin with research planning, research implementation,
observation, analysis, then reflection. Data about the feasibility of the Think Talk
Write learning model is obtained from observations data of teacher activities and
student activities. While data about mathematical communication is obtained from
student writing on think sheets, answer sheets, and writing notes sheets which will
later be observed and analyzed by researchers in each learning application.
This research is said to be successful if it fulfills two categories of action success.
The first category is if the data from observations of teacher activities and student
activities at least fall into the "Good" category, as well as the results of students'
written mathematical communication skills which include the ability to convey and
receive mathematical ideas at a minimum score of 80 with a percentage of students at
least 80%.
Data from observations of teacher activities and student activities in the first cycle
showed 80.42 and 80.96 respectively, in this case both included in the category of
"Very Good". While the data regarding the results of students' mathematical
communication skills in the first cycle shows the number 41.75 in terms of the ability
to accept ideas and 39.035 in terms of the ability to convey ideas. Based on the data
obtained, the data regarding teacher activities and student activities have reached a
minimum percentage of successful actions, but the data regarding students' written
communication skills still do not meet the two categories of action success so that
cycle II of action is necessary.
In the second cycle the data of observations of teacher activities and student
activities showed 92.74 and 91.44 respectively, in this case both included in the
category of "Very Good". While the data regarding the results of students'
mathematical communication skills in the second cycle shows the number 80.08 in
terms of the ability to accept ideas and 81.97 in terms of the ability to convey ideas
with 80,64% student percentage . Based on the data obtained, data regarding teacher
activities, student activities, and mathematical communication skills of students have
reached a minimum percentage of successful actions so that this research can be said
to be successful.

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat ridho-Nya penulis telah diberikan kemudahan serta kelancaran dalam
menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Think Talk
Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas X
MIPA 1 SMAN Taruna Nala Jawa Timur”. Shalawat serta salam tak lupa penulis
panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk
kepada ummatnya sehingga kita dapat berada di zaman Islamiah ini.
Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari dukungan, bimbingan, saran, serta doa yang
tulus dari banyak pihak, baik dukungan moril maupun materiil. Dengan segala hormat,
pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Hadi Suwono, M.Si. selaku Dekan FMIPA UM.
2. Bapak Dr. Susiswo, M.Si. selaku Kepala Jurusan Matematika FMIPA UM.
3. Bapak Drs. Eddy Budiono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, serta doa agar penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Etty Tedjo Dwi Cahyowati, M.Pd. selaku validator dan juga penguji
yang telah banyak memberikan masukan serta saran yang sangat bermanfaat
untuk skripsi ini.
5. Ibu Tiasaka Devi Istiqomah, S.Pd, M.Pd. selaku guru matematika kelas X
Mipa 1 Sman Taruna Nala Malang yang telah banyak memberi masukan dalam
hal penelitian di kelas beliau.
6. Siswa kelas X Mipa 1 Sman Taruna Nala Malang yang sudah menyempatkan
waktunya dan senantiasa bekerjasama dengan baik.
7. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Sukarli dan Ibu Siti Djuwariyah
berkat dukungan mereka penulis selalu termotivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku Dewan Pengawas (Kak Liy, Lala, Firza, Ripal) yang selalu
memberikan semangat serta motivasi baik berupa materi maupun non materi.
9. Sahabat-sahabatku Amel, Nita, Asmariyah, Rintang, Ujel, Priska, Laila, Nisa,
Aldi, Pujo, Ditha, Verga, Ria, Mia yang telah banyak membantu penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

x
10. Teman-teman seperjuangan Prodi Pendidikan Matematika angkatan 2016 yang
juga telah memberikan semangat lahir dan batin untuk segera menyelsaikan
skripsi ini.
11. Teman-teman KPL SMAN Taruna Nala Jawa Timur yang selalu memberikan
semangat kepada penulis.
12. Sahabat-sahabatku GPAN Malang yang telah memberikan banyak sekali
pengalaman serta motivasi.
13. Teman-teman Kosramania, terimakasih atas dukungan serta rasa kekeluargaan
yang telah terjalin selama ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Alhamdulillaahiladzi bini’matihi tatimushalihat (segala puji bagi Allah yang


dengan nikmatnya amal shaleh menjadi sempurna). Semoga semua bantuan,bimbingan
dan kontribusi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan ridho dan sekaligus
sebagai catatan amal ibadah dari Allah SWT. Aamiin YaRobbal ‘Alamin.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangatlah
penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang.

Malang, 30 April 2020


Penulis,

Erlinda Apriliana
NIM.160311604692

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ..................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................................... v
RINGKASAN ...............................................................................................................vi
SUMMARY ............................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 9
1.6 Definisi Operasional ............................................................................. 10

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 12


2.1 Komunikasi Matematis......................................................................... 12
2.2 Model Pembelajaran Think Talk Write ................................................. 13
2.3 Keterkaitan Model Pembelajaran Think Talk Write dengan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ...................................... 18
2.4 Tinjauan Materi Rasio Trigonometri .................................................... 19

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 23


3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................... 23
3.2 Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan .......................................... 24
3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian ............................................................... 24
3.4 Data dan Sumber Data .......................................................................... 25

xii
3.5 Prosedur Penelitian ............................................................................... 27
3.6 Perangkat dan Instrumen Penelitian ..................................................... 28
3.7 Analisis Data ........................................................................................ 31
3.8 Kriteria Keberhasilan Tindakan ........................................................... 34

BAB 4 PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN .................................... 35


4.1 Paparan Data Sebelum Penerapan Think Talk Write ............................ 35
4.2 Paparan Data Penerapan Think Talk Write ........................................... 42

BAB 5 PEMBAHASAN ........................................................................................ 76


5.1 Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write ............................... 76
5.2 Pengaruh Penerapan Think Talk Write Terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis Tulis Siswa ..................................................... 85
5.3 Kendala dan Solusi Penerapan Think Talk Write ................................ 91

BAB 6 PENUTUP.................................................................................................. 93
6.1 Simpulan............................................................................................... 93
6.2 Saran ..................................................................................................... 96

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................. 98


LAMPIRAN ............................................................................................................... 100
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... 266

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Indikator Pencapain Pembelajaran ...................................................................... 18
2.2 Sudut-sudut Istimewa Trigonometri ................................................................... 21
3.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Rasio Trigonometri ................ 28
3.2 Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ............. 31
3.3 Kriteria Kevalidan Data Hasil Observasi ............................................................ 31
4.1 Validasi Perangkat dan Instrumen Penelitian ..................................................... 43
4.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I ............................................................. 62
4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II ............................................................ 63
4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................................................ 63
4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II .......................................................... 64
4.6 Hasil Catatan Lapangan Siklus I ......................................................................... 65
4.7 Hasil Catatan Lapangan Siklus II........................................................................ 66
4.8 Hasil Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis Tulis .............................. 68
4.9 Hasil Refleksi Siklus I......................................................................................... 69
5.1 Temuan Penelitian .............................................................................................. 86
5.2 Kendala dan Solusi.............................................................................................. 90

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Kesalahan Menjawab Siswa ............................................................................. 3
1.2 Kesalahan Menjawab Siswa ............................................................................. 5
2.1 Desain Model Pembelajaran Think Talk Write .............................................. 16
2.2 Segitiga Siku-siku .......................................................................................... 19
4.1 Tulisan Siswa Sebelum Penerapan Think Talk Write .................................... 38
4.2 Tulisan Siswa Sebelum Penerapan Think Talk Write .................................... 40
4.3 Tulisan Siswa Pada LCT Penerapan Think Talk Write ................................. 46
4.4 Tulisan Siswa Pada LCT Penerapan Think Talk Write ................................. 48
4.5 Tulisan Siswa Pada Lembar Jawaban Think Talk Write ............................... 50
4.6 Tulisan Siswa Pada Lembar Jawaban Think Talk Write ............................... 52
4.7 Tulisan Siswa Pada LCW Penerapan Think Talk Write ................................ 54
4.8 Tulisan Siswa Pada LCW Think Talk Write ................................................. 56
4.9 Tulisan Siswa Pada LCW Think Talk Write ................................................. 57
4.10 Tulisan Siswa Pada LCW Think Talk Write ................................................. 58

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................... 101
2 Lembar Kegiatan Siswa .................................................................................. 122
3 Rubrik Kemampuan Komunikasi Matematis .................................................. 151
4 Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis ............................................ 155
5 Lembar Validasi Perangkat dan Instrumen Penelitian .................................... 158
6 Lembar Observasi Kegiatan Guru ................................................................... 184
7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ................................................................ 216
8 Lembar Catatan Lapangan ............................................................................. 248
9 Dokumentasi .................................................................................................. 260
10 Surat Penelitian .............................................................................................. 262
11 Sertifikat Bebas Plagiasi ................................................................................. 265

xvi
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembelajaran matematika perlu menekankan pengembangan


beberapa keterampilan, dalam hal ini guru perlu memperhatikan lima aspek
keterampilan yang menjadi standar proses pembelajaran matematika.
National Council of Teacher of Mathematics (2000:29) menyatakan dalam
standar proses pembelajaran matematika bahwa kemampuan seperti
pemecahan masalah matematis, penalaran dan pembuktian matematis,
komunikasi matematis, koneksi matematis, dan representasi matematis perlu
mendapatkan perhatian selama proses pembelajaran matematika. Salah satu
dari standar proses pembelajaran matematika yang dinyatakan oleh NCTM
tersebut adalah komunikasi matematis. Komunikasi matematis adalah cara
seseorang dalam berbagi ide dan mengklarifikasi pemahamannya mengenai
matematika (NCTM, 2000). Berbagi ide matematika bisa dikatakan sebagai
kegiatan bertukar pendapat untuk mengklarifikasi atau memperbaiki
pemahaman guna menyamakan persepsi mengenai suatu materi matematika.
Dari dua kemampuan tersebut muncullah suatu manfaat komunikasi
matematis yang sangat diperlukan untuk menyampaikan gagasan dan
pemahaman mengenai konsep matematika. Dengan adanya komunikasi,
pemahaman seseorang mengenai suatu materi dapat ditingkatkan serta dapat
diperbaiki. Hal tersebut sesuai dengan pendapat NCTM (2000) bahwa
mengkomunikasikan ide dapat dijadikan sebagai objek refleksi, diskusi, dan
perbaikan.
Ide-ide matematis dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2006 juga menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran matematika, siswa diharapkan mampu mengomunikasikan
gagasan atau ide-ide matematisnya dengan menggunakan simbol, tabel,
diagram atau media lain untuk memperjelas suatu keadaan atau
permasalahan. Komunikasi matematis juga menekankan kemampuan siswa
dalam berpikir logis, ekspresi diri, mendengarkan ide-ide orang lain, ketika
menulis ataupun berbicara (NCTM:2000). Komponen pembangun
2

komunikasi matematis dari beberapa definisi tersebut adalah kemampuan


siswa dalam menyampaikan dan menerima suatu ide matematika, baik secara
lisan maupun tulisan. Pada penelitian ini akan difokuskan untuk meneliti
kemampuan siswa dalam menyampaikan dan menerima informasi atau ide
matematika dalam bentuk tulisan.
Menulis dan membaca tentang matematika dapat membantu siswa
mengkonsolidasi berpikir, merenungkan pekerjaan, serta mengklarifikasi
pemikiran mereka tentang ide matematis yang dikembangkan dalam
pembelajaran (NCTM:2000). Fokus penelitian pada kemampuan komunikasi
tertulis ini, didasarkan pada hasil pengamatan peneliti selama KPL. Hasil
observasi menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam
menuliskan ide matematis. Selain itu, siswa juga kesulitan dalam
menginterpretasi ide-ide matematika dalam masalah yang tertulis secara
naratif. Hal ini ditunjukkan dari respon siswa setelah membaca.

Contoh kesulitan siswa dalam komunikasi matematis tulis ditunjukkan


oleh siswa kelas X MIPA 1 SMAN Taruna Nala Jawa Timur. Berdasarkan
kajian terhadap tulisan siswa, secara umum dikatakan bahwa siswa masih
kebingungan ketika diminta untuk menuliskan secara matematis ide mengenai
prosedur penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV). 55%
anak dari 33 siswa masih kebingungan dalam menuliskan secara matematis
mengenai prosedur penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
(SPLTV).

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada Gambar 1.1, terlihat bahwa siswa
masih belum dapat menuliskan prosedur penyelesaian permasalahan yang
diberikan dengan benar secara matematis. Dalam kebiasaan matematika, tanda
sama dengan (=) adalah simbol yang digunakan untuk menunjukkan
kesetaraan. Tanda ini digunakan dalam sebuah persamaan yang ditempatkan di
antara dua ekspresi yang memiliki nilai sama (Recorde, 1557). Hasil pekerjaan
siswa pada Gambar 1.1, ia menuliskan ide matematika dari suatu
permasalahan dengan “Adinda + Binary + Candy = 200.000”. Padahal,
kebiasaan dalam ilmu matematika, untuk menyatakan objek matematik harus
3

didefinisikan terlebih dahulu. Seperti halnya tanda “+” adalah simbol dari
penjumlahan. Penjumlahan adalah suatu operasi aritmatika dasar yang
didefinisikan sebagai penambahan sekelompok bilangan menjadi suatu
bilangan yang merupakan jumlah. Operasi penjumlahan ini merupakan salah
satu contoh operasi biner yaitu, suatu operasi atau perhitungan yang
menggabungkan dua elemen dari himpunan yang sama (Hardy &Walker,
2002). Meskipun siswa tersebut didalam pikirannya ingin
mengkomunikasikan bahwa banyaknya uang Adinda ditambah banyaknya
uang Binary ditambah banyaknya uang Candy sama dengan 200.000, namun
cara mengomunikasikan jawaban secara tertulis tersebut tidak cocok secara
matematis, sehingga dimungkinkan dapat menimbulkan salah tafsir karena
adanya kekeliruan dalam mengomunikasikan ide.

Gambar 1.1 kesalahan menjawab siswa

Siswa tersebut juga menuliskan“ A - 3C = 50.000 ”. Padahal simbol →


adalah simbol implikasi. Tulisan siswa tidak menunjukkan adanya pernyataan
didepan tanda. Hal ini tidak sesuai dengan jawaban siswa pada Gambar 1.1
dalam menuliskan ide matematisnya, sehingga lembar jawaban siswa pada
Gambar 1.1 adalah contoh komunikasi matematis secara tertulis yang belum
sesuai. Kesalahan-kesalahan menjawab siswa disebabkan karena siswa kurang
4

memiliki konsep Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV), sehingga


sulit ketika diminta untuk menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan. Siswa
juga tidak memiliki pengalaman bagaimana menulis penyelesaian secara
matematis yang tepat.

Kemampuan menerima informasi tulis matematika di kelas X MIPA 1


juga masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan respons siswa setelah
membaca tulisan tentang ide matematika menunjukkan ketidakpahaman
mereka mengenai materi yang dibaca. Pengamatan ketika KPL dan mengajar
matematika di kelas ini, 50% anak dari 33 siswa masih sulit membaca tulisan
matematika dan memaknainya dengan benar. Hal tersebut dibuktikan dengan
kurangnya kemampuan mereka dalam menyatakan, menjelaskan, dan
menggambarkan pemahamannya mengenai materi matematika. Rendahnya
kemampuan komunikasi matematis tersebut karena kurangnya fasilitas
pembelajaran yang mengajak siswa menulis dan berbicara mengenai
pendapatnya tentang suatu permasalahan matematika.

Seperti hasil pekerjaan siswa pada Gambar 1.2, ketika diberikan suatu
soal mengenai sistem persamaan dengan variabel yang tidak linear, siswa
menyelesaikannya menggunakan prosedur penyelesaian SPLTV dengan
memisalkan variabel yang tidak linear menjadi variabel linear. Siswa
mengetahui prosedur penyelesaiannya namun tidak memahami alasan
digunakannya permisalan tersebut.

Gambar 1.2 kesalahan menjawab siswa


5

Seperti yang terlihat pada percakapan guru dan siswa berikut ini:

Guru : Coba sekarang kamu pahami jawaban soal yang ditulis temanmu.
Sekarang ibu Tanya, mengapa masing-masing di misalkan a,b, dan c?

AZF : Berdasarkan contoh soal dan kebanyakan sumber menuliskannya


seperti itu bu

Guru : Jadi kamu selalu mengikuti contoh-contoh soal sebelumnya yang


memiliki permasalahan yang hampir sama?

AZF : iya bu, namun saya mengetahui prosedur penyelesaiannya. Karena


yang dicari adalah x,y, dan z maka nilai a,b, dan c yang saya peroleh nanti
akan saya substitusikan lagi pada permisalan saya untuk mencari nilai x,,y,
dan z

Guru : Iya bener, kamu memang sudah memahami cara menyelesaiakan soal
tersebut, namun kamu belum memahami konsep dari Sistem Persamaan
Linear. Coba kamu amati salah satu persamaan yang diberikan. Berapa
pangkat dari variabel dalam persamaan tersebut?

AZF : Variabel x dan y bu? Pangkat variabelnya 1

Guru : Benarkah berpangkat 1? Apakah pangkat dari variabel dan itu


sama?

AZF : Oh iya, pangkatnya -1 ya bu?

Guru : Iya benar variabel . dalam persamaan tersebut berpangkat -1. Nah
sekarang jika kamu akan menyelesaikan sistem tersebut dengan prosedur
penyelesaian seperti Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel(SPLTV), kamu
harus membuat sistem tersebut memenuhi syarat dari SPLTV. Apakah
persamaan tersebut sudah linear?

AZF : Oh iya, karena pangkat variabel pada sistem persamaan tersebut -1,
maka jika cara menyelesaiakan sistem tersebut dengan SPLTV maka harus
di memisalkan variabel berpangkata tidak 1 agar memiliki pangkat 1,
karena agar persamaanya linear.

Guru : Benar, apakah sekarang sudah paham mengapa harus memisalkan


variabel tersebut?

AZF : Sudah bu, terimakasih banyak

Penelitian sebelumnya mengenai kemampuan komunikasi matematis


siswa oleh Dimas Aryo dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Guna Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Kelas X Mipa 2 SMA Negeri 2 Malang” dan
juga penelitian oleh Lukman Choirurijal dengan judul “ Penerapan Model
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas VIII C SMPN 8 Malang”. Kedua
6

penelitian tersebut sama-sama menerapkan model pembelajaran Think Talk


Write pada kelas dengan kemampuan komunikasi rendah yakni, kemampuan
siswa dalam menulis dan mengkomunikasikan konsep, ide, maupun prosedur
penyelesaian soal matematika belum dikatakan baik. 65% dari 34 siswa di
kelas belum memahami cara menuliskan prosedur penyelesaian soal secara
matematis. Hal tersebut karena ketika pembelajaran di kelas guru lebih
menekankan pemberian tugas rutin dan melakukan diskusi secara klasikal.

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran penelitian diatas yang juga


menggunakan model Think Talk Write, rata-rata hasilkemampuan komunikasi
matematis siswa mengalami peningkatan. Peneliti menyebutkan bahwa
kelemahan dari penelitiannya adalah kurangya pemberian soal Open-Ended
pada siswa. Peneliti hanya memberikan soal-soal Close-Ended, padahal soal
Close-Ended kurang memicu klarifikasi pemahaman siswa. Berbeda dengan
pemberian soal Open-Ended yang dapat membantu siswa melakukan
eksplorasi sehingga pemahamannya terhadap materi lebih berkembang.

Kedua penelitian sebelumnya memiliki permasalahan kelas yang hampir


sama. Permasalahan kelas pada kedua penelitian salah satunya adalah siswa
sulit menuliskan prosedur penyelesaian dari soal secara matematis. Kedua
penelitian sebelumnya lebih banyak memberikan tindakan kelas dengan
mengerjakan dan mendiskusikan soal. Pada penelitian ini kelas yang akan
diteliti adalah kelas X MIPA 1 di SMAN Taruna Nala Jawa Timur dengan
permasalahan kelas yaitu sulitnya siswa dalam mengungkapkan atau
menyampaikan serta menerima ide dari suatu tulisan matematika. Hal tersebut
diduga karena siswa tidak terbiasa dengan aktivitas pembelajaran yang
menuntutnya untuk menulis dan berbicara tentang ide matematika. Karena
permasalahan tersebut, peneliti kali ini akan memberikan tindakan
pembelajaran menggunakan model Think Talk Write.

Model pembelajaran Think Talk Write, Think yang artinya berpikir, Talk
yang artinya berbicara, dan Write yang artinya menulis. Model pembelajaran
ini adalah salah satu model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
berpikir, berbicara atau berpendapat serta menuliskan konsep yang di dapat
7

mengenai suatu permasalahan matematika yang ditemui. Think Talk Write


dimulai dengan siswa diberikan suatu permasalahan matematika lalu siswa
diminta untuk memikirkan ide-ide matematis dan prosedur penyelesaian
permasalahan tersebut, ketika dalam proses berpikir siswa diminta untuk
membuat catatan kecil mengenai suatu permasalahan yang sedang di
selesaikan, setelah itu siswa diminta untuk berbicara dan menyampaikan
pendapatnya dalam sebuah diskusi dengan kelompok serta mempresentasikan
hasil kelompok ke dalam kelas. Tahap akhir dari pembelajaran ini adalah
siswa diminta untuk menuliskan semua yang telah di dapat dalam sebuah
catatan yang disebut dengan tahap write. Tambahan tindakan yang akan
diberikan peneliti adalah pertukaran catatan write antar siswa. Semua siswa
mencoba memahami dan menyampaikan ulang pemahamannya mengenai
tulisan dari ide temannya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tetarik untuk


melakukan penelitian lebih lanjut di Kelas X MIPA 1 di Sman Taruna Nala
Jawa Timur dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran
Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Kelas X MIPA 1 SMAN Taruna Nala Jawa Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, rumusan masalah pada


penelitian ini adalah bagaimana langkah-langkah penerapan model
pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa kelas X MIPA 1 di SMAN Taruna Nala Jawa
Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan


dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah penerapan
model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas X MIPA 1 SMAN Taruna
Nala Jawa Timur.
8

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin di capai oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Manfaat penelitian bagi guru mata pelajaran

Guru mendapatkan informasi tentang ragam model pembelajaran,


yaitu model pembelajaran Think Talk Write yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Guru juga akan
termotivasi untuk lebih menginovasi pembelajaran selanjutnya dengan
berbagai jenis model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam belajar sehingga tujuan dari pembelajaran matematika dapat
tercapai.

b. Manfaat penelitian bagi siswa

Siswa akan lebih semangat dalam belajar matematika, karena dengan


penerapan model pembelajaran kooperatif, pembelajaran matematika
dikelas menjadi tidak menegangkan, lebih santai namun tetap serius.
Penerapan model Think Talk Wrrite ini adalah model yang memfasilitasi
siswa untuk menyampaikan ide-ide matematikanya sehingga dia lebih
bebas berpendapat dan mengasah komunikasi matematisnya serta menjadi
seseorang yang kritis.

c. Mafaat penelitian bagi peneliti

Sebagai calon pendidik, peneliti mengetahui mana model


pembelajaran yang tepat dan cocok untuk diterapkan dalam kelasnya
ketika sudah terjun ke sekolah. Khususnya mengetahui langka-langkah
penggunaan model Think Talk Write yang di duga dapat meningkatkan
komunikasi matematis siswa sehingga tujuan pembelajaran matematika
dapat tercapai.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat tertuju atau terfokus pada latar belakang
permasalahan yang telah dirumuskan maka peneliti membatasi masalah
dengan batasan sebagai berikut:
9

a. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah peningkatan ke-


mampuan komunikasi matematis tulis siswa setelah diajar menggunakan
model pembelajaran Think Talk Write

b. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X MIPA 1 SMAN Taruna Nala
Jawa Timur Tahun Ajaran 2019/2020.

c. Pokok bahasan pada penelitian ini adalah materi rasio trigonometri yang
mencakup rasio trigonometri pada segitiga siku-siku dan sudut di berbagai
kuadran serta sudut berelasi.

