Anda di halaman 1dari 30

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dusun II Toluhe
Suku : Tolaki
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 03 Desember 2018
No. Rekam Medik : 54 31 22

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien baru masuk dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir
sejak 2 minggu yang lalu sedikit-sedikit berwarna merah kecoklatan
tanpa disertai adanya gumpalan. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut
bawah sejak 2 minggu lalu yang hilang timbul. Selain itu pasien juga
mengeluhkan mual tanpa disertai muntah sejak beberapa minggu yang
lalu hilang timbul disertai penurunan nafsu makan. Psien juga
mengeluhkan rasa pusing dan nyeri kepala, BAK dan BAB kesan
normal.
Riwayat penyakit dahulu: pasien mengaku tidak pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga menyangkal adanya
riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes, asma.

2
Riwayat penyakit keluarga: menurut pasien tidak ada keluarganya
yang pernah mengalami keluhan yang sama dengan yang dialami
pasien saat ini. Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes,
asma dalam keluarga disangkal.
Riwayat alergi : pasien mengaku tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan maupun obat-obatan.
Riwayat kontrasepsi : pil, implan dan pasien mengaku sudah 11 tahun
tidak menggunakan kontrasepsi.
3. Riwayat Obstetric :GVI PIVAI
a. I/1989/Aterm/Bidan /Normal/Rumah/Perempuan /BBL lupa
b. II/ 1991/ Aterm/ Bidan/Normal/Rumah/Perempuan/BBL lupa
c. III/ 1994/Aterm/Bidan/Normal/Rumah/Laki-laki/BBL lupa
d. IV/1999/Aterm/Bidan/Normal/Rumah/Perempuan/BBL lupa
e. V/ Abortus (tidak dikuret)
f. VI/ Kehamilan sekarang
Pasien mengatakan haid teratur 2-3 hari dan HPHT ?-10-2018

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Pasien sadar (komposmentis), sakit sedang, status gizi baik
Tanda Vital
Tekanan Darah Nadi Pernapasan Suhu
120/80 mmHg 84 x/menit 18 x/menit 36,6OC

Status Generalisata
Kepala Normosefal, deformitas (-)
Mata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher Pembesaran KGB (-), JVP dalam batas normal
Toraks Inspeksi
Simetris kiri = kanan, deformitas (-)

3
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus dbn
Perkusi
Sonor kiri = kanan
Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung Inspeksi
Iktus kordis tidak tampak, deformitas (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), ictus kordis tidak teraba, thrill
(-)
Perkusi
Pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi
Bising jantung (-)
Abdomen Inspeksi
Cembung, ikut gerak nafas, deformitas (-)
Auskultasi
Peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi
Nyeri tekan (+) region supra pubic, defans muskular (-),
massa (+)
Perkusi
Pekak hepar (+), timpani, nyeri ketuk supra pubic
Ekstremitas Dalam batas normal

Status Gynecology
Pemeriksaan abdomen Inspeksi : abdomen cembung, striae (-),
sikatrik (-)
Auskultasi : DJJ (-)

4
Palpasi: TFU 4 jari dibawah umbilikus,
terdapat massa berukuran kurang lebih 7x4
cm antara symphisis pubis dan umbilikus,
nyeri tekan suprapubik (+), ballottement (-),
HIS (-), bagian janin (-)
V/V : dalam batas normal

Pemeriksaan dalam vagina Portio : tebal, tidak ada pembukaan


Pelepasan: darah minimal

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium (26/11/2018)
PARAMETER HASIL RUJUKAN
Glukosa sewaktu 91 70-180 mg/dl
ureum 17 15-40
creatinine 0.5 0.5-1.0
SGOT/AST 78 <31
SGPT/ALT 81 <31
WBC 9,8 4,00-9,00
Hb 12,3 12.0-16.0
PLT 325 150-400
RBC 4,01 4.00-6.00

2) Imun- Serologi (26/11/2018)


PARAMETER HASIL RUJUKAN
Plano Test Positif(+) Negative (-)
B HCG > 301500 < 4 mIU/ml
(sebelum evakuasi
jaringan)

B HCG 1457,83 < 4 mIU/ml


5
(8 hari post kuret)

3) USG (26/11/2018)

Gambar 1. Tampak gambaran seperti sarang lebah


Kesan : mola hidatidosa

4) Pemeriksaan foto thoraks PA


Kesan : cor dan pulmo tak nampak kelainan

E. RESUME
Ny.H 46 tahun rujukan dari poli kandungan datang dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir sejak 2 minggu yang lalu sedikit-sedikit
berwarna merah kecoklatan tanpa disertai adanya gumpalan. Pasien juga
mengeluhkan nyeri perut bawah sejak 2 minggu lalu yang hilang timbul.
Selain itu pasien juga mengeluhkan mual tanpa disertai muntah sejak
beberapa minggu yang lalu hilang timbul disertai penurunan nafsu makan.
6
Psien juga mengeluhkan rasa pusing dan nyeri kepala, BAK dan BAB kesan
normal.
Riwayat penyakit dahulu: pasien mengaku tidak pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga menyangkal adanya riwayat
penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes, asma.
Riwayat penyakit keluarga: menurut oasien tidak ada keluarganya yang
pernah mengalami keluhan yang sama dengan yang dialami pasien saat ini.
Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes, asma dalam keluarga
disangkal.
Riwayat alergi : pasien mengaku tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan maupun obat-obatan.
Riwayat kontrasepsi : pil, implan dan pasien mengaku sudah 11 tahun tidak
menggunakan kontrasepsi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien sadar
(komposmentis). Tanda vital, yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84
x/menit, pernafasan : 18 x/menit dan suhu 36,6 OC. Pemeriksaan fisis
abdomen didapatkan peristaltik usus (+) kesan normal, teraba massa
berukuran kurang lebih 7x4 cm antara symphisis pubis dan umbilikus, nyeri
tekan suprapubik (+), defans muskular (-). Pemeriksaan dalam didapatkan
portio tebal dan tidak ada pembukaan serta terdapat pelepasan darah
minimal (bercak).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan, yaitu kimia darah, dengan


hasil SGOT 78, SGPT 81, WBC 9,8, Hb 12,3, PLT 325, pemeriksaan
imunoserologi di dapatkan kadar B HCG >301500, USG didapatkan
gambaran sarang lebah, foto thoraks PA didapatkan kesan cor dan pulmo
tak tampak kelainan dan Plano Test (+)
F. DIAGNOSA KERJA
Mola Hidatidosa
G. PENANGANAN
- IVFD RL 28 TPM

7
- Observasi keadaan umum, ttv dan perdarahan
- Rencana dilatasi serviks (pemasangan laminaria) dan kuretase
- Menyiapkan PRC 1 Unit

H. Hasil Kuretase

Gambar 2. Hasil kuretase

H. FOLLOW UP
Hari / Tgl Perjalanan Penyakit Rencana Terapi
3 Desember 2018 Subejektif (S) Planning (P)
Keluar darah dari jalan lahir - IVFD RL 28TPM
Objektif (O) - Observasi keadaan umum, ttv
 TD: 120/80 mmHg dan perdarahan
 N: 84 x/menit - Rencana dilatasi serviks

 P: 18 x/menit (pemasangan laminaria) dan

 S: 36,6 ˚C kuretase

Pemeriksaan abdomen: - Siapkan PRC 1 Unit

 Inspeksi : abdomen cembung

8
 Auskultasi : DJJ (-)
 Palpasi : TFU 4 jari dibawah
umbilikus, teraba massa
berukuran kurang lebih 7x4cm
antara symphisis pubis dan
umbilikus, nyeri tekan
suprapubik (+), ballottement
(-), HIS (-), bagian janin (-)
PDV:
 V/V : DBN
 Portio : Lunak, tidak ada
pembukaan
 Pelepasan : darah minimal
Assessment (A)
Mola Hidatidosa

4 Desember 2018 Subjektif (S) Planning (P)


Nyeri perut bawah - IVFD RL 28 TPM
Objektif (O) - Pemasangan laminaria pukul
 TD: 110/70 mmHg 04.00
 N: 82 x/menit - Inj ketorolac 1 amp 30mg/i.v

 P: 22 x/menit - Inj. Tramadol 1amp 100mg/i.v

 S: 36,6 ˚C - Kuretase + diagnostik

Fluksus: spotting (+) (pemeriksaan PA)

Assessment (A)
Mola Hidatidosa

5 Desember 2018 Subjektif (S) - Aff infus


Tidak ada keluhan Terapi post kuret
Objektif (O) - Metilergometrin tab 3x1

9
 TD: 90/60 mmHg - SF 1x1
 N: 78 x/menit - Pasien boleh pulang

 P: 18 x/menit
 S: 36,5 ˚C
Fluksus : -
Assessment (A)
Mola Hidatidosa

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopis mola mudah
dikenal, yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau
2 cm. Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin tersebut mirip
dengan gerombolah buah anggur.9
Penyebab mola tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat
menyebabkan antara lain: keadaan sosioekonomi yang rendah dan paritas
tinggi. Keluhan dari penderita seperti gejala-gejala hamil muda yang kadang-
kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya. Insiden mola hidatidosa cukup
tinggi dibandingkan insiden penyakit trofoblas lainnya. Molahidatidosa
tergolong penyakit trofoblas yang tidak ganas, tetapi penyakit ini dapat
menjadi ganas.1

B. DEFENISI

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar


dimana terjadi keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan
perkembangan parsial atau tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin,
hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidrofobik. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang
diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada vilus
berproliferasi dan mengeluarkan hormon Human chorionic gonadotrophin
(HCG) dalam jumlah yang lebih besar dari pada kehamilan biasa.4

11
Gambaran histopatologi yang khas dari mola hidatidosa adalah edem
stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan
proliferasi sel-sel trofoblas.2

C. EPIDEMIOLOGI

Frekuensi molahidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per


120 kelhamilan) dari pada wanita dinegara barat (1 per 2000 kehamilan). Di
Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan
insiden yang tinggi, dengan data RS di Indonesia yakni 1 per 40 persalinan.
Faktor resiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan
diatas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik.3,5

D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Penyebab terjadinya mola hidatidosa tidak diketahui dengan pasti,


diperkirakan adanya peranan kelainan kromosomal.6

Faktor risiko yang paling penting dalam hal ini yaitu usia pasien dan
riwayat kehamilan mola sebelumnya. Usia pasien baik terlalu muda atau tua
terdapat kenaikan risiko secara signifikan untuk terjadinya mola hidatidosa,
terutama mola hidatidosa komplit. Peningkatan yang paling mencolok pada
wanita berusia 40 tahun atau lebih, dimana risiko terjadinya mola hidatidosa
komplit 7,5 kali lebih tinggi dari pada wanita berusia antara 21 dan 35 tahun.
Riwayat abortus berulang sebelumnya lebih umum terjadi pada pasien dengan
mola hidatidosa. Setelah satu kehamilan mola, risiko untuk terjadinya mola
hidatidosa yang baru meningkat 1% sampai 2%, dan setelah kehamilan mola
kedua, risiko terjadinya kehamilan mola ketiga yaitu 15% sampai 20%.7

E. PATOFISIOLOGI DAN KLASIFIKASI

Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak


disertai janin maka disebut mola hidatidosa komplit, sedangkan bila disertai

12
janin atau bagian dari janin disebut parsial (PTG benigna) dan mola invasif
(PTG Maligna).2

1) Mola hidatidosa komplit


Merupakan hasil kehamilan tidak normal tanpa adanya embrio janin,
dengan pembengkakan hidrofik vili plasenta dan sering kali memiliki
hiperplasia trofoblastik pada kedua lapisan. Pembengkakan vili menyebabkan
pembentukan sisterna sentral disertai penekanan jaringan penghubung matur
yang mengalami kerusakan pembuluh darah. Mola hidatidosa komplit hanya
mengandung DNA paternal sehingga bersifat androgenetik tanpa adanya
jaringan janin. Hal ini terjadi karena satu sel sperma membawa kromosom 23
X melaukan fertilisasi terhadap sel telur yang tidak membawa gen maternal
(tidak aktif), kemudia mengalami duplikasi membentuk 46 XY dan 46 XX
heterozigot. Secara makroskopik pada kehamilan trimester dua berbentuk
seperti anggur karena vili korialis mengalami pembengkakan secara
menyeluruh. Pada kehamilan trimester pertama, vili korialis mengandung
cairan dalam jumlah lebih sedikit, bercabang dan mengandung cairan dalam
jumlah lebih sedikit, bercabang, dan mengandung sinsitiotrofoblas dan
sitotrofoblas hiperplastik dengan banyak pembuluh darah.
Secara klinis mola hidatidosa komplit dicurigai pada pasien dengan
uterus yang membesar dari yang diharapkan pada usia kehamilan normal,
tyerdapat perdarahan pervaginam, kadar Hcg meningkat nyata, preeklampsia
trimester pertama, dan kadang-kadang sebuah pembesaran uterus bilateral.
Pada USG memberikan gambaran badai salju atau sarang lebah (honey comb
apperiance).2
2) Mola hidatidosa parsial
Pada mola hidatidosa parsial, vili tersebar seperti anggur . ovum
dibuahi oleh dua set kromosom haploid paternal. Hal ini dapat terjadi dengan
dispermy ketika dua sperma membuahi ovum tunggal atau ketikaa sperma
diploid membuahi ovum diploid atau ketika sperma haploid membuahi ovum
diploid. Hasilnya yakni triploid dengan 69 kromosom. Oleh karena sel
13
kromosom ibu ada, janin berkembang, tetapi cacat dan kehamilan jarang
terjadi dalam jangka waktu yang lama. Hanya beberapa vili yang nampak
sebagai anggur.2

Tabel 1. Perbedaan Mola Hidatidosa Komplit dan Parsial14

Gambaran Mola Komplit Mola Parsial

Kariotipe 46 XX atau 46 Umumnya 69 XXX


XY atau 69 XXY
(tripoid)

Patologi

Edema villus Difus Bervariasi, fokal

Proliferasi Bervariasi, Bervariasi. fokal


ringan s/d berat

Trofoblastik Tidak ada Ringan s/d berat

Janin Tidak ada Sering dijumpai

Amnion, sel darah Tidak ada Sering dijumpai

Gambran klinis

Diagnosis Gestasia mola Missed abortion

Ukuran uterus 50% besar Kecil untuk masa


untuk masa kehamilan
kehamilan

Kista teka-litein 25-30% jarang

14
Penyulit medis Sering Jarang

Penyakit pasca mola 15-20% <5%

Kadar HCG Tinggi Rendah-tinggi

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis


dari penyakit trofoblas:

1. Teori missed abortion


Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5
minggu (missed abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan
peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
Menurut Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan karena kekurangan
gizi berupa asam folik dan histidin pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal
ini menyebabkan terjadinya gangguan angiogenesis.9
2. Teori Neoplasma Park
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit
trofoblas, yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga
menjadi abnormal. Hal ini menyebabkan terjadinya reapsorbsi cairan yang
berlebihan kedalam villi sehingga menimbulkan gelembung, yang
kemudian menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian
mudigah.9

F. GAMBARAN KLINIK
1). Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala mola hidatidosa yang paling
umum ditemui. Mulai dari sekedar spotting hingga perdarahan masif. Gejala
15
perdarahan biasanya terjadi antara bulan pertama sampai bulan ke tujuh
dengan rata-rata minggu ke 12-14. Dapat dimulai sesaat sebelum aborsi atau
lebih sering dapat muncul secara intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus
banyak hingga menyebabkan syok atau kematian. Sebagai akibat dari
perdarahan tersebut, gejala anemia sering dijumpai terutama pada wanita
malnutrisi. Efek dilusi dari hipervolemia terjadi pada wanita dengan mola
yang lebih besar. Perdarahan juga sering disertrai pengeluaran jaringan mola.
Darah yang keluar berwarna kecoklatan.8,10,11
2). Ukuran uterus bisa lebih besar atau kecil (tidak sesuai usia kehamilan)
Pertumbuhan ukuran uterus sering lebih besar dan lebih cepat dari
pada kehamilan normal, hal ini ditemukan pada setengah dari semua pasien
mola. Adapula beberapa kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besarnya
dengan kehamilan normal, walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam
hal ini perkembangan trofoblast tidak terlalu aktiv sehingga perlu dipikirkan
kemungkinan adanya dying mole. Uterus mungkin sulit untuk
diidentifikasikan secara pasti dengan palpasi, terutama bagi wanita nullipara.
Hal ini disebabkan karena konsistensinya yang lembut dibawah dinding perut
yang kaku. Pembesaran perut karena kista theca lutein multiple akan membuat
sulit perbedaan dengan pembesaran uterus biasa.8,10,11
3). Tidak adanya aktivitas janin
Walaupun pembesaran uterus mencapaibagian atas simfisis, tidak
ditemukan adanya denyut jantung janin. Meskipun jarang, mungkin terdapat
plasenta ganda dengan kehamilan mola komplit yang bertumbuh bersamaan,
sementara plasenta yang satu dan janin terlihat normal. Juga walaupun jarang,
mungkin terdapat mola inkomplit pada plasenta yang disertai janin hidup.8,10,11
4). Eklamsia dan preeklamsia
Preeklamsia pada kehamilan mola timbul pada trimester ke 2.
Eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan normal jarang terlihat sebelum
usia kehamilan 24 minggu. Oleh karenanya, preeklamsia yang terjadi sebelum
waktunya harus dicurigai sebagai mola hidatidosa.
5). Hiperemesis dan amenorea
16
Mual dan muntah yang signifikan dapat timbul sebagai salah satu
gejala mola hidatidosa.10
6). Tirotoksikosis
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat, namun gejala hipertiroid jarang muncul. Menurut Curry
insidennya 1%, tetapi penelitian lain menemukan angka lebih tinggi yaitu
7,6%. Terjadinya tirotoksikosis pada mola hodatidosa berhubungan erat
dengan besarnya uterus. Makin besar uterus, makin besar kemungkinan
terjadinya tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola dengan uterus besar masih
banyak ditemukan, maka dianjurkan agar pada tiap kasus moal hidatidosa
dicari tanda-tanda tirotoksikosis secara aktif.8,10,11
7). Kadar gonadotropin korion serumlebih tinggi dari yang diperkirakan
untuk usia kehamilan.8,10,11
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Perdarahan pervaginam, paking sering biasanya terjadi pada usia
kehamilan 6-16 minggu. Perdarahan bisa sedikit atau banyak, tidak
teratur, berwarna merah kecoklatan.
b. Terdapat gejala hamil muda yang sering lebih nyata dari kehamilan
biasa,
c. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan yang
merupakan diagnosis pasti.
d. Kadang kala timbul gejala preeklampsia.2
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi: wajah dan badan kadang pucat kekuning-kuningan, yang
disebut muka mola (mola face), selain itu bila gelembung mola keluar
dapat terlihat jelas.
b. Palpasi
1). Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek

17
2). Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan
janin.
3). Adanya fenomena harmonika, darah dan gelembung mola keluar,
fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru.

c. Auskultasi : tidak terdengan bunyi denyut jantung janin.

d. Pemeriksaan dalam : memastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek,


terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis.

e. Uji sonde : Sonde dimasukkan kedalam kanalis servikalis secara pelan


dan hati-hati, kemudian sonde diputar. Jika tidak ada tahanan,
kemungkinan mola.2

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan kadar B-hCG
Beta HCG urin lebih dari 100.000 mlU/ml dan dalam serum lebih dari
40.000 IU/ml. Klinis mungkin akan terkecoh dengan kehamilan miltiple
yang juga menghasilkan B-hCG yang tinggi pada awal kehamilan.
Untuk itu tidak disarankan membuat diagnosis hanya menggunakan
pemeriksaan B-hCG. Hasil terbaik akan diperoleh melalui kombinasi
pemeriksaan level B-hCG dan ultrasound. Misalnya diagnosis GTD
didukung kuat jika level B-hCG melebihi 800.000 mIU/mL dan
pencitraan ultrasound menunjukan material echogenik intrauterin dan
tidak adanya denyut jantung bayi. Setelah diagnosis kehamilan molar
tegak maka harus segera dilakukan terminasi. Pada pasien saat pertama
kali kontrol ke poliklinik obstetri ginekologi didapatkan hasil B-
hCG>225.000 mIU/mL (normal < 5 mIU/mL).12
b. Pemeriksaan kadar T3/T4
B-hCG 300.000 mIU/mL mempengaruhi reseptor thyrotropin,
mengakibatkan aktivitas hormon-hormon tiroid meningkat. Terjadi
gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardi, tremor,
hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu makan
18
meningka tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat terjadi
krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai hipertermia, kejang,
kolaps kardiovaskuler, toksemia, penurunan kesadaran sampai delirium
dan koma.11
4. Histipatologi
Gambaran dari histopatologinyang khas dari mola hidatidosa adalah edem
stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan
proliferasi sel-sel trofoblas.

Gambar 3. Gambaran histologi Mola Hidatidosa


5. Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi
pemeriksaan USG memiliki peran penting pada penegakan diagnosis
mola hidatidosa baik kompliy maupun parsial. Hampir semua pasien mola
hidatidosa didiagnosis dengan USG. Pada kehamilan mola, bentuk
karakteristik yang ada berupa gambaran seperti sarang lebah (honey comb)
atau badai salju (snow strom) dengan atau tanpa disertai kantong gestasi
atau janin. Pemeriksaan USG sebauknya dilakukan pada setiap pasien
yang pernah mengalami perdarahan pada trimester awal kehamilan dan
memiliki ukuran uterus yang lebih besar dari pada usia kehamilannya.13
Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik
sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed
19
abortion, abortus insomplitus atau mioma uteri. Pada kehamilan trimester
II gambaran mola hidatidosa umumnya lebih spesifik, kavum uteri berisi
masa ekogenik bercampur bagian-bagian anekhoik vesikuler berdiameter
antara 5-10 mm. Gambaran tersebut dapat dibayangkan seperti gambaran
sarang tawon atau badai salju.5

Gambar 4. USG menunjukan gambaran snow storm appearance


b. foto polos abdomen-pelvis : tidak diyemukan tulang janin.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan moal hidatidosa terdiri dari 4 tahap, yaitu:

1. perbaikan keadaan umum

Sebelum dilakukan tindakan evakuasi jaringan mola, keadaan umum


penderita harus distabilkan. Tergantung pada bentuk penyulit, kepada
penderita dapat diberikan:

a. transfusi darah, untuk mengatasi syok hipovolemia

b. antihipertensi/konvulsi, seperti pada eklampsia/preeklampsia

c. obat antitiroid, bekerja sama dengan penyakit dalam.15

2. evakuasi jaringan mola


20
Bial diagnosis telah ditegakkan, kehamilan mola harus segera diakhiri.
Ada dua cara evakuasi, yakni kuretase dan histerektomi.

a. kuretase
kuretase merupakan tindakan pilihan untuk mengevakuasi jaringan
mola, dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU
oksitosin dalam 500ml NaCL atau RL dengan kecepatan 40-60 tpm.
Oksitosin diberikan untuk menimbulkan kontraksi uterus mengingat
isinya akan dikeluarkan. Tindakan ini dapat mengurangi perdarahan dari
tempat implantasi dan dengan terjadinya retraksi miometrium, dinding
uterus akan menebal dan dengan demikian risiko perforasi dapat
dikurangi. Bila sudah terjadi abortus maka kanalis servikalis sudah
terbuka. Bila belum terjadi abortus, kanalis servikalis belum terbuka,
sehingga perlu dipasang laminaria atau servikalis dilator (setelah 10 jam
baru terbuka 2-5 cm). Setelah jaringan mola dikeluarkan secara aspirasi
dan miometrium memperlihatkan kontraksi dan retraksi, biasanya
dilakukan kuretase yang teliti dan hati-hati dengan menggunakan alat
kuret yang tajam dan besar. Jaringan yang diperoleh diberi label dan
dikirim untuk pemeriksaan. Kuretase kedua dilakukan apabila kehamilan
seusia lebih dari 20 minggu, atau tidak diyakini bersih. Kuret kedua
dilakukan kira-kira 10-14 hari setelah kuret pertama. Pada waktu itu
uterus sudah mengecil sehingga lebih besar kemungkinan bahwa kuret
betul-betul menghasilkan uterus yang bersih.
Jika terdapat mola hidatidosa yang besar (ukuran uterus >12
minggu, dan dievakuasindengan kuret hisap, laparatomi harus
dipersiapkan, atau mungkin diperlukan ligasi arteri hipogastrikabilateral
bila terjadi perdarahan atau perforasi. Sebelum kuret sebauknya
disediakan persediaan darah untuk menjaga kemungkinan terjadi
perdarahan masif selama kuretase berlangsung.9,14
21
b. Histerektomi
sebelum kuretase digunakan, histerektomi sering dipakai untuk
pasien dengan ukuran uterus diluar 12-14 minggu. Namun, histerektomi
tetap merupakan pilihan pada wanita yang sudah cukup umur dan cukup
mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena
umur tua dan paritas tinggi karena hal tersebut merupakan predisposisi
timbulnya keganansan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun
dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi
bila dilakukan pemeriksaan histopatologi sudah tampak adanya tanda-
tanda mola invasif.9,14
Ada beberapa ahli yang menganjurkan agar pengeluaran jaringan
dilakukan melalui histerektomi. Tetapi cara ini tidak begitu populer dan
sudah ditinggalkan. Walaupun histerektomi tidak dapat mengeliminasi
sel-sel tumor trofoblastik, namun mampu untuk mengurangi kekambuhan
penyakit ini.9,14
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadinya
keganasan dibawah pengawasan dokter. Misalnya umur tua dan paritas
tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus dengan
hasil histopatologi yang mencurigakan. Biasanya diberikan Methotrexate
atau Actinomycin D. Tidak semua ahli setuju dengan cara ini, dengan
alasan jumlah kasus mola yang menjadi ganas tidak banyak dan
sitostatika merupakan obat yang berbahaya. Goldstein berpendapat
bahwa pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan
metastasis, serta mengurangi terjadinya koriokarsinoma di uterus
sebanyak 3 kali. Kadar hCG >100.000 IU/L praevakuasi dianggap
sebagai resiko tinggi untuk perubahan kearah keganasan, pertimbangan
untuk memberikan methotrexate 3-5 mg/kgBB atau 25 mg IM dosis
tunggal. Metastasis yang hanya ke paru dapat diobati dengan agen
kemotrapi tunggal sedangkan metastasis lainnya memerlukan 3 agen
kemotrapi.9,14
22
Indikasi pemberian kemoterapi pada penderita pasca MH adalah
sebagai berikut:
a. Kadar HCG yang meningkat progresif pasca evakuasi
b. Kadar HCG yang tinggi > 4 minggu pascaevakuasi (serum
>20.000IU/L, urin >30.000 IU/24 jam)
c. Kadar HCG berapapun juga yang terdeteksi pada 4 bulan pasca
evakuasi
d. Kadar HCG berapapun juga yang disertai tanda-tanda metastasis
otaak, renal, hepar, traktus gastrointestinalis, atau paru-paru.
4. Pemeriksaan tindak lanjut (follow up)
Tujuan utama follow up untuk mendeteksi adanya perubahan yang
mengarah keganasan. Metode umum follow up adalah sebagai berikut:
a. Mencegah kehamilan selama periode follow up, minimal 1 tahun,
memenuhi jadwal kontrol selama 2-3 tahun (1 kali pada triwulan
pertama, tiap 2 minggu pada triwulan kedua, tiap bulan pada 6 bulan
berikutnya, tiap 2 bulan pada tahun berikutnya, selanjutnya tiap 3
bulan.
b. Pengukuran kadar serum B-hCG setiap 2 minggu
c. jika kadar normal (mencapai batas rendah dari pengukuran), dilakukan
pengukuran setiap bulan sekali selama 6 bulan dan tiap 2 bulan selama
1 tahun.
d. follow up dapat dihentikan dan kehamilan di ijinkan 1 tahun
kemudian.
Setiap periksa ulang, penting diperhatikan :
1) Gejala klinik : keadaan umum, perdarahan dan lain-lain
2) lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan inspekulo tentang
keadaan serviks, uterus cepat bertambah kecil atau tidak dan lain-lain.
3) reaksi biologis atau imunologisair seni, 1 kali seminggu sampai hasil
negatif, 1 X 2 minggu selama triwulan selanjutnya, 1 X sebulan dalam
6 bulan selanjutnya, 1 X 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau
reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan.
23
Keganasan masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola
hidatidosa.9,14
Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun,
mengingat kemungkinan terjadi keganasan setelah mola hidatidosa
(20%). Gejala-gejala choriocarsinoma yang harus diwaspadai setelah
dilakukan kuretase mla : perdarahan yang terus-menerus involusi
rahim tidak terjadi, terkadang malah nampak metastasis di vagina
berupa tumor-tumor yang biru ungu, rapuh dan mudah berdarah.
Selama pengawasan, secara berkala dilakukan ginekologis
kadar B-hCG dan ultrasonografi. Cara yang paling peka saat ini
adalah dengan pemeriksaan B-hCG yang menetap untuk beberapa
lama. Jika masih meninggi, hal ini berarti masih ada sel-sel trofoblast
yang aktiv. Cara yang umum di pakai sekarang ini adalah dengan
radioimmunoassay terhadap B-hCG sub-unit. Pemeriksaan kadar B-
hCG diselenggarakan setiap minggu sampai kadar menjadi negatif
selama 3 minggu dan selanjutnya setiap bulan selama 6 bulan.
Mungkin juga timbul metastasis di paru-paru yang menimbulkan
batuk dan haemoptoe, oleh karena itu, bila ada gejala-gejala yang
mencurigakan harus dilakukan foto toraks.9,14
I. KOMPLIKASI 9,14
Komplikasi pada mola hidatidosa yaitu :
- Perdarahan yang hebat sampai syok
- Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
- Infeksi skunder
- Perforasi
- Penyakit trofoblastik ganas
J. PROGNOSIS
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi,
payah jantung, atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola
hampir tidak ada lagi. Akan tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi,
yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari pasien mola akan segera
24
sehat setelah jaringannya dikeluarkan, akan tetapi ada sekelompok perempuan
yang kemudia menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
Presentase keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-
beda, berkisar antara 5,56%. Bila terjadi keganasan, maka pengelolaan secara
khusus pada divisi onkologi ginekologi.7
Data mortalitas berkurang secara drastis mencapai 0 dengan
diagnosa dini dan terapi yang adekuat. Dengan kehamilan mola yang lanjut,
pasien cenderung untuk menderita anemia dan perdarahan kronis, infeksi dan
sepsis pada kasus-kasus ini dapat menyebabkan tingkat morbiditas yang
tinggi.5,7

BAB III
ANALISIS KASUS

Ny.H 46 tahun rujukan dari poli kandungan datang dengan keluhan


keluar darah dari jalan lahir sejak 2 minggu yang lalu sedikit-sedikit berwarna
merah kecoklatan tanpa disertai adanya gumpalan. Pasien juga mengeluhkan nyeri
perut bawah sejak 2 minggu lalu yang hilang timbul. Selain itu pasien juga
mengeluhkan mual tanpa disertai muntah sejak beberapa minggu yang lalu hilang
timbul disertai penurunan nafsu makan. Psien juga mengeluhkan rasa pusing dan
nyeri kepala, BAK dan BAB kesan normal.
Riwayat penyakit dahulu: pasien mengaku tidak pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit
jantung, ginjal, hipertensi, diabetes, asma.
Riwayat penyakit keluarga: menurut oasien tidak ada keluarganya yang pernah
mengalami keluhan yang sama dengan yang dialami pasien saat ini. Riwayat
penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes, asma dalam keluarga disangkal.
Riwayat alergi : pasien mengaku tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan maupun obat-obatan.

25
Riwayat kontrasepsi : pil, implan dan pasien mengaku sudah 11 tahun tidak
menggunakan kontrasepsi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien sadar (komposmentis).
Tanda vital, yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, pernafasan : 18
x/menit dan suhu 36,6 OC. Pemeriksaan fisis abdomen didapatkan peristaltik usus
(+) kesan normal, teraba massa berukuran kurang lebih 7x4 cm antara symphisis
pubis dan umbilikus, nyeri tekan suprapubik (+), defans muskular (-).
Pemeriksaan dalam didapatkan portio tebal dan tidak ada pembukaan serta
terdapat pelepasan darah minimal (bercak).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan, yaitu kimia darah, dengan hasil


SGOT 78, SGPT 81, WBC 9,8, Hb 12,3, PLT 325, pemeriksaan imunoserologi di
dapatkan kadar B HCG >301500, USG didapatkan gambaran sarang lebah, foto
thoraks PA didapatkan kesan cor dan pulmo tak tampak kelainan dan Plano Test
(+)
Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan utama keluar darah sedikit-
sedikit dari jalan lahir. Sesuai teori hal ini merupakan gejala utama dari mola
hidatidosa. Perdarahan biasanya terjadi antara bulan pertama sampai bulan ke
tujuh dengan rata-rata minggu ke 12-14. Dapat dimulai dengan adanya perdarahan
intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak hingga menyebabkan syok atau
kematian.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa TFU pasien 4 jari dibawah pusat.
Sesuai teori, Pertumbuhan ukuran uterus sering lebih besar dan lebih cepat dari
pada kehamilan normal, hal ini ditemukan pada setengah dari semua pasien mola.
Adapula beberapa kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besarnya dengan
kehamilan normal, walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini
perkembangan trofoblast tidak terlalu aktiv sehingga perlu dipikirkan
kemungkinan adanya dying mole. Selain itu, pada pemeriksaan fisik juga tidak
ditemukannya aktivitas janin walaupun pembesaran uterus mencapai bagian atas
symphisis.

26
Pada kasus ini pasien juga mengeluhkan rasa mual, dimana sesuai teori hal
ini merupakan salah satu gejala mola hidatidosa yang dikarenakan peningkatan
horman B-HCG.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan, yaitu pemeriksaan kadar B-HCG


urin di peroleh hasil yakni >301500 mIU/ml, dimana sesuai teori dimana
ditemukannya peningkatan hormon B-HCG secara signifikan yakni >100.000
mIU/ml. Kadar B-HCG yang lebih dari 100.000 IU/L praevakuasi dianggap
sebagai resiko tinggi untuk perubahan ke arah keganasan, maka dari itu pada
kasus ini dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk mengetahiu adanya
keganasan. Pada kasus ini setelah hari ke 8 post evakuasi jaringan mola,
didapatkan kadar B HCG pasien menurun yakni menjadi 1457,83 mIU/ml. Selain
itu juga dilakukan pemeriksaan USG, dimana pada kasus ini diperoleh adanya
gambaran sarang lebah, dimana sesuai teori yang ada hampir semua pasien mola
hidatidosa didiagnosis dengan USG dengan bentuk karakteristik yang ada berupa
gambaran seperti sarang lebah (honey comb) atau badai salju (snow strom)
dengan atau tanpa disertai kantong gestasi atau janin.

Untuk penanganannya pada kasus ini, dilakukan pengeluaran jaringan dengan


jalan kuretase setelah sebelumnya dilakukan perbaikan keadaan umum, serta
pemasangan laminaria untuk membuka kanalis servikalis, karena pada kasus ini
tidak ditemukan adanya pembukaan pada kanalis servikalis. Hasil dari kuretase
yaitu ditemukan adanya dying mole serta tidak ditemukan adanya janin. Selain itu
pemeriksaan tindak lanjut atau follow up juga perlu dilakukan dimana sesuai teori
tujuan utama follow up untuk mendeteksi adanya perubahan yang mengarah
keganasan. Metode umum follow up yakni mencegah kehamilan selama periode
follow up, minimal 1 tahun, memenuhi jadwal kontrol selama 2-3 tahun (1 kali
pada triwulan pertama, tiap 2 minggu pada triwulan kedua, tiap bulan pada 6
bulan berikutnya, tiap 2 bulan pada tahun berikutnya, selanjutnya tiap 3 bulan,
serta untuk pengukuran kadar serum B-hCG setiap 2 minggu, namun pada kasus
ini hasil pemeriksaan B-HCG pasien belum keluar sehinng belum diketaui apakah
terjadi penurunan ataupun tidak.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramadhan B. Penyakit Trofoblastik Gestasional. 2011. Diunduh dari :
http://www.digi;ib.unismu.ac.idfilesdisk1104jtptunimus-gdl-windapuspi-
5153-2-bab2.pdf
2. Paputungan V Tiara, Wagey WF, Lengkong AR. Profil Penderita Mola
Hidatidosa di RSUP Prof.DR.R.D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic, Vol(4)
No.1.hal 215-22
3. Syafii SA, Hardjoeno. Kadar B-HCG Penderita Mola Hidatidosa Sebelum dan
sesudah kuretase. Indonesian Journal of Clinical Phatology and Medical
Laboratory, Vol.13,No.1:hal 1-3.
4. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. 2011. Penyakit Trofoblast Gestasiona :
Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo:Jakarta.hal 208-216
5. Simbolon YW. Mola Hidatidosa. Laporan Kasus. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada. 2013. p 29. Available from:
URL:https://xa.yimg.com/kq/groups/81481944/2132130294/name/YW+Lapsu
s+Mola+Hidatidosa+Mentawai.pdf
6. Niemann I, et all. Gestasional Thropoblastic Disease. Clinical Guidelines For
Diagnosis, Treatment, Follow up and Counselling. Dan Med J. 2015
7. Gant NF, Cunningham FG. 2010. Penyakit Trofoblastik Gestasiona: Dasar-
dasar Ginekologi dan Obstetri. EGC: Jakarta, hal.291-298
8. Hoffamn BL, DKK. 2012. Gestasional TrophoblasticDisease: Williams
Gynecology, Edisi II. Mc Graw Hill : Texas, Amerika Serikat, hal.898-912
9. Manuaba I.B.G, Manuaba A,C., Manuaba B,G,F. 2007. Penyakit Trofoblast:
Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta, hal.720-734
10. Taber B,Z. 1994. Kehamilan Mola: Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri
dan Ginekologi. ECG: Jakarta, hal.278-282
11. Lurain JR. Gestational Trophoblastic Disease: Epidemilogy, Pathology,
28
Clinical Presentation and Diagnosis of Gestational Trophoblastic Disease
and Management of Hydatidiform Mole. Am J Obstet Gynecol.
2010;6:531-9.
12. Nugroho T. 2010. Mola Hidatidosa: Buku Ajar Obstetri. Nuha Medika :
Yogyakarta, hal.10-19
13. Rayburn WF, Carey JC. 2001. Penyakit Trofoblast Gestasional: Obstetri
dan Ginekologi. Widya Medika : Jakarta, hal.347-348
14. Cuningham, dkk. 2009. Penyakit Trofoblastik Gestasional: Obstetri
Williams, Vol.1. EGC : Jakarta, hal.271-278
15. Tanto C, dkk. 2014. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
IV. Media Aesculapius: Jakarta, hal.424-425

29
BAGIAN OBSETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2018
UNIVERSITAS HALU OLEO

MOLA HIDATIDOSA

PENYUSUN :

Komang Widyastuti

K1A1 14 110

PEMBIMBING :

dr. Mono Valentino Yohanis, M.Kes, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

30
31

Anda mungkin juga menyukai