Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut
sebagai pembunuh yang diam-diam (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya.10
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor
dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab
hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah yang
meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi
(tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah.11
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh
meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini
biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit
jantung.12
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

2.1.2 Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program
merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan, dan
agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang
dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat.12
Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
Kategori Kategori Tekanan dan/ Tekanan
Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistol atau Darah Diastol
menurut JNC 7 menurut JNC 6 (mmHg) (mmHg)
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Normal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya


dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko komplikasi
kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra
hipertensi.12
b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group (ISHWG)
telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi,
hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat.12
Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi
140-159 90-99
Ringan)
140-149 90-94
Sub-group: perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi 160-179 100-109
Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90

a. Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan
primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat
diketahui.10

a. Hipertensi Primer (Esensial) atau idiopatik


Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada
individu pada akhir 30-an dan awal 50-an dan secara bertahap “menetap”. Pada
suatu saat juga dapat terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat
(maligna) yang menyeababkan kondisi pasien memburuk dengan cepat.13
Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme
penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak
menderita hipertensi, lebih tinggi tingkat hipertensinya, dan lebih besar tingkat
morbiditas maupun mortalitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi
dengan pembedaan genetik.
2) Geografi dan lingkungan

Terdapat perbandingan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok


daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa indian Amerika
Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai
dengan pertambahan usia dibandingkan dengan masyarakat barat.
3) Jenis Kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-menopause
dibanding pria, yang menunjukan adanya pengaruh hormon.
4) Stress dan pola hidup yang tidak seimbangan
Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi, lemak,
garam, aktifitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan
kafein.Namun sebagian besar juga disebabkan karena faktor stress.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai akibat dari
adanya penyakit lain. Beberapa hal yang menjadi penyebab hipertensi sekunder,
yaitu:
1. Penyakit ginjal

a) Stenosis Arteri Renalis

b) Pielonefritis

c) Glomerulonefritis

d) Tumor ginjal

e) Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

f) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

2. Kelainan Hormonal

a) Hiperaldosteronisme

b) Sindrom Chusing

c) Feokromositoma

3. Obat-Obatan

a) Pil KB

b) Kortikosteroid

c) Siklosporin

d) Eritropoetin

e) Kokain

f) Penyalahgunaan Alkohol

g) Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

4. Penyebab lainya

a) Koartasio Aorta
b) Preeklamsia pada kehamilan

c) Porfiria intermiten akut

d) Keracunan timbal akut

2.1.1 Patofisiologi
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.14

Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron


dari korteks adrenal

Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas ↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan


mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Mengentalkan
↑ Konsentrasi NaCl di
pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler

Diencerkan dengan ↑ volume


Volume darah ↑ ekstraseluler

↑ Tekanan darah ↑ Volume darah


↑ Tekanan darah

Gambar 2.1 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi


dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari
arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah
ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi
merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan
curah jantung dan / atau ketahanan periferal.

2.1.2 Manifestasi Klinis


Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah
tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi
darah akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan
aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-tanda


klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran
tekanan darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di
daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan
oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda
maupun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah
satu contoh penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang
tubuh dan striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami
sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak.15

2.1.3 Penatalaksanaan hipertensi


Terapi hipertensi dibagi dua, yaitu pengobatan farmakologi dan nonfarmakologi.16
1. Terapi farmakologis
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis.
Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan
diuresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah
pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resistensi
perifer..
a. Thiazide
Thiazide menurunkan tekanan darah dengan cara memobilisasi natrium dan air
dari dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan resistensi vascular
perifer.
b. Diuretik Hemat Kalium
Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan
tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan
diuretik hemat kalium thiazide. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi
kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.
c. Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih
berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6
minggu dengan spironolakton).

2. Beta Blocker (Metaprolol, Propanolol, Atenolol)


Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkial.

3. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)


Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II
dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing,
sakit kepala dan lemas.

4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)


Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptor.

5. Antagonis Kalsium (Verapamil, Diltiazem)


CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat
saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya
kalsium ekstra selluler ke dalam sel.
6. Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor α1 yang
menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan
efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor α 2 sehingga
tidak menimbulkan efek takikardia.
7. Vasodilator langsung
Hedralazine dan Minoxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos
arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari
pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan
renin.
8. Inhibitor Simpatetik Postganglion
Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal
simpatetik postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin terhadap respon
stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah jantung dan resistensi
vaskular perifer .
2. Terapi Nonfarmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan
obat-obatan hipertensi. Disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam
terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis
ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu,
modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam
keberhasilan penanganan hipertensi.
Menurut beberapa ahli, pengobatan nonfarmakologis sama pentingnya dengan
pengobatan farmakologis, terutama pada pengobatan hipertensi derajat I, jika obat
antihipertensi diperlukan, pengobatan nonfarmakologis dapat dipakai sebagai pelegkap
untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.
1. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih dengan mengatur pola makan,
sebagai berikut :
- Batasi konsumsi gula ≤ 50 gram (4 sdm) / hari
- Batasi garam ≤ 5 gram (1 cth / hari)
- Batasi daging berlemak dan minyak goreng (≤ 5 sdm / hari)
- Makan ikan sedikitnya 3 kali seminggu
- 5 porsi (400-500 gram) buah – buahan dan sayuran / hari
2. Meningkatkan aktifitas fisik. Oleh karena itu, aktifitas fisik selama 30-45 menit
sebanyak >3x/hari penting pencegahan primer dari hipertensi.
3. Berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol berlebih. Nikotin dalam tembakau
adalah penyebab meningkatnya tekanan darah. Nikotin diserap oleh pembuluh-
pembuluh darah di dalam paru dan diedarkan ke aliran darah. Dalam beberapa detik
nikotin mencapai otak. Otak bereaksi kepada nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin), sehigga pelepasan hormone ini
akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi.
Demikian juga dengan alkohol, semakin banyak menkonsumsi alkohol maka
semakin tinggi tekanan darah.

4. Terapi Herbal
Ada beberapa tanaman obat yang dapat dipercaya dan sudah diteliti dapat
menurunkan tekanan darah diantaranya tomat, bawang putih, buah belimbing,
murbei, seledri, mengkudu, dan timun. Salah satu buah yang dapat menurunkan
tekanan darah adalah tomat (Lycopersion esculentum Mill). Hal ini berkaitan dengan
kandungan senyawa yang terdapat dalam buah tomat di antaranya kalium, likopen,
dan bioflavonoid melalui mekanisme kerja yang berbeda.17

2.2 Tomat
2.2.1 Definisi Tomat
Tomat (Lycopersicon esculentum) memiliki nama daerah terong kaluwat
(Sumatera), tomat, ranti (Jawa), kemantes (Sulawesi); dan nama asing tomato
(Inggris) dan tomate (Jerman). Tomat termasuk genus Lycopersicon dari keluarga
Solanaceae (Anonimous, 2011). Tomat merupakan tanaman sayuran yang sudah
dibudidayakan sejak ratusan tahun silam, tetapi belum diketahui dengan pasti kapan
awal penyebarannya. Jika ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal dari
Amerika, yaitu daerah Andean yang merupakan bagian dari negara Bolivia, Cili,
Kolombia, Ekuador, dan Peru. Semula di negara asalnya, tanaman tomat hanya
dikenal sebagai tanaman gulma. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, tomat
mulai ditanam, baik di lapangan maupun di pekarangan rumah, sebagai tanaman yang
dibudidayakan atau tanaman yang dikonsumsi/ Di negara tropis seperti Indonesia,
tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, yaitu di dataran tinggi
(≥ 700 m dpl), dataran medium tinggi (450 - 699 m dpl), dataran medium rendah (200
- 499 m dpl), dan dataran rendah (≤ 199 m dpl).18,19
2.2.2 Morfologi Tomat20
Tanaman tomat memiliki habitus berupa herba yang hidup tegak atau
bersandar pada tanaman lain, berbau kuat, tinggi 30-90 cm. Batang berbentuk bulat,
kasar, memiliki trikhoma, rapuh, dan sedikit memiliki percabangan. Daun majemuk
menyirip gasal berselang-seling dan memiliki trikhoma pada helaian dan tangkai
daunnya (Gambar 1).

Gambar 2.2. Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum)


Gambar 2.3. Buah Tomat (Lycopersicon esculentum)
Bunga pada tanaman tomat berkelamin dua (hermaprodit), kelopaknya
berjumlah 5 buah dengan warna hijau dan memiliki trikhoma, sedangkan mahkotanya
yang berjumlah 5 buah berwarna kuning. Alat kelaminnya terdiri atas benang sari dan
putik. Buah tomat merupakan buah tunggal dan merupakan buah buni dengan daging
buah lunak agak keras, berwarna merah apabila sudah matang, mengandung banyak
air dengan kulit buah yang sangat tipis (Gambar 2).
2.2.3 Manfaat Tomat
Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh, karena mengandung vitamin dan mineral
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat juga mengandung zat
pembangun jaringan tubuh manusia dan zat yang dapat meningkatkan energi untuk
bergerak dan berpikir, yakni karbohidrat, protein, lemak, dan kalori. Sebagai sumber
vitamin, buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam
penyakit, seperti sariawan karena kekurangan vitamin C, xeropthalmia pada mata
karena kekurangan vitamin A, bibir merah dan radang lidah karena kekurangan
vitamin D. Sebagai sumber mineral, buah tomat bermanfaat untuk pembentukan
tulang dan gigi (zat kapur dan fosfor). Sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung
dalam buah tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel darah atau hemoglobin.
Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar proses pencernaan
makanan dalam perut. Selain itu buah tomat juga mengandung potasium yang sangat
bermanfaat untuk menurunkan gejala tekanan darah tinggi.21
Zat belerang (Sulfur) yang terkandung dalam buah tomat dapat mencegah
radang hati dan radang usus buntu. Zat klorin yang ada di dalam buah tomat dapat
merangsang fungsi hati lebih aktif membersihkan zat-zat tidak berguna.22
Kandungan Gizi dan Kalori per 100 gram buah tomat adalah sebagai berikut
(Tabel 2.3)19,23
Tabel 2.3 Kandungan gizi dan kalori per 100 gram buah tomat
No. Jenis Zat Jumlah
1. Kalori 20 kal
2. Protein 1g
3. Lemak 0,3 g
4. Karbohidrat 4,2 g
5. Vitamin A 1.500 SI
6. Vitamin B 0,06 mg
7. Vitamin C 40 mg
8. Kalsium 5 mg
9. Fosfor 26 mg
10. Besi 0,5 mg
11. Air 94 g

2.3 Lansia
2.3.1 Definisi Lansia
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang di derita.
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh tahun ke
atas. Menurut WHO, usia lanjut dibagai menjadi 4 kriteria yaitu :24,25
 Usia pertengahan (middle age) ialah 55-59 tahun

 Lanjut usia (erderly) ialah 60-74 tahun

 Lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun

 Usai sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun.


Klasifikasi lansia dibagi menjadi lima yaitu:26
1. Pralansia (Prasenelis) adalah seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dan
bermasalah dengan kesehatan seperti menderita rematik, demensia, mengalami
kelemahan dan lain-lain.
4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.
5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2.3.2 Proses Penuaan
Menua didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan
terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan
ketangkasan, serta perubahan fisiolgis yang terkait dengan usia.27

Penuaan adalah proses normal yang ditandai dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usai tahap perkembangan kronologis tertentu.27
Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari dan
akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap cidera,
termasuk adanya infeksi. Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah, baik secara biologis, mental maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,
maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran-peran sosial.27
2.3.3 Teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu:28
1. Teori Genetik dan Mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua
terprogram secara genetik untuk spesis-spesis tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul- molekul DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

2. Immunology Slow Theory. Menurut teori ini, sistem imun menjadi kurang
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3. Teori Stres. Teori ini mengatakan semua terjadi akibat hilangnya sel- sel yang
biasa digunakkan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan
sel-sel tubuh lelah terpakai.
4. Teori Radikal Bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapa melakukan regenerasi.
5. Teori Rantai Silang. Teori ini mengatakana bahwa reaksi kimia sel-sel yang
tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elasitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
6. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow. Menurut teori ini, setiap
individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh
perilaku manusia. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka
berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.

