Anda di halaman 1dari 8

1G

Apa yang termasuk program mutu pelayanan ?


Jawab:
Menurut Sriyanti (2016), bentuk program menjaga mutu (quality assurance)
terbagi menjadi:
- Bentuk program menjaga mutu (quality assurance) ditinjau dari
pelaksanaannya
1. Program menjaga mutu prospektif
Program menjaga mutu prospektif (prospective quality assurance) adalah
program menjaga mutu yang diselenggarakan sebelum pelayanan
kesehatan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan pada unsur
masukan serta lingkungan. Untuk menjamin terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang bermutu, dilakukanlah pemantauan dan penilaian terhadap
tenaga pelaksana, dana dan sarana, di samping terhadap kebijakan,
organisasi dan manajemen institusi kesehatan.
Prinsip pokok program menjaga mutu prospektif sering dimanfaatkan dan
tercantum dalam banyak peraturan perundang-undangan, di antaranya :
Standardisasi (Standardization), perizinan (Licensure), Sertifikasi
(Certification), akreditasi (Accreditation).
2. Program menjaga mutu konkuren
Program menjaga mutu konkuren (concurrent quality assurance) adalah
program menjaga mutu yang diselenggarakan bersamaan dengan
pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan
pada unsur proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis dan non
medis yang dilakukan. Apabila kedua tindakan tersebut tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan kurang bermutu.
Program menjaga mutu konkuren ini paling sulit dilaksanakan, antara lain
karena ada faktor tenggang rasa kesejawatan, kecuali apabila kebetulan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dalam satu tim, atau apabila telah
terbentuk kelompok kesejawatan (peer group) yang bertanggung jawab

1
menyelenggarakan program menjaga mutu di institusi kesehatan masing-
masing.
3. Program menjaga mutu retrospektif
Program menjaga mutu retrospektif (retrospective quality assurance)
adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan setelah pelayanan
kesehatan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan pada unsur
keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan kesehatan.
Jika penampilan tersebut berada di bawah standar yang telah ditetapkan,
maka berarti pelayanan kesehatan di selenggarakan kurang bermutu.
Contoh program menjaga mutu retrospektif adalah : Record review, tissue
review, survei klien dan lain-lain.

- Bentuk program menjaga mutu (quality assurance) ditinjau dari kedudukan


organisasi pelaksana program menjaga mutu:
1. Program menjaga mutu internal
Pada program menjaga mutu internal (internal quality assurance) kegiatan
program menjaga mutu diselenggarakan oleh institusi kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Penyelenggara tersebut dapat
berupa perseorangan dan ataupun bersama-sama dalam suatu organisasi.
Untuk ini di dalam institusi pelayanan kesehatan tersebut dibentuklah
suatu organisasi yang secara khusus diserahkan tanggung jawab untuk
menyelenggarakan program menjaga mutu. Jika ditinjau dari peranan
pelaksananya, secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:
a. Para pelaksana program penjaga mutu adalah para ahli yang tidak
terlibat dalam pelayanan kesehatan (expert group), yang secara khusus
diberikan wewenang dan tanggung jawab menyelenggarakan program
menjaga mutu.
b. Para pelaksana program penjaga mutu adalah mereka yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan (team based), seperti gugus
kendali mutu.
Dari dua bentuk organisasi yang dapat dibentuk ini, yang dinilai paling
baik adalah bentuk yang kedua, karena sesungguhnya yang paling

2
bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu seharusnya
bukan orang lain melainkan mereka yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan itu sendiri.
2. Program menjaga mutu eksternal
Pada program menjaga mutu eksternal (external quality assurance)
kegiatan program menjaga mutu tidak diselenggarakan oleh institusi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, melainkan oleh suatu organisasi
khusus yang berada di luar institusi kesehatan. Untuk itu, biasanya untuk
suatu wilayah kerja tertentu dan untuk kepentingan tertentu, dibentuklah
suatu organisasi di luar institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan, yang bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga
mutu.

Untuk dapat menyelenggarakan program menjaga mutu, ada beberapa kegiatan


yang harus dilaksanakan. Secara umum kegiatan tersebut dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kegiatan persiapan dan kegiatan pelaksanaan.
1. Kegiatan Persiapan
Persiapan program menjaga mutu terdiri atas lima macam kegiatan
berikut.
a. Membentuk organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan
program menjaga mutu.
b. Menetapkan batas-batas wewenang dan tanggung jawab organisasi
pelaksana program menjaga mutu. Batas-batas wewenang dan
tanggung jawab yang dimaksud antara lain.
- menetapkan standar dan indikator mutu pelayanan kesehatan yang
akan dipergunakan;
- memasyarakatkan standar dan indikator mutu pelayanan kesehatan
tersebut dan kalau perlu melakukan program pendidikan dan
pelatihan khusus;
- memantau mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan serta
faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab;

3
- mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan dan kalau perlu melakukan pemeriksaan
sendiri secara langsung;
- menilai mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan serta
faktor-faktoryang diduga berperan sebagai penyebab;
- menyusun saran-saran perbaikan mutu pelayanan kesehatan dan
kalau perlu melaksanakan sendiri saran-saran perbaikan tersebut;
- mengikutsertakan semua pihak yang ada dalam unit/instalasi
pelayanan kesehatan untuk melaksanakan saran-saran perbaikan
mutu pelayanan kesehatan;
- memantau pelaksanaan saran-saran perbaikan yang diajukan serta
menyusun saran-saran tindak lanjut;
- menyarankan sistem insentif dan disinsentif sehubungan dengan
pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
c. Menjabarkan ruang lingkup kegiatan yang diselenggarakan oleh
organisasi pelaksana program menjaga mutu.
d. Menetapkan aspek pelayanan kesehatan yang dipandang penting untuk
diperhatikan.
e. Menetapkan tolak ukur dan ambang batas untuk aspek pelayanan
kesehatan yang dipandang penting tersebut.
2. Kegiatan Pelaksanaan
Pelaksanaan program menjaga mutu terdiri atas kegiatan sebagai berikut.
a. Menetapkan masalah mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
b. Menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan.
c. Menetapkan analisis masalah mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan.
d. Melakukan kajian masalah mutu pelayanan kesehatan
secara lebih mendalam.

4
e. Menetapkan dan menyusun upaya penyelesaian masalah
mutu pelayanan kesehatan.
f. Melaksanakan upaya penyelesaian masalah mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
g. Melakukan pemantauan dan menilai kembali masalah mutu
pelayanan kesehatan yang diselesaikan.

Apa yang dimaksud dengan Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD) ?


Jawab:
Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Insiden, adalah
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien. Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:
- Kondisi Potensial Cedera (KPC);
Kondisi Potensial Cedera (KPC) merupakan kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden.
- Kejadian Nyaris Cedera (KNC);
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) merupakan terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
- Kejadian Tidak Cedera (KTC);
Kejadian Tidak Cedera (KTC) merupakan insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan Insiden
yang mengakibatkan cedera pada pasien.

5
1R
Apa tujuan patient safety ?
Jawab:
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien Bab I Ketentuan Umum Pasal ayat 1 disebutkan
bahwa keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Pada pasal 2 dijelaskan bahwa Pengaturan Keselamatan Pasien bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan
manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan.

2F
Bagaimana memunculkan error?
Jawab:
Dalam setiap pelayanan apapun selalu terkandung suatu risiko. Tentunya besarnya
risiko yang akan ditanggung setiap pelayanan berbeda beda. Risiko kecelakaan di
bidang pelayanan medis dan penerbangan berbeda. Perbedaan ini terletak
bagaimana masing masing pelayanan merancang sistem sedemikian rupa
sehingga lebih menjamin keselamatan para pelanggannya. Ada tiga prinsip
merancang sistem keselamatan, yaitu:
1. Bagaimana merancang sistem agar tidak terjadi kesalahan (error
prevention),

2. Bagaimana mendesain sistem agar setiap kesalahan dapat dilihat


(making errors visible),

6
- Meskipun error tidak dapat ditekan sampai mencapai angka nol,
tujuan sistem harus dirancang agar kesalahan yang terjadi semakin
mendekati angka nol.

- Prinsip dalam merancang sistem ini adalah bagaimana


mengupayakan agar kesalahan yang terjadi dapat dilihat sebelum
kemudian menimbulkan cidera pada pasien.

- Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar kesalahan menjadi


terlihat, yaitu melalui :

a. Sistem pelaporan

- Kesalahan atau KTD akan nampak apabila para staf telah


memiliki kesadaran untuk melaporkan setiap KTD yang terjadi
dan tidak menutupi KTD yang terjadi.

- Mekanisme pelaporan KTD baru dapat berjalan dengan baik


apabila lingkungan kerja terbebas dari sifat blaming.

b. Audit

Audit merupakan penilaian terhadap kinerja melalui perbandingan


apa yang dilakukan dengan standar yang seharusnya dilakukan.
Melalui mekanisme audit kesalahan dapat dimunculkan ke
permukaan.

c. Surveilans

- Salah satu bentuk kegiatan surveilans yang sudah sangat populer


dalam pelayanan di rumah sakit adalah surveilans (pengawasan)
infeksi nosokomial.

- Melalui kegiatan surveilans (proses pengumpulan data secara


terus-menerus dan sistematik, pengolahan, penyajian, analisis dan
interpretasi data serta penyebaran informasi secara berkala

7
kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk mengambil tindakan)
dapat diketahui trend peningkatan atau penurunan KTD.

3. Bagaimana merancang sistem agar efek suatu kesalahan dapat dikurangi


(mitigating the effects of errors)

DAPUS:
Sriyanti, C. 2016. Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai