1
menyelenggarakan program menjaga mutu di institusi kesehatan masing-
masing.
3. Program menjaga mutu retrospektif
Program menjaga mutu retrospektif (retrospective quality assurance)
adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan setelah pelayanan
kesehatan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan pada unsur
keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan kesehatan.
Jika penampilan tersebut berada di bawah standar yang telah ditetapkan,
maka berarti pelayanan kesehatan di selenggarakan kurang bermutu.
Contoh program menjaga mutu retrospektif adalah : Record review, tissue
review, survei klien dan lain-lain.
2
bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu seharusnya
bukan orang lain melainkan mereka yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan itu sendiri.
2. Program menjaga mutu eksternal
Pada program menjaga mutu eksternal (external quality assurance)
kegiatan program menjaga mutu tidak diselenggarakan oleh institusi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, melainkan oleh suatu organisasi
khusus yang berada di luar institusi kesehatan. Untuk itu, biasanya untuk
suatu wilayah kerja tertentu dan untuk kepentingan tertentu, dibentuklah
suatu organisasi di luar institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan, yang bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga
mutu.
3
- mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan dan kalau perlu melakukan pemeriksaan
sendiri secara langsung;
- menilai mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan serta
faktor-faktoryang diduga berperan sebagai penyebab;
- menyusun saran-saran perbaikan mutu pelayanan kesehatan dan
kalau perlu melaksanakan sendiri saran-saran perbaikan tersebut;
- mengikutsertakan semua pihak yang ada dalam unit/instalasi
pelayanan kesehatan untuk melaksanakan saran-saran perbaikan
mutu pelayanan kesehatan;
- memantau pelaksanaan saran-saran perbaikan yang diajukan serta
menyusun saran-saran tindak lanjut;
- menyarankan sistem insentif dan disinsentif sehubungan dengan
pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
c. Menjabarkan ruang lingkup kegiatan yang diselenggarakan oleh
organisasi pelaksana program menjaga mutu.
d. Menetapkan aspek pelayanan kesehatan yang dipandang penting untuk
diperhatikan.
e. Menetapkan tolak ukur dan ambang batas untuk aspek pelayanan
kesehatan yang dipandang penting tersebut.
2. Kegiatan Pelaksanaan
Pelaksanaan program menjaga mutu terdiri atas kegiatan sebagai berikut.
a. Menetapkan masalah mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
b. Menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan.
c. Menetapkan analisis masalah mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan.
d. Melakukan kajian masalah mutu pelayanan kesehatan
secara lebih mendalam.
4
e. Menetapkan dan menyusun upaya penyelesaian masalah
mutu pelayanan kesehatan.
f. Melaksanakan upaya penyelesaian masalah mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
g. Melakukan pemantauan dan menilai kembali masalah mutu
pelayanan kesehatan yang diselesaikan.
5
1R
Apa tujuan patient safety ?
Jawab:
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien Bab I Ketentuan Umum Pasal ayat 1 disebutkan
bahwa keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Pada pasal 2 dijelaskan bahwa Pengaturan Keselamatan Pasien bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan
manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan.
2F
Bagaimana memunculkan error?
Jawab:
Dalam setiap pelayanan apapun selalu terkandung suatu risiko. Tentunya besarnya
risiko yang akan ditanggung setiap pelayanan berbeda beda. Risiko kecelakaan di
bidang pelayanan medis dan penerbangan berbeda. Perbedaan ini terletak
bagaimana masing masing pelayanan merancang sistem sedemikian rupa
sehingga lebih menjamin keselamatan para pelanggannya. Ada tiga prinsip
merancang sistem keselamatan, yaitu:
1. Bagaimana merancang sistem agar tidak terjadi kesalahan (error
prevention),
6
- Meskipun error tidak dapat ditekan sampai mencapai angka nol,
tujuan sistem harus dirancang agar kesalahan yang terjadi semakin
mendekati angka nol.
a. Sistem pelaporan
b. Audit
c. Surveilans
7
kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk mengambil tindakan)
dapat diketahui trend peningkatan atau penurunan KTD.
DAPUS:
Sriyanti, C. 2016. Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.