7. Teori individual jung. Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian


dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda
dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif.
Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara
kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang
paling penting bagi kesehatan mental
8. Teori Aktifitas. Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan social.
9. Teori Pembebasan. Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :Kehilangan
peran, Hambatan kontrol social dan Berkurangnya komitmen.
10. Teori Kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini
menjadi lansia.

2.3.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia


2.3.4.1 Perubahan-Perubahan Fisik

a. Sel. Pada lansia ukuran sel akan membesar, jumlah sel lebih sedikit,
jumlah cairan intraseluler berkurang, maka bisa menjadi penurunan
proporsi protein di otak, ginjal darah dan hati serta jumlah sel otak
menurun. Karena tergantungnya mekanisme perbaikan sel otak
menjadi atropis dimana beratnya berkurang 5-10%.
b. Sistem Persarafan. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Koordinasi
keseimbangan, kekuatan otot, refleks, perubahan postur tubuh dan
peningkatan waktu reaksi, kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem Pendengaran. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran),
hilangnya kemampuan (daya) mendengar pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun,
membran timpani atrofi menyebabkan oterosklerosis, pendengaran
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa/stress.
d. Sistem Penglihatan. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan
pada lensa, hilangnya daya koordinasi, menurunya lapangan pandang
(berkurang laus padang), menurunya daya mebedakan warna biru atau
hijau pada skala.
e. Sistem Kardiovaskuler. Elastisitas dinding aorta menurun, katub
jantung menebal dan menjadi kaku, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer.

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh. Temperatur tubuh menurun


secara fisiologis kurang lebih 350C, ini akibat metabolisme menurun,
keterbatasan refleks, menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak, sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi. Otot-otot pernafasan kehilangan kekutaan dan
menjadi kaku, menurunya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan
elasitisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun, alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya
berkurang, kemampuan untuk batuk menurun.
h. Sistem Gastroinstestinal. Pada lanjut usia perlahan akan kehilanagn
gigi, pengecap menurun, esopagus melebar, rasa lapar menurun karena
kebutuhan nutrisi pada lansia lebih rendah dari pada anak-anak atau
orang dewasa, peristaltik lemah dan biasanya timbul kosntipasi. Pada
wanita payudara menjadi atropi, pada laki-laki usia diatas 65 tahun,
terjadi pembesaran prostat kurang lebih 75%.
i. Sistem Muskuloskeletal. Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh,
penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan
bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, berjalan, dan hambatan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
2.3.4.2 Perubahan-Perubahan Mental

a. Memori (daya ingat, ingatan). Kenangan jangka panjang, beberapa jam


sampai beberapa hari yang lalu dan mencakup beberapa perubahan.
b. IQ (Intelectual Quation). Tidak berubah dengan informasi matematika
dan perkataan verbal, penampilan, persepsi dan keterampilan
psikomotor berkurang, terjadi perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan faktor waktu.
2.3.4.3 Perubahan-Perubahan Psikososial
1. Terjadi gangguan identitas akibat perubahan kondisi fisik, usia dan
kekuatan (bekerja).
2. Ekonomi akibat pemberhentian dari pekerjaan atau penisun
3. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
4. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat.

2.4 Kerangka Teori


Berdasarkan teori tentang terapi hipertensi dari tinjauan pustaka di dapatkan
kerangka teori sebagai berikut:

Diuretik

Beta Bloker

Farmakologi
ACE – Inhibitor

ARB

Antagonis Kalsium

Alfa Bloker

Vasodilator Langsung
Menurunkan berat
Inhibitor Simpatetik
badan berlebihan
postganglion

Meningkatkan aktifitas
fisik

Keterangan:

Variabel Independen

Variabel Dependen

Variabel yang tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai