Anda di halaman 1dari 20

Bagian Ilmu Kesehatan Anak LAPORAN KASUS

Fakultas Kedokteran Juni 2020


Universitas Halu Oleo

DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT + PNEUMONIA

Oleh :

Komang Widyastut, S.Ked

K1A1 14 110

Pembimbing

dr. Jumhari Baco. M.Sc, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Komang Widyastuti
Stambuk : K1A1 14 110
Judul Kasus : Diare Akut Dehidrasi Berat + Pneumonia

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan


klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu
Oleo.

Kendari, Juni 2020

Mengetahui :

Pembimbing,

dr. Jumhari Baco. M.Sc, Sp.A

1
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 8 Bulan 3 Hari
Alamat : Nambo
Agama : Islam
Suku : Jawa
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
No RM :
Tanggal Masuk RS : 25 Februari 2020

B. ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Keluhan Utama
BAB cair sejak 3 hari SMRS
Anamnesis terpimpin
Pasien baru masuk dari UGD datang dengan keluhan BAB cair
yang dialami sejak 3 hari SMRS, frekuensi >5 kali sehari, 1 hari SMRS
BAB cair dialami >10 kali, banyaknya sekitar ¾ gelas air mineral tiap
kali BAB, warna kuning, ampas (+) sedikit, lendir (-), darah (-), muntah
(-), batuk (+), pilek (+), demam (+) sejak 1 minggu SMRS, tidak terus
menerus, kejang (-), lemas (+), gelisah (+) napsu makan menurun (+),
pasien tampak tidak mau minum. BAK 6 jam terakhir kesan kurang.
Riwayat pengobatan (+) ke dr. umum namun tidak ada perbaikan.
Riwayat kontak dengan pasien diare (-) Riwayat makan dan minum:
Bubur sejak umur 6 bulan, ASI sejak lahir, susu formula sejak 2 hari
lalu. Riwayat alergi (-). Riwayat persalinan P2A0, ibu tidak pernah
minum obat sembarangan dan rutin ke posyandu. Riwayat persalinan
ibu melahirkan secara SC ditolong dokter di RS, BBL dan PBL lupa.

2
Riwayat imunisasi sudah mendapat vaksin hepatitis B (+), polio (+),
DPT (+), BCG (+), campak (-). Riwayat tumbuh kembang sesuai usia.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
a) Keadaan umum : sakit berat
b) Kesadaran : somnolen
c) Berat Badan : 6 kg
d) Tinggi Badan : 66 cm
e) Status Gizi : Antara -2 dan -3 SD (Gizi kurang)
f) Tanda Vital
Nadi : 134x/ menit
Suhu : 37,6 oC
Pernapasan : 61 x/menit
g) Pucat : (-)
h) Ikterus : (-)
i) Sianosis : (-)
j) Turgor : kembali lambat (>3 detik)
k) Tonus : lemah
l) Edema : (-/-)
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : normocephal
Muka : simetris kiri dan kanan,
Rambut : hitam dan tidak mudah tercabut
Ubun-ubun besar : belum menutup, cekung (+)
Telinga : serumen (-/-), perdarahan pada telinga (-/-)
Mata :konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
cekung (+/+), air mata (-/-)
Hidung :epistaksis (-/-), rinore (+/+) napas cuping
hidung (-)
Bibir : pucat (-), kering (+) sianosis (-)

3
Lidah : kotor (-), tremor (-)
Sel mulut : perdarahan gusi (-) stomatitis (-)
Tenggorok : hiperemis (-/-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-/-)
Bentuk dada : normochest
Jantung
Ictus cordis : tidak teraba
Batas kiri : ICS 4 linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Irama : BI/BII murni reguler
Paru
Inspeksi : simetris kiri kanan, retraksi (+/+) subcostal
Palpasi : vokal fremitus (sulit dinilai) krepitasi(-),
nyeri tekan (-), massa tumor (-), batas paru
hepar ICS 5, batas paru kanan belakang
VTH X, batas paru kiri belakang VTH XI
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : bunyi napas : bronkovesikuler (+/+), bunyi
napas tambahan ronki basah halus (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : cekung mengikuti gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+) kesan meningkat
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kembali lambat >3
detik
Limfa : tidak teraba
Hepar : tidak teraba
Alat kelamin : edema (-)
Kelenjar limfe : tidak teraba pembesaran
Kulit : kering (-) ikterik (-) sianosis (-)

4
Anggota gerak : akral dingin
LILA : 14 cm
Lingkar Kepala : 42 cm
Lingkar dada : 44 cm
Lingkar perut : 41,2 cm

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (25-2-2020)

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN


WBC 13,2 [103/µL] (4.00 – 10.00)
RBC 6,91 [106/µL] (4.50 – 5.50)
HGB 14,1 [g/dL] (11.0 – 17.9)
HCT 50,3 [%] (37.0 – 48.0)
MCV 85,1 [fL] (80.0 – 98.0)
MCH 26,4 [pg] (28 – 33.0)
MCHC 31,0 [g/dL] (31.9 – 37.0)
PLT 277 [10^3/µL] (150 – 450)
RDW-CV 14,5 [%] (11.5-14.5)
PDW 19,2 [fL] (6.0-23.0)
MPV 7,1 [fL] (4.0-15.2)
PCT 0,20 [%] (0.1000-0.4000)
LYM% 17,0 % (20.0-40.0)
MXD% 4,3 % (4,0-18.0)
GRA% 76,6 % (40.0-60.0)

E. RESUME
An A jenis kelamin perempuan usia 8 bulan 3 hari masuk dengan
keluhan BAB cair sejak 3 hari SMRS, frekuensi >5 kali sehari, 1 hari
SMRS BAB cair dialami >10 kali, banyaknya sekitar ¾ gelas air mineral
tiap kali BAB, warna kuning, ampas (+) sedikit, lendir (-), darah (-),
muntah (-), batuk (+), pilek (+), demam (+) sejak 1 minggu SMRS, tidak
terus menerus, kejang (-), lemas (+), gelisah (+) napsu makan menurun
(+), pasien tampak tidak mau minum. BAK 6 jam terakhir kesan kurang.
Riwayat pengobatan (+). Riwayat kontak dengan pasien diare (-) Riwayat
makan dan minum: Bubur sejak umur 6 bulan, ASI sejak lahir, susu
formula sejak 2 hari lalu. Riwayat alergi (-). Riwayat persalinan P2A0, ibu

5
tidak minum obat sembarangan dan rutin ke posyandu. Riwayat persalinan
ibu melahirkan secara SC ditolong dokter di RS, BBL dan PBL lupa.
Riwayat imunisasi sudah mendapat vaksin hepatitis B (+), polio (+), DPT
(+), BCG (+), campak (-). Riwayat tumbuh kembang sesuai usia. KU:
lemah, somnolen, BB 6 kg, TB 66 cm, gizi kurang, nadi 134x/mnt, suhu:
37,6 C, napas: 61x/mnt, UUB cekung (+), mata cekung (+), air mata (-),
rhinore (+), napas cuping hidung (-), bibir kering (+), sianosis (+), tonsil
T1/T2 hiperemis (-), retraksi paru (+) subkostal, ronki basah halus (+/+),
abdomen cekung mengikuti gerak napas, peristaltik (+) kesan meningkat,
turgor kembali lambat > 3 detik, kulit kering (-), akral dingin (+).

F. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diare akut dehidrasi berat

G. ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan darah rutin, feses rutin, dan foto thorax

H. PENATALAKSANAAN
- Obeservasi tanda-tanda vital
- Pemasangan infus
- Pemasangan nasogastric tube (NGT)
- Oralit 3 sachet dalam 600 ml air minum, berikan 70 cc/ 1,5 jam
(habis dalam 3 jam)
- IVFD Asering 75 cc/jam/infus pump
- Zinc syrup 20 mg/24 jam
- Ceftazidim 300 mg/12 jam/iv (50 mg/kgBB/12 jam)
- Gentamicin 15 mg/24 jam/iv (2,5 mg/kgBB/12 jam)
- Paracetamol 60mg/8 jam/iv (10 mg/kgBB/8 jam)
- Probiokid 1x1 sachet
- Puyer batuk 3 x 1 pulv
- Nebulisasi NaCl 0,9% 3 cc + Lasal 2,5 mg/ 12

6
I. FOLLOW UP
Tabel 1. Perkembangan pasien saat perawatan di RSUD BOMBANA
Hari/ Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
Selasa  O2 nasal kanul 1
S: BAB cair >10 kali 1 hari
25/2/2020 liter/menit
SMRS, ampas (+) lendir dan
 Pemsangan infus
darah (-), muntah (-), demam (+)
 Pemasangan NGT
1 minggu SMRS, tidak terus
 Oralit 20
menerus, batuk (+) pilek (+).
cc/kgBB/jam via
BAK 6 jam terakhir kesan
NGT selama 6 jam
kurang.
(120 cc/jam)
O:
 Zinc syrup 1x20 mg
KU : lemah
N : 142x/menit  Parasetamol 10

P : 61x/menit mg/kgBB/kali (60

Suhu :37,6 C mg/8 jam/iv)

BB : 6 kg  Observasi TTV

UUB: cekung (+)  Edukasi keluarga


Mata: cekung(+/+) air mata (-) pasien
Hidung: napas cuping hidung(-)
rhinore (+)
Bibir: kering (-) sianosis (-)
Paru: simetris kiri kanan,
retraksi (+/+) subkostal,
bronkovesikuler(+/+),rhonki
basah halus (+/+) wheezing (-)
Abdomen: cekung mengikuti
gerak napas. Auskultasi
peristaltik (+) kesan meningkat.
Palpasi: nyeri tekan (-), turgor
kembali lambat (jelek). Perkusi
timpani (+)

7
Kulit : kering (-), sianosis (-).
Ektermitas : akral dingin (+)
Skor dehidrasi : 14 (dehidrasi
berat)
A : Diare akut dehidrasi berat,
Community acquired pneumonia
(CAP)
Rabu  O2 nasal kanul 1
S: BAB cair 4x kali, ampas (+)
26/2/2020 liter/menit
lendir dan darah (-), muntah (-),
 IVFD Asering 45
demam (-), batuk(+) pilek (+)
ml/kgBB/jam/SP
sesak (+). BAK kesan kurang
(hingga jam 23.00
O:
besok)
KU: lemah
 Oralit 5
N : 130x/menit
ml/kgBB/tiap kali
P : 52x/menit
BAB/NGT
Suhu :37,2 C
 Zinc syrup 1x20 mg
UUB: cekung (-)
 Parasetamol 10
Mata: cekung (-/-) air mata (-)
mg/kgBB/kali (60
Hidung: napas cuping hidung (-)
mg/8 jam/iv)
rhinore (-)
 Probiokid 1x1
Bibir: kering (+) sianosis (-)
sachet
Paru: simetris kiri kanan,
retraksi (+/+) subkostal,  Observasi TTV
bronkovesikuler (+/+), roonki  Edukasi keluarga

basah halus (+/+) wheezing (-) pasien

Abdomen: cekung mengikuti


gerak napas. Auskultasi
peristaltik (+) kesan meningkat.
Palpasi: nyeri tekan (-), turgor
kembali lambat. Perkusi timpani
(+)

8
Kulit : kering (-), sianosis (-).
Ektermitas : akral dingin (+)
Skor dehidrasi : 13 (dehidrasi
berat)
A : Diare akut dehidrasi berat,
Community acquired pneumonia
(CAP)
Kamis 
S: BAB cair 4x, ampas (+) lendir
27/2/2020
dan darah (-), muntah (-), demam
(-), batuk(+) pilek (+), sesak (-)
BAK (+) kesan cukup
O:
KU: lemah
N :125 x/menit
P : 37 x/menit
Suhu :36, 7
BB: 4 kg
Mata : konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik(-/-) cekung(-)
Hidung : napas cuping hidung
(-) epiktasis (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-)
Sel mulut : perdarahan gusi (-)
Paru : inspeksi simetris kiri
kanan, sesak(-), retraksi (-/-)
subcostal, distress napas (-).
Palpasi vokal premitus normal
kreapitasi (-), nyeri tekan (-),
massa tumor (-). Perkusi sonor
(+/+). Auskultasi bunyi napas :
bronkovesikuler (+/+), bunyi

9
tambahan rhonki basah halus (+/
+). Down score 0.
Abdomen : inspeksi cembung
mengikuti gerak napas.
Auskultasi peristaltik kesan
normal. Palpasi distenden (-),
nyeri tekan (-). Perkusi timpani
(+), shifting dullnes (-), undulasi
(-), dan pudle sign (-)
Kulit : sianosis (-)
Ektermitas : CRT < 2 detik
A : Bronkopneumonia

J. DAGNOSIS KERJA
Dire akut dehidrasi berat + Pneumoni

10
BAB II
PEMBAHASAN KASUS

A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari tiga
kali sehari disertai atau tanpa darah, dengan atau tanpa lendir. Diare akut
adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 1
minggu.1
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan interstitial yang ditandai dengan batuk dan frekuensi
napas cepat disertai dengan adanya sesak napas. Penyakit ini merupakan
infeksi pada saluran pernapasan yang sebagian besar disebabkan oleh
mikroorganisme antara lain virus, jamur dan bakteri.2

B. ANALISIS KASUS
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan utama BAB cair >5 kali 3
hari SMRS, memberat hingga >10 kali 1 hari SMRS, banyaknya sekitar ¾
gelas air mineral tiap kali BAB, warna kuning (+), ampas (+) sedikit,
lendir (-), darah (-), muntah (-), demam (+) 1 minggu SMRS, tidak terus
menerus, kejang (-), batuk (+), pilek (+), lemas (+), gelisah (+) napsu
makan menurun, pasien tampak tidak mau minum. BAK 6 jam terakhir
kesan kurang. Riwayat kontak dengan pasien diare (-) Riwayat makan dan
minum: Bubur sejak umur 6 bulan, ASI sejak lahir, susu formula sejak 2
hari lalu. Riwayat alergi (-). Riwayat persalinan G0P2A0, ibu tidak minum
obat sembarangan dan rutin ke posyandu. Riwayat persalinan ibu
melahirkan secara SC ditolong dokter di RS, BBL dan PBL lupa. Riwayat
imunisasi sudah mendapat vaksin hepatitis B (+), polio (+), DPT (+), BCG
(+), campak (-). Riwayat tumbuh kembang sesuai usia.
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam
dengan konsistensi cair yang berlangsung < 1 minggu, pada kasus ini

11
dikategorikan sebagai diare akut karena frekuensi BAB > 5 kali dalam
sehari, dan perlangsungannya 3 hari.
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan),
dikategorikan sebagai dehidrasi berat apabila terdapat 2 tanda utama
ditambah dengan 2 atau lebih tanda tambahan. Adapun tanda utama yang
dimaksud adalah: didapatkan keadaan umum lemah, letargi, atau koma,
anak tidak mau minum, turgor kulit abdomen sangat kurang. Tanda
tambahan: Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir kering dan akral dingin. Kasus ini memenuhi
kriteria dehidrasi berat, 2 tanda utama yaitu keadaan umum pasien yang
lemah, tidak mau minum serta turgor yang sangat kurang. 2 atau lebih
tanda tambahan yaitu ubun-ubun besar dan kedua mata cekung, tidak ada
air mata, dan mukosa bibir kering.
Pada kasus didapatkan keluhan lain berupa demam yang dialami
sejak 1 minggu SMRS, disertai batuk berdahak dan pilek, dan sesak yang
dialami sejak 6 jam SMRS, pada pemeriksaan fisik didapatkan pernapasan
61x/menit, nadi 121x/menit, suhu 37,6 oC. pernapasan cuping hidung (-),
retraksi (+) subkostal, pada auskultasi paru didapatkan ronki basah halus
dikedua lapang paru.
Pneumonia pada anak dapat diketahui dengan melihat tanda dan
gejala klinis seperti berikut:
1. Frekuensi napas diatas batas normal dan anak bernapas dengan
menggunakan cuping hidung
2. Didapatkan retraksi epigastrik, interkostal ataupun substernal
3. Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
4. Didapatkan demam, dispneu dan kadang disertai muntah serta diare
5. Batuk dimulai dari batuk kering kemudian menjadi batuk produktif
6. Pada pemeriksaan fisik auskultasi didapatkan ronki basa halus
Namun gejala klinis yang paling sering dijumpai pada anak dengan
pneumonia yaitu demam sekitar 92,7% dengan suhu 37,6oC, diikuti
dengan batuk 92,1% serta muntah sekitar 39,3%. Namun gejala yang

12
paling menonjol pada anak yaitu sesak ditandai dengan frekuensi napas
yang didapatkan lebih dari 60x/menit 15.
Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa mikroorganisme yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Pneumonia komunitas paling sering
diakibatkan oleh bakteri Gram positif. Pada beberapa kasus pneumonia
yang terjadi pada anak paling banyak dijumpai akibat virus yaitu
Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydophila pneumoniae sekitar 72%
dan sisanya bakteri yaitu sekiatr 6% didapatkan Staphylococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae9.
Berdasarkan hasil penelitian di Bandung bakteri penyebab
pneumonia paling sering ditemui pada anak usia 2-59 bulan yaitu
Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis. Sedangkan
virus yang paling sering ditemukan pada anak usia 3 tahun yaitu
Respiratory Syncytical Virus (RSV) dan pada anak usia lebih muda virus
yang lebih sering dijumpai yaitu adhenovirus, parainfluenza virus,
influenza virus.
Community Aquirred Pneumonia (CAP) merupakan pneumonia
yang paling sering dijumpai pada masyarakat, yang dapat terjadi melalui
inhalasi atau aspirasi mikroba patogen ke paru-paru (lobus paru).
Penyebabnya tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumonia (85%),
Haemophylus influenzae, dan Moraxella catarrhalis11.
Tatalaksana diare secara umum yaitu dengan memperhatikan 5
Lintas diare seperti (1) Rehidrasi/cairan, (2) Zinc, (3) Nutrisi, (4)
Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi.
1. Tatalaksana pemberian cairan pada pasien ini (usia <12 bulan): Saat
datang pasien tidak bisa dilakukan rehidrasi melalui intravena, maka
digunakan nasogasctric tube (NGT) untuk rehidrasi, diberikan oralit
20 ml/kgBB/jam selama 6 jam (BB 6 kg  120 ml/jam  6 jam =
720 ml) dalam kasus ini oralit diberikan via NGT tiap setengah jam
sebanyak 60 ml diberikan selama 6 jam. Observasi tanda vital dan
derajat dehidrasi dilakukan tiap 2 jam. Setelah 6 jam, dilakukan

13
kembali pemasangan jalur intravena, dan dinilai kembali derajat
dehidrasi pasien, didapatkan pasien masih tergolong dehidrasi berat,
maka rehidrasi dilanjutkan dengan cairan intravena yaitu Asering:
pemberian pertama 30 ml/kgBB/jam (BB: 6 kg  180 ml/jam  60
tpm/makro) setelah 1 jam, dilanjutkan dengan pemberian 70 ml/kgBB
selama 5 jam (BB: 6 kg  420 ml/5 jam 28 tpm/makro). Setelah 6
jam, dilakukan observasi kembali, didapatkan derajat dehidrasi
ringan-sedang, kemudian dipilih rencana terapi B, untuk berat badan
3-10 kg diberikan 200 ml/kgBB/hari (BB: 6 kg  1200 ml/hari  16
tpm/makro). Setelah hari ke 4, pasien sudah tidak mengalami
dehidrasi dan sudah tidak BAB cair. Nafsu makan meningkat, Dapat
diberikan cairan sesuai kemauan anak dan tetap di berikan oralit 30
ml/kali BAB cair.
2. Zinc
Zinc terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi
buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko
terjadinya dehidrasi pada anak. Diberikan zinc elemental selama 10-
14 hari meskipun anak sudah tidak mengalami diare. Dosis yang
diberikan: Usia < 6 bulan : 10 mg/hari dan usia >6 bulan : 20 mg/hari.
Pada pasien ini diberikan zink syrup 1x 20 mg.
3. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai
umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan
sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya nafsu makan
menandakan fase penyembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan,
makanan diberikan dalam jumlah kecil dengan frekuensi lebih sering
(kurang lebih 6 kali sehari) rendah serat, buah-buahan diberikan
terutama pisang. Pada pasien ini tetap diberikan makanan seperti
sebelum sakit yaitu bubur dan makanan lain seperti biskuit, karena
pasien masih ASI, maka ASI tetap dilanjutkan dengan pemberian tiap
3 jam.

14
4. Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan jika ada indikasi, misalnya disentri
atau kolera. Pemberian antibiotik yang sembarangan akan
mengganggu flora usus sehingga dapat memperpanjang lama diare
dan Clostridium difficile akan tumbuh sehingga diare sulit
disembuhkan. Pada pasien ini tidak ada kecurigaan kearah kolera
maupun disentri namun diberikan antibiotik ceftazidim 275 mg/12
jam/IV dan Gentamicin 14 mg/24 jam/IV, hal ini dikarenakan bukan
untuk mengobati diare melainkan untuk pneumonia yang diderita
pasien.

5. Edukasi
Bisa dilakukan langkah preventif untuk mencegah terjadinya diare
berulang seperti: tetap berikan ASI, menjaga kebersihan perorangan
dengan rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum
dan setelah mengganti popok bayi, kebersihan lingkungan seperti
buang air besar di jamban, membuang popok di tempat sampah yang
tertutup, minum air minum yang bersih (air dimasak hingga
mendidih), menutup makanan, dan dot bayi, serta mencuci dot bayi.

Pada pasien ini diberikan tatalaksana pneumonia berupa antibiotik


ceftazidim 50 mg/kgBB/12 jam (BB: 6 kg  300 mg/12 jam/IV)
gentamicin 2,5mg/kgBB/12 jam (BB: 6 kg  14 mg/12 jam/IV) dan
diberikan nebulisasi NaCl 0,9% 3 cc + salbutamol (lasal) 2,5 mg/ 12 jam.
Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien pneumonia yaitu
terapi supportif dan terapi berdasarkan kausal atau penyebab dari
pneumonia itu sendiri. Adapun terapi supportif yang dapat diberikan
berdasarkan Pedoman Palayanan Medis yang di keluarkan oleh World
Health Organization (WHO) yaitu pasien dengan saturasi oksigen
dibawah dari 92% perlu diberikan oksigen dengan menggunakan nasal
kanul atau sungkup dengan tujuan mempertahankan saturasi oksigen dan

15
menaikannya diatas 92%. Terapi cairan yang diberikan pada pasien anak
yang mengalami pneumonia yaitu dengan pemberian infus dextrosa 5%
sebanyak 8 tetas per menitnya. Hal ini bertujuan untuk menggantikan
kebutuhan kalori yang tidak bisa didapatkan oleh pasien secara oral.
Pemberian antipiretik yang digunakan yaitu paracetamol dengan cara
pemberian intravena atau dengan cara pemberian oral dengan dosis syrup
maupun tablet dengan syarat suhu yang pasien diatas 38 oC. Pemberian
nebulisasi dengan beta 2 agonis dikombinasi dengan NaCl dapat diberikan
untuk memperbaiki mucocilliary clearance.
Terapi berdasarkan kausal atau penyebab dari pneumonia yaitu
dengan pemberian antibiotik, adapun antibiotik yang masih sering
digunakan untuk saat ini yaitu ampisilin dengan dosis 20-40 mg/KgBB/8
jam dan gentamicin dengan dosis 2,5 mg/12 jam yang diberikan melalui
intravena. Pemberian antibiotik melalui intravena pada pasien dengan
intek oral yang tidak adekuat. Selain itu pemberian antibiotik pada bayi
melalu intravena harus dimulai secepat mungkin hal ini karena pada
neonatus dan bayi sering terjadi sepsis dan meningitis. Saat ini antibiotik
yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti
mengkombinasi beta laktam atau klavulanat dengan aminoglikosida atau
menggunakan sefalosporin generasi ketiga. Bila keadaan pasien sudah
stabil pemberian antibiotik secara intravena dapat diganti dengan
pemberian oral selama 10 hari. Pemberian kombinasi antibiotik ini
bertujuan untuk membunuh etiologi dari pneumonia yang dimana
ambisilin dapat membunuh bakteri Gram positif sedangkan pemberian
gentamisin dapat mengatasi bakteri Gram negatif. Selain itu antibiotik
pilihan utama apabila penyebab merupakan Mycoplasma pneumoniae
adalah golongan makrolid berupa erythromycin dengan dosis 30-50
mg/KgBB/hari
Pasien pneumonia dapat dipulangkan apabila gejala dan tanda telah
menghilang, asupan oral adekuat, pemberian antibiotik secara oral dapat

16
diteruskan dirumah keluarga setuju dengan pemberian terapi dan mau
datang kontrol 18.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Supriyatno Bambang. 2006. Infeksi Respiratorik Bawah Akut Pada Anak.


Devisi Respiratori Departement Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Depok
2. Aldriana Nana. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Samo 1
Tahun 2014. Universitas Pasir Pengairan
3. Kaunang Christian, Runtunuwu Ari,Wahani Audrey. 2016. Gambaran
karakteristik pneumonia pada anak yang dirawat di ruang perawatan
intensif anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2013 – 2015.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado
4. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta
5. Gharina Adia Lisa, Putri Fajariani, Yuniarti. 2016. Hubungan Faktor
Risiko dan Karakteristik Gejala Klinis dengan Kejadian Pneumonia pada
Balita. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Bandung
6. Darmawati Tri Ayu, Sunarsih Elvi, Trisnaini Inoy. 2016. Hubungan Faktor
Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Insiden Pneumonia Pada Anak
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kota Metro. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sirwijaya
7. Sarlis Nelfi, Filda Mutya. 2018. Hubungan Status Gizi Dengan Pneumonia
Balita Di Puskesmas Umban Sari Pekanbaru Tahun 2016. Akademi
Kebidanan Sempena Negri Pekan Baru
8. Mokoginta Dhefika, Arsi Arsunan, Sidik. 2014. Faktor Risiko Kejadian
Pnemonia Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Kota
Makassar. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin

18
9. Derek J. Williams, MD, MPH, Yuwei Zhu, MD, MS, Carlos G. Grijalva,
MD, MPH. 2016. Article. Predicting Severe Pneumonia Outcomes in
Children
10. Wardani Kusuma Neni, Winarsih Sri, Sukini Tuti. 2015. Hubungan Antara
Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(Ispa) Pada Balita Di Desa Pucung Rejo Kabupaten Magelang, Tahun
2014
11. Warganegara Efrida. 2017. Pneumonia Nosokomial (Hospital-acquired,
Ventilator-associated, dan Health Care-associated Penumonia. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung
12. Rahman Dally, Huriani Emil, Julita Ema. 2011. Kejadian Ventilator
Associated Pneumonia (Vap) Pada Klien Dengan Ventilasi Mekanik
Menggunakan Indikator Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS).
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
13. Samuel Halim, Amin Zulkifli. 2014. Profil Klinis Oasien Hospital
Aquirred Pneumonia Diruang Rawat Penyakit Dalam.
14. Samuel Andy. 2014. Bronkopneumonia On Pediatric Patient. Fakutas
Kedokteran Universitas Lampung
15. Monita Osharinanda, Yani Fity Fanny, Lestari Yuniar. 2015. Profil Pasien
Pneumonia Komunitas di Bagian Anak RSUP DR. M. Djamil Padang
Sumatera Barat. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
16. Pudjiadi Antonius, Hegar Badriul, Handyastuti Setyo dkk. 2011. Pedoman
Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia
17. Seyawati Ari, Marwiati. 2018. Tata Laksana Kasus Batuk Dan Atau
Kesulitan Bernafas. Literature Review. Jurnal Imiah Kesehatan
18. Dicky Alexander, Wulan Janar. 2017. Tatalaksana Terkini
Bronkopneumonia pada Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buletin. Pneumonia
Balita.

19

Anda mungkin juga menyukai