1.6 Definisi Operasional

Agar tidak ada perbedaan pendapat antara banyak orang tentang maksud dari
penelitian, peneliti akan memberikan definisi istilah supaya tidak terjadi
perbedaan persepsi atau salah penafsiran. Beberapa definisi istilah sebagai
berikut:

a. Model Pembelajaran Think Talk Write

Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif atau


berkelompok dengan banyak anggota 3-5 orang dan kemampuan anggota
kelompok yang heterogen. Model pembelajaran ini dibagi menjadi tiga tahap
yaitu, Think, Talk, dan Write:

1. Think: Pada tahap Think siswa diminta untuk memikirkan mengenai


informasi ide, ide matematis, dugaan prosedur penyelesaian
permasalahan dan menuliskannya pada Lembar Catatan Think (LCT).

2. Talk : Pada tahap talk siswa diminta untuk berdiskusi dengan kelompoknya
untuk mengutarakan ide mengenai kegiatan pada LKS, kemudian
siswa diminta untuk menuliskan ide tersebut pada Lembar Jawaban.
Siswa diminta untuk menukar lembar jawabannya dengan teman satu
kelompok dan menuliskan respon atau pemahamannya mengenai
tulisan teman yang dibaca.

3. Write : Pada tahap Write siswa diminta untuk menuliskan pengetahuan yang
10

telah di dapat mengenai ide-ide matematis, prosedur penyelesaian soal


permasalahan, serta rangkuman mengenai materi yang dipelajari pada
Lembar Catatan Write (LCW).

b. Komunikasi Matematis Tulis

1. Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan dari


satu orang atau lebih kepada individu atau kelompok dengan menggunakan
media tertentu. Komunikasi digunakan oleh individu atau kelompok sebagai alat
penyampaian ide mereka untuk menyamakan persepsi agar dapat dipahami oleh
orang lain.

2. Komunikasi Matematis

Komunikasi matematis adalah cara seseorang dalam berbagi ide


(menyampaikan dan menerima) matematik.

3. Komunikasi Matematis Tulis

Komunikasi matematis tulis adalah cara seseorang dalam berbagi ide


matematik secara tertulis.

c. Terdapat dua kategori keberhasilan tindakan yang dijadikan indikator pada


penelitian ini, yaitu:

1.Kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa diukur dari


kemampuannya dalam (1) mengekspresikan atau menyampaikan ide-ide
matematikanya secara tertulis (2) merespon atau menerima ide matematis
tertulis. Kemampuan komunikasi tertulis siswa dikatakan meningkat
apabila siswa memperoleh nilai kemampuan komunikasi matematis yang
baik dan meningkat pada setiap pertemuan dengan ketentuan nilai
komunikasi matematis yang baik minimal adalah 80 dan persentase
banyaknya siswa yang memperoleh nilai komunikasi baik lebih dari atau
sama dengan 80%.
11

2. Penerapan model pembelajaran Think Talk Write dikatakan berhasil


apabila tindakan guru dan siswa selama proses pembelajaran sudah sesuai
dengan sintaks Think Talk Write. Penilaian pembelajaran diukur dari hasil
observasi para observer pada lembar observasinya dengan memberikan
skor akhir minimal 60 yang mana masuk dalam kategori “Baik”.

Apabila salah satu dari dua kategori keberhasilan tindakan kelas masih belum
terpenuhi, maka akan dilaksanakan siklus II begitupun seterusnya hingga hasil
dari tindakan memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
12

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Matematis
Komunikasi adalah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan dari
satu orang atau lebih kepada individu atau kelompok dengan menggunakan media
tertentu (Hardjana, 2007:10). Gagasan atau ide yang disampaikan adalah
mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran seseorang mengenai penangkapan
suatu makna. Komunikasi tidak hanya bersifat menyampaikan ide namun juga
penerimaan ide, sehingga komunikasi memuat menyampaikan dan menerima
suatu ide atau informasi. Komunikasi digunakan oleh individu atau kelompok
sebagai alat penyampaian ide mereka untuk menyamakan persepsi agar dapat
dipahami oleh orang lain. Karena komunikasi bersifat dua arah, sehingga proses
ketika seorang komunikan (penerima pesan) menerima ide dan memberikan
tanggapan suatu ide juga disebut sebagai proses komunikasi. Penyampaian dan
penerimaan ide tersebut dapat berupa lisan maupun tulisan.
Baroody (1993) menyatakan lima aspek komunikasi yaitu, representasi,
mendengar, membaca, diskusi, dan menulis. Salah satu dari kelima aspek tersebut
adalah kemampuan dalam membaca dan menulis. Tulisan seseorang pada
dasarnya adalah suatu bentuk ungkapan pikirannya mengenai sesuatu hal,
sehingga semakin baik cara siswa dalam memahamkan seseorang melalui
tulisannya semakin bagus pula kemampuannya dalam berkomunikasi. Pada
pembelajaran matematika komunikasi menjadi hal yang sangat penting , karena
gagasan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa matematika akan lebih
praktis, sistematis, dan efisien (Depdiknas, 2001:8). Definisi tersebut sejalan
dengan pendapat (NCTM, 2000) bahwa suatu pembelajaran matematika dapat
tercapai maksud atau tujuannya jika siswa telah memenuhi standar proses
pembelajaran dengan memiliki keterampilan matematika salah satunya adalah
kemampuan komunikasi matematis.
National Council of Teacher of Mathematics (2000) menyatakan bahwa
komunikasi matematis adalah cara seseorang dalam berbagi ide dan
mengklarifikasi pemahamannya mengenai matematika, kemampuannya dalam
berkomunikasi matematis akan menunjang caranya dalam berpikir logis,
13

mengekspresikan diri, mendengarkan ide ketika menulis ataupun berbicara. Dari


definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
adalah kemampuan dalam menyampaikan dan menerima ide atau informasi
matematika. Ide matematika tersebut dapat berupa lisan maupun tulisan dan
disampaikan menggunakan bahasa matematika. Bahasa matematika dapat
mempermudah, memperjelas, dan mempersingkat suatu gagasan atau ide yang di
sampaikan serta dapat diyakini kebenarannya oleh sebagian besar orang.
2.2 Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa salah satunya adalah model pembelajaran Think Talk Write.
Model pembelajaran ini dikenalkan oleh Huinker dan Laughin (1996:82). Pada
dasarnya model pembelajaran Think Talk Write dibangun melalui proses berpikir,
berbicara, dan menulis (Yamin dan Ansari, 2008). Think Talk Write didasarkan
pada proses berpkir, berbicara, dan menulis. Pembelajaran ini menuntut siswa
untuk aktif dalam berpikir, berbicara menyampaikan ide, serta menuliskan ide.
Keaktifan siswa dalam berpikir, berbicara, dan menulis akan memudahkan siswa
untuk lebih memahami materi yang dipelajari.
Yamin dan Ansari (2008) menyatakan bahwa model pembelajaran Think Talk
Write (TTW) ini adalah model pembelajaran kooperaif yang beranggotakan
kelompok heterogen yang terdiri dari 3-5 orang. Siswa dituntut untuk berpikir dan
berdiskusi dengan dirinya sendiri setelah membaca suatu permasalahan, lalu siswa
diminta untuk berbicara dan berbagi ide dengan kelompoknya sebelum ke diskusi
kelas, setelah mendapatkan benang merah dari diskusi, siswa diminta untuk
menuliskan apa yang dipahami dan dia dapat dari diskusi untuk dituliskan dalam
Lembar Catatan Write yang diberikan guru. Model pembelajaran ini dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu tahap Think, Talk, dan Write.
Think Talk Write dimulai dengan kegiatan berpikir (Think) setelah membaca
suatu permasalahan, setelah proses membaca siswa akan berdialog dan tanya
jawab dengan dirinya sendiri untuk menemukan jawaban dan pemahaman. Pada
proses ini pendapat dan kendala siswa mengenai permasalahan serta konsep
ditulis dalam lembar catatan yang akan digunakan bekal pada tahap selanjutnya.
Hal ini bertujuan agar siswa mudah mengingat dan menstrukturkan pendapatnya
14

yang akan disampaikan pada tahap diskusi. Pada tahap diskusi siswa beradu
argumen dengan temannya untuk saling menemukan pemahaman (Talk), setelah
proses diskusi, siswa diminta untuk menuliskan apa yang dipahami mengenai
konsep materi dan prosedur penyelesaian permasalahan dalam sebuah catatan
(write).
Lebih lanjut mengenai model pembelajaran Think Talk Write yang dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu tahap Think, Talk, dan Write.
1. Tahap Think
Think artinya berpikir. Pada tahap think siswa diminta untuk memikirkan
suatu ide-ide matematis dan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Dari
proses membaca soal permasalahan, siswa menemukan ide-ide matematis dan
juga prosedur menyelesaikan permasalahan tersebut. Selanjutnya, siswa diminta
untuk membuat catatan kecil mengenai permasalahan, menuliskan ide-ide
matematis dan menuliskan dugaan prosedur penyelesaian soal. Membuat catatan
mengenai suatu tulisan dimaksudkan untuk menganalisis tujuan dari isi tulisan
tersebut (Wiederhold, dalam Yamin & Ansari, 2008:85).
Diawali dengan membaca permasalahan dan memahami maksud dari
permasalahan serta membuat catatan mengenai permasalahan tersebut. Catatan
yang ditulis dapat berupa pemahamannya mengenai teks permasalahan ataupun
kesulitan nya mengenai penyelesaian permasalahan. Penulisan catatan kecil
seperti ini memudahkan siswa untuk menjelaskan alur ide matematis teks dan juga
prosedur penyelesaian permasalahan soal yang nantinya akan dibawa ke dalam
proses diskusi dengan temannya pada tahap Talk.
2. Tahap Talk

Talk yang berarti berbicara. Pada tahap ini siswa diminta untuk
mendiskusikan hasil pemikiran dari suatu permasalahan. Yamin dan Ansari
(2008) menyatakan bahwa pada tahap talk hendaknya dilakukan berkelompok 3-5
orang dengan kemampuan siswa yang heterogen. Masing-masing dari anggota
kelompok menyampaikan pendapat atau ide matematisnya mengenai materi serta
berdiskusi mengenai prosedur penyelesaian permasalahan yang sudah diberikan di
awal. (Yamin & Ansari, 2008:87) menyatakan bahwa dengan adanya komunikasi
yang baik dalam suatu diskusi akan membantu siswa dalam berkolaborasi serta
15

meningkatkan aktivitas belajarnya. Kemampuan siswa dalam proses diskusi juga


dapat membantu siswa mempercepat peningkatan kemampuan dalam
mengungkapkan idenya sehingga kemampuan komunikasinya juga meningkat.
Talking dapat menjadikan siswa lebih terampil dalam bicara dan
mengemukakan ide-ide yang mereka dapat dari tahap Think. Pada tahap ini guru
dapat melihat tingkat pemahaman siswa ketika siswa mengemukakan pendapat
atau idenya (Aryo, 2017:14). Ketika siswa berbicara mengemukakkan ide,
kualitas pembicaraan menggambarkan pemahaman seseorang tersebut. Guru juga
dapat mengklarifikasi pendapat yang dikemukakan siswa jika mengalami
kesalahan untuk meluruskan persepsi dan kebenaran konsep. Dari penjelasan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman siswa terhadap materi
matematika akan berakibat kepada hasil belajarnya dan juga hasil kemampuan
komunikasi matematisnya. Tahapan ini yang menentukan apa yang akan ditulis
pada tahap Write.
3. Tahap Write

Write yang artinya menulis. Pada tahap write siswa diminta untuk menuliskan
ide, rangkuman konsep, ataupun prosedur penyelesaian soal dalam sebuah lembar
catatan yang diberikan oleh guru. Menulis berarti mengkontruksi ide, karena
setelah berdiskusi hasil dari diskusi kemudian diungkapkan dalam tulisan (Yamin
dan Ansari, 2008). Kegiatan menulis akan membuat siswa berlatih untuk membuat
hubungan konsep-konsep yang sudah dipelajari. Menulis juga akan membuat
siswa mengingat pengetahuan dengan lebih lama (memperpanjang memori
ingatan). Shield & Swinson (dalam Yamin dan Ansari, 2008) menyatakan bahwa
menulis dalam matematika membantu merealisasikan tujuan pembelajaran, yaitu
pemahaman tentang materi yang dipelajari. Penulisan seseorang juga dapat
mengisyaratkan atau mengggambarkan seberapa jauh pemahamannya mengenai
sesuatu. Jadi pada tahap Write ini guru dapat menilai seberapa jauh kemampuan
dan keberhasilan siswa dalam mencerna dan memahami materi. Siswa yang
benar-benar paham akan materi yang telah diterimanya dapat menuliskan dengan
benar dan dapat menjelaskan hasil tulisannya kepada orang lain. Melalui tulisan
guru dapat memantau kesalahan, konsepsi, serta miskonsepsi siswa mengenai ide
matematika (Masingila & wisniowska, 1996).
16

Berikut desain model pembelajaran Think Talk Write pada gambar 2.1

Guru Belajar Bermakna


Dampak
dengan Model TTW

Masalah

Membaca teks & membuat


catatan
Think Kelompok
kk
Interaksi dalam group untuk
Talk membahas isi catatan dan
Individu
pengerjaan LKS

Kontruksi pengetahuan
Write Individu
Think & Talk

Kemampuan pemahaman
dan komunikasi matematis

Gambar 2.1 Desain Pembelajaran Model Think Talk Write


(Sumber : Yamin dan Ansari, 2008:89)
Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW):
Tahap Think:
1. Guru membagi lembar kegiatan siswa yang berisi teks permasalahan
2. Siswa membaca teks permasalahan dan membuat catatan kecil pada
lembar catatan think secara individu

Tahap Talk:
3. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman kelompok untuk
membahas catatannya pada tahap Think
4. Siswa juga berdiskusi mengenai penyelesaian kegiatan pada lembar
kegiatan siswa
17

5. Siswa menuliskan jawabannya pada lembar jawaban yang sudah


dibagikan guru secara individu
6. Siswa menukarkan tulisanya dengan teman satu kelompok
7. Siswa menuliskan pendapatnya mengenai tulisan temannya secara
memutar

Tahap Write:
8. Guru meminta siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya yang di-
peroleh pada tahap Think dan Talk dan menuliskannya pada lembar
catatan write

2.3 Keterkaitan antara Model Pembelajaran Think Talk Write dengan


Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Model pembelajaran ini dimulai dengan guru memberikan soal permasalahan
kepada masing-masing siswa. Siswa mencermati permasalahan dan menuliskan
ide-ide dari soal tersebut dalam catatan yang telah disediakan yaitu, Lembar
Catatan Think (LCT). Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang
beranggota 3-5 orang. Siswa dalam kelompok diminta untuk mendiskusikan
permasalahan dan menyampaikan pendapat dari permasalahan yang sudah
dipikirkan dan dicatat sekilas pada tahap sebelumnya. Setelah siswa mendapatkan
pengetahuan baru dan pemahaman permasalahan, siswa diminta untuk
menyelesaiakan permasalahan secara individu dan menuliskan hasil diskusi serta
mengkontruksi pengetahuan yang sudah didapat kemudian menuliskannya dalam
lembar catatan khusus yang disediakan guru yaitu, Lembar Catatan Write (LCT)
Think Talk Write dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis
siswa karena aktivitas pada proses pembelajarannya yang mendukung
peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Pada model pembelajaran ini
siswa diminta untuk menyampaikan pendapatnya dalam bentuk tulisan, semua
siswa wajib menyampaikan gagasannya dari suatu permasalahan sehingga ini
akan menambah kemampuan komunikasi siswa dalam menyampaikan ide-ide
matematika nya. Siswa juga diminta untuk membuat catatan dan mengkonstruksi
sendiri pemahamannya terhadap suatu materi serta menuliskan pengetahuan baru
yang ia dapat pada tahap talk, dalam penulisan dengan menggunkaan bahasanya
18

sendiri juga akan membantu siswa dalam mengembangkan komunikasi matematis


secara tertulis siswa. Jadi penerapan model ini berkaitan dengan kemampuan
komunikasi matematis siswa
Peneliti menguraikan keterkaitan antara model pembelajaran Think Talk Write
dengan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam beberapa indikator.
Adapun indikator tersebut adalah sebagai berikut:

No Tahap Think Talk Write Indikator Pencapaian Pembelajaran Think Talk Write
1 Think  Menuliskan ide-ide matematis dari soal permasalahan
yang diberikan
2 Talk  Mengemukakan pendapat mengenai ide matematis yang
ditemukan pada tahap Think dalam bentuk tulisan
 Mengemukakan prosedur penyelesaian soal permasala-
han secara tertulis
 Mengemukakan materi yang belum dipahami pada
proses Think untuk didiskusikan dalam diskusi ke-
lompok
 Menuliskan pendapat mengenai tulisan dari jawaban
teman satu kelompoknya
3 Write  Menuliskan ide-ide matematis dari materi
 Menuliskan prosedur penyelesaian soal permasalahan
 Menjelaskan secara tertulis pendapat atau rangkuman
dari suatu materi
Tabel 2.1 Indikator Pencapain Pembelajaran
2.4 Tinjauan Materi Rasio Trigonometri
Rasio Trigonometri merupakan salah satu materi wajib yang diajarkan dalam
pembelajaran matematika di sekolah SMA kelas X. Menurut kurikulum 2013
materi Rasio Trigonometri diajarkan dalam pembelajaran SMA berdasarkan acuan
Kompetensi Dasar:
3.7 Menjelaskan rasio trigonometri (sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan,
dan cotangen) pada segitiga siku-siku.
19

4.7 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan rasio trigo-


nometri (sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan, dan cotangen) pada se-
gitiga siku-siku.
A. Rasio Trigonometri pada Segitiga Siku-siku

Diberikan tiga segitiga siku-siku yang sebangun sebagai berikut.

Gambar 2.2 Segitiga Siku-siku


𝑎 𝑒 𝑝 𝑎 𝑒 𝑝
Dari gambar diatas diperoleh perbandingan = 𝑔 = 𝑟 , 𝑏 = 𝑓 = 𝑞 , dan
𝑐
𝑐 𝑔 𝑟
= =𝑞
𝑏 𝑓
Misalkan 𝑚(∠𝐴𝐵𝐶) = 𝑥, 𝑚(∠𝐸𝐹𝐺) = 𝑦, 𝑚(∠𝑃𝑄𝑅) = 𝑧
1. Pengertian Sinus (sin), Kosinus (cos), dan Tangen (tan)
a. Sinus sudut pada segitiga siku-siku. (dinotasikan: sin(…))
Definisi sin 𝑚(∠𝐴𝐵𝐶) adalah perbandingan panjang sisi depan sudut
∠𝐴𝐵𝐶 terhadap panjang sisi hipotenusa segitiga.
𝑎 𝑒 𝑝
Diperoleh sin 𝑥 = 𝑏, sin y = 𝑓 , sin 𝑧 = 𝑞

Berdasarkan perbandingan sisi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa


𝑎 𝑒 𝑝
sin 𝑥 = = = = sin 𝑦 = sin 𝑧.
𝑏 𝑓 𝑞
b. Cosinus sudut pada segitiga siku-siku. (dinotasikan; cos(…))
Definisi cos 𝑚(∠𝐴𝐵𝐶) adalah perbandingan panjang sisi samping sudut
∠𝐴𝐵𝐶 (selain hipotenusa) terhadap panjang sisi hipotenusa segitiga.
𝑐 𝑔 𝑟
Diperoleh cos 𝑥 = 𝑏, cos y = 𝑓 , cos 𝑧 = 𝑞

Berdasarkan perbandingan sisi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa


𝑐 𝑔 𝑟
cos 𝑥 = = = = cos 𝑦 = cos 𝑧.
𝑏 𝑓 𝑞

c. Tangen sudut pada segitiga siku-siku. (donotasikan: tan(…))


Definisi tan 𝑚(∠𝐴𝐵𝐶) adalah perbandingan panjang sisi depan sudut
∠𝐴𝐵𝐶 terhadap panjang sisi samping sudut ∠𝐴𝐵𝐶 (selain hipotenusa).
𝑎 𝑒 𝑝
Diperoleh tan 𝑥 = 𝑐 , tan y = 𝑔 , tan 𝑧 = 𝑟
20

Berdasarkan perbandingan sisi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa


𝑎 𝑒 𝑝
tan 𝑥 = = = = tan 𝑦 = tan 𝑧.
𝑐 𝑔 𝑟
2. Nilai tangen sudut terhadap perbandingan sinus dan cosinus sudut
pada segitiga siku-siku.
𝑎
𝑠𝑖𝑛 𝑥 = 𝑏 ⇔ 𝑎 = 𝑏 sin 𝑥
𝑐
𝑐𝑜𝑠 𝑥 = 𝑏 ⇔ 𝑐 = 𝑏 cos 𝑥
𝑎 sin 𝑥
Karena 𝑡𝑎𝑛 𝑥 = ⟶ tan 𝑥 = cos 𝑥
𝑐

3. Pengertian Cosecan (csc), Secan(sec), dan Cotangen(ctg)

a. Cosecan sudut pada segitiga siku-siku

Definisi 𝑐𝑠𝑐 𝑚(∠𝐴𝐵𝐶)adalah perbandingan panjang sisi hipotenusa


segitiga terhadap panjang sisi depan sudut ∠𝐴𝐵𝐶. (dinotasikan:
𝑐𝑠𝑐(… ))

1 𝑏
csc 𝑥 = =
𝑠𝑖𝑛𝑥 𝑎

b. Secan sudut pada segitiga siku-siku

Definisi 𝑠𝑒𝑐 𝑚(∠𝐴𝐵𝐶) adalah perbandingan panjang sisi hipotenusa


segitiga terhadap panjang sisi samping sudut ∠𝐴𝐵𝐶 (selain hipotenusa).
(dinotasikan: 𝑠𝑒𝑐(… ))

1 𝑏
sec 𝑥 = =
𝑐𝑜𝑠 𝑥 𝑐

c. Cotangen sudut pada segitiga siku-siku

Definisi 𝑐𝑡𝑔 𝑚(∠𝐴𝐵𝐶) adalah Perbandingan panjang sisi samping


sudut ∠𝐴𝐵𝐶 (selain hipotenusa) terhadap panjang sisi depan sudut
∠𝐴𝐵𝐶. (dinotasikan: 𝑐𝑡𝑔(… )). Rasio triginometri pada pada segitiga
siku-siku dapat digunakan untuk menentukan sudut dan sisi yang belum
diketahui ukurannya.

1 𝑐
ctg 𝑥 = =
𝑡𝑎𝑛 𝑥 𝑎
21

Rasio triginometri pada pada segitiga siku-siku dapat digunakan


untuk menentukan sudut dan sisi yang belum diketahui ukurannya.

4. Sudut-sudut Istimewa Trigonometri

α 0° 30° 45° 60° 90°

1 1 1
Sin α 0 √2 √3 1
2 2 2
1 1 1
Cos α 1 √3 √2 0
2 2 2
1 tak
Tan α 0 √3 1 √3
3 terdefinisi
tak 2
Csc α 2 √2 √3 1
terdefinisi 3
2 tak
Sec α 1 √3 √2 2
3 terdefinisi
tak 1
Ctg α √3 1 √3 0
terdefinisi 3
Tabel 2.2 Sudut-sudut istimewa trigonometri
22

BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai 3.1) pendekatan dan jenis penelitian,
3.2) kehadiran dan peran peneliti di lapangan, 3.3) lokasi dan subjek penelitian,
3.4) data dan sumber data, 3.5) prosedur penelitian, 3.6) perangkat dan instrumen
penelitian, 3.7) analisis data, evaluasi dan refleksi, 3.7) kriteria keberhasilan
tindakan.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terhadap kelas dengan
suatu permasalahan. Berdasarkan dari rumusan masalah dan tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan langkah pembelajaran Think Talk Write untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa sehingga penelitian
ini ditulis dan dikategorikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Sugiyono (2009:15) menyatakan bahwa penelitian dengan pendekatan kualitatif
adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, dan menjelaskan sesuatu kejadian yang tidak dapat dijelaskan,
diukur, dan digambarkan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Peneliti
dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen serta kunci keberhasilan tindakan.
Penulisan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitataif lebih
menekankan pada makna dari pada generalisasi.

Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mengukur keberhasilan


pembelajaran yang menerapkan model Think Talk Write untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis tulis siswa kelas X MIPA 1 Sman Taruna Nala
Jawa Timur yang dilihat dari pengamatan guru, hasil pengerjaan Lembar Catatan
Think(LCT), hasil pengerjaan LKS, hasil Lembar Catatan Write(LCW), serta
hasil observasi aktivitas guru dan siswa.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan karena ada
suatu permasalahan yang ditemui ketika pembelajaran di kelas. Peneliti
menemukan suatu permasalahan dalam kelas tersebut mengenai kemampuan
siswa dalam menyampaikan ide matematis melalui tulisan. Berangkat dari
permasalahan tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut
23

mengenai permasalahan tersebut dengan memberikan tindakan pembelajaran yang


dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa.
Hasil dari penelitian ini yang sifatnya adalah PTK tidak bisa digeneralisasi
dalam lingkup yang lebih luas. Karena untuk setiap kelas maupun sekolah yang
berbeda pasti memiliki permasalahan kelas yang berbeda sehingga pemberian
tindakan guru juga pasti berbeda. Hasil dari penelitian ini tidak bisa dijadikan
sebagai pegangan namun bisa dijadikan sebagai acuan untuk penenlitian tindakan
dengan permasalahan kelas yang hampir sama.
Penelitian ini diawali dengan proses perencanan tindakan, lalu pelaksanaan
tindakan, observasi tindakan, analisis hasil dari tindakan, serta refleksi tindakan
setiap siklus. Apabila hasil dari observasi masih belum memenuhi kriteria
keberhasilan tindakan maka dilanjut ke siklus berikutnya dan selalu memperbaiki
tindakan yang dilakukan pada siklus sebelumnya dengan evaluasi dari
pembelajaran sebelumnya. Siklus berhenti apabila kriteria tindakan sudah
memenuhi kategori keberhasilan tindakan.
3.2 Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan
Peneliti terlibat langsung mulai dari awal hingga akhir penelitian. Sebelum
dilakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal untuk
menemukan masalah pada salah satu kelas di Sman Taruna Nala Jawa Timur.
Pengalaman peneliti ketika KPL di sekolah tersebut peneliti menemukan
permasalahan yaitu sulitnya siswa pada kelas MIPA 1 dalam kemampuan
komunikasi tulisnya. Hal tersebut juga dibenarkan oleh guru mata pelajaran
matematika berdasarkan wawancara ibu guru dengan peneliti pada tanggal 6
November 2019. Dengan adanya permasalahan tersebut selanjutnya peneliti
merencanakan, melaksanakan, meneliti, mengevaluasi tindakan kelas untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa. Dalam pelaksanaan
kegiatan penelitian di kelas X Mipa 1 peneliti dibantu oleh 4 orang observer,
yakni guru mata pelajaran matematika dan tiga orang teman sejawat yang akan
membantu peneliti dalam mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama
pelaksanaan tindakan.
24

3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMAN Taruna Nala Jawa Timur yang berlokasi di
Jalan Raya Tlogowaru No. 66, Tlogowaru, Kedungkandang, Kota Malang.
Penelitian ini dilakukan di bulan Januari sampai Februari 2020. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 1 SMAN Taruna Nala Jawa Timur yang
terdiri dari 33 siswa.
3.4 Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini data kualitatif berupa deskripsi atau kata-kata mengenai
penjelasan proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model
pembelajaran Think Talk Write untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis tulis. Data kualitataif pada penelitian ini didapat dari analisis tulisan
siswa pada Lembar Catatan Think, lembar jawaban LKS, Lembar Catatan Write,
serta tulisan observer yang terekam dalam lembar catatan lapangan dan lembar
kegiatan guru dan aktivitas siswa. Sedangkan data kuantitatif pada penelitian ini
adalah hasil skor dari lembar aktivitas guru dan siswa yang dinilai para observer
penelitian. Berikut data dan sumber data yang didapat pada penelitian ini:
1. Hasil Observasi
Data hasil observasi berupa data kualitatif dan data kuantitatif yang
diperoleh dari observer dan terekam didalam lembar observasi aktivitas
guru dan aktivitas siswa. Data kualitatif dari hasil observasi ini berupa
analisis skor yang diberikan oleh observer dari tiap indikator yang sudah
ditentukan oleh peneliti, serta data hasil catatan observer terkait indikator
selama proses pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari
persentase penilaian observer pada lembar observasi. Sumber data berasal
dari peneliti sebagai guru praktikan, siswa, dan proses pembelajaran yang
berlangsung.
2. Hasil Catatan Lapangan
Data hasil catatan lapangan ini berupa data kualitatif. Data ini diperoleh
dari hasil catatan observer dan peneliti selama proses pembelajaran.
Catatan ini dibuat oleh observer dan peneliti yang digunakan sebagai data
pelengkap lembar observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa. Catatan
lapangan ini dituliskan oleh observer dan peneliti untuk melengkapi dan
25

menuliskan catatan khusus yang belum termuat dalam lembar observasi.


Sumber data berasal dari peneliti sebagai guru praktikan, siswa, dan
proses pembelajaran.
3. Hasil Lembar Jawaban LKS, Lembar Catatan Think (LCT), Lembar
Catatan Write (LCW)
Data hasil Lembar Jawaban LKS, LCT, LCW berupa data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian kemampuan
komunikasi matematis dari tulisan siswa pada masing-masing lembar
jawaban. Data kualitatif berupa analisis hasil penilaian kemampuan
komunikasi matematis pada tulisan jawaban siswa dari tiap indikator yang
sudah ditentukan oleh peneliti. Data hasil LKS diperoleh dari hasil
jawaban LKS setiap siswa namun dikerjakan dengan berdiskusi bersama
teman satu kelompok, data hasil LCT berupa catatan mengenai ide-ide
matematis, dugaan prosedur penyelesaian permasalahan, sedangkan data
LCW berupa catatan mengenai ide-ide matematis setelah dilaksanakannya
diskusi kelompok, prosedur penyelesaian permasalahan serta rangkuman
siswa mengenai materi. Sumber data berasal dari siswa.
4. Hasil Validasi
Data hasil validasi ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari validator
untuk menguji kevalidan perangkat dan instrumen yang akan digunakan
untuk proses pembelajaran selama penelitian tindakan. Data hasil validasi
juga dapat berupa data kualitatif apabila ada catatan kritik atau saran dari
validator. Sumber datanya berasal dari validator.
5. Dokumentasi (Vidio dan Foto)
Dokumentasi yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini
berupa foto dan video. Video digunakan peneliti untuk membantu
menganalisis proses pembelajaran, yaitu tindakan yang dilakukan oleh
guru dan respon dari siswa yang terekam dalam video. Foto digunakan
sebagai bukti bahwa penelitian telah dilaksanakan yaitu, penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write
(TTW) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
26

3.5 Prosedur Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan siklus berkelanjutan, jika tindakan yang
diberikan sudah mampu mengatasi permasalahan dan sesuai dengan indikator
yang ditentukan, siklus bisa dihentikan begitu juga sebaliknya. Pada setiap siklus
dalam penelitian tindakan terdapat beberapa tahapan yaitu, perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Perencanaan
a. Observasi
Hasil observasi berisi catatan peneliti dan observer yang didapat dari
lembar catatan lapangan serta lembar observasi aktivitas guru (peneliti)
dan siswa sebelum dan juga ketika penelitian tindakan kelas dilakukan.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru mata pelajaran
matematika SMAN Taruna Nala Jawa Timur yang mengajar di kelas
XMIPA 1dan juga bebrapa siswa kelas X MIPA 1 Sman Taruna Nala
Jawa Timur guna untuk mendapatkan data dan fakta yang jelas di
lapangan
c. Menenetukan jadwal dan lokasi penelitian
d. Menyusun perangkat pembelajaran
e. Menyusun instrumen penelitian
f. Melakukan validasi
Validasi dilakukan untuk mendapatkan perangkat dan instrumen yang
memenuhi kriteria kevalidan dari validator. Perangkat dan instrumen
yang telah divalidasi dan medapatkan hasil minimal valid kemudian
dapat digunkanan untuk penelitian.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan kegiatan yang sudah
direncanakan sesuai dengan instrumen pembelajaran yang telah dibuat.
Kegiatan dimulai dari penyajian kelas, kegiatan belajar peserta didik
individu maupun kelompok, pemberian tes. Peran peneliti disini adalah
sebagai guru praktikan sekaligus pengamat pembelajaran yang dibantu
27

oleh beberapa observer.


3. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan pada proses pembelajaran diaksanakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan dilakukan
evaluasi terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa setelah
dilakukan tindakan.
4. Refleksi
Refleksi adalah tahap evaluasi dan memperbaiki. Pada tahap ini
hasil dari pengamatan ketika proses pembelajaran dianalisis. Hasil
analisis tersebut akan digunakan untuk mengukur apakah tindakan yang
dilakukan sudah memenuhi indikator yang sudah ditentukan. Jika
belum memenuhi, penelitian akan dilanjutkan ke siklus berikutnya
sampai tindakan benar-benar memenuhi indikator yang ditentukan.
Pemberian tindakan pada siklus II adalah perbaikan dari siklus I.
Kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada
siklus II dan seterusnya.
Secara garis besar tahap yang dilakukan pada siklus II sama dengan
siklus I. Namun pada siklus II terdapat perbaikan tindakan dari siklus I.
3.6 Perangkat dan Instrumen Penelitian
Penyusunan perangkat dan instrumen penelitian dimulai dengan
menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Penelitian
ini mengambil materi pokok yaitu Rasio Trigonometri pada Segitiga Siku-
siku. Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi adalah sebagai berikut.
28

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar


3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan 3.7 Menjelaskan rasio
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, trigonometri (sinus,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat cosinus, tangen,
teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan cosecan, secan, dan
rasa ingin tahunya tentang a. ilmu pengetahuan, cotangen) pada
b. teknologi, c. seni, d. budaya, dan e. segitiga siku-siku.
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.

4. Menunjukkan keterampilan menalar, 4.7 Menyelesaikan masalah


mengolah, dan menyaji secara: a. efektif, b. kontekstual yang
kreatif, c. produktif, d. kritis, e. mandiri, f. berkaitan dengan rasio
kolaboratif, g. komunikatif, dan h. solutif, trigonometri (sinus,
dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan cosinus, tangen,
pengembangan dari yang dipelajarinya di cosecan, secan, dan
sekolah, serta mampu menggunakan metoda cotangen) pada segitiga
sesuai dengan kaidah keilmuan. siku-siku.

Tabel 3.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Rasio Trigonometri
Perangkat pembelajaran pada penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan (LKS). Sedangakn instrumen
pada penelitian ini meliputi Lembar Observasi, Lembar Catatan Think,
Lembar jawaban LKS, Lembar Catatan Write, Lembar Catatan Lapangan,
Lembar Validasi.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rpp yang dibuat oleh peneliti dan disesuaikan
29

dengan format sekolah tempat dilaksanakannya penelitian. RPP yang


dibuat adalah RPP dengan tiga pertemuan tiap siklus. Pertemuan
pertama sampai dengan ketiga adalah pelaksanaan proses pembelajaran
dengan menerapkan model Think Talk Write. RPP yang dibuat peneliti
sudah dilengkapi dengan lampiran perangkat pembelajaran yang
digunakan untuk melakukan penelitian tindakan.
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah media sekaligus bahan ajar yang
digunakan dalam proses pembelajaran dengan model Think Talk Write
(TTW). LKS ini berisi permasalahan matematika yang akan dikerjakan
dan di diskusikan siswa dengan kelompoknya.
Instrumen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
sarana untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.
Sedangakn instrumen pada penelitian ini meliputi Lembar Observasi,
Lembar Catatan Think, Lembara Jawaban LKS siswa, Lembar Write
Answer, Lembar Catatan Lapangan, Lembar Validasi.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi pada penelitian ini terdiri dari lembar observasi guru
dan lembar observasi siswa. Lembar obseevasi ini terdiri dari tiga
komponen yaitu, petunjuk pengisian data, tabel hasil pengamatan
aktivas guru dan aktivitas siswa sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan, dan hasil penilian observer.
2. Lembar Catatan Think
Lembar Catatn Think (LCT) adalah lembar catatan yang akan diisi
siswa pada saat pembelajaran yakni pada saat kegiatan Think. Siswa
menuliskan ide-ide matematis, pertanyaan, prosedur penyelesaian,
ataupun kendalanya ketika membaca dan memaahami permasalahan
yang diberikan pada tahap Think. LCT diisi oleh masing-masing
individu dan dilakukan sebelum diskusi kelompok.
3. Lembar Jawaban LKS
Lembar Jawaban LKS ini diisi oleh siswa ketika mengerjakan LKS dan
berdiskusi dengan teman satu kelompok secara tertulis. Siswa setelah
30

menuliskan ide pada lembar catatan think diminta untuk mengerjakan


kegiatan di LKS dan berdiskusi secara tertulis dengan teman satu
kelompok. Prosedur diskusi dengan tulisan adalah saling menukar dan
menanggapi tulisan teman satu kelompoknya mengenai penulisan ide
pada LKS yang diberikan guru.
4. Lembar Catatan Write
Lembar Catatan Write ini diisi oleh siswa ketika menuliskan ide-ide
matematisnya, prosedur penyelesaian permasalahan, ataupun
rangkumannya mengenai materi yang dipelajari. Tulisan yang ditulis
siswa dalam LCW adalah pemahamannya mengenai materi setelah
dilakukanya diskusi dan pemantapan konsep.
5. Lembar Catatan Lapangan
Lembar Catatan Lapangan berisi hal-hal yang berkaitan dengan proses
pembelajaran meliputi aktivitas guru dan siswa yang belum ada dalam
lembar observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa.
Harapannya lembar catatan lapangan ini sebagai bahan untuk peneliti
melakukan perbaikan dari catatn peneliti dan observer selama proses
pembelajaaran berlangsung.
6. Lembar Validasi
Lembar validasi dalam penelitian ini adalah lembar validasi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Validasi Aktivitas Guru dan
Aktivitas Siswa, dan Lembar Validasi Tes Akhir Siklus. Lembar
Validasi ini di validasi oleh dua validator yakni, dosen matematika
universitas negeri malang dan guru mata pelajaran matematika kelas
X Mipa 1 Sman Taruna Nala Jawa Timur

3.7 Analisis Data


Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, peneliti akan menganalisis
data yang terkumpul dari penelitian dengan cara deskripsi kualitatif. Deskripsi
kualitatif dilakukan pada setiap data kualitatif yang terkumpul serta penjelasan
berupa deskripsi hasil dari penilaian kuantitatif seperti yang sudah dipaparkan
pada penjelasan di atas. Data yang diperoleh pada saat penelitian adalah data
hasil validasi, data hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada saat
31

pembelajaran, dan data hasil kemampuan komunikasi matematis siswa yang


meliputi : lembar jawaban LKS, lembar catatan think, lembar catatan write.
Berikut rincian penilaian data kuantitatif hasil penelitian:
1. Data hasil validasi
Data hasil validasi diperoleh dari lembar validasi perangkat dan instrumen
yang meliputi validasi RPP, LKS, Lembar Observasi Aktivitas Guru,
Lembar Observasi Aktivitas Siswa. Pedoman perhitungan sebagai berikut :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑆𝑘𝑜𝑟𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria kevalidan data yang sudah dinilai oleh validator ditentukan sebagai berikut.
Tabel 3.2 Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Interval Kategori
80 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 100 Sangat Valid
60 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 80 Valid
40 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 60 Cukup Valid
20 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 40 Kurang Valid
0 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 20 Tidak Valid
(Diadopsi dari Pedoman Pendidikan UM dengan Modifikasi, 2010:64)
Perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang disusun oleh peneliti
dapat digunakan di lapangan apabila minimal mencapai kategori “valid”
2. Data hasil observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa
Data hasil observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa yang diperoleh
akan dihitung berdasarkan perhitungan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑆𝑘𝑜𝑟𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
× 100

Data hasil pengamatan observer ditentukan berdasarkan pedoman berikut


Tabel 3.3 Kriteria Kevalidan Data Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa
Interval Kategori
80 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 100 Sangat Baik
60 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 80 Baik
40 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 60 Cukup
20 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 40 Kurang
0 < 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 20 Sangat Kurang
(Diadopsi dari Pedoman Pendidikan UM dengan Modifikasi, 2010:64)
32

Observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dikatakan terlaksana dengan


baik apabila kategori hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa
minimal “Baik”.
3. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Data mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh dari


Lembar jawaban LKS, Lembar Catatan Think, Lembar Catatan Write yang
mengukur kemampuan komunikasi matematis dalam hal menyampaikan dan
menerima ide atau informasi secara tertulis. Adapun indikator kemampuan
komunikasi matematis siswa dalam menyampaikan dan menerima ide matematis
secara tertulis meliputi: (1) kemampuan dalam mengekspresikan atau
menyampaikan ide-ide matematikanya secara tertulis yang meliputi : a)penulisan
jawaban dengan istilah, notasi, dan simbol matematika yang sesuai, b) penulisan
jawaban secara terurut, c) penyusunan kalimat yang mudah untuk dipahami,(2)
kemampuan merespon atau menerima dengan tepat ide matematis tertulis dari
orang lain yang meliputi: a) penulisan ide sesuai dengan konsep dan prinsip
permasalahan yang diberikan, b) penulisan jawaban yang mengarah sesuai dengan
pertanyaan, c) kebenaran jawaban yang dituliskan.

Setelah hasil pekerjaan siswa dikategorikan sesuai dengan rubrik penilaian,


kemudian dicari rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis dalam
menyampaikan dan menerima ide secara tertulis diukur sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑛𝑎𝑘𝑡𝑖𝑎𝑝𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑖𝑎𝑝𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Jika ingin dicari persentase satu siklus maka dilakukan penghitungan dengan
pedoman sebagai berikut.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑖𝑎𝑝𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒𝑠𝑎𝑡𝑢𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 =
2
4. Vidio Penelitian

Data mengenai tindakan guru dan tindakan siswa selama proses pembelajaran
dapat dianalisis dengan rekaman video ketika pembelajaran berlangsung. Video
ini adalah salah satu rekam jejak penelitian atau tambahan data yang tidak
33

terekam dalam lembar bservasi maupun lembar catatan lapangan yang sangat
berguna untuk peneliti ketika proses menganalisisi data.
3.8 Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan tindakan ini digunakan sebagai indikator keberhasilan
tindakan kelas yang dilakukan selama penelitian. Terdapat katergori keberhasilan
tindakan yang dijadikan indikator keberhasilan pada penlitian ini, yaitu:
1.Kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa diukur dari
kemampuannya dalam (1) mengekspresikan atau menyampaikan ide-ide
matematikanya secara tertulis (2) merespon atau menerima ide matematis
tertulis. Kemampuan komunikasi tertulis siswa dikatakan meningkat
apabila siswa memperoleh nilai kemampuan komunikasi matematis yang
baik dan meningkat pada setiap pertemuan dengan ketentuan nilai
komunikasi matematis yang baik minimal adalah 80 dan persentase
banyaknya siswa yang memperoleh nilai komunikasi baik lebih dari atau
sama dengan 80%.

2. Penerapan model pembelajaran Think Talk Write dikatakan berhasil


apabila tindakan guru dan siswa selama proses pembelajaran sudah sesuai
dengan sintaks Think Talk Write. Penilaian pembelajaran diukur dari hasil
observasi para observer pada lembar observasinya dengan memberikan
skor akhir minimal 60 yang mana masuk dalam kategori “Baik”.

Apabila kategori keberhasilan tindakan tidak terpenuhi ataupun ada salah satu
yang tidak terpenuhi maka tindakan harus dilanjut ke siklus berikutnya dengan
selalu memperbaiki tindakan yang dilakukan serta melakukan evaluasi dari
pembelajaran sebelumnya. Siklus berhenti apabila kriteria tindakan sudah
memenuhi kategori keberhasilan tindakan.
34

BAB 4

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai 4.1)paparan data pembelajaran


sebelum penerapan Think Talk Write 4.2) paparan data penerapan Think Talk Write
4.3) temuan penelitian

4.1 Paparan Data Pembelajaran Sebelum Penerapan Think Talk Write

Berdasarkan pengalaman peneliti melakukan KPL di SMAN Taruna Nala,


peneliti mengajar matematika di kelas X Mipa 1 dengan menggunakan metode
langsung atau pembelajaran secara klasikal. Hal tersebut selaras dengan model
pembelajaran yang diterapkan oleh ibu Tiasaka selaku guru matematika kelas X
Mipa 1 yang juga menerapkan model pembelajaran langsung disetiap
pertemuannya. Berikut tindakan yang peneliti berikan kepada siswa selama
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung ketika
pembelajaran materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV).

1. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan pembelajaran pada penelitian ini seperti pada umumnya,


diawali dengan pembukaan dan guru meminta siswa untuk laporan dan berdoa
bersama. Sman Taruna Nala setiap memulai pembelajaran, siswa dibiasakan untuk
laporan kepada guru mata pelajaran yang meliputi laporan siap menerima
pelajaran, informasi siswa yang hadir dan tidak hadir, dan berdoa bersama yang
dipimpin oleh ketua kelas. Selanjutnya guru menjelaskan materi yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari, yaitu materi mengenai Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel.

Guru memberikan siswa soal mengenai sistem persamaan linear dua variabel
dan meminta salah satu siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Terdapat
siswa yang masih mengingat materi, guru meminta salah satu siswa untuk
mengerjakan ke depan dan menjelaskan di depan kelas mengenai prosedur
penyelesaian soal. Guru menekankan lagi mengenai beberapa cara dalam
menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel. Setelah semua siswa
35

dirasa sudah mengingat materi apersepsi, guru kemudian menjelaskan materi pada
pertemuan kali ini.

2. Kegiatan Inti

Memasuki kegiatan inti, pembelajaran terjadi secara langsung. Guru


memberikan materi baru kepada siswa dengan menuliskan materi di papan tulis.
Guru menjelaskan kepada siswa mengenai materi sistem persamaan linear tiga
variabel dengan menerangkan didepan kelas mengenai sistem persamaan linear
tiga variabel dan cara menyelesaikannya.

Guru menuliskan di papan tentang sistem persamaan linear tiga variabel yaitu
mengenai ciri-ciri yang meliputi bentuk umum, metode penyelesaian soal yang
meliputi metode substitusi, eliminasi, dan campuran. Kemudian guru meminta
siswa untuk menuliskan pada bukunya apa yang dituliskan di papan tulis. Guru
bertanya kepada siswa apa yang ingin ditanyakan terkait penjelasan yang
dijelaskan di depan. Guru juga memberikan contoh soal pada power point
mengenai prosedur penyelesaian soal dan guru menerangkannya secara klasikal di
depan kelas. Setelah itu, guru membahas beberapa contoh soal yang ada pada
buku paket siswa dan menjelaskan kepada siswa mengenai cara penyelesaian
beberapa soal sistem persamaan linear tiga variabel. Selanjutnya guru
memberikan siswa latihan soal dan meminta siswa untuk mengerjakannya.

Guru berkeliling kelas untuk memastikan bahwa semua siswa sudah


mengerjakan latihan soal yang diberikan. Setelah waktu hampir habis, guru
menunjuk beberapa siswa yang dirasa sudah selesai mengerjakan untuk
menuliskan hasil kerjanya ke depan kelas. Guru meminta siswa untuk
menjelaskan secara klasikal di depan kelas mengenai hasil kerja yang di tuliskan
pada papan. Guru mengulangi kembali penjelasan siswa tersebut untuk
memberikan penekanan materi dan menyimpulkan kembali pelajaran bersama-
sama dengan siswa. Sebelum menutup pembelajaran, guru memastikan bahwa
sebagian besar siswa sudah memahami materi yang diajarkan hari ini dengan
memberikan tanya jawab secara acak kepada siswa kelas X Mipa1.
36

3. Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup, guru memberitahukan kepada siswa mengenai tugas


dan juga materi pada pertemuan selanjutnya. Untuk menutup pembelajaran hari
ini, guru meminta ketua kelas untuk laporan dan memimpin berdoa bersama.

Berikut adalah point-point tindakan yang dilakukan guru selama proses


pembelajaran berlangsung, dimulai dari kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Peneliti membuka pembelajaran dengan memberikan instruksi kepada siswa


untuk laporan dan berdoa bersama.

b. Guru mengingatkan siswa mengenai materi sebelumnya (Apersepsi).

c. Guru memberikan siswa soal mengenai materi apersepsi dan meminta salah
satu siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru

d. Terdapat siswa yang masih mengingat materi apersepsi, guru meminta siswa
untuk mengerjakan ke depan dan menjelaskan di depan kelas mengenai
prosedur penyelesaian soal.

e. Guru menekankan lagi mengenai beberapa cara dalam menyelesaikan soal pada
materi apersepsi, mengaitkan dnegan materi yang akan dipelajari

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai materi pembelajaran hari ini dengan
menerangkan didepan kelas

b. Guru menuliskan di papan tentang materi pembelajaran

c. Guru meminta siswa untuk menuliskan pada bukunya apa yang dituliskan di
papan tulis

d. Guru bertanya kepada siswa apa yang ingin ditanyakan terkait penjelasan yang
dijelaskan di depan
37

e. Guru memberikan contoh soal pada power point mengenai prosedur


penyelesaian soal dan guru menerangkannya secara klasikal di depan kelas

f. Guru juga membahas beberapa contoh soal yang ada pada buku paket siswa dan
menjelaskan kepada siswa mengenai cara penyelesaian beberapa soal yang
berkaitan dengan materi

g. Guru memberikan siswa latihan soal dan meminta siswa untuk


mengerjakannya

h. Guru berkeliling kelas untuk memastikan bahwa semua siswa sudah


mengerjakan latihan soal yang diberikan guru.

i. Setelah waktu hampir habis, guru menunjuk beberapa siswa yang dirasa sudah
selesai mengerjakan untuk menuliskan hasil kerjannya ke depan kelas.

j. Guru meminta siswa untuk menjelaskan secara klasikal di depan kelas mengenai
hasil kerja yang di tuliskan pada papan

k. Guru mengulangi kembali penjelasan siswa tersebut untuk memberikan


penekanan materi dan menyimpulkan kembali pelajaran bersama-sama dengan
siswa

l. Guru memastikan bahwa sebagian besar siswa sudah memahami materi yang
diajarkan hari ini dengan memberikan tanya jawab secara acak kepada siswa
kelas X Mipa1

3. Kegiatan Penutup

a. Guru memberitahukan kepada siswa mengenai tugas dan juga materi pada
pertemuan selanjutnya

b. Guru meminta ketua kelas untuk laporan dan memimpin berdoa bersama

Beberapa tindakan guru yang di paparkan diatas adalah tindakan guru dari awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran. dengan tindakan guru seperti pada
diatas beberapa hasil tulisan siswa ketika mengerjakan soal pada pembelajaran
yang menerapkan model klasikal
38

Gambar 4.1Tulisan siswa sebelum penerapan Think Talk Write

Berdasarkan tulisan siswa pada Gambar 4.1, terlihat bahwa siswa masih
belum dapat menuliskan prosedur penyelesaian permasalahan yang diberikan
dengan benar secara matematis. Hasil pekerjaan siswa pada Gambar 4.1, ia
menuliskan ide matematika dari suatu permasalahan dengan “Adinda +
Binary + Candy = 200.000”. Padahal, kebiasaan dalam ilmu matematika,
untuk menyatakan objek matematik harus didefinisikan terlebih dahulu.
Seperti halnya tanda “+” adalah simbol dari penjumlahan.

Meskipun siswa tersebut didalam pikirannya ingin mengomunikasikan


bahwa banyaknya uang Adinda ditambah banyaknya uang Binary ditambah
banyaknya uang Candy sama dengan 200.000, namun cara mengomunikasikan
jawaban secara tertulis tersebut tidak cocok secara matematis, sehingga
dimungkinkan dapat menimbulkan salah tafsir karena adanya kekeliruan
dalam mengomunikasikan ide.

Siswa tersebut juga menuliskan“ A - 3C = 50.000 ”. Padahal simbol →


39

adalah simbol implikasi. Tulisan siswa tidak menunjukkan adanya pernyataan


didepan tanda. Hal ini tidak sesuai dengan jawaban siswa pada Gambar 4.1
dalam menuliskan ide matematisnya, sehingga lembar jawaban siswa pada
Gambar 4.1 adalah contoh komunikasi matematis secara tertulis yang belum
sesuai. Kesalahan-kesalahan menjawab siswa disebabkan karena siswa kurang
memiliki konsep Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV), sehingga
sulit ketika diminta untuk menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan.
Siswa juga tidak memiliki pengalaman bagaimana menulis penyelesaian
secara matematis yang tepat.

Guru menyimpulkan bahwa dengan pemberian tindakan seperti diatas,


yaitu pembelajaran secara klasikal tidak menuntun siswa untuk memiliki
kemampuan matematis yang baik, karena tindakan yang diberikan oleh guru
tidak menuntut siswa untuk mengasah kemampuan komunikasi matematis
tulis siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil tulisan siswa setelah diajar
dengan model klasikal siswa masih belum dapat menyatakan informasi tertulis
dengan baik, yaitu hasil pekerjaan siswa pada Gambar 4.2. Ketika diberikan
suatu soal mengenai sistem persamaan dengan variabel yang tidak linear,
siswa menyelesaikannya menggunakan prosedur penyelesaian SPLTV dengan
memisalkan variabel yang tidak linear menjadi variabel linear. Siswa
mengetahui prosedur penyelesaiannya namun tidak memahami alasan
digunakannya permisalan tersebut.
40

Gambar 4.2 Tulisan siswa sebelum penerapan Think Talk Write

Seperti yang terlihat pada percakapan guru dan siswa berikut ini:

Guru : Coba sekarang kamu pahami jawaban soal yang ditulis


temanmu. Sekarang ibu Tanya, mengapa masing-masing di misalkan
a,b, dan c?
AZF : Berdasarkan contoh soal dan kebanyakan sumber
menuliskannya seperti itu bu
Guru : Jadi kamu selalu mengikuti contoh-contoh soal sebelumnya
yang memiliki permasalahan yang hampir sama?
AZF : iya bu, namun saya mengetahui prosedur penyelesaiannya.
Karena yang dicari adalah x,y, dan z maka nilai a,b, dan c yang saya
peroleh nanti akan saya substitusikan lagi pada permisalan saya
untuk mencari nilai x,,y, dan z
Guru : Iya bener, kamu memang sudah memahami cara
menyelesaiakan soal tersebut, namun kamu belum memahami konsep
dari Sistem Persamaan Linear. Coba kamu amati salah satu
persamaan yang diberikan. Berapa pangkat dari variabel dalam
persamaan tersebut?
41

AZF : Variabel x dan y bu? Pangkat variabelnya 1


Guru : Benarkah berpangkat 1? Apakah pangkat dari variabel dan
itu sama?
AZF : Oh iya, pangkatnya -1 ya bu?
Guru : Iya benar variabel . dalam persamaan tersebut berpangkat -1.
Nah sekarang jika kamu akan menyelesaikan sistem tersebut dengan
prosedur penyelesaian seperti Sistem Persamaan Linear Tiga
Variabel(SPLTV), kamu harus membuat sistem tersebut memenuhi
syarat dari SPLTV. Apakah persamaan tersebut sudah linear?
AZF : Oh iya, karena pangkat variabel pada sistem persamaan
tersebut -1, maka jika cara menyelesaiakan sistem tersebut dengan
SPLTV maka harus di memisalkan variabel berpangkata tidak 1 agar
memiliki pangkat 1, karena agar persamaanya linear.
Guru : Benar, apakah sekarang sudah paham mengapa harus
memisalkan variabel tersebut?
AZF : Sudah bu, terimakasih banyak
Berdasarkan tulisan siswa pada gambar 4.2 dan wawancara yang dituliskan
diatas, sudah terlihat bahwa siswa belum dapat menerima ide secara tertulis
dengan baik. Hasil tulisan siswa dengan pembelajaran langsung memperoleh nilai
kemampuan komunikasi tulis yang belum baik, yaitu rata-rata nilai kemampuan
komunikasi tulis siswa kelas tersebut adalah 35, dengan belumnya ada siswa yang
mendapatkan nilai 80.

Karena kelas tersebut nilai kemampuan komunikasi matematis masih


dikatakan rendah maka peneliti menerapkan model pembelajaran Think Talk Write
yang mana aktivitas di setiap tahapanya mendukung kemampuan siswa dalam
mengasah kemampuan komunikasi matematis. Berikut paparan data ketika
peneliti menerapkan pembelajaran think tak write.

4.2 Paparan Data Penerapan Think Talk Write

Penelitian ini dimulai ketika peneliti menemukan suatu permasalahan kelas


saat mengajar KPL di X Mipa 1 SMAN Taruna Nala Jawa Timur. Peneliti
menemukan suatu permasalahan kelas yaitu kemampuan komunikasi matematis
tulis siswa yang rendah, rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas X Mipa 1 diduga karena kurangnya kemampuan siswa dalam
42

menyampaikan dan menerima informasi atau ide secara tertulis. Untuk


mendapatkan data awal yang lebih lengkap peneliti juga mewawancarai ibu guru
matematika yang mengajar kelas X Mipa 1, yakni Ibu Tiasaka untuk
mendapatkan data mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa yang lebih
akurat. IbuTiasaka menyampaikan bahwa selama ini sebagian besar siswa kelas X
Mipa 1 sulit untuk menuliskan ide matematis dengan benar, mereka tidak begitu
memahami mengenai konsep matematika pada umumnya. Hal tersebut terjadi
karena dalam pembelajaran guru lebih menekankan pengajaran mengenai
pengerjaan soal dan diskusi secara klasikal sehingga kurangnya kemampuan siswa
dalam mengungkapkan dan menyampaikan idenya.

Dari hasil observasi awal, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis tulis siswa kelas X Mipa 1 Sman Taruna Nala Jawa Timur. Peneliti
mulai mencari rujukan dari buku dan juga jurnal yang terkait dengan
permasalahan diatas untuk menemukan solusi yang tepat. Setelah mengkaji
beberapa buku dan jurnal, peneliti akhirnya memilih model pembelajaran Think
Talk Write untuk diterapkan sebagai model pembelajaran dalam penelitian
tindakan kali ini sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis tulis siswa. Peneliti selanjutnya membicarakan idenya mengenai
rencana penelitian tindakan yang akan dilakukan kepada dosen pembimbing,
yakni Bapak Eddy Budiono.

Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing, peneliti mulai


menyusun dan membuat proposal penelitian, instrumen, serta perangkat yang
dibutuhkan untuk penelitian. Peneliti juga mengurus surat izin penelitian ke
sekolah dari Universitas Negeri Malang dan juga Cabang Dinas Pendidikan Kota
Malang agar selanjutnya mendapatkan izin melaksanakan penelitian di Sman
Taruna Nala Jawa Timur.

4.2.1 Perencanaan Tindakan Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write

Perencanaan tindakan penerapan think talk write dimulai dengan penyusunan


perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
43

dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Selain menyusun perangkat pembelajaran,


peneliti juga menyusun instrumen penelitian yang meliputi, lembar observasi,
lembar catatan lapangan, lembar catatan think, lembar jawaban, lembar catatan
write, dan lembar validasi.

Penerapan model pembelajaran ini direncanakan dilakukan dengan dua siklus


yang masing-masing siklusnya terdiri dari tiga kali pertemuan dengan penerapan
model pembelajaran Think Talk Write sebanyak dua kali dengan rincian tiga
tahapan TTW dilakukan selama satu setengah pertemuan. Materi yang digunakan
penelitian pada siklus I ini yaitu mengenai rasio trigonometri yang meliputi rasio
trigonometri pada segitiga siku-siku dan rasio trigonometri sudut-sudut istimewa,
sedangkan pada siklus II materinyaa meliputi penerapan soal rasio triginometri

Setelah penyusunan dan pembuatan perangkat pembelajaran serta instrumen


penelitian, peneliti kemudian mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing
yang mana kritik dan saran nantinya akan dijadikan sebagai perbaikan perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian. Setalah mengkonsultasikan dengan dosen
pembimbing, kemudian perangkat divalidasi oleh dua validator yakni, validator
ahli dan validator praktisi. Validator ahli adalah dosen matematika Universitas
Negeri Malang yang ditunjuk oleh jurusan sebagai dosen validator pada penelitian
ini, sedangkan validator praktisi adalah guru matematika kelas X Mipa 1 Sman
Taruna Nala Jawa Timur.

Perangkat pembelajaran yang divalidasi meliputu Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa(LKS). Sedangkan instrumen
penelitian yang divalidasi meliputi, lembar observasi kegiatan guru dan lembar
observasi aktivitas siswa. Berikut hasil dari validasi perangkat serta instrumen
penelitian dari validator ahli dan validator praktisi.

No Peragkat / Instrumen Validator Ahli Validator Praktisi


1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 87,5% 92,5%
Sangat Valid Sangat Valid
2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 84% 88,6%
Sangat Valid Sangat Valid
44

3 Lembar Observasi Kegiatan Guru 96,8% 96,8%


Sangat Valid Sangat Valid
4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa 96,8% 96,8%
Sangat Valid Sangat Valid
Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat dan Instrumen Penelitian

4.2.2 Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write

Pelaksanaan penerapan model pembelajaran Think Talk Write dibagi menjadi


dua siklus yaitu, siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan
dengan dua kali penerapan model pembelajaran Think Talk Write. Think Talk
Write pertama dilakukan satu setengah pertemuan dan selanjutnya dilakukan
Think Talk Write kedua.

Pada penerapan model think talk write ini peneliti bertindak sebagai guru
model dengan dibantu tiga orang observer, yang mana satu orang merupakan guru
matematika kelas X Mipa 1 dan dua orang merupakan mahasiswa Universitas
Negeri Malang. Observer diminta untuk membantu peneliti dalam mengamati
tindakan yang dilakukan guru dan respon yang ditunjukkan siswa. Pembelajaran
pada penelitian ini meliputi kegiatan pendahuluan, inti , dan penutup.

Pembelajaran dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu, kegiatan awal, inti, dan
penutup. Pada kegiatan inti tahap pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu tahap
think, tahap talk, dan tahap write. Berikut adalah paparan tindakan selama
diterapkannya model pembelajaran Think Talk Write.

1. Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan pembelajaran pada penelitian ini seperti pada umumnya,


diawali dengan pembukaan dan guru meminta siswa untuk laporan dan berdoa
bersama. Sman Taruna Nala setiap memulai pembelajaran, siswa dibiasakan untuk
laporan kepada guru mata pelajaran yang meliputi laporan siap menerima
pelajaran, informasi siswa yang hadir dan tidak hadir, serta berdoa bersama yang
dipimpin oleh ketua kelas. Selanjutnya guru menjelaskan materi pada pertemuan
kali ini. Guru menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan digunakan
45

selama penelitian yaitu Think Talk Write yang mana siswa dibimbing untuk selalu
berpikir dan berani mengutarakan pendapatnya mengenai suatu permasalahan
yang diberikan guru pada tahap Think, lalu tahap berdiskusi dan menyelesaikan
masalah pada tahap Talk, serta menuliskan kesimpulannya mengenai materi dan
soal pada tahap Write.

Guru memberikan siswa motivasi agar siswa lebih semangat dalam belajar materi
ini dan lebih mengetahui tujuan dan penerapannya dalam kehidupan. Guru
menekankan sekali lagi kepada siswa mengenai model pembelajaran yang akan
digunakan pada pembelajaran kali ini dan tujuan diterapkannya model tersebut salah
satunya yaitu untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan komunikasi tulis siswa.

2. Kegiatan Inti

Memasuki kegiatan inti, guru membagi peserta didik ke dalam beberapa


kelompok dengan menuliskan nama dan aggotanya pada slide PPT. Guru meminta
siswa untuk duduk dan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Guru
memberikan LKS dan seperangkat lembar yang dibutuhkan untuk menuliskan
jawaban ketika diterapkannya model pembelajaran ini kepada masing-masing
siswa pada kelompok tersebut.

Kegiatan inti yaitu dilaksakannya model pembelajaran Think Talk Write. Pada
penelitian ini tujuan diterapkannya model pembelajaran Think Talk Write yaitu
untuk mengasah kemampuan siswa dalam menuliskan ide atau pendapatnya
mengenai soal atau permasalahan matematika sehingga diharapkan kemampuan
siswa dalam berkomunikais matematis tulis dapat meningkat. Kegiatan inti dibagi
menjadi beberapa tahap yaitu,

a. Tahap Think

Pembelajaran tahap think pada penelitian ini diawali dengan pemberian LKS
yang berisi permasalahan matematika. Disini guru memberikan intruksi kepada
siswa untuk membaca permasalahan yang terdapat pada LKS dan meminta siswa
untuk memahami dan menuliskan pendapatnya mengenai permasalahan. Setelah
siswa membaca tulisan yang terdapat pada LKS, siswa diminta untuk menuliskan
46

pendapatnya mengenai informasi ide dan ide matematis yang terdapat pada soal
permasalahan di lembar catatan think yang sudah diberikan guru.

Pemberian permasalahan ini bertujuan agar siswa dapat mengasah


kemampuannya dalam hal menerima informasi secara tertulis. Siswa diminta
untuk menuliskan pendapatnya mengenai soal permasalahan tersebut dan
dituliskan dalam lembar catatan think yang diberikan guru. Hal ini bertujuan
untuk mengetahaui pikiran siswa mengenai pendapatnya terhadap suatu
permasalahan matematika. Bagaimana cara siswa dalam menuliskan secara
tertulis ide mengenai permasalahan. Seperti yang terlihat dari ZSM pada lembar
catatan think berikut ini

Gambar 4.3 Tulisan siswa pada LCT Pembelajaran Think Talk Write
47

Dari jawaban yang ditulis oleh ZSM pada lembar catatan think miliknya,
tulisan ZSM terlihat lebih jelas dengan adanya tulisan informasi ide dan ide
matematis untuk membedakan tulisan pendapatnya mengenai informasi ide tulisan
dan pendapatnya mengenai ide matematis. Ketika guru memberikan instruksi
bahwa siswa diminta untuk menuliskan informasi ide dari permasalahan yang
diberikan, ZSM menuliskan pendapatnya menggunakan bahasa sehari-hari, ia
juga menuliskan ide matematis permasalahan. Informasi ide yang dituliskannya
adalah dia menuliskan pendapatnya mengenai cara penyelesaian soal. ZSM
menuliskan pendapatnya dengan cukup jelas, namun terdapat beberapa kata yang
digunakan sebagai penjelas yaitu “tersebut” digunakan berulang kali, sehingga
kurang pas dalam penataan kata. Ide matematis yang dituliskan pada LCT tersebut
yaitu dia menggambarkan ilustrasi permasalahan dengan gambar bangun segitiga,
ZSM juga memberikan kalimat atau kata penjelas mana yang menjadi tiang, Ali,
dan kakak Ali serta bayangan dari ketiganya.

Tulisan ZSM pada lembar catatan think diatas jika dinilai dari kemampuan
komunikasi matematis tulisnya sudah dikatakan baik. Berdasarkan indikator
kemampuan komunikasi tulis, siswa dapat menerima informasi tertulis dari suatu
permasalahan jika siswa tersebut memahami informasi permasalahan. Hal tersebut
dibuktikan dengan siswa yang dapat menuliskan maksud dari bacaan meskipun
siswa belum dapat menentukan penyelesaian permasalahan. Penulisan ide ZSM
pada lembar catatan think sudah sesuai dengan konsep dan prinsip permasalahan
yang diberikan, jawaban yang dituliskan oleh ZSM juga sudah mengarah sesuai
pada permasalahan yang diberikan pada LKS, jawaban ZSM secara kesuluruhan
juga benar meskipun jawaban yang dituliskan belum selesai dijawab.

Dari 33 siswa di kelas X Mipa 1, beberapa siswa sudah dapat menuliskan seperti
yang ditulis ZSM pada lembar catatan think, yaitu sekitar 9 siswa. Seiring dengan
beberapa pertemuan pembelajaran dengan menerapkan model Think Talk Write,
siswa yang diindikasikan sudah dapat menerima informasi tertulis meningkat yaitu
sekitar 27 siswa, itu artinya lebih dari 80% siswa dapat menerima informasi tertulis.

Hasil tulisan siswa pada lembar catatan think sudah dapat menyampaikan
informasi dan ide matematis dari permasalahan, seperti diketahui bahwa tidak
48

semua siswa yang dapat menerima informasi tertulis tetapi belum tentu dapat
menyampaikan informasi tersebut. Pada tulisan ZSM di lembar catatan think
sebagian besar jawabannya yang menggunakan istilah dan notasi matematika,
serta simbol matematika sudah sesuai. ZSM juga menuliskan jawabannya secara
terurut, serta sebagian besar kalimat yang digunakan mudah dipahami oleh
pembaca.

Kelas X Mipa 1 pada pertemuan pertama penerapan model pembelajaran ini,


hanya sekitar 5 siswa yang mampu menyampaikan ide nya secara benar. Setelah
beberapa kali penerapan thik talk write, 25 dari 33 siswa sudah dapat
menyampaikan informasi tertulis.

Terdapat tulisan siswa lain mengenai tulisan pada tahap think, berikut tulisan
siswa pada tahap Think

Gambar 4.4 Tulisan siswa pada LCT Pembelajaran Think Talk Write

Siswa ini menulis pendapatnya mengenai permasalahan di LKS. Dia menuliskan


tentang informasi ide dan juga langkah-langkah prosedur dalam penyelesaian soal.
Siswa tersebut juga membuat representasi mengenai pendapatnya dari suatu
permasalahan tersebut. Permasalahan yang dihadapi siswa bermacam-macam,
terdapat siswa yang memahami dan mampu menuliskan idenya, ada yang
memahami namun tidak dapat menuliskan, ada juga yang tidak memahami dan
bingung apa yang harus dituliskan.

b. Tahap Talk
49

Tahapan talk dimulai dengan guru meminta siswa untuk mendiskusikan


permasalahan dan kegiatan pada LKS dengan teman satu kelompok. Guru
mengatakan kepada siswa bahwa topik yang didiskusikan dapat berupa
keganjilannya mengenai penulisan catatan yang dilakukan pada tahap think serta
pengisian mengenai perintah pada LKS yang nantinya dituliskan pada lembar
jawaban yang sudah diberikan. Pada saat berdiskusi kelompok, guru memberikan
scaffolding atau bantuan kepada masing-masing individu dan kelompok yang
merasa kesulitan ketika menyelesaikan LKS.

Guru meminta siswa untuk menuliskan secara individu kegiatan di LKS pada
bagian talk. Jawaban siswa ditulis pada lembar jawaban yang telah diberikan guru
dan tulisan siswa nantinya digunakan sebagai salah satu alat pengumpulan data
karena setiap siswa menuliskan pada lembar jawaban. Guru mengatakan kepada
siswa bahwa ketika mengerjakan LKS siswa dapat berdiskusi dengan teman satu
kelompoknya. Guru berkeliling mengecek pekerjaan siswa dan memastikan
bahwa semua kelompok berdiskusi. Guru memberikan bantuan atau scaffolding
kepada siswa. Setelah siswa selesai mengerjakan kegiatan pada tahap talk guru
meminta siswa untuk menukarkan lembar jawaban kepada teman satu
kelompoknya. Setelah tulisan ditukarkan siswa diminta untuk menuliskan
pendapatnya mengenai tulisan teman yang dibacanya, hal tersebut bertujuan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menerima informasi tulis.

Berikut salah satu lembar jawaban milik FO yang berisi jawaban dari
pengerjaan kegiatan di LKS
50

Gambar 4.5 Tulisan siswa pada Lembar Jawaban Pembelajaran Think Talk Write

Pada lembar jawaban yang ditulis FO, terlihat bahwa FO sudah menuliskan
jawaban setiap pertanyaan yang ada pada kegiatan di LKS. Instruksi guru yang
meminta siswa untuk menuliskan secara individu pada lembar jawaban meskipun
dalam mengerjakan terdapat diskusi kelompok namun setiap siswa cara
menyampaikannya secara tertulis bisa saja berbeda hal tersebut karena setiap
siswa mungkin berbeda cara pandang dalam menangkap atau menerima informasi
suatu bahan diskusi. Tulisan FO diatas belum muncul tanggapan siswa yang
menuliskan ide mengenai tulisan temannya, sehingga pada hasil pekerjaan siswa
51

tersebut guru belum dapat mengukur kemampuan siswa dalam menyampaikan


informasi.

Pada penerapan pembelajaran Think Talk Write siklus I masih banyak siswa
yang belum menuliskan pendapatnya mengenai tulisan temannya dengan benar,
sebagian besar siswa ketika guru memberikan perintah bahwa siswa harus
menuliskan pendapatnya dari tulisan temannya siswa tersebut hanya menuliskan
komentar dan sarannya terkait tulisan. Mereka membaca tulisan temannya,
memahami dan mengerti maksud dari tulisan namun belum menuliskan
pemahamannya melainkan hanya berkomentar. Hal tersebut terjadi karena siswa
yang jarang di intruksikan untuk melakukan kegiatan pembelajaran seperti diatas
sehingga instruksi yang kurang jelas dapat membuat siswa salah persepsi, ini yang
perlu dipertegas guru untuk pertemuan selanjutnya, agar tidak terjadi lagi salah
persepsi.

Seperti yang ditunjukkan pada tulisan FO. Dari 33 siswa dikelas tersebut
sebanyak 15 siswa menuliskan komentar seperti yang ditulisakan GG pada lembar
jawaban FO, sisanya tidak menuliskan apapun pada lembar jawaban temannya,
sehingga tidak semua tulisan dapat diukur kemampuan siswa dalam menerima
informasi secara tertulis. Terdapat tulisan siswa lain mengenai tulisan pada tahap
talk, berikut tulisan siswa pada tahap Talk.

Gambar 4.6 Tulisan siswa pada Lembar Jawaban Pembelajaran Think Talk Write
52

Guru dapat mengukur kemampuan menerima dan menyampaikan masing-


masing individu ketika siswa sudah dapat menuliskan pendapatnya mengenai
jawaban dari tulisan teman. Tidak semua siswa ketika diskusi kelompok dapat
mengikuti jalannya diskusi dengan baik, terkadang terdapat beberapa siswa yang
tidak suka dengan tugas yang diberikan. Jawaban siswa diatas sudah dikatakan
memenuhi indikator keberhasilan tahap talk. Pada penerapan pembelajaran di
siklus II, 33 siswa dikelas tersebut sebanyak 28 siswa menuliskan komentar
seperti yang ditulisakan TK pada lembar jawaban FO, sehingga jawaban seperti
diatas sudah dapat diukur kemampuan siswa menyampaikan da menerima ide
pada tahap talk.

Sebagai upaya dalam menyamakan persepsi antar siswa guru meminta salah
satu siswa pada kelompok untuk mengutarakan ide yang ia punyai dengan
mempresentasikan hasil pekerjaannya dan diskusi kelompoknya. Siswa lain
menanggapi, terjadi sedikit tanya jawab yang akhirnya nanti akan dibantu
menjawab oleh guru dan menyimpulkan materi secara bersama-sama dengan guru
untuk memberikan penguatan. Beberapa upaya guru untuk memberikan stimulus
kepada siswa bahwa dia harus berusaha mempelajari materi dengan benar dan
memanfaatkan waktu diskusi dengan kelompoknya serta memberikan adanya rasa
tanggung jawab terhadap tugasnya.

Berikut adalah tabel pencapaian siswa pada indikator menerima ide dari tulisan
jawaban teman satu kelompoknya serta penyampaian ide secara tertulis pada tahap
Talk

c. Tahap Write

Tahapan write dimulai dengan adanya instruksi dari guru yang meminta siswa
untuk menuliskan perbaikan idenya mengenai permasalahan yang sudah diberikan
di awal. Guru membagikan lembar catatan write pada masing-masing individu
dan meminta setiap siswa untuk menuliskan prosedur penyelesaian dan
rangkuman mengenai materi yang sudah dipelajari. Rangkuman materi dapat
berupa kesimpulan mengenai konsep-konsep atau ungkapan pemahamannya
terhadap materi pembelajaran yang dituliskan dalam lembar catatan write. Salah
53

satu tulisan pada Lembar Catatan Write yang dituliskan oleh RWR

Gambar 4.7 Tulisan siswa pada LCW Pembelajaran Think Talk Write
Pada lembar catatan write milik RWR dia menuliskan dengan lengkap
mengenai apa yang dia dapatkan mulai dari awal pembelajaran hingga akhir
pembelajaran. RWR menuliskan kembali idenya mengenai permasalahan pada
tahap think. pada tulisannya RWR menjelaskan menggunakan bahasanya tentang
pendapatnya dalam menyelesaikan permasalahan. Dimulai dengan menuliskan
informasi yang ia peroleh mengenai bacaan, apa yang akan dicari, dan
pendapatnya mengenai penyelesaian permasalahan.

RWR menuliskan informasi pada permasalahan dengan menggunakan kata-


kata belum menggunakan simbol, Namun dari tulisannya dapat dilihat bahwa dia
sudah memahami permasalahan, hal tersebut dibuktikan dengan penulisan siswa
mengenai permisalan sesuatu pada tulisannya seperti contoh RWR menuliskan
“tinggi badan kaka kali = 1,6 m” penulisan tetrsebut terdapat tanda = yang
merupakan ekspresi matematika, dalam matematika tanda = menyatakan ekspresi
kesetaraan, dalam menuliskan sesuatu biasanya dimisalkan dengan sesuatu
variabel terlebih dahulu, namun penulisan tersebut juga tidak masalah
dikarenakan tinggi badan adalah suatu panjang yang juga memiliki satuan
panjang, namun penulisan tersebut kurang praktis jika digunakan dalam bahasa
54

matematika.

Pemodelan yang digunakan oleh RWR ternyata juga memodelkan suatu


ppermasalahan, RWR memisalkan tinggi bayangan ali dengan “n” , namun pada
tulisannya RWR mengalami kesalahan penulisan, RWR menuliliskan pada lemara
jawabannya bahwa “tinggi ali kita misalkan saja dengan n” namun pada tulisan
berikutnya dia menyimbolkan “n” dengan tinggi bayangan ali. Penjelasan seperti
tersebut lebih jelas jika dibaca siswa kebanyakan, karena cara menyampaikannya
diperkirakan dapat dipahami oleh banyak siswa, namun permodelan dengan
matematika jika dituliskan dengan cara yang benar, runtut dan jelas juga dapat
dipahami dengan banyak siswa, lebih singkat dan jelas. Kemudian RWR
menyelesaikan permasalahan dengan bahasanya, namun penulisan tersebut tidak
masalah.

Beberapa kata pada tulisan RWR sebagian masih menimbulkan makna ganda.
Tulisan RWR pada lembar catatan write tidak hanya menuliskan kembali
pendapatmya pada taha think dengan lebih rinci, RWR menuliskan juga
rangkuman jawaban yang dia peroleh dari tahap talk, yaitu mengenai kegiatan
pada di lks pada bagian talk. Berikut adalah lanjutan dari tulisan siswa diatas.

Gambar 4.8 Tulisan siswa pada LCW Penerapan Think Talk Write
55

Tulisan diatas adalah lanjutan jawaban dari RWR pada lembar catatan write.
RWR menuliskan jawabannya mengenai kegiatan pada LKS yaitu suatu proses
menemukan rasio atau perbandingan trigonometri segitiga siku-siku. RWR
menggambar permasalahan pada tahap think yakni suatu segitiga siku-siku,
kemudian dia menuliskan “AB = tinggi bendera” tanpa meniliskan suatu
permisalannya, penulisan tersebut kurang tepat karena jika kita akan menyebut
suatu AB sebagai tingginya bendera kita harus memisalkan permasalahan tersebut,
artinya kita sudah memberikan ketentuan di awal atau suatu perjanjian bahwa kita
akan menyamakan tinggi suatu bendera dengan AB meskipun siswa tersebut
sudah menggambarkan suatu permasalahan dengan representasi gambar.

Tulisan RWR bukannya tidak benar, namun jika ditinjau dari komunikasi
matematis tulis tulisan tersebut kurang jelas. Seperti yang terlihat dari gambar
segitiga pada lembar catatan write tersebut, sebaiknya RWR menambahkan suatu
kalimat bahwa permasalahan diatas dapat direpresentasikan kedalam sebuah
bangun segitiga seperti dibawah ini dan kita dapat menyebut ini sebagai segitiga
serta panjang sisi segitiga ini mewakili suatu panjang atau tinggi sesuatu, lalu
dilanjutkan dengan permisalan sisi-sisi pada segitiga. Siswa tersebut langsung saja
menuliskan jawaban pada perintah di LKS sehingga jika pembaca hanya terfokus
membaca lembar catatan writenya saja mungkin sekilas akan bingung mengapa
siswa ini mencari sisi segitiga. Hasil jawaban LKS seharusnya dituliskan pada
lembar jawaban yang diisi pada tahap write, sedangkan lcw dituliskan lebih
jelasnya prosedur penyelesain permasalahan dan rangkuman yang jelas tanpa
harus membaca bacaan lain. Namun diakhir tulisannya RWR menuliskan maksud
dari pembelajaran kali ini yaitu mengenai sinus, kosinus, dan tangen
56

Gambar 4.9 Tulisan siswa pada LCW Penerapan Think Talk Write

Di akhir tulisanya pada lembar catatan write, RWR menuliskan mengenai cara-
caranya dalam memperoleh perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku, dari
penemuannya pada tahap talk di LKS siswa tersebut dapat menemukan
perbandingan sisi segitiga yang nantinya disebut sebagai perbandingan
trigonometri atau rasio trigonometri dan dapat membuat kesimpulan mengenai
rasio trigonometri sinus, kosinus, dan tangen. Namun jika diperhatikan lagi
mengenai tulisan siswa tersebut dia belum menyampaikan secara jelas mengenai
permaasalahan. Maksud siswa secara tersirat dapat dimegerti namun
komunikasinya secara tertulis masih belum jelas, contoh saja penulisan siswa
tersebut bisa menuliskan maksudnya seperti itu namun dia tidak menuliskan
segitiga nya lagi sehingga pembaca bisa saja bingung yang dimaksud sisi miring
adalah sisi dari segitiga dan syaratnya.

Terdapat tulisan siswa pada lembar catatan write yang menuliskan lebih singkat
dan jelas langsung kepada kesimpulannya terhadap suatu materi yang telah ia
peroleh selama proses pembelajaran. berikut hasil tulisan dari NN pada lembar
catatan write miliknya,
57

Gambar 4.10 Tulisan siswa pada LCW Penerapan Think Talk Write

Pada lembar catatan write milik NN dia sudah menuliskan prosedur


penyelesaian dari permasalahan yang diberikan lebih jelas daripada yang
dituliskan pada lembar catatan think. NN juga sudah dapat membuat kesimpulan
mengenai permasalahan berdasarkan pada kegiatan yang sudah dipelajari pada
kegiatan pembelajaran.

Komunikasi siswa pada kedua tulisan tersebut sudah dapat dikatakan baik. Dari
33 siswa yang ada dikelas tersebut sekitar 30 siswa sudah dapat menuliskan
seperti yang ditulis NN

3. Penutup

Pada kegiatan penutup, guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar


catatan think, lembar jawaban, dan lembar catatan write. Guru memberitahukan
kepada siswa materi pada pertemuan selanjutnya dan dengan tetap menggunakan
model pembelajaran seperti ini, yaitu model pembelajaran Think Talk Write.
58

Berikut adalah point-point tindakan yang dilakukan guru ketika


menerapkan model pembelajaran Think Talk Write:

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Guru membuka pembelajaran dengan memberikan instruksi kepada siswa untuk


laporan dan berdoa bersama.

b. Selanjutnya guru menjelaskan materi yang akan diajarkan pada pertemuan kali
ini dan materi yang akan diajarkan pada pertemuan kali ini masih berkaitan
dengan materi pada pertemuan sebelumnya

c. Guru mengingatkan siswa mengenai materi sebelumnya yang berkaitan dengan


materi yang akan dipelajari (Apersepsi)

d. Guru menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan digunakan selama


penelitian ini yaitu Think Talk Write yang mana siswa dibimbing untuk selalu
berpikir pada tahap Think, lalu berani mengutarakan pendapatnya mengenai suatu
permasalahan dan mendiskusikan penyelesaian masalah pada tahap Talk, serta
menuliskan kesimpulannya mengenai materi dan soal pada tahap Write

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok yang sudah ditentukan (setiap
kelompok terdiri atas 3 siswa)

b. Guru memerintahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-


masing

c. Tahap Think

Berikut adalah tahapan instruksi guru ketika pada tahap Think:

1. Guru meminta masing-masing siswa untuk membaca dan memahami


permasalahan yang terdapat pada LKS yang diberikan

2. Guru menginstruksikan semua siswa untuk menuliskan pemahaman dari


permasalahan yang terdapat pada LKS di lembar catatan think yang sudah
diberikan
59

3. Guru mengatakan kepada siswa bahwa mereka dapat menuliskan informasi ide,
ide matematis, dan dugaan prosedur penyelesaian soal yang dapat dituangkan
dalam bentuk tulisan pendapat masing-masing siswa. Pendapatnya tersebut dapat
dituliskan sesuai dengan pemahamannya, bisa menggunakan bahasa sehar-hari
dengan diperjelas menggunakan ide matemika dan bahasa matematik

d. Tahap Talk

Berikut adalah tahapan instruksi guru ketika pada tahap Talk:

1. Tahapan talk dimulai dengan guru meminta siswa untuk mendiskusikan


permasalahan dan kegiatan pada LKS dengan teman satu kelompok.

2. Topik diskusi siswa dapat berupa keganjilannya mengenai penulisan catatan


yang dilakukan pada tahap think serta pengisian mengenai perintah pada LKS
yang nantinya dituliskan pada lembar jawaban yang sudah diberikan guru.

3. Pada saat berdiskusi kelompok, guru memberikan scaffolding atau bantuan


kepada masing-masing individu dan kelompok yang merasa kesulitan ketika
menyelesaikan LKS.

4. Guru meminta siswa untuk menuliskan secara individu kegiatan di LKS pada
bagian Talk.

5. Guru memberitahukan siswa bahwa jawaban siswa ditulis pada lembar jawaban
yang telah diberikan guru dan tulisan siswa nantinya digunakan sebagai salah satu
alat pengumpulan data karena setiap siswa menuliskan pada lembar jawaban.

6. Guru mengatakan kepada siswa bahwa ketika mengerjakan LKS siswa dapat
berdiskusi dengan teman satu kelompoknya.

7. Guru berkeliling mengecek pekerjaan siswa dan memastikan bahwa semua


kelompok berdiskusi.

8. Guru memberikan bantuan atau scaffolding kepada siswa.

9. Setelah siswa selesai mengerjakan kegiatan pada tahap Talk, guru meminta
siswa untuk menukarkan lembar jawaban kepada teman satu kelompoknya,
60

10. Setelah ditukarkan guru meminta siswa untuk menuliskan pendapatnya


mengenai tulisan teman yang dibacanya, hal tersebut bertujuan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menerima informasi tulis.

11. Guru memberikan perintah bahwa siswa harus menuliskan pendapatnya dari
tulisan temannya siswa

12. Guru meminta salah satu siswa pada kelompok untuk mengutarakan ide yang
ia punyai dengan mempresentasikan hasil pekerjaannya dan diskusi kelompoknya.
Siswa lain menanggapi, terjadi sedikit tanya jawab yang akhirnya nanti akan
dibantu menjawab oleh guru dan menyimpulkan materi secara bersama-sama
dengan guru untuk memberikan penguatan

e. Tahap Write

Berikut adalah tahapan instruksi guru ketika pada tahap Write:

1. Tahapan write dimulai dengan adanya instruksi dari guru yang meminta siswa
untuk menuliskan perbaikan idenya mengenai permasalahan yang sudah diberikan
di awal.

2. Guru membagikan lembar catatan write pada masing-masing individu dan


meminta setiap siswa untuk menuliskan prosedur penyelesaian dan rangkuman
mengenai materi yang sudah dipelajari. Rangkuman materi dapat berupa
kesimpulan mengenai konsep-konsep atau ungkapan pemahamannya terhadap
materi pembelajaran yang dituliskan dalam lembar catatan write.

3. Kegiatan Penutup

a. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan LKS, Lembar Jawaban, LCT, dan LCW

b. Guru meminta salah seorang peserta didik untuk laporan dan memimpin doa.

c. Guru memberi salam kepada peserta didik

4.2.3 Observasi Penerapan Think Talk Write

4.2.3.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I dan II

Penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada penelitian ini, peneliti
61

dibantu oleh tiga orang observer. Observer disini bertugas mengamati tindakan yang
dilakukan guru selama proses pembelajaran, pengamatan yang dilakukan juga disertai
dengan pengambilan rekaman video selama proses pembelajaran, hal tersebut guna
memperkuat data yang ada dan sebagai instrumen peneliti yang dapat membantunya
ketika menganalisis data. Hasil pengamatan observer nantinnya di catat dalam lembar
observasi kegiatan guru. Berikut tabel hasil penilaian ke tiga observer terhadap
tindakan guru yang diamati ketika proses pembelajaran siklus I berlangsung.

Penerapan ke- Observer Nilai Kategori


I 1 79,68 Baik
2 73,43 Baik
3 81 Sangat Baik
II 1 84,375 Sangat Baik
2 79,69 Sangat Baik
3 84,34 Sangat Baik
Rata-rata 80,42 Sangat Baik
Tabel 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I

Dari Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa rata-rata hasil penilaian observasi kegiatan
guru pada siklus I adalah 80,42. Rata-rata hasil penilaian tersebut pada taraf
keberhasilan masuk dalam kategori “Sangat Baik”. Berikut tabel hasil penilaian
ke tiga observer terhadap tindakan guru yang diamati ketika proses pembelajaran
siklus II berlangsung.

Penerapan ke- Observer Nilai Kategori


I 1 90,625 Sangat Baik
2 92,2 Sangat Baik
3 89,1 Sangat Baik
II 1 95,4 Sangat Baik
2 93,75 Sangat Baik
3 95,32 Sangat Baik
Rata-rata 92,74 Sangat Baik
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II
62

Dari Tabel 4.3 dapat terlihat bahwa rata-rata hasil penilaian observasi kegiatan
guru pada siklus II adalah 92,74. Rata-rata hasil penilaian tersebut pada taraf
keberhasilan masuk dalam kategori “Sangat Baik”.

Karena hasil observasi kegiatan guru pada kedua siklus mendapatkan nilai
dengan kategori “Sangat Baik” maka kegiatan guru pada pembelajaran Think Talk
Write di pertemuan tersebut dapat dikatakan berhasil. Perolehan nilai dengan
kategori “Sangat Baik” artinya sebagian besar tindakan yang dilakukan guru
sudah sesuai dengan sintaks dan indikator keberhasil Think Talk Write.

4.2.3.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II

Penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada penelitian ini, peneliti
dibantu oleh tiga orang observer. Observer disini bertugas mengamati aktivitas
yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran, pengamatan yang dilakukan
juga disertai dengan pengambilan rekaman video selama proses pembelajaran, hal
tersebut guna memperkuat data yang ada dan sebagai instrumen peneliti yang
dapat membantunya ketika menganalisis data. Hasil pengamatan observer
nantinnya di catat dalam lembar observasi aktivitas siswa. Berikut tabel hasil
penilaian ke tiga observer terhadap aktivitas siswa yang diamati ketika proses
pembelajaran siklus I berlangsung.

Penerapan ke- Observer Nilai Kategori


I 1 85,72 Sangat Baik
2 69,64 Baik
3 78,57 Baik
II 1 80,35 Sangat Baik
2 91,07 Sangat Baik
3 80,4 Sangat Baik
Rata-rata 80,96 Sangat Baik
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Dari tabel 4.3 dapat terlihat bahwa rata-rata hasil penilaian observasi aktivitas
siswa pada siklus I adalah 80,96. Rata-rata hasil penilaian tersebut pada taraf
keberhasilan masuk dalam kategori “Sangat Baik”.
63

Hasil pengamatan observer nantinnya di catat dalam lembar observasi aktivitas


siswa. Berikut tabel hasil penilaian ke tiga observer terhadap aktivitas siswa yang
diamati ketika proses pembelajaran siklus II berlangsung.

Penerapan ke- Observer Nilai Kategori


I 1 94,6 Sangat Baik
2 92,2 Sangat Baik
3 83,3 Sangat Baik
II 1 96,43 Sangat Baik
2 85,7 Sangat Baik
3 96,43 Sangat Baik
Rata-rata 91,44 Sangat Baik
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Dari tabel 4.7 dapat terlihat bahwa rata-rata hasil penilaian observasi aktivitas
siswa pada siklus II adalah 91,44. Rata-rata hasil penilaian tersebut pada taraf
keberhasilan masuk dalam kategori “Sangat Baik”.

Karena hasil observasi aktivitas siswa pada kedua siklus mendapatkan nilai
dengan kategori “Sangat Baik” maka aktivitas siswa pada pembelajaran Think
Talk Write di pertemuan tersebut dapat dikatakan berhasil. Perolehan nilai dengan
kategori “Sangat Baik” artinya sebagian besar respon dari siswa sudah sesuai
dengan sintaks dan indikator keberhasil Think Talk Write.

Dari kedua hasil observasi, rata-rata hasil penilaian dari kegiatan guru dan
aktivitas siswa yang sudah dipaparkan diatas didapatkan bahwa penerapan
pembelajaran Think Talk Write sudah sesuai dengan salah satu kategori
keberhasilan tindakan.

4.2.4 Hasil Catatan Lapangan Siklus I dan II

Hasil catatan lapangan merupakan catatan observer yang tidak terekam dalam
lembar observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa
64

Penerapan ke- Observer Catatan


I 1  Pada tahap think ketika siswa diminta untuk
memikirkan dan menuliskan ide permasalahan
dan dugaan prosedur penyelesaian siswa
kebingungan dan akhirnya menuliskan jawaban
secara langsung seperti penerapan rumus
2  Banyak siswa yang lama ketika proses berpikir
dikarenakannya kurangnya perhatian dari siswa
sendiri
 Sebagian besar siswa menuliskan prosedur
penyelesaian pada tahap think sehingga pada
tahap write siswa tidak menuliskan apa-
apa.mereka mengetahui instruksi namun tidak
menuliskannya
3  Pada tahap Talk siswa siswa bingung ketika
harus menukar jawaban, mereka tidak
menuliskan pemahamannya terhadap hasil
mengenai tulisan teman mereka, namun hanya
komentar seperti bagus, setuju, dan lain-lain
 Tahap talk berjalan kurang sesuai dengan RPP
karena banyak terjadi hal-hal yang tidak terduga,
contohnya terjadi sidak dadakan dari sekolah itu
sendiri
II 1  Pada penerapan ke-2 waktu pembelajaran
berlangsung siang hari setelah istirahat makan
siang, sehingga waktunya sangat molor dan tidak
sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
Waktu yang molor juga berakibat tidak
efektifnya proses pembelajaran. Ditengah
pembelajaran terjadi sidak dadakan yang
mengharuskan jam pelajaran harus dihentikan.
65

2  Pada penerapan Think Talk Write kedua dihari


yang pertama kegiatan pembelajaran tidak sesuai
dengan yang direncanakan
 Kegiatan inti yang direncanakan pada tahap Talk
semua kegiatan pada LKS dapat terselesaikan tapi
ternyata tidak
 Karena siswa masih banyak yang belum selesai
ketika mengerjakan LKS guru akhirnya
membahasa secara bersama-sama kegiatan di
LKS yang belum selesai
3  Tahap think berjalan sesuai dengan RPP
 Tahap talk belum berjalan sesuai dengan RPP,
banyak kegiatan guru yang diubah karena
beberapa faktor yang harus segera merubah
kegaitan agar semua tujuan yang direncanakan
dapat tercapai
 Tahap write berjalan sesuai dengan RPP dan
terbantu dengan tahap talk yang sudah dirubah
oleh guru
Tabel 4.6 Hasil Catatan Lapangan Siklus I

Hasil catatan lapangan yang dicatat observer akan dijadikan sebagai bahan
evaluasi peneliti untuk penerapan pembelajaran Think Talk Write pada siklus
selanjutnya. Hasil catatan lapangan merupakan catatan observer yang tidak
terekam dalam lembar observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa. Berikut
catatan lapangan pada siklus II.

Penerapan ke- Observer Catatan


I 1  Siswa lebih antusias daripada pertemuan di
siklus I
 Guru lebih bisa mengkondisikan kelas
66

 Siswa mulai terbiasa dengan semua tahapan


pada pembelajaran Think Talk Write, semua
siswa melakukan instruksi guru
2  Guru lebih tegas dalam memberikan penjelasan
 Siswa sudah dapat mengerjakan kegiatan di
setiap tahap Think Talk Write dengan sangat
baik
3  Siswa sudah mulai terbiasa dengan model
pembelajaran Think Talk Write
 Terdapat beberapa siswa yang tidur di kelas
 Waktu penelitian yang dijeda dengan istirahat
membuat siswa susah untuk dikondisikan dan
memotong waktu cukup lama
II 1  Sebagian besar siswa sudah paham mengenai
tugasnya pada setiap tahap Think Talk Write,
sehingga guru lebih mudah mengkondisikan
kelas daripada di siklus I
 Instruksi guru juga lebih jelas daripada
pertemuan-pertemuan sebelumnya sehingga
siswa lebih mudah memahami setiap tahap
yang diminta guru
2  Siswa antusias ketika mulai pembelajaran
 Siswa antusias ketika guru menyampaikan
apersepsi dan motivasi
 Siswa antusias ketika mengerjakan LKS dan
juga berdiskusi dengan teman kelompoknya
3  Guru lebih bisa menguasai kelas
Guru membantu siswa dalam membuat
kesimpulan, merangkum materi, dan
menuliskannya pada lembar catatan write
Tabel 4.7 Hasil Catatan Lapngan Siklus II
67

4.2.5 Hasil Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis

4.2.5.1 Hasil Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus I

Penilaian kemampuan komunikasi matematis siswa pada penerapan model


pembelajaran Think Talk Write dilihat dari tulisan siswa pada Lembar Catatan
Think (LCT), Lembar Jawaban, dan Lembar Catatan Write (LCW) yang dilihat
dari dua indikator yaitu 1) kemampuan siswa dalam menerima ide matematis
secara tertulis dan 2) kemampuan siswa dalam menyampaikan ide secara tertulis
yang dinilai dengan berpedoman pada rubrik yang sudah ditentukan. Siklus I
dikatakan berhasil apabila siswa memperoleh nilai kemampuan komunikasi
matematis yang baik dan meningkat pada setiap pertemuan dengan ketentuan nilai
komunikasi matematis yang baik minimal adalah 80 dan persentase banyaknya
siswa yang memperoleh nilai komunikasi baik lebih dari atau sama dengan 80%.
Apabila hasil dari penilaian belum sesuai dengan indikator keberhasilan maka
penerapan perlu dilanjutkan pada siklus II.

Indikator 1: Kemampuan dalam mengekspresikan atau menyampaikan ide-ide


matematikanya secara tertulis yang meliputi : 1. penulisan jawaban dengan
istilah, notasi , dan simbol matematika yang sesuai, 2) penulisan jawaban secara
terurut dan logis, 3)penyususnan kalimat yang mudah untuk dipahami.

Indikator 2 : Kemampuan merespon atau menerima dengan tepat informasi atau


ide matematis tertulis yang meliputi : 1) penulisan ide sesuai dengan konsep dan
prinsip permasalahan yang diberikan , 2) penuliisan jawaban yang mengarah
sesuai dengan pertanyaan , 3)kebenaran jawaban yang dituliskan.

Berikut adalah tabel hasil penilaian kemampuan komunikasi matematis tulis


siswa pada penerapan dua siklus pembelajaran Think Talk Write

Penerapan Kategori Menerima Persentase Kategori Menyampaikan Persentase


pada Ide Keberhasilan Ide Keberhasilan
SIKLUS I Menuliskan ide 42,58% Penulisan jawaban 37,4%
sesuai dengan dengan istilah, notasi ,
konsep dan prinsip dan simbol matematika
permasalahan yang
68

diberikan yang sesuai

Penuliisan jawaban 42,67% Penulisan jawaban secara 39.53%


yang mengarah terurut dan logis
sesuai dengan
pertanyaan

Kebenaran jawaban 40% penyusunan kalimat yang 40,72%


yang dituliskan mudah untuk dipahami

SIKLUS Menuliskan ide 82,47% Penulisan jawaban 78,18%


II
sesuai dengan dengan istilah, notasi ,
konsep dan prinsip dan simbol matematika
permasalahan yang yang sesuai
diberikan

Penuliisan jawaban 85,61% Penulisan jawaban secara 79,86%


yang mengarah terurut dan logis
sesuai dengan
pertanyaan

Kebenaran jawaban 76,83% Penyusunan kalimat yang 82,2%


yang dituliskan mudah untuk dipahami

Tabel 4.8 Hasil penilaian kemampuan komunikasi matematis tulis

Nilai komunikasi matematis siswa sebelum penerapan Think Talk Write rata-
ratanya adalah 35 dan belum ada siswa yang mendapatkan nilai minimal 80. Pada
penerapan Think Talk Write siklus I nilai kemampuan komunikasi matematis
siswa rata-ratanya adalah 40 dengan penerapan pertama lebih baik daripada
penerapan kedua. Nilai kemampuan komunikasi matematis siswa dari sebelum
penerapan Think Talk Write sampai dengan penerapan Think Talk Write pertama
meningkat, namun siswa yang mendapatkan nilai minimal 80 belum mencapai
80% dari banyaknya siswa. Sehingga penerapan Think Talk Write perlu
dilanjutkan pada siklus II.
69

Pada siklus II nilai kemampuan komunikasi matematis siswa di penerapan


kedua didapat 81 dengan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai 80 sebanyak
27 dari 33 siswa, yang artinya lebih dari 80% siswa mendapatkan nilai 80.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari pembelajaran sebelum diterapkannya
Think Talk Write sampai dengan penerapan Think Talk Write di siklus II, nilai
kemampuan komunikasi matematis siswa selalu meningkat dan persentase
banyaknya siswa yang mendapatkan nilai kemampuan komunikasi matematis
minimal 80 lebih dari 80%. Sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa
sudah memenuhi kategori keberhasilan tindakan

Sehingga penerapan pembelajaran dengan model Think Talk Write untuk


meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa sudah memenuhi
kategori keberhasilan tindakan dan penelitian ini dapat dikatakan berhasil.

4.2.6 Refleksi Penerapan Think Talk Write

Berdasarkan data yang sudah dipaparkan dan diulas disiklus I, berikut adalah hal-hal
yang perlu diperbaiki ketika pelaksanaan pembelajaran dengan model Think Talk Write.

No Kekurangan Penyebab Tindak Lanjut


1 masalah alokasi yang Karena jam pembelajaran Guru perlu memberikan
tidak sesuai dengan setelah jam istirahat makan instruksi yang tegas kepada
yang direncanakan siang, sehingga banyak siswa pada pertemuan
karena siswa yang siswa yang telat datang ke sebelumnya agar ketika jam
mengulur-ulur kelas siang siswa tidak datang
waktunya terlambat
2 Pembelajaran di jam Karena siswa sudah mulai Guru perlu membuat kegiatan
siang yang bosan dengan aktifitas belajar menyenangkan untuk
menyebabkan belajar seharian di sekolah membuat siswa merasa tidak
sebagian siswa mulai bosan dalam belajar
lelah dan mengantuk
3 Instruksi guru ketika Guru kurang menguasai alur Guru harus benar-benar paham
menerapkan model pembelajaran dan cara betul mengenai alur model
pembelajaran think menyampaikan ke siswa pembelajaran dan tahu
70

talk write kurang agar mudah dipahami bagaimana cara


jelas menyampaikan yang mudah
dipahami oleh siswa, ada
baiknya sebelum pembelajaran
guru uji coba terlebih dahulu.
4 Perhatian guru yang Hanya beberapa kelompok guru jangan hanya terfokus
hanya menonjol ke saja yang bertanya kepada pada kelompok yang mau
beberapa kelompok guru, sehingga perhatian bertanya saja, guru
saja guru terfokus kepada menanyakan kepada kelompok
kelompok yang bertanya yang belum bertanya dan
memberikan scaffolding
5 Tahapan pada model Sebagian siswa ketinggalan Guru lebih menekankan
think talk write ketika mengerjakan kepada siswa untuk fokus dan
sebagian masih sehingga terdapat beberapa mengerjakan LKS dan
belum dilakukan siswa yang tidak mengikuti mengikuti setiap alur think talk
oleh siswa proses talk secara penuh write
ataupun tidak mengikuti
proses write
6 Tahapan talk bagian Banyak siswa yang tidak Guru lebih mempertegas lagi
menukar tulisan paham dan salah persepsi instruksi yang dimaksud agar
belum sesuai mengenai instruksi guru siswa tidak salah persepsi
untuk menuliskan Guru mencontohkan apa yang
pemahamannya terkait harus ditulis untuk merespon
tulisan tulisan teman dengan
permasalahan yang lain
7 Ada siswa yang tidak Siswa tidak memperhatikan Guru lebih tegas dalam
menuliskan instruksi pelajaran menasehati siswa yang kurang
yang diberikan guru menaruh perhatian pada proses
pembelajaran
8 Guru harus membuat Sebagian besar instruksi Selain lebih tegas dalam
asumsi-asumsi ketika yang meminta siswa untuk mengingatkan siswa ketika
penilaian mengenai menuliskan pendapat dengan pembelajaran, peneliti juga
71

tulisan jawaban siswa beberapa jenis tindakan, perlu membuat asumsinya


hasil plagiasi dengan dimungkinkan terdapat mengenai cara membedakan
jawaban murni dari beberapa siswa yang tulisan siswa hasil plagiasi ide
ide dalam pikirannya. menjiplak ide dari tulisan yang akan lebih baik jika
temannya. penulisan asumsi didukung
dengan teori-teori para ahli.
Tabel 4.9 Hasil Refleksi Siklus I

Data-data yang diperoleh mengenai penerapan model pembelajaran Think Tak


Write pada siklus I berdasarkan pengamatan observer yang tercatat pada lembar
observasi menunjukkan hasil yang “ Sangat Baik”, namun data mengenai
kemampuan komunikasi matematis siswa masih belum memenuhi kategori
keberhasilan. Berdasarkan paparan data diatas, penerapan Think Talk Write untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada siklus I ini
dinyatakan belum berhasil sehingga perlu dilakukan siklus selanjutnya untuk
memperoleh minimal ketercapaian dengan memperbaiki hal-hal yang masih
kurang dan belum tercapai pada siklus I

Sedangkan pada siklus II, berdasarkan data yang sudah dipaparkan dan
diulas di siklus II, hasil observasi kegiatan guru fan aktivitas siswa masuk dalam
kategori “Sangat Baik” dan hasil penelitian kemampuan komunikasi matematis
siswa pada kedua indikator sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Nilai
kemampuan komunikasi matematis siswa selalu meningkat dan rata-rata nilai
untuk kategori menerima ide secara tertulis 81,2 serta untuk kategori
menyampaikan ide secara tertulis rata-rata adalah 80,8 serta ssebanyak 81%
siswa sudah memenuhi skor keberhasilan tindakan. Kemampuan komunikasi
matematis siswa sudah memenuhi kategori keberhasilan tindakan, sehingga
pembelajaran dengan model Think Talk Write pada siklus II ini yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dinyatakan sudah
berhasil sehingga peneliti dapat mengakhiri penelitiannya di lapangan.

4.2.7 Temuan Penelitian Think Talk Write

Berdasarkan paparan data pada siklus I, peneliti menemukan beberapa


72

temuan selama dilakukanya penerapan model pembelajaran Think Talk Write


untuk meningkatkan kemmapyuan komunikasi matematis siswa. Adapun temuan
tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Think Talk Write


pada pertemuan pertama siswa masih belum terbiasa dengan model
pembelajaran ini sehingga terdapat beberapa siswa yang merasa enggan
untuk mengikuti pembelajaran dan ngobrol bersama teman satu
kelompoknya

b. Penerapan think talk write kedua terdapat beberapa faktor dari luar yaitu
terjadinya sidak dadakan yang menghambat waktu pembelajaran

c. Pada tahapan Think siswa masih kebingungan apa yang harus dituliskan
pada lembar catatan think, ada siswa yang menuliskan prosedur
penyelesaian soal

d. Pada tahap talk beberapa siswa belum selesai ketika mengerjakan kegiatan
pada LKS sehingga guru harus membahasnya secara bersama-sama agar
tujuan pembelajarannya dapat tercapai

e. Pada saat menukar tulisan siswa merasa kebingungan apa yang harus
dilakukan pada tahap selanjutnya sehingga banyak yang salah persepsi
mengenai instruksi guru, yang seharusnya menuliskan pemahaman
mengenai tulisan temaan namun malah komentar dan saran dari siswa

f. Tahap wrie tidak smeua siswa menuliskan kesimpulannya

g. Siklus I penerapan model Think Talk Write ini dikatakan belum berhasil
karena rata-rata hasil tulisan siswa pada LCT, Lembar Jawaba,dan LCW
belum memenuhi indikator yang sudah ditentukan, sehingga perlu
dilakukan siklus II dengan menerapkan model yang sama dan tindakan
yang diberikan adalah perbaikan dari tindakan sebelumnya dan juga
materi yang diajarkan adalah lanjutan dari materi sebelumnya.

Berdasarkan paparan data pada siklus II, peneliti menemukan beberapa temuan
73

selama dilakukanya penerapan model pembelajaran Think Talk Write untuk


meningkatkan kemapuan komunikasi matematis siswa. Adapun temuan-temuan
selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut.

a. Model pembelajaran Think Talk Write adalah salah satu model


pembelajaran yang dapat meningkatlan kemampuan komunikasi matematis
siswa terutama kemampuan komunikasi matematis tulisnya. Hal tersebut
karena tahapan pada pembelajaran Think Talk Write ini membantu siswa
dalam mengasah kemampuan komunikasi matematisnya, terutaa
komunikasi matematis tulis.

b. Pada siklus II ini, sebagian besar sudah terlihat lebih aktif dalam
melaksanakan semua tahapan pembelajaran dengan Think Talk Write. Hal
tersebut karena juga didukung dengan pengalaman sebelumnya yang juga
sudah belajaran dengan model pembelajaran Think Talk Write.

c. Pada kegiatan Think, sebagian besar siswa sudah melakukan tahap Think
seperti yang diinstruksikan guru, mereka sudah mulai terbiasa dan dapat
menuliskan ide matematisnya setelah membaca suatu tulisan dengan
kategori yang lebih baik daripada di siklus I.

d. Pada kegiatan diskusi di tahap Talk semua kelompok siswa sudah lebih
kompak dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapatnya baik dalam
kelompok maupun dalam presentasi kelas.

e. Pada tahap Write persentase siswa yang dapat menuliskan kesimpulan pada
Lembar Catatan Write juga lebih meningkat dibandingkan pada siklus I
yang tidak semua siswa mengisi LCW nya.

f. Pengondisian kelas pada siklus II ini siswa lebih mudah untuk


dikondisikan, hal tersebut juga didukung dengan guru yang lebih tegas dan
jelas ketika memberikan instruksi dibandingkan dengan siklus I. Hal ini
karena tindakan yang diberikan guru adalah evaluasi atau perbaikan dari
siklus sebelumnya.
74

BAB 5
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai 5.1) penerapan model pembelajaran
Think Talk Write (TTW), 5.2) pengaruh penerapan model pembelajaran Think Talk
Write terhadap kemampuan komunikasi matematis tulis siswa, 5.3) kendala dan
solusi penerapan model pembelajaran Think Talk Write.

5.1 Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)


Model pembelajaran Think Talk Write merupakan salah satu model
pembelajaran yang baru diterapkan di kelas X Mipa 1 SMAN Taruna Nala Jawa
Timur. Sebagian besar siswa kelas X Mipa 1 masih belum terbiasa pembelajaran
dengan menggunakan model Think Talk Write sehingga dalam menerapkan model
pembelajaran ini peneliti menggunakan beberapa pendekatan untuk membuat
siswa terbiasa. Pada pemebelajaran terdapat siswa yang antusias mendapatkan
pengalaman belajar yang baru namun ada juga yang kurang bersemangat.

Penerapan model pembelajaran Think Talk Write di SMAN Taruna Nala Jawa
Timur diawali dengan kegiatan pendahuluan. Pada kegiatan pendahuluan setelah
guru memasuki kelas dan mengucapkan salam, ketua kelas diminta untuk laporan
dan berdoa bersama. Kebiasaan di SMAN Taruna Nala ini sebelum dimulainya
pembelajaran ketua kelas diminta untuk menyiapkan teman kelas agar siap dalam
menerima pembelajaran, laporan kepada guru mengenai banyaknya siswa yang
masuk dan tidak masuk serta berdoa bersama yang juga dipimpin oleh ketua
kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta model
pembelajaran yang akan digunakan. Setelah itu sebelum masuk pada kegiatan inti,
guru memberikan memberikan motivasi terkait pentingnya mempelajari materi
yang akan dipelajari, guru juga memberikan apersepsi kepada siswa mengenai
materi prasyarat ataupun materi yang sudah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.

Apersepsi pada setiap pembelajaran adalah salah satu kegiatan pembelajaran


yang mengambil peran penting untuk kesuksesan pembelajaran itu sendiri. Piaget
75

(1980) menyatakan bahwa manusia itu selalu beradaptasi dengan lingkungan


salah satunya dari mengkonstruksi pengetahuan mereka dengan cara mengaitkan
informasi baru kedalam skema yang ada dalam pikirannya. sehingga kegiatan
apersepsi adalah kegiatan penting yang dapat mengkonstruksi pengetahuan dan
ide siswa serta mengklarifikasi pemahaman yang dimiliki siswa. Mengkontruksi
dan mengklarifikasi pengetahuan adalah salah satu aspek yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kegiatan apersepsi juga salah satu kegiatan yang dapat
digunakan untuk membantu siswa mengasah kemampuan komunikasi matematis.

Lima aspek komunikasi menurut Baroody (1993), yaitu representasi,


mendengar, membaca, diskusi, dan menulis. Sebelum masuk pada kegiatan inti
guru mejelaskan kepada siswa mengenai mengapa menggunakan model
pembelajaran Think Talk Write. Guru menjelaskan ke siswa bahwa penerapan
pembelajaran Think Talk Write ini diduga dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis tertulis siswa karena aktivitas pada model pembelajaran ini
mendukung siswa lebih terampil dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis tulis sesuai dengan yang dipaparkan diatas. Guru menekankan kepada
siswa bahwa ketika mengikuti semua proses pada tahap pembelajaran selalu
diperhatikan ketika membaca dan memahami permasalahan tertulis ataupun dalam
menuliskan sesuatu ide.

Kegiatan inti model pembelajaran Think Talk Write dibagi menjadi tiga tahap
yaitu Think, Talk, dan Write. Berikut uraian penjelasan ketiga tahap Think, Talk,
dan Write.

1. Tahap Think

Pada tahap ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu permasalahan pada
LKS yang diberikan, diawali dengan siswa diminta untuk membaca dan
mengamati permasalahan yang terdapat pada LKS. Membaca merupakan salah
satu pembelajaran awal yang tepat diberikan kepada siswa guna melatih
kemampuan komunikasi matematis. Mengacu dari pendapat Sumarmo (2006)
yang menguatkan bahwa kegiatan membaca dapat meningkatkan komunikasi
76

matematis, sumarmo menyatakan bahwa salah satu kompetensi berpikir yang


dapat dikembangkan dari membaca salah satunya adalah komunikasi dalam
matematika. Melalui membaca siswa dapat belajar untuk memahami konsep dan
prinsip permasalahan matematika agar siswa dapat memiliki bekal untuk
menuliskan ide matematisnya.

Instruksi guru pada tahap think setelah membaca adalah siswa diminta untuk
menuliskan ide dari pemahamannya mengenai tulisan permasalahan yang baru
saja dibaca dan diamati. Peneliti meyakini bahwa jika siswa diberikan instruksi
yang memintanya untuk menulis, hal tersebut akan meningkatkan kemampuan
komunikasi matematisnya. Schmidt menyatakan bahwa menulis tidak hanya
sebagai alat untuk membantu meningkatkan pemahaman ataupun minat siswa
terhadap matematika, namun menulis juga meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa, melalui menulis siswa dapat mengekspresikan ide serta pendapat
mereka mengenai suatu permasalahan matematika.

NCTM (2000) menyatakan bahwa menulis adalah salah satu instruksi penting
yang tidak boleh dilewatkan ketika pembelajaran matematika, karena menulis
adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengasah kemampuan
komunikasi matematis. Seperti yang tertulis pada principles and standards for
school mathmematics, menulis adalah salah satu cara untuk mengatur dan
mengkonsolidasikan pemikiran matematika siswa melalui komunikasi. Melalui
tulisan siswa juga dapat mengomunikasikan pemikiran matematika secara koheren
dan jelas kepada teman dan guru. Kevin dalam (Surya 2009: 26) menyatakan
bahwa menulis adalah sama saja dengan komunikasi, karena tujuan dari menulis
adalah kita menyampaikan kepada orang lain maksud pikiran kita serta untuk
memberikan penguatan terhadap diri kita sendiri. Dari pendapat beberapa ahli
tersebut semakin menguatkan peneliti bahwa aktivitas menulis dapat membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi tulis.

Kegiatan menulis menjadi suatu kegiatan yang tidak terlepas dari kegiatan
berpikir karena ketika siswa menulis mereka dapat melebarkan idenya mengenai
pemikiran mereka. Hal tersebut sangat cocok dengan tahap think pada model
pembelajaran Think Talk Write yang mengharuskan siswa untuk menulis di kelas
77

matematika untuk mandukung pembelajaran yang mengharuskan mereka untuk


mengklarifikasi dan merefleksikan ide-ide mereka. Tulisan adalah salah satu alat
yang dapat digunakan siswa untuk mendeskripsikan ide atau pendapat, melalui
tulisan siswa juga berlatih dalam mempresentasikan ringkasan ide tersebut
sehingga menarik dan dapat diterima oleh banyak orang. Tulisan siswa adalah
refleksi dari pikirannya, pemahamannya, dan miskonsepsinya terhadap suatu
materi(Ashlock, 2006). Karena kemampuan komunikasi tulis sangat berkaitan erat
dengan tulisan dari siswa, sehingga dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi sangat berkaitan dengan tingkat pemahaman dan hasil
belajar siswa.

Salah satu tujuan dari siswa diminta untuk menuliskan ide atau pendapatnya
mengenai permasalahan adalah untuk mengetahui cara berpikir siswa dalam
menerima permasalahan secara tertulis dan bagaimana cara siswa menyampaikan
ide tersebut dalam sebuah tulisan (Ball, 1994; Bagley & Gallenberger, 1992).
Menulis memungkinkan siswa untuk mengkomunikasikan idenya kepada orang
lain, termasuk guru dan temannya. dengan begitu guru dapat melihat pikiran siswa
dan apa yang sedang mereka pikirkan.

Pada tahap ini, siswa diminta untuk menuliskan idenya pada Lembar Catatan
Think (LCT) yang sudah diberikan sebelumnya. Mengamati, memahami, dan
memikirkan suatu tulisan mengenai suatu permasalahan akan membuat siswa
menjadi lebih terampil dalam berpikir sehingga mengasah kemampuan siswa
dalam menganalisis dan menerima ide atau informasi secara tertulis. Penerimaan
ide tersebut diungkapkan siswa dalam bentuk tulisan yang gunannya untuk
merekam hasil dari pengamatan dan pemahamannya.

2. Tahap Talk

Pada tahap Talk ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok ini
adalah kelompok heterogen yang sudah ditentukan oleh guru dengan masing-
masing kelompok beranggotakan 3-5 orang. Setelah semua siswa mendapat
kelompok, guru meminta siswa untuk duduk bersama kelompoknya dan
berdiskusi bersama. Baroody menyatakan bahwa diskusi adalah salah satu aspek
78

untuk meningkatkan komunikasi. Diskusi dengan kelompok belajar dapat


memberikan siswa mengakses ide satu sama lain, menulis, dan mengklarifikasi
pikiran mereka terhadap pemahamannya.

Diskusi dalam kelompok akan memberikan siswa pengalaman belajar yang


dapat mengasah kemampuan komunikasi matematisnya, karena dengan diskusi
terdapat kegiatan berbagi ide sehingga siswa dapat mengkontruksi pemahamannya
dengan pendapat dari orang lain yang akan menguatkan atau membenarkan
pemahaman dia sebelumnya. Diskusi sangat diperlukan untuk menambah sudut
pandang siswa mengenai suatu pokok bahasan. Sutini (2019) menyatakan bahwa
saat proses diskusi ketika seorang siswa mendengarkan pendapat atau pemikiran
dari orang lain maka siswa tersebut akan mengetahui sudut pandang dan strategi
seseorang terhadap suatu permasalahan matematika, hal tersebut akan membuat
siswa berusaha untuk lebih memahami dan menemukan solusi atau pemikiran lain
yang menurutnya lebih benar.

Piaget menyatakan mengenai pentingnya ada interaksi dalam belajar, dengan


adanya interaksi kemungkinan besar siswa akan mengalami konflik kognitif yang
dapat menimbulkan ketidakstabilan dalam pikiran siswa sehingga memicu
terjadinya akomodasi. Dengan diskusi dan tanya jawab diharapkan agar siswa
dapat memiliki konsep yang matang dan dapat dengan mudah menyampaikan ide
atau pemahamannya baik melalui lisan maupun tulisan dan hasil dari
penyampaian ide tersebut pasti akan berbeda dengan siswa yang tidak memiliki
pemahaman konsep yang kuat. Instruksi guru untuk meminta siswa berdiskusi
pada tahap ini selain merupakan kegiatan pembelajaran yang wajib instruksi
tersebut juga dilakukan sebagai upaya guru dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis. Hal yang didiskusikan siswa dapat mengenai ide-idenya
yang ditulis ketika tahap Think.

Selain mendiskusikan mengenai permasalahan yang diamati pada tahap Think


siswa juga diminta untuk mengerjakan dan mendiskusikan terkait kegiatan pada
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang sudah dibagikan. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
berisi permasalahan yang sebelumnya sudah diamati dan dituliskan pendapatnya
secara individu pada Lembar Catatan Think (LCT), karena itu merupakan pendapat
79

individu maka perlu diulas dalam kelompok untuk mendapatkan gambaran mengenai
pendapat orang lain dan juga menambah pemahaman siswa.

Pada tahap talk selain siswa diminta untuk berdiskusi dengan teman satu
kelomppoknya, siswa juga diminta untuk menuliskan jawaban dari kegiatan di
LKS yang telah di diskusikan dengan kelompoknya pada lembar jawaban. Pada
LKS terdapat kegiatan yang menuntun siswa menemukan konsep dari suatu
permasalahan yang diberikan dan petunjuk mengenai jawaban yang benar. Siswa
diminta untuk mendiskusikan perintah-perintah kegiatan pada LKS yang nantinya
akan ditulis secara individu pada Lembar Jawaban yang dibagikan guru. Armiati
(2009) menyatakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan untuk mengungkapkan
dan merefleksikan pikiran seseorang. Mengungkapkan atau merefleksikan pikiran
diperlukan untuk membuat siswa memperlancar diskusi kelompok dan dapat
meningkatkan pemahaman siswa yang mana pemahaman yang baik akan
memperlancar komunikasi. Sehingga pada tahap ini instruksi siswa untuk
menuliskan ide dari hasil diskusi sangat penting untuk meningkatkan komunikasi
matematis tulis.

Peneliti beranggapan bahwa dengan siswa diberikan kegiatan berdiskusi


sambil menulis maka kemampuan komunikasi matematis tulisnya akan terasah
dan dapat meningkat. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Sutini (2019)
yang menyatkan bahwa ketika proses menulis dan berdiskusi siswa akan belajar
menggunakan bahasa serta simbol matematika dengan benar, siswa juga belajar
bagaimana cara mengungkapkan ide-idenya agar dapat dipahami oleh orang lain.
Seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya, bahwa penggunaan
bahasa serta simbol matematika yang tepat adalah salah satu indikator
kemampuan komunikasi tulis, sehingga dimungkinkan jika siswa secara terus
menerus dapat mengasah kemampuan nya dalam penggunaan bahasa serta
penggunaan simbol ketika menulis matematika maka kemampuan komunikasi
tulisnya dapat meningkat.

Freeman, Higgins, dan Horney (2016) menyatakan bahwa menulis diperlukan


untuk membangun semangat berpendapat, meninjau pemikiran, dan mengetahui
mengapa siswa menjawab demikian serta diharapkan dapat mengomunikasikannya
80

kepada orang lain. Salah satu definisi dari komunikasi adalah menyampaikan ide yang
ada dalam pikiran kepada orang lain sehingga orang lain dapat mengetahui
pemahaman kita dan tulisan adalah salah satu alat yang dapat dijadikan sebagai media
komunikasi. Menulis memungkinkan siswa untuk mengomunikasikan idenya kepada
orang lain, termasuk guru dan temannya sehingga mereka dapat mengetahui
pikirannya dan apa yang sedang dipikirkan (Ball, 1994; Bagley & Gallenberger, 1992).

Schmidt menyatakan bahwa menulis dapat memberikan siswa keberanian


untuk menyampaikan perasaanya mengenai suatu materi atau untuk menceritakan
kepada guru mereka mengenai feedback yang mereka butuhkan, tulisan juga
dapat membantu guru dan siswa sehingga terjadi komunikasi. Maksud dari
pendapat Schmidt adalah bahwa lewat menulis siswa dapat menyampaikan ide,
perasaan, atau pendapatnya mengenai materi pelajaran yang mereka butuhkan
feedbacknya, feedback disini adalah suatu materi yang dibutuhkan siswa untuk
diulas kembali agar siswa dapat lebih memahami materi tersebut, dan lewat
tulisan hal tersebut sangat membantu siswa dalam menyampikannya kepada guru.
Melalui tulisan juga dapat membantu siswa terjalin komunikasi dua arah dengan
guru. Dalam proses pembelajaran pada tahap ini guru juga memberikan
scaffolding kepada masing-masing kelompok diskusi.

Selain untuk menuliskan hasil diskusi terkait kegiatan di LKS pada tahap Think
siswa juga diminta untuk merespon tulisan temannya menganai pendapatnya dari
tulisan teman satu kelompoknya pada lembar jawaban. Tata caranya adalah
dengan menukar lembar jawaban yang terdapat tulisan kepada teman satu
kelompok nya kemudian menuliskan pemahamannya terkait tulisan teman pada
lembar jawaban tersebut. Kegiatan seperti ini akan mengasah kemampuan siswa
dalam menerima informasi atau ide tertulis. Kemampuan yang dapat diukur
adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan ide dan kemampuan siswa dalam
menerima ide. Peneliti beranggapan bahwa ide tersebut dapat disampaikan
melalui tulisan sehingga orang lain dapat meembaca dan memahami ide tersebut.

Penutupan dari diskusi pada tahap think ini adalah perwakilan siswa diminta
untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas, presentasi kelas juga
menuntut siswa untuk berani menyampaikan ide di depan orang lain. adanya
81

pengalaman siswa dalam menyampaikan ide ini juga akan meningkatkan


pemahaman siswa sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa pada
instruksi selanjutnya dimungkinakan juga dapat meningkat. Setelah presentasi
materi selesai dijelaskan, guru membahas secara bersama untuk memberikan
penguatan kepada siswa

3. Tahap Write

Pada tahap write ini siswa diminta untuk menuliskan secara individu
pengetahuan yang sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Siswa diminta
untuk menuliskan prosedur penyelesaian soal yang benar terkait permasalahan
yang diberikan pada LKS, karena pada tahap Think siswa hanya diminta untuk
menuliskan dugaan prosedur penyelesaian sebelum mendapatkan kegiatan belajar
mengenai materi pada LKS. Devlin (2012) menyatakan bahwa ketika siswa
menulis dalam matematika mereka akan terdorong untuk berpikir secara
matematis. Proses ini diperlukan untuk membentuk siswa memiliki pemikiran
yang bisa terkoneksi dengan pembelajaran sehingga dia akan lebih mudah dalam
menerima materi matematika baik secara lisan maupun tulisan. Menulis juga akan
memberikan siswa kesempatan untuk memecahkan masalah matematika sehingga
dapat mencapai pemahaman konsep yang dapat meningkatkan pemahamannya
untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks serta merefleksikan
jawabannya (Devlin, 2012; Pugalee, 2004). Pemahaman konsep dan pemecahan
masalah yang baik akan mendukung kemampuan komunikasi matematis tulis
siswa karena merupakan bekal yang dibutuhkan siswa untuk membuat tulisan.

Russek (1998) menyatakan bahwa tulisan siswa dapat digunakan sebagai alat
penilaian. Tulisan siswa tersebut dapat digunakan untuk menilai sikap dan
keyakinan, kemampuan matematika siswa, dan kemampuan dalam menyampaikan
ide secara benar. Tulisan siswa dapat dijadikan sebagi alat atau media penilaian
untuk melihat sikap dan keyakinan siswa terhadap jawabannya, kemampuan
matematika siswa yang meliputi pemahaman konsepnya serta bagaimana cara dia
dalam menyampaikan idenya secara tertulis. Karena sejatinya menulis adalah cara
yang dapat kita gunakan untuk mendeskripsikan ide, hubungan, situasi, atau
pendapat matematika, serta mempresentasikan ringkasan ide yang menarik dan
82

dapat diterima oleh orang lain.

NCTM (2000) menyatakan bahwa refleksi dan komunikasi merupakan proses


yang saling berhubungan dalam pembelajaran matematika. Menulis dalam
matematika dapat membantu siswa mengkonsolidasikan pemikiran mereka,
karena itu mereka membutuhkan refleksi terhadap hasil pekerjaannya dan
mengklarifikasi pikiran mengenai idenya.Melalui tulisan siswa dapat dengan
bebas menuliskan pikiran dan pendapatnya mengenai pemahamannya terhadap
suatu materi, dari tulisan siswa juga akan terlihat miskonsepsinya terhadap suatu
materi. Sependapat dengan teori Ashlock (2006) yang menyatakan bahwa tulisan
siswa adalah refleksi dari pikirannya, pemahamannya, dan miskonsepsinya
terhadap suatu materi.

Pendapat beberapa ahli mengenai kegiatan menulis yang sudah diulas diatas
jika disimpulkan menulis adalah suatu kegiatan yang dapat membuat siswa
menyatakan idenya dalam bentuk tulisan, melalui proses tersebut secara terus
menerus jika diberikan kepada siswa maka dia akan lebih mahir dalam
menyatakan idenya, merefleksikan idenya, mengkonsolidasikan pemahaman
konsepnya secara terus menerus akan membuat siswa lebih mahir menyatakan ide
dalam bentuk tulisan. Menyatakan ide secara tertulis adalah definisi dari
komunikasi yang mana komunikasi adalah bagaimana cara siswa dalam
menyatakan idenya melalalui tulisan. Sehingga jika siswa terus menerus diberikan
instruksi untuk menyatakan idenya secara tertulis maka akan memberikan peluang
bahwa kemampuan komunikasi matematis tulisnya akan meningkat.

Proses menulis juga akan membuat siswa belajar dalam mengolah kalimat dan
bahasa agar tulisan yang dihasilkan dapat dibaca dan dipahamai oleh orang lain.
Pugalee (2005) menyatakan bahwa hubungan antara bahasa dan belajar
matematika, ia menyatakan bahwa menulis dapat mendukung pemikiran siswa
dan pemecahan masalah dan membantu siswa mengenali karakteristik komunikasi
yang evektif. Pugalee beranggapan bahwa guru dapat membaca tulisan siswa
menunjukkan cara siswa dalam menyimpulkan sesuatu, justifikasi atau
pembenaran dari jawaban dan proses serta menggunakan fakta untuk
menyampaikan pikirannya. Penggunaan bahasa dan kalimat yang tepat dalam
83

tulisan akan menjadikan siswa memiliki kemampuan komunikasi tulis yang baik
sehingga menulis dapat meningkatkan kemmapuan tersebut.

Countryman (1992) meneliti hubungan antara matematika dan menulis, ia


menyatakan empat manfaat menulis dalam kelas matematika: 1) siswa menulis
untuk menjaga ingatannya mengenai apa yang mereka lakukan dan pelajari, 2)
siswa menulis untuk menyelesaikan permasalahan matematika, 3) siswa menulis
untuk menjelaskan ide matematika, 4) siswa menulis untuk mendeskripsikan
proses belajar. Dengan menginstruksikan siswa menulis maka siswa akan
memiliki ingatan kuat terhadap apa yang ia pelajari, sehingga siswa akan memiliki
pemahaman yang baik dan jika siswa diminta untuk menyampaikan pemikirannya
melalui tulisan pun siswa juga sudah terbiasa karena mereka sudah memiliki
pengalaman menulis yang cukup, mengenai bagaimana cara menyampaikan ide
secara tertulis yang baik agar dapat dipahamai oleh orang lain. Siswa juga sudah
memiliki bekal apa yang akan dituliskannya. Sehingga melallui proses menulis
memmang akan membuat kemampuan komunikasi tulis siswa menjadi meningkat.

Setelah tahap Talk siswa dimungkinkan sudah memiliki pengetahuan yang


cukup untuk menuliskan penyelesaian soal. Selain menuliskan prosedur
penyelesaian soal dengan benar dan runtut siswa juga diminta untuk menuliskan
rangkuman dari materi yang sudah didapatkan selama proses pembelajaran baik
ketika diskusi dengan kelompok, tanya jawab dengan guru, maupun diskusi
klasikal dalam kelas. Rangkuman materi ini juga berisi tentang pendapat siswa
mengenai materi dan penerapannya serta bagaimana cara menyelesaikan soal jika
terdapat soal atau permasalahan yang sama. Tulisan siswa pada tahap write ini
diulis pada Lembar Catatan Write yang sudah dibagikan guru sebelumnya.

Setiap sebelum menutup pembelajaran guru selalu memberitahukan ke siswa


mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan model
pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Think Talk Write. Guru
selalu menekankan kepada siswa bahwa mereka harus selalu memperhatikan
ketika menuliskan ide dan bagaimana cara menulis dengan benar. Guru menutup
pembelajaran dengan meminta ketua kelas untuk laporan dan memimpin berdoa
bersama.
84

5.2 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write Terhadap


Kemampuan Komunikasi Matematis Tulis Siswa

Kegiatan pada model pembelajaran ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap
Think, tahap Talk, dan Tahap Write yang masing-masing pada ketiga tahap
tersebut dapat membantu siswa mengasah kemampuan komunikasi matematis
tulisnya yang juga diperkuat oleh beberapa ahliyang sudah diulas pada
pembahasan diatas. Pada ketiga tahap model Pembelajaran Think Talk Write ini
masing-masing tahap siswa selalu diinstruksikan untuk menuliskan idenya
mengenai permasalahan yang sedang dibahas. Menurut pendapat beberapa ahli
yang sudah dipaparkan pada penjelasan diatas menyatakan bahwa menulis dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa. Sehingga instruksi
guru ketika meminta siswa untuk menulis akan membuat siswa mengasah dan
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulisnya.

Pada tahap think siswa diminta untuk menuliskan idenya mengenai


permasalahan di LKS pada lembar catatan think, hal ini akan membuat
kemampuan siswa dalam menyampaikan ide menjadi tarasah sehingga
kemampuan komunikasi matematis tulis nya akan meningkat. Pada tahap Talk
siswa juga diminta untuk menuliskan pendapat serta idenya mengenai hasil
diskusi dan jawaban kegiatan pada LKS di lembar jawaban, instruksi ini juga akan
meningkatkan kemmapuan siswa dalam menyampaikan ide atau informasi secara
tertulis. Pada tahap Talk terdapat penambahan instruksi guru yang diberikan
kepada siswa yaitu siswa diminta untuk menukar tulisan kepada teman satu
kelompok dan menuliskan pendapatnya mengenai tulisan temannya, instruksi ini
akan menegasah kemampuan siswa dalam menerima ide dari tulisan orang lain.
Pada tahap write siswa juga diminta untuk menuliskan ide, ringkasan, ataupun
prosedur penyelesain permasalahan pada lembar catatan write dengan lebih
lengkap, instruksi pada tahap ini akan membuat siswa belajar menuliskan ide,
prosedur penyelesaian soal, dan juga ringkasan mengenai pengetahuan yang sudah
diperoleh sehingga akan membuat siswa belajar untuk lebih bisa menyimpulkan
dan memainkan kalimat serta penggunaan bahasa tulisan dengan tepat, Instruksi
ini akan membuat siswa belajar untuk menyampaikan informasi ide dan
85

pendapatnya dengan lebih baik sehingga kemammpuannnya dalam


menyampaikan ide secara tertulis juga akan meningkat.

Ketiga tahap pada model pembelajaran tersebut instruksinya selalu


mengarahkan siswa untuk mengasah kemampuan menyampaikan dan menerima
ide secara tertulis sehingga kemampuannya dalam menyamapikan dan menerima
ide akan meningkat. kemampuan siswa dalam menerima dan menyampaikan ide
yang baik akan membuat siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis tulis
yang baik pula, sehingga melalui model ini akan membuat kemampuan
komunikasi matematis tulis siswa menjadi meningkat.

Berdasarkan data yang sudah dipaparkan pada penjelasan diatas mengenai


keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Think Talk Write menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa yang
ditunjukkan dengan adanya pencapaian dari indikator menyampaikan ide secara
tertulis yang meliputi : 1) penggunaan istilah, notasi, dan simbol matematika yang
sesuai, 2) penulisan jawaban secara terurut , dan 3) penyususnan kalimat yang
mudah untuk dipahami. serta menerima ide secara tertulis yang meliputi :1)
penulisan ide sesuai dengan konsep dan prinsip permasalahan yang diberikan 2)
penulisan jawaban yang mengarah sesuai dengan pertanyaan 3) kebenaran
jawaban yang dituliskan

Penerapan model pembelajaran Think Talk Write yang dilakukan oleh peneliti
pada tahap Talk terdapat penambahan instruksi guru yang diberikan kepada siswa
yaitu siswa diminta untuk menukar tulisan kepada teman satu kelompok dan
menuliskan pendapatnya mengenai tulisan temannya, instruksi ini akan
menegasah kemampuan siswa dalam menerima ide dari tulisan orang lain.
Penukaran tulisan direncanakan dilakukan secara memutar dengan teman satu
kelompok lebih dari satu kali.

Dari sekian tahap pembelajaran Think Talk Write siswa selalu diminta untuk
menuliskan pendapatnya terkait suatu permasalahan atau informasi matematika.
Dari sekian instruksi guru yang meminta siswa untuk menulis, mungkin terdapat
beberapa siswa yang tidak jujur dalam menuliskan idenya. Semisal terdapat
86

beberapa siswa yang melihat kemudian menjiplak tulisan temannya, disini guru
jadi tidak mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Untuk meminimalisir hal tersebut guru perlu lebih tegas dalam
mengawasi murid-muridnya, peneliti sendiri juga harus lebih pintar dalam
membedakan tulisan siswa yang diduga menuliskan jawabannya tidak hasil dari
pemikirannya sendiri. Berikut beberapa asumsi peneliti untuk membedakan antara
tulisan siswa yang menuliskan ide murni dari pikirannya dengan ide yang siswa
dapat dari hasil plagiasi.

Asumsi-asumsi peneliti mengenai tulisan ide matematika hasil plagiasi teman:

1. Tulisan jawaban yang digunakan oleh penulis beberapa kali terlihat tidak
nyambung antara bagian atas dengan bagian-bagian selanjutnya
2. Penulis menuliskan simbol dan notasi matematika dengan tidak konsisten
3. Terdapat beberapa bagian tulisan yang belum selesai ditulis
4. Penulisan jawaban terkadang dilakukan tidak runtut dan kurang jelas
5. Terdapat beberapa kesalahan perhitungan ketika menuliskan jawaban

Beberapa asumsi diatas adalah pendapat peneliti, yang mana pasti terdapat
beberapa kekurangan dan juga ketidaktepatan pendapat yang dikemukakan oleh
peneliti. Selama penerapan pembelajaran ini, terdapat ebberapa temuan-temuan
penelitian. Berikut temuan-temuan yang didapat selama dilakukannya penelitian
baik dari siklus I maupun siklus II.
Tahap Siklus I Siklus II
Think  35% siswa yang dapat menuliskan  74% siswa yang dapat menuliskan ide
ide menggunakan istilah, notasi, dan menggunakan istilah, notasi, dan
simbol matematika dengan tepat simbol matematika dengan tepat
 38% siswa dapat menuliskan ide  78% siswa dapat menuliskan ide
dengan menggunakan kaidah dengan menggunakan kaidah penulisan
penulisan jawaban secara terurut dan jawaban secara terurut dan logis
logis  85 % siswa sudah dapat menuliskan ide
 40 % siswa sudah dapat menuliskan dengan kaidah penyusunan kalimat
ide dengan kaidah penyusunan yang mudah untuk dipahami.
87

kalimat yang mudah untuk  Tahap think pada siklus II sudah lebih
dipahami. tertata daripada siklus I. Instruksi guru
 Pada tahap Think, pembelajaran ketika mengarahkan siswa pada tahap
dengan model ini siswa masih Think lebih jelas dengan disertai contoh
beradaptasi dengan instruksi yang dari maksud yang diinstruksikan. Alur
diberikan sehingga ketika pertemuan Think, Talk, Write pun ditayangkan
awal terdapat beberapa siswa yang pada PPT dengan bentuk diagram alur.
bingung terkait apa yang  Hasil tulisan siswa di tahap think pada
diinstruksikan oleh guru siklus II ini lebih terarah dan sesuai
 Hasil tulisan siswa di tahap think dengan instruksi guru.
pada siklus I ini juga masih banyak  Tahap Think pada siklus II ini siswa
yang menuliskan tidak sesuai dengan sudah sungguh-sungguh dalam
yang diidntruksikan. Beberapa siswa memikirkan dan menuliskan
ada yang meminta prosedur pemahamannya pada Lembar Catatan
penyelesaian soal namun dengan Think. 90% siswa sudah mampu
tidak benar. menuliskan pemahamannya mengenai
 Pada tahap Think terdapat beberapa permasalahan tertulis.
siswa yang tidak menuliskan apapun
pada Lembar Catatan Think, ada
juga yang hanya menuliskan dengan
tidak sungguh-sungguh. Sekitar
55% siswa yang benar-benar
menuliskan dengan baik.
Talk  45% siswa yang dapat menuliskan  80% siswa yang dapat menuliskan ide
ide menggunakan istilah, notasi, dan menggunakan istilah, notasi, dan
simbol matematika dengan tepat simbol matematika dengan tepat
 56% siswa dapat menuliskan ide  82% siswa dapat menuliskan ide
dengan menggunakan kaidah dengan menggunakan kaidah penulisan
penulisan jawaban secara terurut dan jawaban secara terurut dan logis
logis  85% siswa sudah dapat menuliskan ide
 60 % siswa sudah dapat menuliskan dengan kaidah penyusunan kalimat
ide dengan kaidah penyusunan yang mudah untuk dipahami.
88

kalimat yang mudah untuk  90% siswa yang menuliskan pendapat


dipahami. dari tulisan temannya sudah sesuai
 50% siswa yang menuliskan dengan konsep dan prinsip tulisan
pendapat dari tulisan temannya jawaban permasalahan.
sudah sesuai dengan konsep dan  90% siswa yang menuliskan pendapat
prinsip tulisan jawaban dari tulisan jawaban temannya sudah
permasalahan. mengarah dengan maksud tulisan
 65% siswa yang menuliskan  78% jawaban yang dituliskan benar
pendapat dari tulisan jawaban  Pada tahap Talk siswa yang mengikuti
temannya sudah mengarah dengan jalannya diskusi bersama kelompok
maksud tulisan sudah mengalami peningkatan
 40% jawaban yang dituliskan benar dibandingkan dengan siklus I, lebih dari
 Pada tahap Talk terdapat beberapa 80% siswa sudah melaksanakan
siswa yang tidak mengikuti diskusi instruksi guru untuk berdiskusi dengan
bersama kelompok, sekitar 50% kelompok
siswa yang benar-benar mengikuti  Sebagian besar kelompok sudah
jalannya diskusi. menyelesaikan kegiatan LKS pada
 Terdapat beberapa kelompok yang tahap Talk
belum menyelesaikan kegiatan LKS  Ketika siswa diminta untuk menukar
pada tahap Talk jawaban dengan temannya, sebagian
 Ketika siswa diminta untuk menukar besar siswa sudah melaksanakan
jawaban dengan temannya, terdapat instruksi tersebu
beberapa siswa yang tidak  Respon tulisan siswa setelah membaca
melaksanakan instruksi tersebut tulisan temannya sebagian besar sudah
 Respon tulisan siswa setelah sesuai dengan yang diinstruksikan,
membaca tulisan temannya tidak beberapa siswa sudah menuliskan
sesuai dengan yang diinstruksikan, pemahamannya mengenai tulisan
beberapa siswa hanya mengomentari temannya dengan lengkap
pekerjaan temannya dengan kata-  Tulisan siswa pada setiap tahap sudah
kata “siap paham, saya sependapat, sesuai dengan instruksi.
dll”
89

 Terdapat siswa yang menuliskan


prosedur penyelesaian yang
seharusnya ditulis pada tahap write
namun ditulis pada lembar jawaban
pada tahap Talk
Write  45% siswa yang dapat menuliskan  80% siswa yang dapat menuliskan ide
ide menggunakan istilah, notasi, dan menggunakan istilah, notasi, dan
simbol matematika dengan tepat simbol matematika dengan tepat
 56% siswa dapat menuliskan ide  82% siswa dapat menuliskan ide
dengan menggunakan kaidah dengan menggunakan kaidah penulisan
penulisan jawaban secara terurut dan jawaban secara terurut dan logis
logis  85 % siswa sudah dapat menuliskan ide
 60 % siswa sudah dapat menuliskan dengan kaidah penyusunan kalimat
ide dengan kaidah penyusunan yang mudah untuk dipahami.
kalimat yang mudah untuk  Tahap Write pada siklus II siswa lebih
dipahami. terarah dan lebih memahami mengenai
 Pada siklus I di tahap Write tidak apa yang akan ditulis pada Lembar
semua siswa menyelesaikan catatan write. 85% siswa sudah
permasalahan dan menuliskan menuliskan penyelesaian permasalahan
rangkuman. Hal tersebut karena dan rangkuman materi pada Lembar
sebagian siswa masih belum Catatn Write (LCW)
mneyelesaikan tugasnya pada tahap  Siswa sudah mulai terbiasa dan
Think. sebagian besar sudah mampu menulis
 Beberapa siswa menulis secara asal- ide matematis mengenai prosedur
asalan. Hanya sekitar 40% siswa penyelesaian soal dan juga rangkuman
yang sudah menuliskan penyelesaian materi pembelajaran pada Lembar
permasalahan dan rangkuman materi Catatan Write (LCW)
pada Lembar Catatn Write (LCW)

Tabel 5.1 Temuan Penelitian


90

Penerapan model pembelajaran Think Talk write untuk meningkatkan


kemampuan komuikasi matematis tulis siswa dapat dikatakan berhasil apabila
hasil penilaian dari lembar observasi kegiatan guru, siswa, dan kemmapuan
komunikasi matematis tulis siswa sudah sesuai dengan indikator yang sudah
ditentukan. Peneliti mengukur keberhasilan keterlaksanaan model pembelajaran
Think Talk Write berdasarkan hasil penilaian dari observer pada lembar observasi
kegiatan guru dan aktivitas siswa. Sedangakan untuk peningkatan kemampuan
komunikasi matematis tulis siswa, penenliti mengukur peningkatannya
berdasarkan hasil dari tulisan siswa pada Lembar Catatan Think (LCT), Lembar
Jawaban, dan Lembar Catatan Write (LCW) dengan berdasarkan pada dua
indikator yatitu, kemampuan siswa dalam menerima informasi atau ide tertulis
dan juga kemampuan siswa dalam menyampaikan ide secara tertulis.

Berdasarkan data hasil penelitian yang sudah diperoleh, rata-rata hasil


observasi kegiatan guru yang diberikan oleh observer pada kedua siklus
menunjukkan angka yang mana pada taraf keberhasilan tindakan guru pada kedua
siklus masuk dalam kategori “Sangat Baik”. Sedangkan rata-rata hasil observasi
aktivitas siswa pada lembar observasi menunjukkan kategori “Sangat Baik” serta
pencapaian indikator komunikasi matematis, yang mana nilai kemampuan
komunikasi matematis siswa meningkat dengan siswa yang mendapatkan nilai
minimal 80 mencapai persentase yaitu 80%. Berdasarkan data yang sudah
dipaparkan diatas penelitian tindakan kelas ini yang mana bertujuan untuk
meningkatkan kammapuan komunikasi matematika siswa dapat dikatakan
berhasil.

5.3 Kendala dan Solusi Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write

Selama penerapan model pembelajaran Think Talk Write ini terdapat kendala-
kendala yang terjadi ketika proses penelitian. Kendala yang terjadi disebabakan
dari beberapa faktor sehingga harus dicari solusinya agar ketika model
pembelajaran ini diterapkan lagi kendala atau permasalahan tidak akan terulang
lagi. Adapun kendala yang ditemui ketika penelitian dan solusi yang diberikan
91

No Kendala Solusi
1 Pada awal pembelajaran siswa masih  Guru lebih mendekati siswa yang sulit
belum terbiasa dengan model menerima pembelajaran baru
pembelajaran ini, sehingga terdapat
siswa yang enggan untuk
menyelesaikan pekerjaannya
2 Model ini adalah model pembelajaran  Guru lebih mengenalkan model Think Talk
pertama yang diterapkan di kelas X Write kepada siswa dengan memberikan
Mipa 1 ketika guru memberikan sedikit penjelasan dan menayangkan
instruksi mengenai tata cara pada diagram alur tahap Think Talk Write pada
setiap tahap pembelajaran, masih PPT.
banyak siswa yang kebingungan  Guru memberi contoh hasil pekerjaan dari
prosedur pengerjaan yang setiap tahap namun untuk jenis masalah
diinstruksikan guru yang berbeda
3 Pada pertemuan kedua beberapa siswa  Guru menjelaskan terlebih dahulu
banyak yang tidak paham mengenai pemantapan materi yang terkait dengan
materi pembelajaran
 Guru lebih menekankan tujuan dari
pembelajaran dan materi apa saja yang
perlu dikuasai
4 Pada kegiatan Think tidak sedikit siswa  Guru memberikan instruksi dengan lebih
yang menuliskan ide matematisnya jelas dan tegas
dengan tidak begitu jelas  Guru memberikan contoh mengenai
tulisan yang akan dikerjakan pada lembar
catatan think oleh siswa
5 Pada kegiatan Talk terdapat beberapa  Guru memberikan perhatian khusus dan
siswa yang tidak mau berdiskusi juga scaffolding kepada kelompok tertentu
dengan temannya  Mengelompokkan siswa dengan kelompok
heterogen dengan berpedoman pada
beberapa hasil belajar dan juga observasi
terhadap karakter siswa
92

6 Pada kegiatan Write terdapat beberapa  Guru berkeliling kelas untuk memastikan
siswa yang tidak menuliskan apapun siswa benar-benar menulis
pada lembar catatan write dikarenakan  Guru memberikan instruksi dengan lebih
beberapa factor tegas
7 Pada penelitian di jam siang beberapa  Guru membuat kegiatan belajar lebih
siswa terlihat tertidur dan kehilangan menyenangkan bisa dengan pemberian ice
focus breaking untuk mengembalikan fokus
siswa dan juga pencegahan supaya siswa
tidak mudah mengantuk
8 Sebagian besar instruksi yang meminta  Guru lebih tegas dalam mengingatkan
siswa untuk menuliskan pendapat siswa ketika pembelajaran
dengan beberapa jenis tindakan,  Guru harus membuat asumsi-asumsi cara
dimungkinkan terdapat beberapa siswa membedakan tulisan siswa hasil plagiasi
yang menjiplak ide dari tulisan ide, ketika penilaian mengenai tulisan
temannya. jawaban siswa hasil plagiasi dengan
jawaban murni dari ide dalam pikirannya,
yang akan lebih baik jika penulisan asumsi
didukung dengan teori-teori para ahli.

Tabel 5.2 Kendala dan Solusi


93

BAB 6
PENUTUP
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai 6.1) Kesimpulan penelitian selama
diterapkannya model pembelajaran Think Talk Write (TTW), 6.2) Saran terkait
penelitian
6.1 Kesimpulan
Penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada kelas X Mipa 1 di SMAN
Taruna Nala Jawa Timur ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
komunikasi matematis tulis. Hal tersebut dibuktikan dengan data hasil penelitian
yang sudah dipaparkan pada bab IV dan sudah di bahas pada bab V dalam penelitian
ini. Model pembelajaran Think Talk Write dibagi menjadi tiga tahap dalam
pelaksanaanya, masing-masing tahap pada model ini dapat melatih siswa mengasah
kemampuan komunikasi matematis tertulis. Berikut tahapan dalam model
pembelajaran Think Talk Write.
a. Think
Pada tahap Think siswa diminta untuk membaca, mengamati dan memahami
secara individu suatu soal atau permasalahan yang sudah diberikan sebelumnya pada
LKS. Guru menginstruksikan siswa untuk menuliskan pemahamannya mengenai ide
matematis permasalahan pada lembar catatan think yang sudah diberikan guru
sebelumnya. Guru juga memberikan instruksi bahwa tulisan yang dicatat pada
Lembar Catatan Think ini adalah pemahamannya mengenai permasalahan pada LKS
yang dapat dituliskan dengan menggunakan bahasa mereka ataupun mengguankan
simbol dan notasi matematika.
Tulisan pada tahap Think ini dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menerima dan menyampaikan informasi atau ide secara
tertulis. Ketika siswa diberikan permasalahan secara tertulis, dari tulisan siswa dapat
dilihat seberapa besar tingkat pemahaman siswa dalam menerima ide yang dibaca
yang dapat dilihat dari isi tulisan siswa tersebut. Pembelajaran siklus I menunjukkan
data pada tahap Think kemampuan siswa dalam menerima dan menyampaikan ide
secara tertulis mengalami peningkatan. Pada siklus I penerapan ke 1 siswa yang
94

memenuhi kriteria keberhasilan tindakan 13 siswa dan pada penerapan kedua turun
menjadi 9 siswa, sedangkan pada siklus II penerapan ke 1 sebanyak 22 siswa yang
memenuhi kriteria keberhasilan tindakan dan pada penerapan ke 2 sebanyak 27 siswa.
Hal tersebut terbukti bahwa model pembelajaran Think Talk Write berhasil
meningkatkan kemampuan komunikasi tulis siswa.
Berikut adalah poin-poin instruksi guru pada tahap think yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis tulis siswa:
1. Meminta siswa untuk membaca dan memahami tulisan permasalahan yang ada
pada LKS
2. Meminta siswa untuk menuliskan pemahamannya mengenai informasi ide, ide
matematis, dan dugaaan prosedur penyelesain permasalahan pada lembar
catatan think.
b. Talk
Pada tahap Talk siswa diminta untuk mengamati kembali catatan yang ditulis pada
tahap think, kemudian guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman satu
kelompoknya. Sebelumnya guru telah membagi siswa menjadi beberapa kelompok
heterogen yang beranggotakan 4-5 orang. Siswa diminta untuk berdiskusi mengenai
kegiatan pada tahap Think dan juga penyelsaian kegiatan di LKS di tahap Talk. LKS
di tahap Talk adalah menggiring siswa untuk menemukan konsep dan juga
penyelesaian jawaban yang benar mengenai permasalahan yang sudah diamati di
tahap Think.
Selain menuliskan hasil diskusi pada lembar jawaban, siswa juga diminta untuk
menukar jawabannya dengan teman satu kelompoknya untuk dibaca dan dipahami
serta menuliskan pemahamannya mengenai tulisan temannya. Hal ini berguna untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menerima informasi secara tertulis dan
bagaimana cara siswa menyampaikan ide tersebut. Pada tahap talk tulisan siswa di
lembar jawaban, pada siklus I penerapan ke 1 siswa yang memenuhi kriteria
keberhasilan tindakan sebanyak 12 siswa dan pada penerapan kedua turun menjadi
11 siswa, sedangkan pada siklus II penerapan ke 1 sebanyak 25 siswa memenuhi
kriteria keberhasilan dan pada penerapan ke 2 sebanyak 30 siswa. Peningkatan siswa
95

yang memenuhi kriteria keberhasilan tindakan menunjukkan bahwa model


pembelajaran Think Talk Write dikatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi tulis siswa.
Berikut adalah poin-poin instruksi guru pada tahap talk yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis tulis siswa:
1. Meminta siswa untuk membaca dan memahami kembali catatan yang telah
dibuat pada tahap think
2. Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman satu kelompoknya mengenai
catatan yang ditulisnya pada tahap think serta jawaban kegiatan tahap talk yang
terdapat pada LKS
3. Meminta siswa untuk menukar lembar jawaban pada tahap talk kepada teman
satu kelompoknya dengan cara memutar
4. Meminta siswa untuk membaca dan memahami tulisan dari jawaban teman satu
kelompoknya
5. Siswa diminta untuk menuliskan pendapatnya atau pemahamannya mengenai
tulisan dari temannya tersebut
c. Write
Pada tahap write guru meminta siswa untuk menuliskan pemahamannya mengenai
materi yang sudah dipelajari. Guru menginstruksikan siswa untuk menuliskan
kesimpulannya mengenai pengetahuan yang sudah didapat selama proses
pembelajaran baik ketika diskusi dengan kelompok maupun tanya jawab dengan
guru. Sswa juga diminta untuk menuliskan prosedur penyelesaian soal yang benar
setelah dilakukaknnya tahap diskusi. Pada tahap write ini tulisan siswa yang ditulis
pada lembar catatan write tersebut dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menerima informasi dan menyamapiakannya secara tertulis.
Data menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menerima informasi meningkat.
Kemampuan siswa dalam menyampaikan ide secara tertulis pada tahap write ini
juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I di penerapan
pertama hanya 8 orang yang memenuhi kategori keberhasilan tindakan dan penerapan
kedua turun menjadi 4 orang, namun pada siklus II meningkat pada penerapan
96

pertama 18 orang siswa memenuhi kategori dan penerapan keempat 31 siswa yang
memenuhi kategori.
Berikut adalah poin-poin instruksi guru pada tahap write yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa:
1. Meminta siswa untuk menuliskan perbaikan ide yang ditulis pada tahap think,
prosedur penyelesaian soal permasalahan secara lengkap, serta rangkuman
pemahamannya mengenai materi yang baru saja dipelajari.

6.2 Saran
Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Think
Talk Write untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa setelah
diterapkan di lapangan terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam
pelaksanaanya agar ketika model ini digunakan lagi dalam penelitian selanjutnya
dapat dijadikan sebagai pedoman. Berikut saran-saran terkait dengan pelaksanaan
penerapan pembelajaran Think Talk Write untuk meningkatkan kemampuan
komunnikasi matematis tulis siswa:
a. Guru perlu memberikan apersepsi yang benar-benar jelas, pengetahuan awal
siswa sangat diperlukan untuk membuat siswa memiliki dasar yang jelas sebagai
bekal siswa untuk menulis
b. Guru harus memberikan instruksi yang jelas terkait tahap-tahap pada model
pembelajaran Think Talk Write,mengingat ini adalah salah satu model yang
jarang diterapkan ketika pembelajaran di sekolah.
c. Guru menayangkan pada PPT diagram alur setiap tahap pada model
pembelajaran Think Talk Write
d. Pada tahap Think guru sebaiknya mencontohkan dengan permasalahan lain apa
yang harus dituliskan siswa pada Lembar Catatan Think.
e. Guru harus lebih tegas dan memastikan semua siswa membaca, mengamati,
memahami, dan menuliskan apa yang diperintahkan guru pada Lembar Catatan
Think.
97

f. Pada saat pembagian kelompok, guru sudah menyiapkan daftar kelompok pada
PPT dan sesegera mungkin memberikan instruksi ke siswa untuk kumpul
bersama kelompoknya. Guru memberikan waktu misal aba-aba berupa hitungan
1-10, hal tersebut bertujuan untuk membuat siswa lebih cepat bergerak dan agar
sesuai dengan alokasi waktu.
g. Guru atau peneliti harus membuat asumsi-asumsi cara membedakan tulisan
siswa hasil plagiasi ide dengan tulisan ide murni daari pikiran siswa. Asumsi
tersebut seharusnya masuk dalam rubrik penilaian kemapuan komunikasi
marematik tulis sehingga menjadi pertimbangan ketika penilaian.
h. Pada bab pembahasan peneliti sudah menuliskan asumsinya mengenai tulisan
jawaban siswa hasil plagiasi, namun asumsi tersebut hanya pendapat peneliti
yang belum diperkuat oleh teori para ahli. Akan lebih baik jika penulisan asumsi
atau pendapat tersebut didukung dengan teori-teori para ahli untuk memperkuat
pendapat yang dituliskan oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai