Anda di halaman 1dari 14

82 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No.

1, Maret 2015

Persepsi Dewasa Awal Mengenai Kursus Pranikah


Radhiya Bustan1
1
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Pendidikan, Universitas Al-Azhar Indonesia,
Jl.Sisingamangaraja, Jakarta 12110

Email: radhiya_bustan@yahoo.com

Abstrak - Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan dewasa awal. Persiapan
pernikahan yang dilakukan oleh pasangan dapat dilakukan melalui kursus pranikah. Kursus
pranikah adalah pemberian bekal pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah
tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warahmah serta
mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini
bertujuan melihat gambaran persepsi dewasa awal tentang kursus pranikah. Penelitian ini
dilakukan dengan metode kuantitatif dengan jenis penelitian survei menggunakan. Metode
analisis data menggunakan analisis deskriptif yang melibatkan 30 responden. Penelitian
menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria dewasa awal usia 18 sampai 40 tahun,
masa pernikahan kurang dari 10 tahun dan sudah pernah mengikuti kursus pranikah di
Kantor Urusan Agama (KUA) sebelum melangsungkan pernikahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dewasa awal memiliki persepsi yang baik terhadap kursus pranikah yang
ditunjukkan dengan hasil persepsi terhadap hukum pernikahan memperoleh nilai rata-rata
3,50, dimensi mengenai mekanisme dan prosedur pencatatan perkawinan serta dimensi
merawat cinta kasih memperoleh nilai rata-rata 3,37. Berikutnya dimensi penanaman nilai
keimanan, ketaqwaan serta akhlaqul karimah dalam keluarga memperoleh rata-rata 3,32.
Dimensi terkait fikih munakahat memperoleh nilai rata-rata 3,27. Serta dimensi pengetahuan
umum mengenai kursus pranikah memperoleh rata-rata 3,17. Rata-rata kedua terendah adalah
terkait kesehatan reproduksi yang hanya 3,04. Dan hanya satu dimensi yang memperoleh nilai
rata-rata dibawah 3 yaitu materi mengenai manajemen konflik, dengan rata-rata 2,97. Saran
dari penelitian ini agar kursus pranikah dapat diikuti oleh dewasa awal dalam mempersiapkan
pernikahan. Diharapkan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dapat terus
berkomitmen dalam menetapkan peraturan mengenai kursus pranikah dan menjadikannya
sebagai persyaratan untuk melangsungkan pernikahan. Demikian juga bagi Organisasi
keagamaan Islam yang telah memiliki akreditasi dari Kementerian Agama, agar terus
melaksanakan pelatihan untuk penyelenggara kursus pranikah agar menghasilkan sumber
daya manusia yang kompeten dalam pelaksanaan kursus tersebut. Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan untuk memaparkan keefektifan kursus pranikah guna mempersiapkan pernikahan
dan mencegah terjadinya perceraian.

Kata Kunci: Persepsi, Kursus Pranikah, Awal Kedewasaan

Abstract - Marriage is one of the developmental tasks of early adulthood. Wedding preparations
can be done by the pair through a premarital course. Premarital course is giving a better
understanding and knowledge of the life of the household / family in realizing harmonious
family, mawaddah warahmah as well as reduce the number of disputes, divorce and domestic
violence. This study aims to look at the picture of early adult perceptions about premarital
course. This research was conducted by a quantitative method with the type of survey research
use. Methods of data analysis using descriptive analysis involving 30 respondents. Research
using purposive sampling with criteria early adulthood ages 18 to 40 years, a period of less than
10 years of marriage and have completed a course of premarital at the Office of Religious
Affairs (KUA) before a wedding. The results showed that mature early have a good perception
of premarital courses as indicated by the results of the perception of the marriage law to obtain
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015 83

an average value of 3.50, the dimension of the mechanisms and procedures for registration of
marriages as well as the dimensions of caring loving obtain an average value of 3.37 , Next
dimensions planting values of faith, devotion and akhlaqul karimah in the family receives an
average of 3.32. Jurisprudence related dimensions munakahat obtain an average value of 3.27.
As well as the dimensions of a general knowledge of the course of premarital gained an average
of 3.17. Average of the two lowest-related reproductive health is only 3.04. And only one
dimension to obtain an average value below 3 that material on conflict management, with an
average of 2.97. Suggestions from this study that the premarital courses can be followed by
early adulthood in preparing for the wedding. Expected Director General of Islamic
Community Guidance can continue to be committed in setting the rules regarding pre-marital
courses and make it a requirement for a wedding. Likewise for the Islamic religious
organization that has had accreditation from the Ministry of Religion, in order to continue to
carry out training courses for organizers of premarital order to produce competent human
resources in the implementation of the course. For further research is expected to explain the
effectiveness of premarital courses to prepare for marriage and prevent divorce.

Keywords – perception, premarital courses, early adulthood

PENDAHULUAN “Hai manusia bertakwalah kepada Tuhanmu


yang telah menjadikan kamu dari jiwa yang
Latar Belakang satu, dan darinya Allah menjadikan

P ernikahan adalah ikatan sakral dalam


perjalanan hidup dua individu. Pernikahan
merupakan tugas perkembangan pada masa
pasangannya dan dari keduanya Allah
mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak…”
dewasa awal. Pada masa ini, dewasa awal akan
memilih pasangan hidup, belajar hidup bersama Setiap pasangan mengharapkan kehidupan
dengan suami atau isteri membentuk suatu pernikahan yang kekal sampai akhir hayat.
keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola Pernikahan yang baik mampu membentuk
sebuah rumah tangga (Hurlock, 1994). keluarga yang mempunyai fungsi agama,
reproduksi, kasih sayang dan afeksi, ekonomi,
Pernikahan merupakan peristiwa dimana perlindungan, pendidikan dan sosialisasi, serta
perjanjian antara dua manusia terjadi. funsi sosial budaya. Namun berbagai tantangan
Perjanjian suci menurut Islam sangatlah berat. dan lika-liku dapat membuat bahtera
Karena memerlukan tanggung jawab, pernikahan menjadi goyah dan tidak mampu
komitmen, dan kasih sayang (vemale.com). melaksanakan fungsi keluarga dengan
Pernikahan juga mempunyai makna semestinya. Terutama pada masa awal
"perkawinan". Menurut Pasal 1 Undang- pernikahan adalah tahap rentan dimana
undang No 1 Tahun 1974, perkawinan adalah pasangan masuk ke dalam proses penyesuaian
ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki landasan kehidupan pernikahan. Apabila
dan seorang perempuan sebagai suami isteri pasangan tidak mampu melewatinya dengan
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah baik, maka pernikahan akan terancam
tangga) bahagia yang kekal berdasarkan perceraian.
Ketuhanan yang Maha Esa. Eksistensi
perkawinan baru terjadi apabila dua (atau lebih) Angka perceraian di Indonesia sangat tinggi,
orang saling memelihara pertukaran rata-rata secara nasional mencapai kurang lebih
instrumental dan ekspresi secara berlanjut. 200 ribu pasang atau 10% setiap tahunnya.
Perceraian banyak terjadi pada pasangan muda
Menurut ajaran Islam hakekat perkawinan dengan usia pernikahan kurang dari 10 tahun.
berkaitan dengan fithrah manusia yang Menurut. Pusat Nasional untuk Statistik
diciptakan Tuhan berpasang-pasangan. Seperti Kesehatan (2000), perceraian biasanya terjadi
yang ditegaskan dalam Al Qur’an surat An di usia awal pernikahan, antara usia pernikahan
Nisa’ ayat 1, yang artinya: tahun ke lima hingga ke sepuluh. Hal ini
disebabkan salah satunya karena kurang
84 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015

mampunya pasangan menyesuaikan diri dengan Kursus pranikah adalah pemberian bekal
kehidupan pernikahan. pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
penumbuhan kesadaran kepada remaja usia
Pernikahan merupakan salah satu tugas dan nikah tentang kehidupan rumah tangga dan
perkembangan dewasa awal. Para psikolog keluarga. Kursus pranikah bukan semata-mata
perkembangan umumnya sepakat bahwa masa upaya prevensi terhadap kemungkinan
dewasa dimulai pada usia 18 dan 20 tahun gangguan dalam pernikahan yang akan
(Upton, 2012). Masa beranjak dewasa berlangsung, namun juga untuk meningkatkan
merupakan masa transisi dari remaja menuju kualitas hubungan suami-istri yang baik serta
dewasa yang berkesinambungan, dimana memberikan kesejahteraan, rasa aman dan
rentang usia masa dewasa awal adalah antara kebahagiaan dalam perkawinan. Dengan
18 hingga 25 tahun (Santrock, 2012). Tugas demikian maka akar keretakan dari hubungan
perkembangan pada masa dewasa awal ini dapat dihindari sedini mungkin.
antara lain adalah menikah atau membangun
suatu keluarga, mengelola rumah tangga, Bekerjasama dalam masalah hubungan saat
mendidik atau mengasuh anak (Havighurst, proses kursus pranikah berlangsung akan
2001). menjadikan kedua calon suami-istri mampu
mengambil keputusan seputar pernikahan
Apabila pasangan muda mengalami hambatan mereka, seperti, apakah akan dilakukan sesuai
penyesuaian diri dalam pernikahannya, maka dengan rencana atau mungkin justru ditunda,
akan menjadi konflik yang berkepanjangan dan serta berbagai kesepakatan lainnya yang telah
dapat memicu perceraian. Faktor penyebab melalui proses berpikir sehat.
perceraian tersebut antara lain adalah masalah
ekonomi, kekerasan, masalah prinsip, anak, Bagian terpenting dalam kursus pranikah
perbedaan paham politik, agama, poligami adalah sebagai suatu kesempatan bagi kedua
tidak sehat, krisis akhlak, kawin paksa, alasan pasangan untuk mewaspadai adanya sikap
ekonomi, cacat biologis, tidak ada tanggung meremehkan atas keputusan yang mereka akan
jawab (dalam rumah tangga), serta rumah ambil, menjadikan calon pasangan lebih
tangga yang tak lagi harmonis. Untuk itu, berpikir kritis akan masa depan hubungan,
diperlukan kesiapan dan kematangan pasangan kebahagian, dan kesejahteraan masing-masing.
dalam mengelola dan memelihara kehidupan
perkawinan mereka. Ketahanan keluarga Cinta saja tidak cukup dijadikan landasan suatu
merupakan kemampuan memelihara kehidupan pernikahan, melainkan juga diperlukan hasil
perkawinan dan menjalankan fungsi-fungsi pemikiran dan juga pengambilan keputusan
keluarga serta kelenturan dalam menghadapi yang telah ditentukan secara masak yang dapat
dan menyelesaikan masalah dan tantangan. Hal dibantu melalui proses kursus pranikah.
ini tentunya tidak terjadi dengan serta merta Dewasa ini, terjadi peningkatan jumlah orang
ketika pasangan memasuki pernikahan. Perlu yang beranjak dewasa dan orang dewasa awal
adanya suatu bentuk usaha pemberian yang mengikuti pendidikan pranikah yang
pemahaman kepada pasangan yang hendak memberikan informasi tentang relasi (Busby &
menikah mengenai berbagai hal yang terkait kawan-kawan, 2007). Mungkinkah pendidikan
dengan kehidupan pernikahan. Usaha tersebut pranikah yang diberikan dengan metode kursus
salah satunya adalah dengan memberikan tersebut dapat meningkatkan kualitas
kursus pranikah yang bertujuan untuk pernikahan dan mengurangi kemungkinan
membantu pasangan memperoleh pengetahuan terjadinya perceraian? Hal ini dapat kita lihat
mengenai pernikahan. Kursus pranikah melalui persepsi pasangan yang sudah menikah
diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk tersebut mengenai manfaat kursus pranikah
upaya dalam mencegah perceraian. Kondisi yang sudah mereka peroleh dalam menjalani
yang menyumbang terhadap kesulitan dalam bahtera rumah tangga.
penyesuai perkawinan adalah persiapan yang
kurang untuk menghadapi perkawinan, baik Hal lain yang jadi perhatian adalah pelaksanaan
penyesuaian seksual, keterampilan domestic, kursus pranikah yang belum dapat dilaksanakan
mengasuh anak, dan manajemen keuangan secara konsisten di setiap KUA (Kantor Urusan
(Hurlock, 1994). Agama) di Jakarta. Sehingga manfaatnya pun
mungkin belum dapat dirasakan secara optimal
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015 85

oleh masyarakat, terutama dalam menurunkan reproduksi, menajemen konflik dalam keluarga,
tingkat perceraian di Indonesia. Untuk itu, pada penanaman nilai keimanan, ketaqwaan, serta
tahun 2013, Direktur Jenderal Bimbingan akhlaqul karimah dalam keluarga.
Masyarakat Islam mengeluarkan peraturan
tentang pedoman penyelenggaraan kursus pra Manfaat secara teoritis dari hasil penelitian ini
nikah (Peraturan No DJ.II/542 Tahun 2013). diharapkan menjadi sumber informasi dan
Peraturan ini dikeluarkan untuk meningkatkan pengetahuan bagi calon pasangan yang akan
pemahaman dan pengetahuan tentang menikah, yang sudah menikah dan lembaga
kehidupan rumah tangga/keluarga dalam yang memberikan pelayanan pendidikan/kursus
mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah pranikah dalam usaha mewujudkan keluarga
warahmah serta mengurangi angka sakinah mawaddah warahmah agar dapat
perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam menurunkan tingkat perceraian di Indonesia.
rumah tangga. Berdasarkan peraturan tersebut,
lembaga penyelenggara kursus pra nikah
diperluas pada organisasi keagamaan Islam KERANGKA TEORI
yang telah memiliki akreditasi dari
Kementerian Agama, diantaranya Badan Persepsi
Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Persepsi merupakan suatu proses identifikasi
Perkawinan (BP4) yang merupakan mitra kerja dan interpretasi terhadap suatu stimulus
Kementerian Agama dalam mewujudkan berdasarkan informasi yang diterima. Informasi
keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. tersebut diterima melalui lima panca indera,
Sehingga tidak hanya calon pengantin saja yaitu: penglihatan, pendengaran, perasa,
yang dapat memperoleh kursus pranikah ini, peraba, dan penciuman (Stuart dan Laraia,
namun dapat diberikan pada seluruh remaja 2005).
atau pemuda usia nikah.
Menurut Notoadmodjo (2005), persepsi
Penelitian ini akan berfokus pada bagaimana dipengaruhi oleh pengalaman, harapan, dan
persepsi dewasa awal dalam melihat manfaat pengetahuan seseorang.
kursus pranikah yang pernah mereka peroleh
dalam menjalani bahtera rumah tangga. Kursus Sejalan dengan itu, Sarwono (2010)
pranikah yang dimaksud adalah yang menyatakan bahwa persepsi kemampuan untuk
diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama membedakan, mengelompokkan, memfokuskan
dalam bentuk kursus calon pengantin dan informasi yang diterima melalui indra yaitu
kursus pranikah yang diselenggarakan oleh hidung, mata, telinga, lidah, dan kulit. Persepsi
organisasi-organisasi keagamaan Islam. berlangsung saat seseorang menerima stimulus
dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-
Melalui penelitian ini, akan dilihat gambaran organ bantunya yang kemudian masuk ke otak.
persepsi dewasa awal mengenai kursus Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada
pranikah yang pernah mereka ikuti, dilihat dari akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman.
aspek pendekatan teori, manfaat, tujuan, materi, Pemahaman inilah yang disebut dengan
dan metode pelaksanaan kursus pranikah. persepsi.

Masalah Penelitian King (2010), berpendapat bahwa persepsi


Adapun masalah dari penelitian ini adalah adalah suatu proses mengatur dan mengartikan
mengidentifikasi gambaran persepsi dewasa informasi sensoris untuk meberikan makna.
awal mengenai kursus pranikah?
Persepsi pada penelitian ini akan berfokus pada
Tujuan dan Manfaat Penelitian gambaran identifikasi dan interpretasi terhadap
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kursus pranikah yang pernah diperoleh oleh
gambaran persepsi dewasa awal mengenai pasangan muda yang berada pada usia dewasa
kursus pranikah, ditinjau dari pengetahuan dan awal.
pemahaman mengenai hukum pernikahan,
mekanisme dan prosedur pencatatan Kursus Pranikah
perkawinan, fikih munakahat, cara merawat Kursus pranikah merupakan pemberian bekal
cinta kasih dalam keluarga, kesehatan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
86 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015

penumbuhan kesadaran kepada remaja usia 2. Hukum Perkawinan


nikah dan calon pengantin tentang kehidupan Berdasarkan pasal 2 ayat (1), perkawinan
rumahtangga dan keluarga (Modul TOT Kursus adalah sah apabila dilakukan menurut hokum
Pranikah Kementerian Agama RI, 2010). masing-masing agama dan kepercayaan. Serta
pasal 2 ayat (2), menyatakan tiap-tiap
Materi kursus pranikah yang dikeluarkan oleh perkawinan dicatat menurut peraturan
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal perundangan yang berlaku. Sehingga, setiap
Bimbingan Masyarakat Islam berisi mengenai perkawinan harus tercatat di Kantor Urusan
hukum pernikahan, mekanisme dan prosedur Agama (KUA).
pencatatan perkawinan, fikih munakahat,
merawat cinta kasih dalam keluarga, kesehatan Hukum perkawinan didasarkan pada alasan
reproduksi, menajemen konflik dalam keluarga, pernikahan, yang dikelompokkan menjadi lima,
penanaman nilai keimanan, ketaqwaan, dan yaitu:
akhlaqul karimah dalam keluarga. a. Wajib, bagi seseorang yang sudah cukup
umur, mampu memberi nafkah, dan
Konseling pranikah sebaiknya dimulai sekitar khawatir tidak mampu menahan nafsu atau
enam bulan hingga satu tahun sebelum takut berzina.
pernikahan (Santrock, 2012). b. Sunnah, bagi seseorang yang sudah
mempunyai kemampuan member nafkah
Penelitian ini akan berfokus pada kursus dan berkeinginan melangsungkan
pranikah yang dilaksanakan oleh Kantor perkawinan, meskipun mampu menahan
Urusan Agama dalam bentuk kurus calon nafsu atau takut berzina.
pengantin dan kursus pranikah oleh organisasi- c. Haram, bagi seseorang yang mempunyai
organisasi keagamaan Islam yang telah maksud menyakiti hati suami/istri atau
memiliki Akreditasi dari Kementerian Agama. menyia-nyiakannya.
d. Mubah, bagi seseorang yang belum mampu
Materi Kursus Pranikah member nafkah, sementara dirinya tidak
Materi kursus pranikah yang dikeluarkan oleh mampu menahan nafsu dan khawatir akan
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal berzina.
Bimbingan Masyarakat Islam adalah sebagai e. Makruh, bagi orang yang belum sanggup
berikut (Modul TOT Kursus Pra Nikah, 2010: memberikan nafkah, sementara dia masih
mampu menahan nafsu yang mengarah pada
Hukum Pernikahan. zina.
Berkaitan dengan peraturan perundangan
perkawinan. Tata Cara Pengurusan Pernikahan
Warganegara Indonesia yang beragama Islam
1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan yang akan melakukan pernikahan mendaftarkan
Menurut UU Nomor 1 tahun 1974 tentang diri ke Kantor Urusan Agama Kecamatan yang
Perkawinan, pernikahan atau perkawinan pelaksanaannya dilakukan oleh penghulu.
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan Penghulu adalah Pegawai Negeri Sipil sebagai
tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga pegawai pencatat nikah yang diberi tugas,
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
Yang Maha Esa. Adapun tujuan perkawinan penuh oleh Menteri Agama atau pejabat yang
menurut Islam, antara lain: ditunjuk sesuai peraturan perundangan yang
1) Membina kehidupan keluarga bahagia berlaku untuk melakukan pencatatan serta
sejahtera pengawasan pelaksanaan nikah dan rujuk
2) Hidup cinta mencintai dan kasih saying menurut agama Islam, serta membahas tatacara
3) Melanjutkan dan memelihara keturuan pendaftaran nikah serta waktu pendaftaran dan
4) Membentengi diri dari perbuatan maksiat pengumum kehendak nikah agar pernikahan
dan menyalurkan naluri seksual secara dapat berjalan dengan aman, tertib, dan lancar.
halal; serta
5) Membina hubungan kekeluargaan dan Fikih Munakahat
mempererat silaturahmi antar keluarga menjelaskan konsep dasar perkawinan,
menjelaskan tujuan dan hikmah perkawinan,
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015 87

syarat dan rukun nikah, akad nikah dan ijab berumah tangga sesuai dengan
kabul, hak dan kewajiban suami isteri, kemampuannya.
menjelaskan mu’asarah bil ma’ruf, adab nikah, g) Istri wajib mengatur urusan rumah tangga
serta hak dan kewajiban orangtua terhadap dengan sebaik-baiknya.
anak. h) Jika suami atau istri melalaikan
kewajibannya, masing-masing dapat
Hikmah pernikahan bagi kedua mempelai mengajukan gugatan kepada Pengadilan
adalah : Agama.
1) Membuat jiwa lebih tenang karena Pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga, memahami
terjalinnya rasa cinta dan kasih saying yang fungsi keluarga sebagai fungsi agama,
membuat kehidupan lebih terarah. reproduksi, fungsi kasih sayang, fungsi
2) Terhindar dari perbuatan maksiat, karena perlindungan, fungsi pendidikan dan sosialisasi
fitrah seksual (kebutuhan biologis) dapat nilai, fungsi ekonomi, serta fungsi sosial
tersalurkan ke jalan yang benar, halal, dan budaya.
diridhai Allah.
3) Nikah merupakan jalan terbaik untuk Merawat Cinta Kasih dalam Keluarga
menciptakan keturunan yang baik dan Dalam merawat cinta kasih ada beberapa hal
mulia sekaligus merupakan upaya menjaga fundamental yang harus dijalankan
kelangsungan hidup manusia sesuai dengan diantaranya: kemitrasejajaran/kondisi harmonis
ajaran agama. antara suami isteri, saling memuji kelebihan
4) Dengan nikah dan kemudian mempunyai dan menyempurnakan kekurangan,
anak, naluri kebapakan dan naluri keibuan memberikan hadiah, saling memberi nasihat,
akan tumbuh dan berkembang saling saling terbuka, dll.
melengkapi.
5) Nikah dapat mendorong seseorang, terutama Kesehatan Reproduksi
yang laki-laki untuk bersungguh-sungguh Pentingnya mengetahui kondisi kesehatan
dalam mecari rezeki yang banyak dan reproduksi adalah:
halal, sebab dialah yang harus bertanggung 1. Menjaga kesehatan alat reproduksi sendiri.
jawab terhadap istri dan anak-anaknya, Untuk wanita, mencuci alat kelamin
baik berkaitan dengan jasamni maupun dengan bersih (dari depan ke belakang).
rohani mereka. Untuk pria hampir sama, dan perlu
dilakukan sunat untuk mencegah
Hak dan Kewajiban Suami Istri penumpukan kuman, yang menyebabkan
Setiap perjanjian menimbulkan hak dan infeksi dan gangguan kemih. Sebab, darah
kewajiban, begitupun dalam perkawinan. dan urin adalah media yang baik untuk
Dalam UU Perkawinan ada Bab tersendiri yang pertumbuhan kuman.
mengatur mengenai hak dan kewajiabn suami 2. Mengetahui indikator kesehatan ibu secara
istri, yaitu berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974, umum, yakni:
suami istri memiliki kewajiban sebagai berikut: - Mengetahui masa subur, siklus menstruasi,
a) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dan siklus teratur/tidak teratur. Siklus
dengan hak dan kedudukan suami dalam normal terjadi 21-35 hari.
kehidupan rumah tangga dan pergaulan - Pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan
hidup bermasyarakat. untuk menurunkan angka terjadi kelainan
b) Masing-masing pihak berhak untuk genetik generasi selanjutnya.
melakukan perbuatan hukum. - Cek TORCH (Toksoplasma, Rubela,
c) Suami adalah kepala keluarga dan istri Citomegalovirus, Herpes Simplex).
adalah ibu rumah tangga. - Imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Penting
d) Suami istri mempunyai tempat kediaman dilakukan karena pertama kali
yang tetap. berhubungan intim. Umumnya alat
e) Suami istri wajib saling mencintai, hormat kelamin wanita mengalami luka akibat
menghormati, setia member bantuan lahir, selaput darah robek. Luka ini akan
dan batin kepada pasangannya. menjadi jalan masuk bakteri tetanus.
f) Suami wajib melindungi istrinya dan - Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
memberikan segala keperluan hidup - KB dalam rangka menunda dan mengatur
jarak kehamilan. Kelahiran anak pertama
88 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015

dan kedua mempunyai jarak minimal tiga kesepakatan baru agar tidak terjadi konflik
tahun. yang sama di masa yang akan dating.

Manajemen Konflik dalam Keluarga Penanaman Nilai Keimanan, Ketaqwaan


Macam dan faktor penyebab konflik dalam dan Akhlaqul Karimah dalam Keluarga.
keluarga: Dengan aqidah yaitu iman atau
1. Rendahnya kemampuan berkomunikasi kepercayaan/keyakinan, sumbernya adalah Al
2. Rendahnya komitmen terhadap keluarga Qur’an. Ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa
3. Ketidakjelasan peran anggota keluarga pembinaan mental dan kepribadian itu dimulai
4. Lingkungan yang kurang mendukung jauh sebelum dalam kandungan., yaitu sejak
5. Timbulnya rasa cemburu hubungan suami istri dilakukan dengan cara-
6. Kurang tertatanya perekonomian keluarga cara dan dengan adab yang baik, sopan dan
7. Terjadinya perselingkuhan menurut ajaran agama serta dimulai dengan
8. Adanya campur tangan pihak lain do’a diwaktu melakukan hubungan suami istri.
Kedua calon ibu bapak itu dalam rumah tangga
Tahapan Manajemen konflik: selalu rukun damai dan tetap taat menjalankan
1. Tahap Primer, merupakan tahap ajaran agama, maka insyaAllah nantinya akan
pencegahan terhadap terjadinya konflik membuahkan keturunan yang baik yang
keluarga. Upaya-upaya yang dapat mendapat perbekalan unsur-unsur agama dalam
dilakukan antara lain: diri anak yang akan lahir nanti. Begitu bayi
a. Mengerti terhadap pekerjaan pasangan lahir dari kandungan, maka sang ayah
masing-masing; berusaha membuat menyambutnya dengan syukur kepada Allah
suami/istri merasa senang; saling dan membaca pada kedua telinga anak itu
menyatakan perasaan secara terbuka; kalimat adzan dan iqamat sebagaimana ajaran
menghargai pendapat/ide pasangan; yang telah dusunnatkan oleh Nabi Muhammad
menggunakan waktu luang bersama; SAW.
saling memuaskan dalam kehidupan
seksual. Dewasa Awal
b. Adanya komunikasi yang efektif dan dapat Masa beranjak dewasa merupakan masa transisi
menjadi pendengar yang baik bagi dari remaja menuju dewasa yang
pasangannya. berkesinambungan. Rentang usia masa dewasa
c. Jika ada masalah, komunikasi dengan awal antara 18 hingga 25 tahun (Santrock,
pasangan agar tidak berlarut-larut. 2012). Sedangkan menurut Hurlock, masa
d. Menyeimbangkan antara perasaan dan dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun
pikiran (rasional). sampai kira-kira umur 40 tahun. Pendapat
Hurlock ini digunakan dalam menentukan usia
2. Tahap Sekunder, bagaimana cara responden dalam penelitian ini.
mengatasi konflik yang sudah terjadi.
Upaya-upaya yang dilakukan antara lain: Dalam tahun sejak usia dewasa secara hukum
a. Mencari alternative pemecahan masalah sampai usia tiga puluh tahun, kebanyakan laki-
berdasarkan sumber masalahnya. laki dan wanita berupaya menyesuaikan diri
b. Berkomunikasi secara asertif (menghargai dalam kehidupan perkawinan, peran sebagai
diri sendiri dan pasangan). orang tua dan karir mereka (Hurlock, 1994).
c. Mencari bantuan pihak ketiga yang Menurut Levinson, memasuki dunia dewasa,
kompeten, seperti psikolog atau konselor orang dewasa membangun struktur kepribadian
perkawinan. mereka yang pertama, kerap dengan
d. Memilih cara yang terbaik (salah satu). mengambil dan menguji suatu pilihan karier
e. Melaksanakan cara yang sudah dipilih dari dan dengan menikah/membentuk suatu
kompromi di atas. hubungan yang stabil. Mereka bekerja dmei
f. Evaluasi penyelesaian konflik. kesuksesan, mencari pasangan yang suportif
dan/atau pembimbing, dan tidak banyak
3. Tahap Tersier setelah konflik teratasi. mempertanyakan hidup mereka (Upton, 2012).
Pasangan berusaha untuk mempertahankan
komunikasi yang efektif. Perlu Beberapa tugas perkembangan pada masa
dewasa awal adalah memilih pasangan hidup,
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015 89

belajar hidup bersama dengan suami atau isteri 1. Pasangangan yang sudah menikah kurang
membentuk suatu keluarga, membesarkan dari 10 tahun, karena perceraian banyak
anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga terjadi pada pasangan muda dengan usia
(Hurlock, 1994). pernikahan kurang dari 10 tahun.
2. Berada pada masa dewasa awal usia 18 –
Sekitar tahun 1930, pernikahan yang stabil 40 tahun (Hurlock), karena tugas
secara luas dianggap sebagai titik akhir dari perkembangan pada masa dewasa awal
perkembangan orang dewasa. Dalam kurun adalah memilih pasangan hidup, belajar
waktu 60 tahun terakhir, pemenuhan kebutuhan hidup bersama dengan suami atau isteri
individu, baik di dalam maupun di luar membentuk suatu keluarga, membesarkan
pernikahan telah muncul sebagai tujuan yang anak-anak, mengelola sebuah rumah
menyaingi stabilitas perkawinan (Skolnick, tangga (Hurlock, 1994).
2007). Hambatan penyesuaian diri juga dapat 3. Sudah menikah dan pernah mengikuti
memicu perceraian pada masa awal kursus pranikah yang diselenggarakan
perkawianan. oleh Kantor Urusan Agama dalam bentuk
kurus calon pengantin dan kursus pranikah
oleh organisasi-organisasi keagamaan
METODE PENELITIAN Islam yang telah memiliki Akreditasi dari
Kementerian Agama. Diharapkan melalui
Jenis Penelitian pengalaman yang sudah diperoleh, subjek
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian dapat mengidentifikasi dan
kuantitatif dengan jenis penelitian survei. menginterpretasi mengenai kursus
Penelitian survei merupakan penelitian yang pranikah yang sudah pernah mereka ikuti.
menggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitian. Kuesioner merupakan lembaran Teknik Pengolahan Data
yang berisi beberapa pernyataan dengan
struktur yang baku (Prasetyo & Miftahul Uji Instrumen Penelitian
Jannah, 2005). Uji instrumen dilakukan untuk mengetahui
kualitas instrumen, karena instrumen yang
Subyek Penelitian dikatakan baik harus memenuhi dua
Populasi penelitian ini adalah dewasa awal persyaratan penting yaitu: valid dan reliabel.
yang bertempat tinggal di Jakarta. Sementara
yang diambil sebagai sampel dalam penelitian Validitas
ini adalah 30 orang dewasa awal usia 18 - 40 Kriteria sebuah penelitian yang dianggap
tahun yang berdomisili di daerah Jakarta sebagai penelitian ilmiah, kecermatan
Selatan. pengukuran sangat diperlukan.Ada dua syarat
utama yang harus dipenuhi oleh alat ukur untuk
Penentuan jumlah subyek penelitian yang akan memperoleh suatu pengukuran yang cermat,
digunakan, ditentukan berdasarkan batas yaitu Validitas dan Reliabilitas.
minimal yang dikemukakan oleh Guilford &
Fruchter (1978), yaitu tidak kurang dari 30 Validitas artinya alat ukur yang digunakan
orang responden. dalam pengukuran, dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Uji
Teknik Penarikan Sampel validitas dimaksudkan untuk menguji ketepatan
Teknik penarikan sampel pada penelitian ini item-item dalam kuesioner, apakah item-item
adalah teknik penarikan sampel nonprobabilita yang ada mampu menggambarkan dan
dengan purposive sampling, dimana tidak menjelaskan variable yang diteliti.Jadi validitas
adanya kesempatan yang sama bagi anggota adalah seberapa jauh alat dapat mengukur hal
populasi untuk menjadi sampel penelitian, atau subjek yang ingin diukur. Validitas
sampel dipilih berdasarkan kriteria khusus diusahakan dengan pikiran logis, meminta
(Prasetyo dan Jannah, 2005). pendapat orang yang ahli, menggunakan
kelompok yang telah diketahui sifatnya, kriteria
Adapunkriteria khusus untuk sampel penelitian independen. Item yang digunakan dalam
ini adalah: penelitian ini untuk selanjutnya diuji
reliabilitasnya. Pengujian validitas dilakukan
90 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015

untuk mengetahui apakah suatu skala psikologi Keterangan :


mampu menghasilkan data yang akurat sesuai ri: reliabilitas instrumen
dengan tujuan ukurnya. Untuk uji validitas k: banyak item pertanyaan
menggunakan rumus Pearson Product Moment ΣSi2: jumlah variansbutir
dengan perhitungannya menggunakan program St2: jumlah varians total
SPSS 20.0. Adapun rumus korelasi Product
Moment sebagai berikut : Metode Analisis Data
Adapun pengolahan data dalam penelitian ini
𝑛 Σxy − (Σx)(Σy)
𝑟𝑥𝑦 = (1) menggunakan analisis deskriptif, yaitu analisis
√{n Σx2 − (Σx)2 } {n Σy2 − (Σy)2 } yang menekankan pada pembahasan data-data
dan subjek penelitian dengan menyajikan data-
Keterangan: data secara sistematik dan tidak menyimpulkan
rxy: koefisien korelasi antara x dan y rxy hasil penelitian (Priyatno, 2008). Satistik
N: Jumlah Subjek deskriptif menggambarkan tentang ringkasan
x: Skor item data-data penelitian seperti mean, standar
y: Skor total deviasi, varian, modus, dan lain-lain.
∑x: Jumlah skor items
∑y: Jumlah skor total Statisik deskriptif yang digunakan antara lain
∑x2: Jumlah kuadrat skor item adalah:
∑y2: Jumlah kuadrat skor total a) Dispersi yang meliputi; skor maksimum,
dan minimum, rentang skor (range),
Reliabilitas simpangan baku, dan varian
Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat b) Ukuran gejala pusat, seperti; skor rata-rata
dipercaya, yaitu apabila alat ukur digunakan (mean), harga median, modus
berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh
peneliti lain tetap memberikan hasil yang sama. Alat Penelitian
Jadi reliabilitas adalah seberapa jauh Penelitian ini menggunakan alat penelitian
konsistensi alat ukur untuk dapat memberikan berupa kuesioner. Kuesioner adalah alat
hasil yang sama dalam mengukur hal dan pengumpul data yang berupa daftar pertanyaan
subjek yang sama.Reliabilitas mengandung 3 atau pernyataan tertulis yang dijawab sesuai
makna yaitu: dengan keadaan menurut subjek. Kuesioner
1. tidak berubah-ubah. dapat dijawab dengan berbagai cara, antara
2. konsisten. lain, melalui wawancara tatap muka, diisi
3. dapat diandalkan sendiri oleh subjek, atau melalui pos. Pengisian
kuesioner pada penelitian ini diisi sendiri oleh
Pengujian reliabilitas suatu skala dilakukan subjek dan dilengkapi dengan wawancara
untuk melihat keterandalan atau ketetapan atau secara langsung dan melalui telepon untuk
kekonsistenan suatu skala alat ukur. lebih memperdalam hasil yang diperoleh.
Pengukuran realibilitas akan menghasilkan
suatu skor yang dapat dipercaya yang Beberapa kelebihan kuesioner adalah sebagai
dihasilkan oleh faktor perbedaan yang berikut :
sesungguhnya dan bukanlah ditentukan oleh 1. Nyaman digunakan karena dapat
faktor kesalahan (Azwar,2000). Untuk menguji diadministrasikan kepada banyak orang
besarnya realibilitas instrument penelitian, dalam satu waktu.
dalam penelitian ini penulis menggunakan 2. Lebih ekonomis jika dibandingkan dengan
rumus uji realibilitas dengan teknik Alpha wawancara mendalam.
Cronbach. Untuk perhitungannya 3. Responden merasa lebih aman karena
menggunakan program SPSS 20.0. anonimitas pada kuesioner.
Kuesioner dalam penelitian ini adalah
Adapun rumus Alpha Cronbach sebagai mengenai “Persepsi dewasa awal mengenai
berikut: kursus pranikah”. Kuesioner ini akan
k ΣS2i mengidentifikasi persepsi berdasarkan
ri = {1 − } (2) pengetahuan dan pemahaman pasangan muda
(k−1) S2t mengenai hukum pernikahan, mekanisme dan
prosedur pencatatan perkawinan, fikih
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015 91

munakahat, cara merawat cinta kasih dalam ASPEK INDIKATOR- FAV UNFA
keluarga, kesehatan reproduksi, menajemen YANG INDIKATOR O VO
konflik dalam keluarga, penanaman nilai DIUNGK
keimanan, ketaqwaan, serta akhlaqul karimah AP
dalam keluarga yang mereka peroleh dari keluarga Tahap sekunder 2, 7
kursus pranikah. Tahap tersier 6
Penanama Pembinaan mental 24, 29
n nilai dan kepribadian 20
Kuesioner pada penelitian ini menggunakan
keimanan, sesuai ajaran Islam
skala Likert dengan kisi-kisi berikut: ketaqwaa
n serta
Tabel 1. Kisi-Kisi Penelitian Menggunakan Skala akhlaqul
Likert karimah
ASPEK INDIKATOR- FAV UNFA dalam
YANG INDIKATOR O VO keluarga
DIUNGK *Item yang tidak valid
AP
Pengetahu Tujuan kursus 10,
Kerlinger dan Lee (2000) mendefinisikan skala
an pranikah
mengenai Manfaat kursus 1, 3, 27 sebagai satu item verbal dimana individu
kursus pranikah merespon setiap item dengan cara
secara mengekspresikan derajat persetujuan,
umum pertidaksetujuan, atau dengan cara respon lain.
Hukum Wajib 21
pernikaha Sunnah Skala Likert pada penelitian ini terdiri dari 4
n Haram 28 alternatif jawaban untuk setiap item, yaitu
Mubah mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat
Makruh tidak setuju. Kemudian peneliti menetapkan
Mekanism Cara pendaftaran 18 22* penskoran dari 1 – 4. Sangat setuju mendapat
e dan pernikahan
skor 4, setuju mendapat skor 3, tidak setuju
prosedur
pencatata
mendapat skor 2, dan sangat tidak setuju
n mendapat skor 1. Skor total didapat dengan
perkawina menjumlahkan skor per item.
n
Fikih Hikmah pernikahan 25, 16 Dalam pengujian validitas item penelitian,
munakaha Hak dan kewajiban 15 terdapat 6 item yang tidak valid berdasarkan
t suami isteri analisis statistik menggunakan SPSS 20, yaitu
Merawat Kemitrasejajaran/ko item 5, 17, 19, 22, 23, dan 30. Sehingga jumlah
cinta ndisi harmonis item yang digunakan untuk analisis data adalah
kasih antara suami isteri, 24 item yang mewakili semua aspek penelitian
dalam Saling memuji
ini.
keluarga kelebihan dan
menyempurnakan
kekurangan, Adapun hasil analisis reliabilitas alat ukur
Memberikan 26 penelitian ini adalah sebagai berikut:
hadiah,
Saling memberi Tabel 2. Reliability Statistics
nasihat, Cronbach's Alpha N of Items
Saling terbuka 14 30* .932 24

Kesehatan Menjaga kesehatan 4, 8, Berdasarkan output SPSS di atas diperoleh


reproduks reproduksi 17*
hasil 0,932 yang berarti instrument yang
i Mengetahui 9 5*
indikator kesehatan
digunakan sangat reliabel sesuai dengan kaidah
ibu secara umum Guiford yang menyatakan bahwa koefisien
reliabilitas yang sangat reliabel adalah > 0,9.
Manajeme Tahap primer 13, 23*, 12
n konflik 19*, Prosedur Penelitian
dalam 11
92 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015

Secara garis besar penelitian ini dilakukan Berdasarkan pie chart di atas diperoleh
dalam 3 tahapan, yaitu: gambaran bahwa dalam penelitian ini terdapat
a. Persiapan penelitian 12 orang (40%) responden laki-laki dan 18
Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk orang (60%) responden perempuan.
penelitian ini adalah membuat alat ukur
penelitian berupa kuesioner persepsi mengenai Pembahasan Hasil Penelitian
kursus pranikah. Hal lain yang perlu Pengolahan data dalam penelitian ini
dipersiapkan adalah menghubungi pihak-pihak menggunakan jenis statistika deskriptif, yang
yang terkait dan dibutuhkan sebagai subjek merupakan metoda untuk memberikan
dalam penelitian ini. gambaran menyeluruh tentang suatu atau
beberapa kelompok dengan cara menyusun dan
b. Pelaksanaan penelitian merangkum data kelompok/sampel.
Pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan
Maret 2015 di Jakarta. Penelitian ini bertujuan unutk melihat persepsi
dewasa awal mengenai kursus pranikah yang
c. Pelaporan pernah mereka peroleh di Kantor Urusan
Pada tahap ini peneliti akan melakukan Agama sebelum melangsungkan pernikahan,
pengolahan data penelitian yang sudah ditinjau dari delapan dimensi berikut:
terkumpul. Berdasarkan hasil pengolahan dan 1. Pengetahuan mengenai kursus secara
analisis data tersebut, maka peneliti dapat umum, terkait manfaat dan tujuan kursus
membuat laporan penelitian secara lengkap dari pranikah
awal sampai akhirnya menemukan jawaban 2. Hukum pernikahan
masalah penelitian. 3. Mekanisme dan prosedur pencatatan
perkawinan
4. Fikih munakahat
HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Merawat cinta kasih dalam keluarga
6. Kesehatan reproduksi
Gambaran Umum Responden Penelitian 7. Manajemen konflik dalam keluarga
Subjek penelitian ini adalah dewasa awal 8. Penanaman nilai keimanan, ketaqwaan
dengan rentang usia 18-40 tahun dengan masa serta akhlaqul karimah dalam keluarga
pernikahan kurang dari 10 tahun dan sudah Berdasarkan data di lapangan diperoleh
pernah mengikuti kursus pranikah di Kantor hasil analisis deskriptif masing-masing dimensi
Urusan Agama (KUA) sebelum sebagai berikut:
melangsungkan pernikahan. Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Masing-Masing
Dimensi
Adapun gambaran responden penelitian
berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai N Min Max Mean
berikut: Pengetahuan Umum 30 2 4 3.17
Hukum Pernikahan 30 3 4 3.50
Mekanisme Pencatatan 30 2 4 3.37
Perkawinan
Fikih Munakahat 30 3 4 3.27
Merawat CintaKasih 30 3 4 3.37
Kesehatan Reproduksi 30 2 4 3.04
Manajemen Konflik 30 2 4 2.97
Penanaman Nilai 30 3 4 3.32
Valid N (listwise) 30

Gambar 1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari tabel output SPSS diatas, terlihat bahwa
rata-rata (mean) dimensi ke 2 mengenai hukum
pernikahan adalah yang paling tinggi, yaitu
3,50 dengan nilai minimum 3 dan nilai
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015 93

maksimum 4. Ini berarti dari kedelapan ini berpersepsi cukup positif terhadap tujuan
dimensi tersebut, dimensi terkait hukum dan manfaat kursus pranikah yang sudah
pernikahan adalah yang paling banyak mereka peroleh dari Kantor Urusan Agama.
dipersepsikan secara positif oleh responden, Nilai rata-rata ini tidak terlalu tinggi, namun
yang berarti rata-rata responden memahami masih pada kategori positif.
materi hukum pernikahan ini dengan baik. Hal
ini juga menunjukkan bahwa pemahaman Berikutnya rata-rata (mean) kedua terendah
mengenai hukum pernikahan diberikan dengan adalah terkait kesehatan repproduksi yang
baik pada kursus pranikah, sehingga responden hanya 3,04. Hal ini menunjukkan bahwa materi
memahami dengan baik materi ini. mengenai kesehatan reproduksi kurang
dipersepsikan secara positif oleh responden. Ini
Berikutnya dimensi mekanisme dan prosedur dapat berarti bahwa materi tersebut kurang
pencatatan perkawinan serta dimensi merawat dipahami oleh responden atau bahkan kurang
cinta kasih memperoleh nilai rata-rata yang dibahas secara maksimal pada kursus pranikah
juga cukup tinggi, yaitu 3,37. Hal ini yang mereka ikuti.
menunjukkan bahwa kedua dimensi ini juga
dipersepsikan secara positif oleh responden. Rata-rata (mean) terendah adalah materi
Responden memahami dengan baik mengenai manajemen konflik, yaitu 2,97. Nilai
bagaimanan mekanisme dan prosedur ini menunjukkan bahwa responden cukup
pencatatan perkawinan, berarti Kantor Urusan memahami manajemen konflik dalam keluarga,
Agama melalui kursus pranikah sudah mampu namun tidak optimal. Materi manajemen
mensosialisasikan materi ini dengan baik. konflik dalam kursus pranikah berisi berbagai
Begitupun dengan materi mengenai bagaimana faktor penyebab konflik dalam keluarga dan
cara merawat cinta kasih dalam keluarga, tahap-tahap manajemen konflik. Materi ini
materi ini juga dipahami dengan baik oleh dipersepsikan cukup bermanfaat bagi dewasa
responden penelitian. awal dalam mengarungi rumah tangga mereka.

Urutan ketiga tertinggi adalah rata-rata (mean) Secara keseluruhan dapat diperoleh gambaran
dari dimensi penanaman nilai keimanan, bahwa dimensi hukum pernikahan adalah
ketaqwaan serta akhlaqul karimah dalam dimensi yang paling dipersepsikan secara
keluarga yaitu 3,32. Hal ini menunjukkan positif oleh responden penelitian ini. Hal ini
bahwa responden penelitian ini cukup berarti bahwa responden penelitian
memahami mengenai penanaman nilai memperoleh pemahaman yang baik mengenai
keimanan, ketaqwaan serta akhlaqul karimah hukum pernikahan melalui kursus pranikah
dalam keluarga yang diberikan pada kursus yang pernah mereka peroleh di Kantor Urusan
pranikah yang pernah mereka ikuti. Adapun Agama. Dimensi lainnya yang juga dinilai
materi ini berisikan pengetahuan mengenai cukup positif adalah materi mengenai
pembinaan mental dan kepribadian sesuai mekanisme dan prosedur pencatatan
ajaran Islam. perkawinan serta bagaimana merawat cinta
kasih dalam keluarga. Berdasarkan wawancara
Selanjutnya adalah dimensi fikih munakahat di lapangan, materi mengenai mekanisme dan
yang memperoleh nilai rata-rata (mean) 3, 27. prosedur pencatatan perkawinan ini umumnya
Dimensi ini berisi hikmah pernikahan serta hak diberikan pada kursus pranikah dan sudah
dan kewajiban suami isteri. Nilai mean 3, 27 dipahami dengan baik oleh responden. Begitu
tersebut menggambarkan bahwa dimensi ini pula mengenai cara-cara merawat cinta kasih
juga cukup dipahami dengan baik oleh dalam keluarga secara umum juga diberikan
responden berdasarkan kursus pranikah yang dengan baik dalam kursus pernikahan, namun
pernah mereka peroleh di Kantor Urusan hal tersebut tidak diikuti dengan pemberian
Agama ketika akan melangsungkan pernikahan. pemahaman mengenai gambaran sumber-
sumber konflik dalam keluarga dan tahap-tahap
Materi mengenai pengetahuan umum mengenai mengatasinya, dimana materi ini terkait dengan
kursus pranikah secara umum memperoleh manajemen konflik. Hal ini terlihat dari nilai
rata-rata (mean) 3,17. Materi ini berisi tujuan rata-rata (mean) mengenai materi manajemen
dan manfaat kursus pranikah secara umum, konflik berada pada posisi paling rendah
yang menunjukkan bahwa responden penelitian dibanding dimensi-dimensi lainnya yang hanya
94 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015

2,97 dengan nilai minimum 2 dan nilai KESIMPULAN DAN SARAN


maksimum 4.
Kesimpulan
Secara umum berdasarkan analisis deskriptif Berdasarkan analisis deskripstif diperoleh
diatas, pelaksanaan kurusus pranikah gambaran bahwa dimensi hukum pernikahan
dipersepsikan positif dan bermanfaat bagi adalah dimensi yang paling dipersepsikan
dewasa awal yang mengikutinya, terlihat dari secara positif oleh responden penelitian ini. Hal
hasil persepsi responden penelitian terhadap ini berarti bahwa responden penelitian
kursus pranikah yang rata-rata tergolong baik. memperoleh pemahaman mengenai hukum
pernikahan melalui kursus pranikah yang
Hal lain yang diperoleh dari data di lapangan pernah mereka peroleh di Kantor Urusan
adalah sulitnya memperoleh responden Agama. Dimensi lainnya yang juga dinilai
penelitian ini dengan kriteria sudah pernah cukup positif adalah materi mengenai
mengikuti kursus pranikah yang diberikan oleh mekanisme dan prosedur pencatatan
Kantor Urusan Agama atau Organisasi perkawinan serta bagaimana merawat cinta
Keagamaan Islam yang sudah memiliki kasih dalam keluarga.
akreditasi dari Kementerian Agama. Hampir
80% dari calon responden yang ditemui Adapun materi mengenai manajemen konflik
mengungkapkan bahwa mereka tidak pernah adalah materi yang dipersepsikan kurang positif
mengikuti kursus pranikah sebelum oleh responden penelitian. Hal ini berarti
melangsungkan pernikahan, sehingga mereka responden kurang memperoleh gambaran
tidak dapat dimasukkan sebagai responden sumber-sumber konflik dalam keluarga dan
karena tidak memenuhi kriteria. tahap-tahap mengatasinya dalam mengikuti
kursus pranikah, sehingga mereka kurang
Data tersebut menunjukkan bahwa peraturan memahami materi tersebut.
tentang pedoman penyelenggaraan kursus pra
nikah (Peraturan No DJ.II/542 Tahun 2013) Saran
oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Berdasarkan temuan data tersebut, peneliti
Islam masih belum terlaksana dengan baik di memberikan saran sebagai berikut:
lapangan. Peraturan ini dikeluarkan untuk 1. Dewasa awal yang akan menjadi calon
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pengantin diharapkan mengikuti kursus
tentang kehidupan rumah tangga/keluarga pranikah terlebih dahulu karena akan
dalam mewujudkan keluarga sakinah, bermanfaat dalam meningkatkan
mawaddah warahmah serta mengurangi angka pemahaman dan pengetahuan tentang
perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam kehidupan rumah tangga/keluarga untuk
rumah tangga. Berdasarkan peraturan tersebut, mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah
lembaga penyelenggara kursus pra nikah warahmah serta mengurangi angka
diperluas pada organisasi keagamaan Islam perselisihan, perceraian, dan kekerasan
yang telah memiliki akreditasi dari dalam rumah tangga.
Kementerian Agama, diantaranya Badan 2. Diharapkan Direktur Jenderal Bimbingan
Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Masyarakat Islam dapat terus berkomitmen
Perkawinan (BP4) yang merupakan mitra kerja dalam menetapkan peraturan mengenai
Kementerian Agama dalam mewujudkan kursus pranikah ini dan menjadikannya
keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. sebagai persyaratan untuk melangsungkan
Sehingga diharapkan penyelenggaraan kursus pernikahan.
pranikah ini bisa lebih maksimal dengan 3. Organisasi keagamaan Islam yang telah
hadirnya berbagai lembaga lainnya selain memiliki akreditasi dari Kementerian
Kantor Urusan Agama yang akan Agama, seperti Badan Penasihatan,
melaksanakan kursus pranikah dengan baik. Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
Hal ini tentunya juga diharapkan dapat (BP4) dan organisasi-organisasi lainnya
membantu mengurangi tingkat perceraian di agar terus melaksanakan pelatihan untuk
Indonesia. penyelenggara kursus pranikah agar
menghasilkan sumber daya manusia yang
kompeten dalam pelaksanaan kursus
tersebut.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 1, Maret 2015 95

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk [5] Modul TOT Kursus Pra Nikah. 2010.
lebih menambah jumlah responden dengan Jakarta: Kementerian Agama RI,
melibatkan penyelenggara kursus pranikah Direktorat Jenderal Bimbingan
sebagai evaluasi lebih mendalam mengenai Masyarakat Islam, Direktorat Urusan
kegiatan ini. Selain itu, metode Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah.
pengumpulan data akan lebih kuat apabia [6] Sadarjoen, Sawitri Supardi. 2012. Modul
ditambahkan wawancara mendalam dan Tata Laksana Couple Therapy. Jakarta:
observasi lapangan dan dapat memaparkan Fakultas Psikologi Universitas YARSI.
keefektifan kursus pranikah guna [7] Santrock, John W. 2012. Life-Span
mempersiapkan pernikahan dan mencegah Development, Perkembangan Masa
terjadinya perceraian. Hidup. Jakarta: Erlangga.
[8] Sarwono, Sarlito W. 2010. Pengantar
Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo
DAFTAR PUSTAKA Persada.
[9] Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan
[1] Guilford, J. P., and Fruchter, Benjamin. Masyarakat Islam Nomor DJ.II/542
1978.Foundamental Statistics in Tahun 2013 tentang Pedoman
Psychology and Education 6th edition. Penyelenggaraan Kursus Pranikah.
Singapore: McGraw-Hill. [10] Prasetyo, Bambang, & Jannah, Lina
[2] Hurlock, Elizabeth B.1994. Psikologi Miftahul. 2005. Teori dan Aplikasi
Perkembangan, Suatu Pendekatan Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Erlangga. [11] Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar
[3] Kerlinger, Fred. N.2000. Asas-asas SPSS untuk Analisis Data dan Uji
Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Statistik. Yogyakarta: MediaKom.
Gadjah Mada University Press. [12] Upton, Penney. 2012. Psikologi
[4] King., Laura A. 2010. Psikologi Umum, Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai