Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.

1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

ANALISIS KESTABILAN LERENG


DENGAN METODE FELLENIUS
(Studi Kasus: Kawasan Citraland)
Violetta Gabriella Margaretha Pangemanan A.E
Turangan, O.B.A Sompie
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado email:
vpangemanan@gmail.com

ABSTRAK

Longsor dapat terjadi pada hampir setiap kasus lereng alami atau lereng buatan secara
pelan atau tiba-tiba dengan atau tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya. Penyebab utama
terjadinya keruntuhan lereng adalah meningkatnya tegangan geser, menurunnya kuat geser
pada bidang longsor atau keduanya secara simultan.

Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang
potensial, yaitu dengan menghitung besarnya kekuatan geser untuk mempertahankan
kestabilan lereng dan menghitung kekuatan geser yang menyebabkan kelongsoran kemudian
keduanya dibandingkan. Dari perbandingan yang ada didapat nilai Faktor Keamanan yang
merupakan nilai kestabilan lereng yang dinyatakan dalam angka.

Dari analisis yang dilakukan di Kawasan Citraland Manado didapat nilai Faktor Keamanan
yaitu 0,193 yang menunjukkan bahwa keadaan lereng tersebut tidak stabil. Kemudian
dilakukan perbaikan dengan menggunakan soil nail. Soil nail adalah salah satu cara
perbaikan lereng dengan cara memperkecil gaya penggerak atau momen penyebab longsor.
Sehingga dapat diperoleh nilai Faktor Keamanan 1,926 yang menunjukkan kondisi lereng
dalam keadaan stabil.

Kata kunci: kestabilan, lereng, keruntuhan, faktor keamanan, kuat geser


Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

PENDAHULUAN Tujuan Penelitian


Pada penelitian ini ada beberapa tujuan
Latar Belakang yang ingin dicapai, antara lain:
Permukaan tanah tidak selalu membentuk • Mengetahui kestabilan lereng
bidang datar atau mempunyai perbedaan berdasarkan perhitungan faktor keamanan
elevasi antara tempat yang satu dengan yang dengan metode Fellenius
lain sehingga membentuk suatu lereng (slope). • Grafik hubungan FK & c, Ø, γ; FK &
Lereng merupakan suatu kondisi topografi NS; FK & α
yang banyak dijumpai pada berbagai pekerjaan • Mencari solusi yang tepat untuk
konstruksi sipil. Lereng dapat terjadi secara mengatasi bahaya kelongsoran
alami maupun sengaja dibuat oleh manusia
dengan tujuan tertentu. Manfaat Penelitian
Longsoran merupakan salah satu bencana Dengan adanya penelitian ini dapat
alam yang sering terjadi pada lereng- lereng diperoleh manfaat antara lain:
alami maupun buatan. Kelongsoran lereng • Manfaat teoritis, diharapkan penelitian
kebanyakan terjadi pada saat musim ini dapat digunakan untuk perkembangan
penghujan. Itu terjadi akibat peningkatan ilmu pengetahuan teknik sipil, khususnya
tekanan air pori pada lereng. Hal ini berakibat menganalisis kestabilan lereng berdasarkan
pada terjadinya penurunan kuat geser tanah (c) data lapangan dengan menggunakan
dan sudut geser dalam (υ) yang selanjutnya Metode Fellenius
menyebabkan kelongsoran. • Manfaat praktis, sebagai tambahan
Analisis stabilitas lereng mempunyai peran informasi untuk praktisi maupun akademisi
yang sangat penting pada perencanaan dalam mempelajari kestabilan lereng.
konstruksi-konstruksi sipil. Lereng yang tidak
stabil sangatlah berbahaya terhadap
lingkungan sekitarnya, oleh sebab itu analisis LANDASAN TEORI
stabilitas lereng sangat diperlukan. Ukuran
kestabilan lereng diketahui dengan Tinjauan Umum
menghitung besarnya faktor keamanan. Lereng adalah suatu bidang di permukaan
tanah yang menghubungkan permukaan tanah
Rumusan Masalah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah
Berdasarkan uraian di atas, perlu yang lebih rendah. Lereng dapat terbentuk
dilakukan analisis kestabilan lereng pada secara alami dan dapat juga dibuat oleh
tanah di perumahan Citraland Manado manusia.
untuk  Mendapatkan faktor keamanan Dalam bidang Teknik Sipil, ada tiga jenis
dari lereng lereng yaitu:
 Mendapat lereng dalam keadaan aman 1. Lereng alam, yaitu lereng yang
(FK > 1,5) terbentuk karena proses-proses alam,
misalnya lereng suatu bukit.
Batasan Masalah 2. Lereng yang dibuat dengan tanah asli,
Untuk penelitian ini dibatasi masalah misalnya apabila tanah dipotong untuk
sebagai berikut : pembuatan jalan atau saluran air untuk
• Tanah yang diteliti lokasi Citraland keperluan irigasi.
Manado 3. Lereng yang dibuat dari tanah yang
• Bidang kelongsoran diasumsikan dipadatkan, sebagai tanggul untuk jalan
berbentuk lingkaran atau bendungan tanah.
• Lereng hanya terdiri dari satu lapis Pada ketiga jenis lereng ini kemungkinan
• Tidak dipengaruhi faktor gempa untuk terjadi longsor selalu ada, karena dalam
setiap kasus tanah yang tidak rata akan
menyebabkan komponen gravitasi dari berat
37

memiliki kecenderungan untuk menggerakkan


38
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

massa tanah dari elevasi lebih tinggi ke elevasi Kuat Geser Tanah dan Keruntuhan Tanah
yang lebih rendah. Keruntuhan lereng dapat saja terjadi
Pada tempat dimana terdapat dua pada hampir setiap kasus lereng alami atau
permukaan tanah yang berbeda lereng buatan secara pelan atau tiba-tiba
ketinggiannya, maka akan ada gaya-gaya dengan atau tanpa adanya tanda-tanda
yang bekerja mendorong sehingga tanah sebelumnya. Penyebab utama terjadinya
yang lebih tinggi kedudukannya cenderung keruntuhan lereng adalah meningkatnya
bergerak kearah bawah. tegangan geser, menurunnya kuat geser
Disamping gaya yang mendorong ke pada bidang longsor atau keduanya secara
bawah terdapat pula gaya-gaya dalam tanah simultan.
yang bekerja menahan/melawan sehingga Suatu beban yang dikerjakan pada suatu
kedudukan tanah tersebut tetap stabil. massa tanah akan selalu menghasilkan
Gayagaya pendorong berupa gaya berat, tegangan-tegangan dengan intensitas yang
gaya tiris/muatan dan gaya-gaya inilah yang berbeda-beda di dalam zona berbentuk bola
menyebabkan kelongsoran. Gaya-gaya lampu (bulb) di bawah beban tersebut. Hal
penahan berupa gaya gesekan/geseran, yang pertama yang harus dilakukan adalah
lekatan (dari kohesi), kekuatan geser tanah. meninjau kekuatan tanah. Ini dikarenakan
Jika gaya-gaya pendorong lebih besar dari beban yang bekerja pada massa tanah
gaya-gaya penahan, maka tanah akan mulai memerlukan dua pertimbangan (Das, 1994): 1.
runtuh dan akhirnya terjadi keruntuhan Besarnya penurunan total
tanah sepanjang bidang yang menerus dan 2. Kemungkinan keruntuhan tanah. Ini dapat
massa tanah diatas bidang yang menerus ini berupa suatu gerakan rotasi tanah di bawah
akan longsor. Peristiwa ini disebut sebagai areal yang mengalami pembebanan atau
keruntuhan lereng dan bidang yang menerus kadang-kadang berupa suatu “keruntuhan
ini disebut bidang gelincir. pons” (punching failure). Yang belakangan
ini biasanya merupakan gerakan yang
Pola Pergerakan Lereng terbatas; walaupun demikian, besarnya
Bentuk bidang gelincir yang umum dan mungkin cukup untuk menyebabkan
sering dijumpai adalah bentuk bidang gangguan struktural yang cukup berarti
gelincir yang mendekati bentuk busur pada struktur atas.
lingkaran. Tanah yang longsor demikian
disebut rotational slide yang bersifat Pengujian Tanah untuk Menentukan
berputar. Parameter Kuat Geser
Ada juga tanah longsor yang terjadi pada Pengujian tanah yang biasa dipakai untuk
bidang gelincir yang hampir lurus dan mendapatkan parameter-parameter kekuatan
sejajar dengan muka tanah. Longsor yang antara lain adalah :
demikian disebut translational slide, yaitu 1. Uji tekan tak terkekang (unconfined
bersifat bergerak pada satu jurusan. Biasa compression) atau uji qu. Kekuatan tekan
terjadi bilamana terdapat lapisan agak keras yang didapat dari pengujian ini selalu
yang sejajar dengan permukaan lereng. diidentifikasikan sebagai qu. Pengujian ini
Ada juga longsoran yang terjadi akibat juga disebut uji tak terkonsolidasi-tak
adanya aksi dari dekat. Biasa terjadi pada terdrainase (unconsolidated-undrained)
lereng alam atau buatan dimana lapisan atau uji UU. Kuat geser tak terdrainase
tanah yang longsor pada bidang tanah yang biasanya diidentifikasikan sebagai su.
jelek. Longsor ini disebut longsor blok atau 2. Uji geser langsung (direct shear) dan
baji. uji geser sederhana langsung (direct simple
Ada juga bentuk longsor mengalir shear, DSS)
karena adanya pergerakan lateral pada 3. Uji tekan terkekang (confined
semua arah atau karena perbedaan compression) atau uji triaksial.
kekentalan
(viskositas) massa tanah. Konsep Kestabilan Lereng
Gerakan tanah merupakan suatu gerakan
menuruni lereng oleh massa tanah dan atau
bantuan penyusun lereng akibat terganggunya
39
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

kestabilan tanah atau bantuan penyusun lereng 3. Penambahan kadar air pada tanah
tersebut. Definisi diatas menunjukkan bahwa (misalnya terdapat rembesan air atau
massa yang bergerak dapat berupa massa infiltrasi hujan)
tanah, massa batuan atau pencampuran antara 4. Berat dan distribusi beban
massa tanah dan batuan penyusun lereng. 5. Getaran atau gempa
Apabila massa yang bergerak ini didominasi Faktor-faktor yang mempengaruhi
oleh massa tanah dan gerakannya melalui kestabilan lereng dapat menghasilkan
suatu bidang pada lereng, baik berupa bidang tegangan geser pada seluruh massa tanah,
miring ataupun lengkung, maka proses dan suatu gerakan akan terjadi kecuali
pergerakan tersebut disebut sebagai longsoran tahanan geser pada setiap permukaan runtuh
tanah. Analisis stabilitas tanah pada yang mungkin terjadi lebih besar dari
permukaan tanah ini disebut dengan analisis tegangan geser yang bekerja. (Bowles,
stabilitas lereng. 1991) Cara Cara Menstabilkan Lereng
Analisis stabilitas lereng meliputi Penanggulangan longsor yang dilakukan
konsep kemantapan lereng yaitu penerapan bersifat pencegahan sebelum longsor terjadi
pengetahuan mengenai kekuatan geser pada daerah potensial dan stabilisasi, setelah
tanah. Keruntuhan geser pada tanah dapat longsor terjadi jika belum runtuh total.
terjadi akibat gerak relatif antar butirnya. Penanggulangan yang tepat pada kedua
Karena itu kekuatannya tergantung pada kondisi diatas dengan memperhatikan
gaya yang bekerja antar butirnya, sehingga penyebab utama longsor, kondisi pelapisan
dapat disimpulkan bahwa kekuatan geser tanah dan juga aspek geologinya.
terdiri atas: Sedang langkah yang umum dalam
1. Bagian yang bersifat kohesif,
menangani longsor antara lain: pemetaan
tergantung pada macam tanah dan ikatan geologi topografi daerah yang longsor,
butirnya. pemboran untuk mengetahui bentuk pelapisan
2. Bagian yang bersifat gesekan, yang tanah/batuan dan bidang gelincirnya,
sebanding dengan tegangan efektif yang pemasangan piezometer untuk mengetahui
bekerja pada bidang geser. (DAS, 1994) muka air atau tekanan air porinya, dan
pemasangan slope indicator untuk mencari
Faktor-faktor yang Mempengaruhi bidang geser yang terjadi.
Kestabilan Lereng Selain itu dilakukan pula pengambilan
Keruntuhan pada lereng alami atau tanah tidak terganggu, terutama pada bidang
buatan disebabkan karena adanya geser untuk dipelajari besar kekuatan tahanan
perubahan antara lain topografi, seismik, gesernya.
aliran air tanah, kehilangan kekuatan, Ada beberapa cara untuk menstabilkan
perubahan tegangan, dan lereng yang berpotensi terjadi kelongsoran.
musim/iklim/cuaca. Pada prinsipnya ada dua cara yang dapat
Akibat adanya gaya-gaya luar yang digunakan untuk menstabilkan suatu lereng,
bekerja pada material pembentuk lereng yaitu:
menyebabkan material pembentuk lereng 1. Memperkecil gaya penggerak atau
mempunyai kecende-rungan untuk momen penyebab longsor.
menggelincir. Kecenderungan menggelincir Gaya atau momen penyebab longsor dapat
ini ditahan oleh kekuatan geser material diperkecil dengan cara merubah bentuk
sendiri. Meskipun suatu lereng telah stabil lereng, yaitu dengan cara:
dalam jangka waktu yang lama, lereng a. Merubah lereng lebih datar atau
tersebut dapat menjadi tidak stabil karena memperkecil sudut kemiringan
beberapa faktor seperti : b. Memperkecil ketinggian lereng
1. Jenis dan keadaan lapisan tanah / c. Merubah lereng menjadi lereng
batuan pembentuk lereng bertingkat (multi slope)
2. Bentuk geometris penampang 2. Memperbesar gaya lawan atau momen
lereng (misalnya tinggi dan kemiringan penahan longsor.
lereng) Gaya lawan atau momen penahan longosr
dapat diperbesar dengan beberapa cara
yaitu:
40
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

a. Menggunakan counter weight yaitu


tanah timbunan pada kaki lereng. Cara
ini mudah dilaksanakan asalkan
terdapat tempat dikaki lereng untuk
tanah timbunan tersebut.
b. Dengan mengurangi air pori di dalam
lereng
c. Dengan cara mekanis yaitu dengan
memasang tiang pancang atau tembok
penahan tanah.

Prinsip Dasar Metode Irisan


Secara umum keruntuhan diasumsikan
Maka diperlukan sebanyak (2n – 2) asumsi
terjadi akibat adanya pergerakan blok tanah
untuk dapat diselesaikan secara statis
pada suatu permukaan gelincir yang
tertentu.
berbentuk lingkaran atau tidak berbentuk
lingkaran. Asumsi umum yang dapat dipakai adalah:
Pada suatu lereng yang dianalisis yang • Posisi P pada pusat irisan: n
membaginya dalam n buah segmen / irisan, • Inklinasi gaya-gaya antar slice (θ):
maka akan terdapat (5n-2) variabel yang n-1
tidak diketahui, sementara hanya terdapat Total : 2n-1
3n buah persamaan statika yaitu: Dengan total asumsi 2n-1 maka dapat
• Persamaan keseimbangan gaya diselesaikan secara statis tertentu karena
normal (2n1) > (2n-2). (Anderson dan Richard,
1987) Prinsip Dasar Metode Fellenius
• Persamaan keseimbangan gaya
Metode Fellenius (Ordinary Method of
tangensial
Slice) diperkenalkan pertama oleh Fellenius
• Persamaan keseimbangan momen
(1927,1936) berdasarkan bahwa gaya memiliki
Untuk dapat menyelesaikan masalah
sudut kemiringan paralel dengan dasar irisan
tersebut secara statis tertentu maka
FK dihitung dengan keseimbangan momen.
diperlukan sejumlah asumsi. Secara umum
Fellenius mengemukakan metodenya dengan
terdapat tiga asumsi yang dapat dibuat,
menyatakan asumsi bahwa keruntuhan terjadi
yaitu:
melalui rotasi dari suatu blok tanah pada
1. Asumsi mengenai distribusi tegangan
permukaan longsor berbentuk lingkaran
normal sepanjang bidang gelincir
(sirkuler) dengan titik O sebagai titik pusat
2. Asumsi mengenai inklinasi gaya-gaya
rotasi. Metode ini juga menganggap bahwa
antar irisan
gaya normal P bekerja ditengah-tengah slice.
3. Asumsi mengenai posisi thrust line
Diasumsikan juga bahwa resultan gaya-gaya
dari gaya-gaya antar irisan
antar irisan pada tiap irisan adalah sama
dengan nol, atau dengan kata lain bahwa
Tabel 1. Persamaan-persamaan dan Variabel yang
resultan gaya-gaya antar irisan diabaikan.
Tidak Diketahui dalam Metode Irisan.
Jadi total asumsi yang dibuat oleh metode
ini adalah:
• Posisi gaya normal P terletak di
tengah alas irisan : n
• Resultan gaya antar irisan sama
dengan nol : n – 1 Total : 2n – 1
Dengan anggapan-anggapan ini maka dapat
diuji persamaan keseimbangan momen untuk
seluruh irisan terhadap titik pusat rotasi dan
diperoleh suatu nilai Faktor Keamanan.

41
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

Kemudian tegangan normal total yang


bekerja pada bidang longsor dinyatakan
sebagai:
(3)
dengan:
= Gaya normal akibat berat sendiri
tanah l = lebar alas irisan 1 = satu
satuan lebar bidang longsor
Substitusi persamaan (2) ke dalam persamaan
(1) menghasilkan :

s = c’ + (σ – u) tan Ø’ (4)

dan substitusi persamaan (2) pada persamaan


(4) menghasilkan :

s = c’ + ( – u ) tan Ø (5)

Gambar 1. Lereng dengan busur lingkaran bidang Agar supaya lereng menjadi stabil maka
longsor gaya-gaya yang diperlukan untuk
mengakibatkan longsor haruslah lebih kecil
Pada Gambar 1. diperlihatkan suatu lereng dari pada gaya-gaya yang ada sehingga
dengan sistem irisan untuk berat sendiri massa faktor keamanan akan menjadi lebih besar
tanah (W) serta analisis komponen gaya-gaya atau sama dengan satu.
yang timbul dari berat massa tanah tersebut, Dengan kata lain:
yang terdiri dari gayagaya antar irisan yang
FK
bekerja di samping kanan irisan (Er dan Xt).
Pada bagian alas irisan, gaya berat (W)
dengan:
diuraikan menjadi gaya reaksi normal Pw yang
FK > 1,5 menunjukkan lereng stabil FK
bekerja tegak lurus alas irisan dan gaya
= 1,5 kemungkinan lereng tidak
tangensial Tw yang bekerja sejajar irisan.
stabil
Besarnya lengan gaya (W) adalah x = R sin α,
FK < 1,5 menunjukkan lereng tidak
dimana R adalah jari-jari lingkaran longsor
stabil
dan sudut α adalah sudut pada titik O yang
Atau dalam bentuk rumus dinyatakan
dibentuk antara garis vertikal dengan jari-jari
sebagai:
lingkaran longsor.
Dengan menggunakan prinsip dasar serta
asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di F= (7)
atas, maka selanjutnya dapat diuraikan
analisis Faktor Keamanannya sebagai Dan tegangan geser adalah:
berikut:
Kriteria Keruntuhan Mohr–Coulomb:
(8)
s = c’ + σ’ tan Ø’ (1)
Gaya geser yang diperlukan adalah:
dengan: s = Kuat geser tanah c’ = Kohesi
tanah efektif σ’ = Tegangan normal efektif S=τ.l.1 (9)
Ø’ = sudut geser dalam tanah efektif dengan:
Tegangan Normal Efektif dinyatakan s = Tegangan geser S
sebagai: = Gaya geser
σ’ = σ - u (2) Jika persamaan (8) disubstitusikan pada
dengan: persamaan (9), maka diperoleh:
σ = Tegangan normal total
u = Tekanan air pori
S= (10)

42
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

Atau:
Tw =
S = (s . l) (11)
Dengan memasukkan nilai lw dan Tw ke
Dengan mensubstitusi persamaan (4) ke dalam dalam persamaan (22) diperoleh:
persamaan (10), diperoleh:
=0
(24)
S= (12)

S= (25)

S= (26)
Komponen gaya tangensial atau gaya yang F pada ruas kanan ditukarkan dengan
bekerja sejajar irisan (Tw) adalah: komponen momen l gaya penggerak longsor
yaitu ∑ W sin α maka diperoleh suatu
Tw = τ . l . 1 (15) persamaan Faktor Keamanan sebagai
berikut:
Substitusi persamaan (7) pada persamaan (15)
menghasilkan:
FK (27)
Tw = l.1 (16) Selanjutnya dengan mensubstitusikan
besarnya nilai komponen gaya normal
Persamaan (15) identik dengan persamaan (9)
akibat berat tanah (W) pada persamaan (19)
sehingga Tw dapat dinyatakan sebagai:
ke dalam persamaan (27) maka diperoleh
Tw = S (17) Persamaan Faktor Keamanan akibat berat
tanah (W) sebagai berikut:
Dengan memasukkan harga s dari persamaan
(14) maka persamaan (17) dapat dinyatakan FMw=
kembali menjadi:
Ini merupakan rumus dasar Faktor
Tw = Keamanan akibat berat sendiri tanah (W)
Komponen gaya normal (Pw) yang bekerja yang dirumuskan oleh Fellenius yang
pada pusat alas irisan akibat berat sendiri didapat dengan cara meninjau
tanah (W) adalah: kesetimbangan momen seluruh irisan
terhadap titik pusat rotasi O.
Pw = W . cos α (19) Nilai Faktor Keamanan ini adalah sama
dengan perbandingan antara seluruh
Komponen gaya tangensial (Tw) akibat berat komponen momen penahan longsor dengan
massa tanah adalah: momen penyebab longsor untuk seluruh irisan
yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tw = W . sin α (20)
FMw =
Selanjutnya dengan menguji kesetimbangan
momen dari seluruh irisan terhadap titik (Anderson dan Richard, 1987)
pusat rotasi yaitu titik O maka diperoleh
suatu bentuk persamaan: Program Komputer
Dalam analisis kestabilan lereng akan
∑M=0 (21) dilakukan perhitungan yang cukup panjang
dan berulang-ulang, sehingga apabila
∑ W . lw - ∑ Tw . R = 0 (22) dilakukan perhitungan secara manual akan
dengan: lw = x = R. sin α membutuhkan waktu yang cukup lama; maka
untuk memudahkan perhitungan tersebut
43
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

digunakan alat bantu berupa komputer. Berdasarkan distribusi ukuran butiran


Program komputer dibuat dengan pada lampiran, diketahui nilai D10 = 0,11;
menggunakan Slide 6. D30 = 0,16; D60 = 0,35. Jadi nilai Cu dan
Slide 6 adalah suatu program stabilitas Cc dapat diperoleh, yaitu
lereng 2 dimensi untuk menganalisis stabilitas
lereng yang berbentuk lingkaran atau bukan
lingkaran pada lereng tanah atau lereng
berbatu. Slide menganalisis stabilitas lereng
menggunakan metode irisan vertikal
keseimbangan batas. Bidang longsor dapat
dianalisa atau dicari dengan metode yang Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem
dapat digunakan untuk menentukan bidang Klasifikasi ASTM
longsor kritis untuk sebuah lereng. Berdasarkan data dari analisa saringan
dan indeks plastisnya dapat disimpulkan
bahwa tanah percobaan adalah berupa tanah
PROSEDUR PENGUJIAN pasir berlanau dengan gradasi buruk. Ini
LABORATORIUM dilihat dari % pasir yang lebih dari %
Penyelidikan Tanah di kerikil dengan nilai PI = 3.87; Cu = 3.182
Laboratorium dan Cc =
0.665
Penyelidikan di laboratorium terutama
ditujukan untuk mendapatkan parameter
rekayasa yang digunakan dalam analisis Hasil Uji Geser Langsung
longsor. Nilai parameter geser tanah yang diperoleh
Adapun percobaan-percobaan yang dapat adalah
dilakukan antara lain: γ = 13.175 KN/m3
a. Percobaan untuk mendapatkan sifat- c = 2.089 KN/m2
sifat Ø = 210
indeks. Percobaan yang dilakukan yaitu:
1) Kadar air asli Analisa dengan Program Slide
2) Berat spesifik (Specific Gravity) Perhitungan analisis kestabilan lereng
3) Batas-batas Atterberg dengan menggunakan program Slide
4) Analisis pembagian butir memerlukan data-data yang diketahui lebih
b. Percobaan untuk mendapatkan sifat- dahulu yaitu titik koordinat lereng dan data-
sifat struktur antara lain dengan melakukan data tanah lereng tersebut (c, Ø, γ). Data-
percobaan: 1. Permeabilitas data lereng tersebut diperoleh dari hasil
2. Tekanan kapiler penelitian di laboratorium Mekanika Tanah
3. Konsolidasi termasuk percobaan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi
pengembangan (Swelling) Manado.
4. Kekuatan geser tanah meliputi: Adapun data lereng Kawasan Citraland
Percobaan triaksial, geser langsung, yang ditinjau adalah sebagai berikut:
tekan bebas dan cyclic loading terutama Kohesi Tanah (c’) = 2.089 KN/m2
menggunakan peralatan percobaan Berat Isi Tanah (γ) = 13.175 KN/m3
triaksial. Sudut Geser Dalam (Ø’) = 210
Rasio Tegangan Pori (RU)= 0.5
Hasil Perhitungan dengan Menggunakan
PEMBAHASAN Program Slide
Dengan menggunakan program Slide dapat
Hasil Pengujian Karakteristik Tanah diperoleh nilai FK. Dengan
Dari hasil percobaan di laboratorium dapat parameterparameter yang telah diketahui maka
diperoleh data karakteristik tanah. didapat nilai FK sebesar 0,193. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa lereng tersebut dalam
Hasil Analisa Ukuran Butiran kondisi tidak stabil.

44
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

Variasi Desain Lereng


2.5 0.204
Hubungan antara Faktor Keamanan 2.8 0.218
dengan Sudut Kemiringan Lereng α:
Jika menggunakan data parameter yang
sama tapi menggunakan kemiringan lereng
yang berbeda maka akan diperoleh Faktor
Keamanan sebagai berikut:
Tabel 2. Hubungan antara Faktor Keamanan
dengan Sudut α
α FK
30 0.617
40 0.467
50 0.368
60 0.304 Gambar 3. Grafik Hubungan antara Faktor
70 0.260 Keamanan dengan c
80 0.230
Tabel 4. Hubungan FK-Ø :
ø FK
13 0.147
15 0.161
17 0.178
21 0.193
25 0.215
28 0.231
30 0.252

Gambar 2. Grafik Hubungan antara Faktor


Keamanan dengan Sudut α

Hubungan antara Faktor Keamanan


dengan parameter geser (c, φ, )
Dengan menggunakan program komputer,
nilai faktor keamanan (FK) untuk variasi
parameter geser dapat dilihat pada tabel
berikut:
Gambar 3. Grafik Hubungan antara Faktor
Tabel 3. Hubungan FK-c
Keamanan dengan φ
c FK
Tabel 4. Hubungan FK-y
1.3 0.165
γ FK
1.6 0.178
4 0.275
1.9 0.187
7 0.244
2.1 0.193
45
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

10 0.228
13 0.202
16 0.182
19 0.153
21 0.138

Gambar 4. Grafik Hubungan antara Faktor


Keamanan dengan Jumlah Anak Tangga

Faktor Keamanan Lereng yang


Menggunakan Soil Nail
Setelah dilakukan analisis hasil faktor
keamanan yang didapat tidak melebihi dari
1. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
kondisi lereng tersebut tidak aman. Maka
dilakukan cara perbaikan lereng yang lain
yang disebut dengan Soil Nail.
Soil Nail adalah salah satu teknik
perkuatan tanah yang digunakan untuk
meningkatkan kestabilan dari lereng,
Hubungan antara Faktor Keamanan dengan tembok penahan dan galian-galian. Soil nail
jumlah anak tangga (Number of Slope)
adalah salah satu cara perbaikan lereng
Dengan menggunakan program komputer, dengan cara memperkecil gaya penggerak
nilai faktor keamanan (FK) untuk jumlah anak atau momen penyebab longsor.
tangga (NS) dapat dilihat pada tabel berikut: Setelah dilakukan jenis perbaikan soil
Tabel 5. Hubungan FK dan Jumlah Anak nail maka didapatkan nilai Faktor
Tangga Keamanan sebesar 1.926. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kondisi lereng tersebut
Jumlah anak Faktor keamanan
dalam keadaan stabil.
tangga
1 0.193
2 0.210
3 0.226
4 0.254
5 0.244

46
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

• Dari grafik hubungan FK vs c & Ø


didapat hubungan bahwa semakin besar
nilai c & Ø maka semakin besar nilai
faktor keamanan yang didapat.
Sedangkan untuk FK vs γ didapat hasil
sebaliknya bahwa semakin besar nilai γ
maka didapat nilai faktor keamanan
yang semakin kecil.
• Untuk grafik hubungan FK vs NS
(dalam hal ini nilai NS yg dimasukkan
1-5) didapat hubungan bahwa semakin
bertambah jumlah anak tangga maka
nilai FK akan naik namun kemudian
akan menurun.
• Supaya keadaan lereng menjadi
stabil dan Faktor Keamanan dapat
menjadi lebih dari 1 maka lereng
diperbaiki dengan menggunakan soil
nail. Soil nail adalah salah satu cara
PENUTUP
perbaikan lereng dengan cara
memperkecil gaya penggerak atau
Kesimpulan
momen penyebab longsor. Sehingga
• Dari hasil analisis perhitungan
dapat diperoleh nilai Faktor Keamanan
komputer menggunakan program Slide 6
1,926 yang menunjukkan kondisi lereng
menunjukkan nilai Faktor Keamanan
dalam keadaan stabil.
dari lereng di Kawasan Citraland adalah
0,193. Itu berarti lereng di Kawasan Saran
Citraland tersebut dalam kondisi tidak Lereng di Kawasan Citraland berada
stabil. Itu berbahaya dan dapat pada kondisi yang tidak stabil. Hal itu dapat
mengakibatkan longsor pada kemudian menyebabkan longsor sehingga dapat
hari. menimbulkan kerugian serta
• Dari grafik hubungan FK vs α, membahayakan penduduk disekitarnya.
didapat hubungan bahwa semakin besar Maka perlu diadakan upaya perbaikan
nilai sudut kemiringan lereng maka lereng. Salah satu perbaikan lereng dengan
semakin kecil nilai faktor keamanan. Itu cara soil nail. Tapi pembangunan soil nail
artinya semakin curam lereng maka perlu mempertimbangkan aspek
kondisinya semakin tidak aman pembiayaan dan lingkungan. Soil nail dapat
memperkecil potensi untuk terjadinya
longsor.

47
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (37-46) ISSN: 2337-6732

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, M.G., Richard K.S., 1987. Slope Stability, Geotechnical Engineering and
Geomorphology, John Wiley and Sons.

Bowles, Joseph E., Hainim Johan K., 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika
Tanah), Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta,

Das Bradja M., Endah Noor. 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis),
Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Das, Bradja M., Endah Noor., 1994. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis),
Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta.

48

Anda mungkin juga menyukai