Anda di halaman 1dari 5

Soal : Jelaskan 4 cara menentukan besar entalpi, yaitu :

1) Eksperimen Kalorimeter
2) Hukum Hess
3) Entalpi Pembentukan standar
4) Energi Ikatan

1. Eksperimen Kalorimeter
Kalorimeter (alat pengukur kalor). Kalorimeter dapat dibuat dari gelas/wadah yang
terbuat isolator misalnya gelas styrofoam atau plastik, sehingga selama reaksi, dianggap
tidak ada kalor yang menghilang.
Sebelum zat-zat pereaksi direaksikan di dalam kalorimeter, terlebih dahulu suhunya
diukur, dan usahakan agar masing-masing pereaksi ini memiliki suhu yang sama. Setelah
suhunya diukur kedua larutan tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter sambil diaduk
agar zat-zat bereaksi dengan baik, kemudian suhu akhir diukur.
Perubahan entalpi (ΔH) merupakan perubahan kalor yang diukur pada tekanan tetap (qp).
 Pada reaksi eksoterm : kalor yang dilepas sistem sebagian diserap kalorimeter dan
sebagian kalor menyebabkan naiknya suhu sistem.
 Perubahan entalpi reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan suatu alat yang disebut
Pada reaksi endoterm : sistem menyerap kalor dari kalorimeter dan sebagian kana
menyebabkan menurunnya suhu sistem.

Sehingga kalor total yang dilepas atau diserap sistem :

q total = q sistem + q kalorimeter


Kalor yang diserap atau dilepas kalorimeter merupakan hasil kali nilai kapasitas
jenis kalorimeter pada tekanan tetap (Cp) dengan perubahan suhu yang terjadi pada
kalorimeter.

q kalorimeter = Cp ΔT
Kalorimeter yang baik adalah kalorimeter yang tidak menyerap kalor (nilai kapasitas
kalornya sangat kecil). pada kalorimeter jenis ini, besar kalor yang diserap atau dilepas
kalorimeter dpat diabaikan. Besar kalor yang mengakibatkan naik atau turunnya suhu
sistem (qsistem) merupakan hasil kali dari jenis zat atau larutan (c), massa zat atau larutan
(m), dan besarnya perubahan suhu sistem (ΔT).

qreaksi= mlarutan. Clarutan. ΔT


1
2. Hukum Hess
Pada tahun 1840, ahli Kimia Jerman, Gerrmain Henry Hess, memanipulasi
persamaan termokimia untuk menghitung ΔH dalam sebuah hukum yang disebut hukum
Hess atau hukum penjumlahan kalor. Ia menyatakan bahwa :
“Jika suatu reaksi berlangsung dalam dua tahap reaksi atau lebih, maka perubahan
entalpi untuk reaksi tersebut sama dengan jumlah perubahan entalpi dari semua
tahapan”.
Hukum Hess juga berbunyi : “Entalpi reaksi tidak tergantung pada jalan reaksi
melainkan tergantung pada hasil akhir reaksi”.
Dari Hukum Hess tersebut, perubahan entalpi suatu reaksi mungkin untuk dihitung
dari perubahan entalpi reaksi lain yang nilainya sudah diketahui. Hal ini dilakukan supaya
tidak usah dilakukan eksperimen setiap saat.

Hukum Hess dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut.


Diketahui diagram Hess reaksi A → C

Perubahan A menjadi C dapat berlangsung 2 tahap.


Tahap I (secara Iangsung)
A → C → ∆H1
Tahap II (secara tidak langsung)
Berdasarkan Hukum Hess maka harga ∆H1 = ∆H2 + ∆H3
A→B ∆H2
B→C ∆H3
A→C ∆H2 + H3

Banyak reaksi dapat berlangsung menurut dua atau lebih tahapan.

3. Entalpi Pembentukan Standar

2
Pembentukan panas standar dari sebuah senyawa adalah besarnya
perubahan entalpi dari 1 mol senyawa dari elemen-elemennya dalam keadaan standar.
Entalpi pembentukan standar adalah untuk membentuk 1 mol persenyawaan
langsung dari unsur-unsurnya yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Lambangnya adalah ΔHfθ atau ΔfHθ. Lambang theta superskrip pada simbol di atas
mengindikasikan bahwa proses ini hanya berlaku hanya pada kondisi standar saja. Kondisi
yang dimaksud antara lain:
1. Untuk gas: kondisi standar untuk gas adalah tekanan tepat 1 bar
2. Untuk substansi pada sebuah larutan: konsentrasinya tepat 1 M pada tekanan 1 bar
3. Untuk substansi murni pada kondisi terkondensasi (cairan atau padatan): cairan atau
padatan murni pada tekanan 1 bar
4. Untuk elemen kimia: dalam bentuk ketika elemen tersebut paling stabil dengan
tekanan 1 bar dan suhu spesifik tertentu. (Biasanya 25 derajat Celsius atau 298.15 K).
Satu pengecualian adalah fosforus: paling stabil dengan tekanan 1 bar adalah fosforus
hitam, sedangkan fosforus putih dianggap sebagai referensi yang entalpi
pembentukan standarnya nol[1].

Contoh :

Koefisien C2H2 pada reaksi diatas, adalah 2 artinya reaksi diatas bukan reaksi
pembentukan standar C2H2. Untuk mengubahnya menjadi reaksi pembentukan standar
C2H2, maka semua koefisien senyawa pada reaksi dibagi 2 termasuk harga  . Hasilnya
adalah :
2C (s) +H2 (g)  C2H2 ΔH = +227 kJ
Artinya, pada pembentukan 1 mol C2H2 dari unsur karbon dan unsur hidrogen
dibutuhkan kalor sebesar 227 kJ (tanda pada reaksi diatas adalag positif sehingga
reaksi tergolong ke dalam reaksi endoterm).

4. Energi Ikatan
Energi ikatan adalah kalor yang diperlukan untuk memutuskan ikatan oleh satu mol
molekul gas menjadi atom – atom atau gugus dalam keadaan gas. Reaksi kimia pada
dasarnya terdiri dari dua proses , yang pertama adalah pemutusan ikatan antar – atom  dari
senyawa yang bereaksi, dan selanjutnya proses penggabungan ikatan kembali dari atom –
atom yang terlibat reaksi sehingga membentuk  susunan baru. Proses pemutusan ikatan
3
merupakan proses yang memerlukan kalor (endoterm) , sedangkan proses penggabungan
ikatan adalah proses yang melepaskan kalor (eksoterm).

Adapun proses pemutusan dan pembentukan ikatan dapat digambarkan sebagai


berikut.

Kalor yang diperlukan untuk memutuskan ikatan oleh satu mol molekul gas menjadi
atom – atom atau gugus dalam keadaan gas disebut dengan energi ikatan.

a. Energi disosiasi ikatan


Energi disosiasi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan salah
satu ikatan 1 mol suatu molekul gas menjadi gugus – gugus molekul gas.

Contoh :

CH4(g) → CH3(g) + H(g)       ∆H = +425 kJ/mol

CH3(g) → CH2(g) + H(g)       ∆H = +480 kJ/mol

Reaksi tersebut menunjukan bahwa untuk memutuskan sebuah ikatan C – H dari


molekul CH4 menjadi gugus CH3 dan atom gas H diperlukan energi sebesar 425
kJ/mol, tetapi pada pemutusan C – H pada gugus CH 3 menjadi gugus CH2 dan sebuah
atom gas H diperlukan energi yang lebih besar, yaitu 480 kJ/mol. Jadi meskipun jenis
ikatannya sama tetapi dari gugus yang berbeda diperlukan energi yang berbeda pula.

b. Energi ikatan rata-rata

4
Energi ikatan rata – rata adalah energi rata – rata yang diperlukan untuk
memutuskan sebuah ikatan dari seluruh ikatan suatu molekul gas menjadi atom –
atom gas.

Contoh :

CH4(g) → CH3(g) + H(g)    ∆H = +425 kJ/mol

CH3(g) → CH2(g) + H(g)    ∆H = +480 kJ/mol

CH2(g) → CH (g) + H(g)    ∆H = +425 kJ/mol

CH (g) → C(g) + H(g)         ∆H = +335 kJ/mol

Jika keempat reaksi tersebut dijumlahkan, akan diperlukan energi 1.665 kJ/mol,
sehingga jika diambil rata – ratanya maka untuk setiap ikatan didapatkan nilai
+416,25 kJ/mol. Jadi, energi ikatan rata – rata dari ikatan C – H adalah 416,25 kJ/mol.

Selain dapat digunakan sebagai informasi kestabilan suatu molekul, nilai energi
ikatan rata – rata atau energi disosiasi ikatan dapat digunakan untuk memperkirakan
nilai perubahan entalpi suatu reaksi. Perubahan entalpi merupakan selisih dari energi
yang digunakan untuk memutuskan ikatan dengan energi yang terjadi  dari
penggabungan ikatan.

∆H = ∑Energi ikatan zat pereaksi – ∑Energi ikatan zat hasil reaksi

Energi ikatan dapat digunakan sebagai petunjuk kekuatan ikatan dan kestabilan
suatu molekul. Molekul dengan energi ikatan besar berarti ikatan dalam molekul
tersebut kuat, yang berarti stabil. Molekul dengan wnwegi ikatan kecil berarti mudah
terurai.

Anda mungkin juga menyukai