Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengembangan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2002

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan

memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti

kebenarannyauntuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan

dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru. Pengembangan

adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk

pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus.

Langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang

temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk

berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan

latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil

uji lapangan (Punaji Setyosari, 2013: 222-223).

Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal

maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur,

dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,

membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh,

selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta

kemampuan kemampuan sebagai bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah,

meningkatkan, mengembangkan diri ke arah tercapainya martabat, mutu dan

kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi mandiri (Iskandar

Wiryokusumo dalam Afrilianasari ; 2014)

10
11

Pengembangan adalah suatu sistem pembelajaran yang bertujuan untuk

membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang

dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar yang

bersifat internal atau segala upaya untuk menciptakan kondisi degan sengaja agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai (Gagne dan Brings dalam Warsita, 2003: 266)

Dari beberapa pendapat para ahli yang ada ditarik kesimpulan bahwa

pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana

dan terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang

semakin bermanfaat untuk meningkatkan dan mendukungserta meningkatkan

kualitas sebagai upaya menciptakan mutu yang lebih baik.

2.2 Bahan Ajar

2.2.1 Pengertian Bahan Ajar

Menurut National Centre for Competency Based Training (2007),

pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan

yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan

dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang

disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta

suatu lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. Menurut Panen

(2001) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi

pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik

dalam proses pembelajaran (Andi,2011:16).

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008:6),

pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
12

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang

dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Berdasarkan

definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan

komponen pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai bahan belajar bagi

siswa dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

kelas.

2.2.2 Jenis Jenis Bahan Ajar

Jenis bahan ajar dibedakan atas beberapa kriteria pengelompokan.

Menurut Koesnandar (2008), jenis bahan ajar berdasarkan subjeknya terdiri dari

dua jenis antara lain: (a) bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar, seperti

buku, handouts, LKS dan modul; (b) bahan ajar yang tidak dirancang namun

dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film, iklan atau berita.

Koesnandar juga menyatakan bahwa jika ditinjau dari fungsinya, maka bahan ajar

yang dirancang terdiri atas tiga kelompok yaitu bahan presentasi, bahan referensi,

dan bahan belajar mandiri.

Berdasarkan teknologi yang digunakan, Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Atas (2008: 11) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat kategori,

yaitu bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kegiatan

siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan model/maket. Bahan ajar

dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

Bahan ajar pandang dengar ( audio visual) seperti video compact disk, dan film.

Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran

interaktif dan bahan ajar berbasis web (web based learning material).
13

Berdasarkan teknologi yang digunakan, Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Atas (2008: 11) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat kategori,

yaitu bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kegiatan

siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan model/maket. Bahan ajar

dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

Bahan ajar pandang dengar ( audio visual) seperti video compact disk, dan film.

Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran

interaktif dan bahan ajar berbasis web (web based learning material).

2.2.3 Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan

siswa. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan

ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

(2008: 8-9) sebagai berikut:

1) Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang

dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum.

2) Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat

disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik

tersebut meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan

perkembangan siswa

3) Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan

masalah atau kesulitan dalam belajar.

Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu

memperhatikan karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu


14

menuntut adanya partisipasi dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran.

Pengembangan lembar kegiatan siswa menjadi salah satu alternatif bahan ajar

yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai kompetensi tertentu, karena lembar

kegiatan siswa dapat membantu siswa menambah informasi tentang materi yang

dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

2.3 Ilmu Pengetahuan Alam

2.3.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam berasal dari kata dalam bahasa Inggris “Natural

Science” secara singkat biasa disebut “science” yang ilmu pengetahuan, Natural

berarti alamiah. Jadi IPA dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang alam

semesta. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai sekumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistemtis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Selain itu IPA juga merupakan ilmu empirik dan membahas tentang fakta

serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut yang menjadikan pembelajaran

IPA tidak hanya verbal tetapi faktual. Ilmu Pengetahua merupakan Alam (IPA)

merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar yang diperoleh melalui

serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, penyajian

gagasan-gagasan. Pada prinsipnya mempelajari IPA siswa dapat mencari tahu,

memahami, mengerjakan, mempelajari alam sekitar secara lebih mendalam

(Depdiknas dalam Suyitno, 2002:7).


15

2.3.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran

IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan

melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara

produk sains ditemukan. Melalui pengamatan terhadap segala sesuatu yang berada

di sekitar kita, ternyata bumi tempat kita tinggal banyak terjadi fenomena yang

menakjubkan yang banyak menimbulkan pertanyaan mengapa semua itu dapat

terjadi. IPA pun dapat menjawab pertanyaan yang terjadi dengan keragaman yang

ada di alam semesta, yang terpenting IPA mengajarkan kita bagaimana hidup

dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut.

1) Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan hasil kegiatan empirik dan kegiatan

analisis yang dilakukan para ilmuan terdahulu yang berbentuk fakta, data, teori,

konsep, dan hipotesa. Fakta didalam IPA merupakan pernyataan penting terhadap

suatu benda atau peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah di konfirmasi

secara obyektif dan dibuktikan serta mendapat persetujuan oleh berbagai pihak.

Konsep didalam IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta,

sebagai contoh energi yang diperlukan untuk bekerja, senyawa adalah materi

dengan reaksi kimia dapat diuraikan menjadi materi yang lebih sederhana,

mahluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya. Prinsip IPA bersifat analitik sebab

generalisasi ditark dari beberapa contoh seperti udara jika dipanaskan memuai,

yang menghubungkan konsep udara, panas, dan pemuaian. Teori ilmiah

merupakan kerangka yang lebih luas daripada fakta, data, konsep, dan prinsip

yang saling berhubungan. Suatu teori merupakan model atau gambaran yang
16

dibuat oleh ilmuan untuk menjelaskan gejala alam, teoripun dapat berubah jika

ada bukti yang abru dan lebih relevan atau berlawanan dengan teori yang

terdahulu. Teori ilmiah yang membantu kita untuk memahami, memprediksi dan

mengenalikan gejala alam yang terjadi.

2) Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Proses

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak hanya sebagai suatu produk, tetapi

IPA merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah.

Memahami IPA berarti memahami prose IPA, yaitu memahami bagaimana

mengumpulkan data, fakta menghubungkan fakta-fakta dan

mengimplementasikannya. Prosedur tersebut yang dinamakan sebagai suatu

proses. Keterampilan proses IPA yang digunakan diantaranya mengobservasi,

memprediksi, melakukan eksperimen, mengendalikan variabel, merumuskan

hipotesa, dan menarik kesimpulan (Poedjiati, 2005: 78).

2.3.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ruang lingkup bahan kajian IPA di Sekolah Dasar secara umum meliputi

dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah

meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreatifitas,

pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah.

Lingkup pemahaman konsep dalam kurikulum KTSP secara terperinci

materi yang dipelajari adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu

manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

(2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas.

(3) energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik cahaya,

dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata
17

surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian pelaksanaan

pembelajaran IPA kedua aspek saling berhubungan. Aspe kerja ilmiah diperlukan

untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.

2.3.4 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Pelaksanaan pembelajaran IPA di pengaruhi oleh tujuan yang ingin

dicapai melalui pembelajaran tersebut. Didalam kurikulum KTSP dalam

Depdiknas, 2006 secara terperinci menyebutkan bahwa tujuan Pembelajaran IPA

di Sekolah Dasar yaitu:

1) Memperoleh keyakian terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkn keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan dan

teknologi serta masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningktakan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturan sebagai

salah satu ciptaan Tuhan.

6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MI.


18

2.3.5 Materi IPA tentang Rantai Makanan

Makhluk hidup juga melakukan hubungan dengan makhluk hidup lain

dalam hal makan dan dimakan. Misalnya saja belalang memakan daun. Kemudian

belalang dimakan oleh ayam, selanjutnya ayam dimakan oleh manusia. Contoh

semacam ini menunjukkan bahwa makhluk hidup juga berhubungan dalam hal

makan dan dimakan.Peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan

urutan tertentu disebut dengan rantai makanan. Contoh rantai makanan adalah

padi dimakan tikus, kemudian tikus dimakan burung hantu, dan burung

hantu mati lalu diuraikan oleh pengurai (Wahyudi, 2009:60).

Di dalam rantai makanan terdapat komponen-komponen. Pada

contoh rantai makanan di atas, padi disebut sebagai produsen. Produsen

merupakan penyedia makanan awal dalam rantai makanan. Oleh karena

itu produsen selalu ditempati oleh tumbuhan yang memiliki hijau daun

karena mampu membuat makanan sendiri. Hewan yang memakan padi

seperti tikus disebut konsumen tingkat pertama (konsumen I). Konsumen

I merupakan makhluk hidup yang memperoleh makanan dari produsen.

Selanjutnya burung hantu yang memakan tikus disebut konsumen II, hal

ini karena burung hantu memakan tikus yang merupakan konsumen I

dalam rantai makanan (Arifin, 2009:45).

Pada rantai makanan terdapat hewan yang langsung memakan tumbuhan

dan ada hewan yang memakan hewan lain, antara lain: 1) hewan pemakan

tumbuhan disebut herbivora, 2) hewan pemakan daging atau hewan lain disebut

karnivora, 3) hewan pemakan tumbuhan dan daging disebut omnivora, 4) hewan

pemakan serangga disebut insektivora.


19

2.4 Buku Cerita Bergambar

2.4.1 Hakikat Buku Bergambar

Sebagian literatur menyebut bacaan anak buku bergambar itu dengan

istilah picture books (buku bergambar), picture storybooks (buku cerita

bergambar), atau keduanya sekaligus secara bergantian. Sebagian penulis

membedakan keduanya, namun sebagian yang lain menyamakannya, dan dalam

buku ini kedua istilah tersebut tidak dibedakan. Buku bergambar (picture books)

menunjuk pada pengertian buku yang menyampaikan pesan lewat dua cara, yaitu

lewat ilustrasi dan tulisan. Ilustrasi (gambar) dan tulisan yang sama-sama

dimaksudkan untuk menyampaikan pesan tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan

secara bersama dan saling mendukung untuk mengungkapkan pesan, (Asnawir

Basyiruddin, 2002:126).

Jadi keduanya diikat oleh tuntutan untuk menyampaikan pesan secara

lebih baik dan kuat leat dua cara yang berbeda, tetapi bersifat saling menguatkan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Barbara Barder, kedua cara dalam buku

tersebut tampil dalam kondisi saling menggantungkan dan terus menerus muncul

dalam dua halaman dari halaman ke halaman berikutnya. Jadi dilihat dari segi

pentingnya, kedua hal tersebut sama urgensinya dan sama-sama untuk

menyampaikan cerita dan pesan tertentu. (Burhan Nurgiyantoro, 2005:153)

Bacaan cerita anak adalah bacaan sastra yang notabene bagian dari karya

seni, maka bahasa yang dipergunakan dalam teks buku cerita bergambar juga

mempertimbangkan aspek keindahan. Anak memiliki bakat untuk menyenangi

keindahan, maka hal itu perlu dipupuk lewat penampilan keindahan bahasa dan

gambar-gambar ilustrasi.
20

Tema buku cerita bergambar dapat berupa tema kehidupan keluarga,

hubungan antara anak, ibu, bapak, kakak, adik, tetangga; hubungan anak dengan

kawan sebaya sepermainan baik di sekolah maupun di luar sekolah; tema olahraga

dan seni budaya, dan lain-lain. Berbagai genre dan subgenre sastra anak yang

dikelompokkan kedalam fiksi, seperti fantasi dan realism, dan berbagai cerita

tradisional seperti mitos, legenda, fable, dongeng, termasuk dongeng modern dan

fable modern, banyak dihadirkan kedalam buku cerita bergambar.

2.4.2 Fungsi Buku Bergambar

Mitchell menunjukkan beberapa hal tentang fungsi dan pentingnya buku

cerita bergambar bagai anak sebagai berikut:

a. Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan

perkembangan emosi.

b. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia,

menyadarkan anak tentang keberadaan dunia di tengah masyarakat dan

alam.

c. Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain,

hubungan yang ada terjadi, dan pengembangan perasaan.

d. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh

kesenangan.

e. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi

keindahan

Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi

imajinasi.
21

2.4.3 Karakteristik Pembuatan Buku Bergambar

Huck dan Mitchell mengemukakan beberapa karakteristik buku alphabet,

buku berhitung dan buku konsep, diantaranya:

a. Tujuan pengarang dan ilustrator menulis buku itu harus jelas, misalnya ingin

megajarkan apa (huruf, angka, konsep) dan anak usia berapa yang ingin dituju

sebagai calon pembacanya. Tingkat kompleksitas gambar objek dan binatang,

baik untuk buku alphabet, berhitung dan konsep serta kata-kata yang

menyertainya haruslah sesuai dengan tingkat usia anak.

b. Gambar objek dan binatang yang ditampilkan harus jelas menunjukkan

identitasnya, dan gambar yang ditunjukkan kepada anak usia awal pada tiap

halaman hanya berisi satu atau dua gambar.

c. Gambar objek dan binatang yang ditampilkan haruslah familiar sehingga

mudah diidentifikasi oleh anak, dan diusahakan untuk tidak memiliki

beberapa nama atau yang bersifat ambigu. Selain itu, sevara visual gambar-

gambar itu sendiri harus menarik, mampu menstimulasi anak untuk berbicara,

memberi komentar, atau mengundang pertanyaan untuk ingin tahu.

d. Gambar-gambar yang ditampilkan dipergunakan untuk ilustrasi huruf, angka

atau konsep dan kata-kata yang menyertai gambar haruslah mempunyai

asosiasi yang jelas; gambar objek atau binatang harus sesuai dengan huruf,

angka, atau konsep yang ingin diperkenalkan.

e. Jika mempergunakan huruf alphabet dan angka untuk merepresentasikan

sebuah topic, informasi yang ingin disampaikan harus akurat dan sapat

dijangkau oleh anak; jika menampilkan gambar cerita, harus sesuai dengan

huruf (kata), angka atau konsep yang ingin diperkenalkan.


22

f. Format harus dapat diprediksikan dan konsisten; pola dan tata letak penulisan

huruf, angka dan kata-kata yang menyertainya harus diusahakan sedemikian

rupa sehingga mudah dikenali oleh pembaca anak.

2.5 Buku Cerita Rantai Makanan

Buku cerita rantai makanan memiliki arti, buku yang berisikan cerita-

cerita proses terjadinya rantai makanan dengan menggunakan gambar-gambar

yang lucu.

Buku Cerita Rantai Makanan ini adalah salah satu jenis animasi gambar

yang dibuat dari setumpuk kertas menyerupai buku tebal, pada setiap halamannya

digambarkan setiap proses terjadinya rantai makanan, dan juga terdapat gambar-

gambar, kerangka buku, dan gambar permainan.

Gambar yang berupa miniatur-miniatur makhluk hidup yang ada di dalam

materi rantai makanan. Gambar tersebut berbentuk lucu sehingga bagi siswa

nantinya tertarik untuk menggunakan media ini dalam materi rantai makanan.

Kerangka buku, terdiri dari dua bagian diantaranya, bagian luar dan bagian dalam.

Permainan, dipermainan tersebut, anak-anak diperkenalkan dengan namanya

hewan katak dan nyamuk, dalam buku tersebut menyebutkan bahwa katak sedang

mencari nyamuk sebagai makananya. Kemudian anak-anak nantinya diberi

perintah untuk menemukan nyamuk. Dan masih banyak lagi permainan yang

terdapat pada buku cerita rantai makanan tersebut.

2.5.1 Kelebihan dan Kekurangan

Dalam hal ini bahan ajar pembelajaran yang akan di rancang oleh peneliti

berbentuk buku cerita bergambar, yaitu cerita rantai makanan mempunyai


23

panjang, lebar dan tebal. Media yang di rancang berbentuk buku cerita dengan

uraian materi rantai makanan.

2.5.1.1 Kelebihan

Adapun beberapa kelebihan dari media ini adalah:

1. Siswa memiliki pengalaman yang beragam dari segala media

2. Menghilangkan kebosanan siswa karena bahan ajar yang digunakan

lebih bervariasi

3. Sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri

4. Siswa tidak jenuh membaca materi IPA karena adanya buku cerita

rantai makanan ini.

2.5.1.2 Kekurangan

Selain itu, buku cerita rantai makanan ini juga memiliki

kekurangan yaitu memerlukan perancanaan yang matang dan waktu yang

lama dalam merancang ilustrasi gambar pada setiap adegan.


24

2.6 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Siti zakiah, dkk, tahun pelajaran 2013/2014

dengan judul “Pengembangan Media Gambar pada Pembelajaran Kontekstual

untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA”. Simpulan penelitian ini adalah

Rancangan pembelajaran yang berbasis media gambar pada model pembelajaran

kontekstual yang dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa kelas IV

Sekolah Dasar Negeri 25 Sungai Raya Kabupaten, Kubu Raya. Perolehan belajar

menggunakan media gambar pada model pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 25

Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Penguasaan konsep IPA meliputi tingkat

ingatan, pemahaman, dan penerapan. Peningkatan konsep IPA siswa diperoleh

melalui penerapan pembelajaran yang terencana dengan penguasaan teori dan

melakukan pembuktian.

Penelitian yang dilakukan oleh Rustika Chandra, tahun pelajaran

2015/2016 dengan judul “Pengembangan Media Buku Cerita Bergambar

Flipbook untuk Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam As-Salam Malang”. Simpulan

penelitian ini adalah Hasil pengembangan produk yang telah direvisi berdasarkan

hasil validasi adalah sebagai berikut ; (1) Hasil produk pengembangan yang

dikembangkan adalah berupa buku cerita bergambar flipbook (2) Tingkat

kemenarikan media pembelajaran buku cerita bergambar flipbook IPS kelas IV

MI/SD materi pahlawanku ini memiliki tingkat kemenarikan yang sangat tinggi.

Berdasarkan hasil penilaian uji coba lapangan mencapai 83,09%. Sedangkan uji

coba pada wali kelas IVA dan IVB mencapai 95%. (3) Perolehan hasil belajar
25

berdasarkan uji lapangan dengan menggunakan tes pencapaian hasil belajar.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa t hitung > t tabel

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan terhadap peningkatan

hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi pahlawanku dengan

menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan berupa buku cerita

bergambar flipbook IPS materi pahlawanku untuk kelas IV di SDI A-Salam

Malang.

Berbeda dengan yang akan dikembangkan peneliti terhadap penelitian

sebelumnya, peneliti mengembangkan sebuah media yang berbentuk buku cerita

pada pelajaran IPA materi rantai makanan dan mengangkat topik “Cerita Rantai

Makanan”. Bahan ajar ini seperti buku cerita bergambar yang terdiri dari miniatur

hewan dengan pembelajaran IPA materi rantai makanan pada kelas IV Sekolah

Dasar
26

2.7 Kerangka Berfikir

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti

membuat sebuah alur atau kerangka pikir agar apa yang akan dicapai dan

diperoleh lebih terstruktur dan sistematis. Berikut merupakan gambar 2.1

kerangka pikir dalam penelitian.

Pengembangan Bahan Ajar IPA Materi Rantai Makanan Siswa Kelas IV


Sekolah Dasar

Kondisi awal dilapangan: Kondisi ideal saat pembelajaran berlangsung:

1. Guru belum menggunakan media 1. Penggunaan media yang dirancang oleh guru.
2. Siswa kurang antusias dalam belajar. 2. Antusias siswa yang tinggi dalam belajar.
3. Masih banyak siswa yang tidak paham 3. Keefektifan hasil belajar yang ingin dicapai
materi rantai makanan (Sudirman, 1988:214).

Analisis kebutuhan yang diperoleh peneliti bahwa dalam pembelajaran IPA materi rantai
makanan masih monoton dengan belajar seperti biasa dan belum terlihat adanya pengggunaan
media yang memudahkan siswa untuk memahami materi rantai makanan.

Bahan Ajar Buku Cerita

Pembuatan buku cerita

Validasi Media

Ahli Media

Uji Coba Media


Ahli Materi

Hasil produk buku cerita Pembelajaran IPA materi


GambarRantai makanan untuk Kelas rantai makanan di Kelas IV
IV SD Safinatunnaja NW Repokoak, SD Safinatunnaja NW
Kabupaten Lombok Tengah Repokoak, Kabupaten
Lombok Tengah

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai