Anda di halaman 1dari 47

IMPLEMENTASI PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (P2K3) DALAM SISTEM MANAJEMEN


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3)
PT PIPA MAS PUTIH DURI

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:
Ahmad Badrul Mufti
104216020

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
IMPLEMENTASI PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (P2K3) DALAM SISTEM MANAJEMEN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3)
PT PIPA MAS PUTIH DURI

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:
Ahmad Badrul Mufti
104216020

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN KERJA PRAKTIK

i
SURAT TUGAS KERJA PRAKTIK

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja praktik ini dengan judul “Implementasi
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dalam Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) PT Pipa Mas Putih Duri”.

Laporan Kerja praktik ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah
Kerja praktik di semester ganjil pada program studi Teknik Lingkungan di Universitas Pertamina
Fakultas Perencanaan Infrastruktur. Dengan mengikuti program kerja praktik di PT Pipa Mas Putih
yang dilakukan selama 1 bulan diharapkan dapat mengetahui secara langsung kinerja nyata dari unsur
K3 yang ada di lapangan.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan kerja praktik hingga penyusunan laporan kerja praktik ini dapat
terselesaikan dengan baik, terlebih kepada :

1. Ibu Ariyanti Sarwono selaku pembimbing laporan kerja praktik yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

2. Bapak Roy Corbets N., Bapak Arie Rinaldi, dan Bapak Rizal Novianta selaku pembimbing
pada tempat instansi kerja praktik yang telah banyak memberikan dorongan dan arahan saat
pelaksanaan kerja praktik.

3. Ibu, ayah, dan adik yang selalu memberi restu, doa, dan dukungan yang membangkitkan
semangat saat pelaksanaan kerja praktik walau jauh terpisah jarak.

4. Kawan sekaligus penasihat, Kevin Foggy D. dan segenap keluarganya yang telah banyak
menyediakan nasihat, pengayoman, dan tempat tinggal terutama selama pelaksanaan kerja
praktik.

5. Segenap manajemen, staff dan karyawan PT Pipa Mas Putih Duri.

Bersama dengan semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan kerja praktik ini,
semoga amal baik mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.

Semoga laporan kerja praktik ini dapat memberikan manfaat baik untuk penulis maupun bagi para
pembaca. Disadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalam penyusunan Laporan kerja
praktik ini. Akhir kata, besar harapan penulis akan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sekalian.

Duri, 30 Juli 2019

Ahmad Badrul M.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN KERJA PRAKTIK ........................................................................... i


SURAT TUGAS KERJA PRAKTIK ..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan......................................................................................................................................... 2
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan Laporan................................................................................................... 2
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ................................................................................................... 3
2.1 Sejarah Singkat ........................................................................................................................... 3
2.2 Struktur Organisasi ..................................................................................................................... 4
2.3 Visi, Misi, dan Moto Perusahaan ............................................................................................... 5
2.4 Proses Bisnis Perusahaan ........................................................................................................... 5
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK .................................................................................... 7
3.1 Pelaksanaan Kerja ...................................................................................................................... 7
3.2 Kendala yang Dihadapi .............................................................................................................. 8
3.3 Cara Mengatasi Kendala............................................................................................................. 9
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK............................................................................................. 10
4.1 Hasil Temuan ........................................................................................................................... 10
BAB V TINJAUAN TEORITIS .................................................................................................... 15
5.1 Dasar Teori ............................................................................................................................... 15
5.2 Perbandingan dengan Temuan ................................................................................................. 18
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 20
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 20
6.2 Saran ......................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 21
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Pipa Mas Putih Duri ..……………………………………… 4

Gambar 4.1 Struktur Organisasi P2K3 PT Pipa Mas Putih Duri ..………………………………. 11

Gambar 4.2 HSE Statistics ..…………………………………………………………………….. 13

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sasaran K3L PT Pipa Mas Putih Duri ……………………………………………… 22

Lampiran 2 Laporan Implementasi Kegiatan P2K3 PT Pipa Mas Putih Duri ……………….… 23

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik …………………………………………… 25

Lampiran 4 Daftar Hadir Kerja Praktik ……………………………………………………….… 26

Lampiran 5 Lembar Bimbingan Pembimbing Program Studi …………………………………… 28

Lampiran 6 Lembar Bimbingan Pembimbing Perusahaan ……………………………………… 30

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan kerja praktik adalah program yang memfasilitasi mahasiswa yang akan menyelesaikan
studinya dengan menempati suatu bidang kerja untuk jangka waktu tertentu. Program kerja praktik
merupakan tahap aktualisasi dari pendidikan di bangku kuliah yang masih terbatas pada
pembelajaran teoritis untuk membentuk keterampilan dan kecakapan seseorang sebelum memasuki
dunia kerja. Pelaksanaan kerja praktik mahasiswa adalah dengan bekerja di perusahaan yang
dipilihnya. Program kerja praktik yang dilaksanakan oleh penulis di PT Pipa Mas Putih Duri
bertemakan Implementasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dalam Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).

Kerja praktik dilakukan di sebuah industri manufaktur yang memroses material menjadi peralatan
kerja industri. Cakupan usaha bisnis perusahaan yang sering kali bersentuhan dengan industri minyak
bumi dan gas (Migas) membuatnya diklasifikasikan sebagai industri penunjang migas. Dunia industri
migas dengan kompleksitas tinggi, mengubah sistem kerja dari standar industri manufaktur biasa
menjadi standar industri migas. Peningkatan standar tersebut harus diiringi dengan peningkatan
standar sistem pengaturan perusahaan terlebih lagi mengenai perlindungan terhadap tenaga kerjanya.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah instrumen yang mengendalikan hubungan antara
bahaya dengan personel dan lingkungan di dalam perusahaan sehingga dapat tercapainya penurunan
atau bahkan menghilangkan kecelakaan kerja. K3 dalam praktiknya di dunia industri sekarang adalah
sebuah kewajiban yang dibebankan kepada pengusaha untuk memberi pengaturan atas penerapan K3
yang diatur dalam Undang- Undang (UU) No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam pasal
87 bahwa “Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan”. Sejalan dengan peraturan tersebut
Pemerintah Republik Indonesia selanjutnya memperkukuh kedudukannya dengan menerbitkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3). SMK3 sendiri diartikan oleh pemerintah sebagai bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Penerapan K3 di
perusahaan sesungguhnya merupakan suatu kebutuhan, baik dalam rangka pertimbangan ekonomi
(efisiensi dan safety), maupun kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dalam rangka mewujudkan
tanggung jawab sosial perusahaan (Rudiyanto, dalam Dalimunthe, R. A., 2008).Penataan SMK3
yang komprehensif dengan pengawasan dan pengendalian yang intensif pada sebuah perusahaan
selain untuk keperluan bisnis perusahaan juga sebagai pemenuhan kewajiban perusahaan kepada
pemerintah. Seperti halnya himbauan pemerintah tentang pembentukan P2K3 pada industri dengan
kompleksitas tinggi. Pembentukan personel P2K3 adalah sebagai pengawas perusahaan dalam
SMK3. Performa P2K3 sebuah perusahaan kurang lebih dapat dijadikan sebuah acuan penilaian
kinerja SMK3 keseluruhan perusahaan.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah:

1. Mengetahui kondisi umum PT Pipa Mas Putih meliputi sejarah singkat, lokasi, struktur
organisasi, fasilitas, dan pengelolaan perusahaan;

2. Mengidentifikasi dan memahami implementasi sistem manajemen QHSE PT Pipa Mas Putih
terkhusus pada implementasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3);

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik yang dilaksanakan adalah:

1. Tempat

Lokasi kerja praktik adalah pada Workshop PT Pipa Mas Putih yang berada di Jalan Duri-Dumai Km
4,5 Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis.

2. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kerja praktik adalah pada tanggal 1 Juli sampai dengan 31 Juli 2019 (1 bulan
kalender kerja) dengan jadwal Senin hingga Jumat pada setiap minggunya. Jam masuk kerja
disesuaikan dengan pegawai yaitu pukul 07.30- 16.30 WIB untuk Senin-Kamis dan 07.30-17.00 WIB
khusus hari Jumat.

1.4 Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika penulisan laporan Kerja Praktik adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan, waktu dan tempat pelaksanaan kerja
praktik dan sistematika dalam penulisan laporan.

Bab II Profil Perusahaan


Bab ini berisikan tentang sejarah singkat perusahaan, kegiatan-kegiatan perusahaan dan
struktur instansi perusahaan.

Bab III Kegiatan Kerja Praktik


Bab ini berisikan Penjelasan mengenai kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan
KP. Termasuk di dalamnya adalah tugas yang diberikan dan pencapaiannya.

Bab IV Hasil Kerja Praktik


Bab ini berisikan penjelasan mengenai pengetahuan dan atau keterampilan baru yang
didapatkan selama KP.

Bab V Tinjauan Teoritis


Bab ini berisikan penjelasan mengenai keterkaitan pengetahuan dan atau keterampilan
baru yang diperoleh selama kerja praktik dengan apa yang dipelajari pada proses
pembelajaran.

Bab VI Kesimpulan dan Saran


Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang didapat selama proses kerja praktik serta saran
yang diberikan.

2
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat


PT Pipa Mas Putih (PIPAMAS) didirikan oleh Bapak Sopar Pandjaitan dan rekan-rekannya pada
tahun 1958 yang bergerak pada bidang pengadaan barang atau alat berat perindustrian minyak, gas,
dan air tambang. PT Pipa Mas Putih bekerja sama dengan perusahaan besar luar negeri maupun
perusahaan dalam negeri, seperti PT Pertamina EP (Eksplorasi dan Produksi), PT Chevron Pacific
Indonesia, PT Bormindo Nusantara, PT Raja Indo, dan beberapa perusahaan lain sejenis dalam
mengadakan produk-produk keperluan industri baik dalam perminyakan yang merupakan KPS
MIGAS (Kontraktor Production Sharing Minyak dan Gas) maupun industri lainnya.

PT Pipa Mas yang berpusat di Jalan Kramat Asam Raya No. 1 Jakarta Selatan, dengan pengalaman
lebih dari 50 tahun telah berkembang dengan pesat, dapat dilihat dari rekanan perusahaan dari
berbagai sektor seperti perminyakan, gas, perindustrian, pertanian, dan bidang lainnya yang telah
banyak mempercayakan pengadaan barangnya kepada PT Pipa Mas Putih. Komitmen perusahaan
dalam meningkatkan kualitas kerja dan lingkungan proses produksinya dibuktikan dengan sudah
adanya standar internasional seperti QMS ISO 9001: 2015, EMS ISO 14001: 2004, OHSAS 18001:
2007, dan API Spec Q1, termasuk monogram produk casing tubing (API 5CT) dan rotary shouldered
connection (API 7-1) yang telah diterapkan pada semua produknya.

Selain kantor pusat yang berada di Jakarta PT Pipa Mas Putih menjalankan kegiatannya di beberapa
lokasi berbeda yaitu pabrik manufaktur yang terletak di Pulau Batam, Kepulauan Riau dan bengkel
besar untuk kegiatan perbaikan dan pembuatan produk yang berlokasi di Duri, kabupaten Bengkalis,
Riau.

3
2.2 Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur organisasi PT Pipa Mas Putih Duri

4
Struktur organisasi perusahaan disusun berdasarkan strategi perusahaan, sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan perusahaan terkait. Secara hierarki dalam struktur organisasi PT Pipa Mas Putih-Duri,
departemen HSE dipimpin oleh seorang HSE Head dibantu dengan seorang HSE Staff. Departemen
HSE dalam melakukan kerjanya memiliki garis koordinasi dengan setiap departemen.

2.3 Visi, Misi, dan Moto Perusahaan


PT Pipa Mas Putih bertekat untuk memberikan kepuasan dan solusi kepada pelanggan dan
masyarakat dibidang industri minyak, gas, air, dan pertambangan dengan produk bermutu tinggi.
Untuk mencapai hal ini, manajemen dan seluruh karyawan bertekat dan bertanggung jawab
melaksanakan kebijakan-kebijakan berikut:

a. Memastikan bahwa semua produk dan pelayanan memenuhi persyaratan pelanggan.


b. Memenuhi persyaratan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen keselamatan, kesehatan
kerja dan lingkungan secara berkesinambungan dan meningkatkan efektivitasnya dengan
mencapai sasaran mutu dan K3L (Kesehatan, Keselamatan, Kerja dan Lingkungan) perusahaan.

1. Visi

PT Pipa Mas Putih memiliki visi, yaitu:

“ Diketahui oleh pasar sebagai pemimpin yang berhasil dibidangnya melalui kemampuan yang telah
terbukti secara konsisten dalam memuaskan persyaratan pelanggan “.

2. Misi

PT Pipa Mas Putih memiliki misi, yaitu:

“Memberikan produk yang bermutu tinggi, meningkatkan reputasi perusahaan dan kemampuan
perusahaan bersaing dipasar internasional “.

3. Moto

PT Pipa Mas Putih memiliki moto kerja, yaitu:

“ Apa yang saya pikirkan saya katakan, apa yang saya katakan saya lakukan “.

2.4 Proses Bisnis Perusahaan


Workshop PT Pipa Mas Putih Duri mulai beroperasi di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis
sejak tahun 1992. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT Pipa Mas Putih di Kecamatan Mandau
bergerak di bidang perawatan atau perbaikan alat-alat pengeboran sumur minyak. Perjanjian kontrak
kerja sama dengan PT Chevron Pacific Indonesia dimulai tahun 1992 dan untuk saat ini yaitu jenis
pekerjaan Lateral Strainer Screen, Nozzle Strainer Replacement dan Repair Service yang dimulai
pada tahun 2008 dan diperpanjang (terhitung mulai tanggal 19 Agustus 2014) sampai 22 Agustus
2017 dan kerja sama dengan kontraktor lainnya (PT Bormindo Nusantara) bergerak di bagian
Threading Pipe.

Workshop PT Pipa Mas Putih Duri pada saat operasional rutin, dijalankan oleh 44 orang pekerja
dipimpin oleh seorang kuasa cabang yang bertanggung jawab langsung kepada CEO yang diwakili
juga oleh Quality Management Representative. Divisi HSE sendiri berada di bawah komando plant
manager namun juga secara langsung berkoordinasi dengan beberapa divisi lain untuk memantau
jalannya sistem K3L. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam workshop mencangkup perawatan

5
pipa yang terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya pencucian, pemotongan, pembersihan,
perbaikan, pengelasan, pembubutan, pengecatan dan pengetesan hasil perbaikan yang dilakukan.
Kegiatan perawatan berbagai tipe, jenis, dan ukuran pipa dilakukan dengan teknologi skala
menengah dalam sebuah workshop terintegrasi yang berada pada bangunan seluas 1322,8 m2.
Worskhop tersebut sekaligus dan langsung terhubung dengan kantor yang berfungsi sebagai tempat
operasi administratif perusahaan. Workshop tersebut sekaligus terbagi menjadi sejumlah area kerja
yang dipegang oleh beberapa seksi yaitu:

Seksi handling adalah melakukan angkat-angkut barang saat masuk dalam area workshop dan
mengontrol peletakan barang sebelum atau sesudah dilakukannya pengerjaan. Penggunaan alat berat
adalah berupa alat angkat-angkut sedangkan personel pelaksananya wajib memiliki sertifikasi Surat
Ijin Operator (SIO) yang dikeluarkan oleh Dinas tenaga kerja (Disnaker). Proses kerja dari Seksi
machining adalah sebagai operator setiap mesin pada area workshop dan bekerja bersama seksi lain
terkait dengan pengoperasian alat mekanik. Proses yang dilakukan pada seksi ini sangat
memungkinkan untuk terjadinya material losses. Pada Seksi welding, pekerjaan yang dilakukan pada
seksi ini adalah pengelasan termasuk pengampelasan bagian yang selesai digarap. Pekerjaan ini
khusus dilakukan oleh personel yang telah handal. Proses assembly, berisikan kegiatan perakitan
komponen produk yang sudah siap dirangkai menjadi sebuah produk akhir. Sedangkan pada Seksi
maintenance, utamanya adalah melakukan praktik preventive maintenance dan bekerja bersama
seksi lain terkait dengan pengelolaan dan perbaikan mesin dan peralatan kerja yang digunakan dalam
workshop.

Proses kerja dari workshop di penghujung hari kerja pasti akan menghasilkan sampah. Hasil kerja
pemotongan workshop akan menghasilkan limbah padat berupa potongan-potongan pipa serta
serpihan besi. Pada kegiatan perawatan pipa (pembersihan, perbaikan, pengelasan, pembubutan, dan
pengecatan) akan menimbulkan dampak berupa adanya padatan sisa penyaringan minyak yang
berasal dari pipa bekas sumur minyak yang sebelumnya sudah dicuci di lokasi pengeboran.

6
6
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK

3.1 Pelaksanaan Kerja


Pelaksanaan kerja praktik di Workshop PT Pipa Mas Putih Duri pada Divisi HSE memberikan
kesempatan untuk dapat meninjau secara langsung situasi kerja dan pelaksanaan K3 dengan
bimbingan HSE Head, Bapak Roy Corbets N. yang membawahi seorang HSE staff. Dalam rentang
waktu tersebut kegiatan kerja praktik diisi dengan kegiatan yang berfokus pada bidang K3L. Dalam
menjalankan tugas-tugasnya, personel Departemen HSE berpedoman pada metode manajemen
PDCA (Planning-Do-Checking-Action) sehingga dapat tercapai lingkungan kerja yang aman dan
selamat. Departemen HSE secara umum memiliki tiga tugas utama, yaitu:

a. Menyusun dan membuat administrasi HSE Department


Termasuk di dalamnya adalah kewajiban untuk mengembangkan dan mengusulkan kepada
manajemen mengenai hal mendasar seperti kebijakan HSE, sehubungan dengan K3L dalam
lingkup perusahaan. Berdasarkan tinjauan manajemen tersebut, pengembangan dan pembuatan
program juga dibuat tak hanya terkait dengan K3L melainkan juga untuk SDM di departemen
terkait dengan cara membuat program training internal maupun eksternal. Pembuatan dokumen
dan budget cost selanjutnya dilakukan untuk mendukung setiap program sehingga
penyelenggaraan program tersebut dapat dipertanggungjawabkan dapat selaras dengan tujuan
perusahaan.

b. Memantau pelaksanaan K3
Tugas pokok Departemen HSE selanjutnya adalah bersama-sama memantau pelaksanaan setiap
program yang diselenggarakan melalui pengawasan yang dilakukan tak hanya oleh personel HSE
melainkan juga oleh setiap awak yang bertugas dalam lingkup kerja perusahaan. Penilaian atas
hasil implementasi program dan kebijakan dilakukan dengan metode dan alat ukur yang
disepakati dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Penilaian tersebut khusus dilaksanakan
dan diberikan oleh bagian seperti kepala HSE untuk dapat memberikan gambaran keberhasilan
implementasi program dan kebijakan yang dilaksanakan.

c. Melaporkan hasil kerja


Pelaporan hasil dari implementasi kebijakan dan program dilakukan dalam rapat mingguan
dengan personel di departemen terkait sebagai tindak lanjutnya. Hasil dari rapat tersebut
dilanjutkan dengan penyampaian dalam rapat yang diadakan oleh Management ditambah dengan
beberapa fokus temuan yang perlu diperhatikan dari kepala departemen sebagai peninjau
pelaksanaan setiap kebijakan terkait.

Kesungguhan perusahaan dalam mendukung K3 diwujudkan dalam sasaran K3L perusahaan


(Lampiran 1) yakni mencapai zero incident, zero occupational disease dan zero environmental
pollution. Dengan acuan sasaran K3L dibuatlah program-program yang sejalan dengan program dari
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), sehingga diharapkan secara bersamaan
juga bisa menaati dan melaksanakan unsur kepatuhan terhadap peraturan K3L/HSE berdasarkan
Undang –Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 dan menjaga lingkungan supaya tetap bersih
dan rapi serta mencegah agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.

7
Program kerja praktik pada PT Pipa Mas Putih dilakukan dengan kegiatan sesuai dengan arahan dari
pembimbing dan juga arah dari kegiatan perusahaan. Selain menghabiskan beberapa waktu untuk
mengumpulkan data dan mengerjakan laporan kerja praktik, masa kerja praktik juga digunakan untuk
beberapa tugas yang diberikan oleh pembimbing instansi yaitu:

1. Monthly meeting HSE PT Pipa Mas Putih.


Monthly meeting yang dilaksanakan pada tanggal 3 Juli adalah pertemuan bulanan yang diadakan
oleh perusahaan, momen ini sekaligus digunakan untuk penyampaian kembali informasi
mengenai tinjauan HSE bulanan, pemberian reward, dan pengenalan personel baru termasuk
mahasiswa magang.

2. Penambahan komponen pada dokumen Work instruction: Pencahayaan dan kebisingan.


Work instruction adalah dokumen yang berisi tentang instruksi untuk melakukan peninjauan
lingkungan kerja perusahaan yang digunakan oleh HSE untuk panduan mengukur pencahayaan
dan kebisingan juga rekomendasi penanganannya.

3. Tail gate meeting HSE PT Pipa Mas Putih


Tail gate meeting adalah pertemuan rutin pada hari awal dan akhir minggu kerja. Pembacaan
kembali komitmen perusahaan tentang kualitas produk dan K3 menjadi fokus pembahasan pada
pertemuan ini selain berbagi pengalaman dan tips K3.

4. Audit CHESM (Contractor HES Management)


Audit yang dilakukan oleh SKK Migas yang diwakili oleh PT CPI adalah salah satu audit untuk
menilai performa HSE dan sekaligus meninjau komitmen perusahaan terhadap penerapan K3
berdasarkan standar ISO 14001 dan OHSAS 18001. Hasil audit merupakan sebuah nilai yang
digunakan sebagai syarat untuk dapat mengikuti lelang kontrak dari perusahaan migas seluruh
Indonesia.

5. ISO 14001:2015 awareness


ISO 14001:2015 awareness adalah salah satu training yang dilakukan oleh internal perusahaan
untuk meningkatkan kualitas manajemen pada departemen terkait.
Daftar kegiatan detail setiap harinya adalah seperti yang ada pada lembar absensi kegiatan kerja
praktik (Lampiran 3).

3.2 Kendala yang Dihadapi


Kendala yang dihadapi selama proses kerja praktik di dalam PT Pipa Mas Putih adalah:

1. Alat pelindung diri, area kantor yang berhubungan langsung dengan workshop mengharuskan
setiap personel memakai APD saat akan melewati/memasuki workshop PT Pipa Mas Putih -
Duri.

2. Sulit memahami singkatan-singkatan dan istilah yang digunakan baik dari internal maupun
eksternal perusahaan.

3. Dokumen terbatas, karena dokumen lebih banyak bersifat rahasia yang tidak dapat diketahui
oleh pihak lain, kecuali perusahaan.

4. Kesulitan komunikasi dengan karyawan karena kesibukan dan waktu yang terbatas.

8
3.3 Cara Mengatasi Kendala
Kendala yang dihadapi selama proses kerja praktik di dalam PT Pipa Mas Putih telah diatasi
dengan cara:
1. Meminta pengarahan ibu Normala sebagai HSE Staff untuk mendapatkan APD berupa safety
shoes dan helmet untuk dipakai selama proses kerja praktik.

2. Berkonsultasi dan meminta pengarahan dari ibu Normala sebagai HSE Staff.

3. Bertanya kepada personel dan berdiskusi mengenai maknanya dengan kepala departemen,
sehingga informasi yang diperlukan bisa didapat.

4. Lebih mendekatkan diri dengan setiap karyawan.

9
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

8
9
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK

4.1 Hasil Temuan


PT Pipa Mas Putih Duri, adalah sebuah perusahaan yang dikategorikan memiliki tingkat potensi
bahaya tinggi berdasarkan kualifikasi kontrak yang dimiliki oleh perusahaan di lingkungan kerja PT
CPI karena sebagian besar rekan bisnisnya yang merupakan perusahaan yang bekerja pada industri
migas. Penyelenggaraan sistem manajemen K3 pada PT Pipa Mas Putih -Duri mengacu pada salah
satu standar internasional, yaitu OHSAS 18001:2007. OHSAS 18001 dipilih perusahaan sebagai
sistem untuk mendorong penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan prosedur
pengidentifikasian dan pengendalian risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja secara konsisten. Penerapan OHSAS 18001 tidak serta merta menghilangkan kewajiban
perusahaan untuk memenuhi persyaratan wajib SMK3 maka tentu saja kewajiban itu harus dipenuhi,
seperti yang tercantum dalam klausul 4.3.2 OHSAS 18001:2007 tentang Legal and Other
Requirement yang meminta perusahaan untuk mengidentifikasi setiap Peraturan pemerintah terkait
K3 yang berlaku di wilayah kerjanya. Unsur pemenuhan kewajiban atas peraturan pemerintah terkait
salah satunya adalah tentang imbauan mengenai pembentukan P2K3 dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja (PERMENAKER) No. 04 Tahun 1987.

Organisasi P2K3 PT Pipa Mas Putih Duri disahkan setelah adanya pengajuan yang dilakukan oleh
Direktur utama PT Pipa Mas Putih Duri pada tahun 2018. Upaya pengajuan oleh manajemen
ditindaklanjuti dengan pengesahan oleh Menteri ketenagakerjaan melalui Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Bengkalis dalam surat keputusan No. KEP.47/DTKT-HIJ/P2K3/2018. Di
dalam surat keputusan tersebut terdapat beberapa poin penting yaitu:

1. Penetapan susunan P2K3


Sesuai dengan surat Keputusan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis No.
KEP.47/DTKT-HIJ/P2K3/2018. Organisasi P2K3 PT Pipa Mas Duri terdiri atas:
1. Ketua : Direktur Utama.
2. Wakil ketua : Kepala bagian Produksi.
3. Sekretaris : HSE Head.
4. Wakil sekretaris : HSE Staff.
5. Anggota : Personel terkait yang berkompeten.
atau seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:

10
Gambar 4.1 Struktur organisasi P2K3 PT Pipa Mas Putih Duri

2. Tugas dan fungsi


Tugas dan fungsi dari P2K3 di dalam keputusan ini berasal dari PERMENAKER No. 04 Tahun 1987.

3. Kegiatan
Objek pengawasan P2K3 adalah berupa sikap kerja dan keadaan yang dapat membahayakan,
kebersihan lingkungan kerja, dan juga sistem tanggap darurat kebencanaan. Acuan objek
pengawasan selanjutnya akan diwujudkan dengan program kerja organisasi P2K3 yang akan berbeda
pada setiap perusahaan. Program P2K3 PT Pipa Mas Putih -Duri diantaranya adalah:

a. Meeting
Kegiatan tatap muka seluruh pekerja termasuk pimpinan, sebagai sarana untuk mendekatkan
personel, mengingatkan kembali kewajiban dan hak pekerja dalam perusahaan termasuk juga tentang
peran dari setiap pekerja dalam menjaga K3. Program meeting berisi sub-program:
- Quality Check and Control (QCC) dan toolbox meeting (rutin dilaksanakan harian)
- Monthly meeting HSE (rutin bulanan, khusus membahas tentang performa HSE perusahaan,
sosialisasi/pengenalan kembali kebijakan dan materi training, dan sharing pengalaman terkait
bidang HSE).

b. Visit
Kegiatan berupa kunjungan dan peninjauan lingkungan kerja langsung lapangan oleh manajemen
perusahaan dan kontraktor. Kunjungan ini melihat dan mendiskusikan masalah-masalah HSE dengan
pegawai sekaligus sebagai cara untuk memperlihatkan dukungan pimpinan dan kontraktor terhadap
pelaksanaan HSE. Dua program kegiatan di bawah program visit adalah:
- Management visit (direncanakan setidaknya sekali dalam dua bulan)
- TSET-Spot check (dilaksanakan sesuai dengan jadwal CPI)

11
c. Inspection
Kegiatan kunjungan lapangan oleh personel HSE untuk meninjau kesesuaian dan kelengkapan
peralatan K3 (Alat Pelindung Diri (APD), Alat Pemadam Api Ringan (APAR), kotak P3K),
lingkungan kerja, dan kendaraan operasional sebagai penunjang kerja perusahaan. Program inspeksi
rutin dilaksanakan bulanan, kecuali pada inspeksi kendaraan operasional yang dilakukan setidaknya
sekali dalam tiga bulan.

d. HES Campaign
Kegiatan penyuluhan dengan media komunikasi seperti poster informatif mengenai K3 yang
ditempatkan dalam majalah dinding atau dinding.

e. Awarding
Pemberian apresiasi kepada personel yang telah melaksanakan praktik K3 dan motivasi bagi pekerja
lain untuk terus menanamkan prinsip K3 dalam kerja yang dilakukannya. Pemberian apresiasi
dilakukan bersamaan dengan Monthly meeting HSE.

f. Health program
Kegiatan pengecekan kesehatan pegawai dan random test napza yang dilakukan dalam jangka waktu
setahun sekali sebagai langkah perlindungan pegawai terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan
akibat kerja.

g. Training/Socialization
Kegiatan berisi pelatihan dan/atau penyuluhan yang dilakukan oleh HSE/pihak terkait kepada
personel terkait sebagai pengenalan kebijakan dan metode untuk lebih memahami lingkungan
kerjanya. Bagian dari program ini adalah:
- HSE orientation (untuk seluruh pekerja terutama tamu atau personel baru perusahaan)
- Motor Vehicle Safety Practice (MVSP) dan Commentary drive (bagi driver untuk mendapat
driving permit)
- K3 tools (APD, APAR, Kotak P3K) training (bagi seluruh pekerja)
- Behavior base safety training (bagi seluruh pekerja)
- Emergency exercise (bagi seluruh pekerja terutama anggota dari P2K3)Kegiatan pengecekan
kesehatan pegawai dan random test napza yang dilakukan dalam jangka waktu setahun sekali
sebagai langkah perlindungan pegawai terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja.

4. Pelaporan kinerja
Hasil dari fungsi pengawasan P2K3 biasanya berupa inventarisasi sumber bahaya dan permasalahan
K3 serta penyelidikan dan analisa kecelakaan yang akan dimasukkan dalam data K3 kemudian akan
dilaporkan pada laporan pertanggungjawaban. P2K3 perusahaan di wajibkan membuat laporan
tentang kegiatan P2K3 kepada Menteri tenaga kerja melalui dinas tenaga kerja dan transmigrasi
kabupaten Bengkalis sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali. Laporan berisi kegiatan beserta
penjelasan singkat tujuannya dan bukti berupa gambar.

Dalam dokumen laporan yang diserahkan tersebut dilampirkan pula kelengkapan seperti laporan
kecelakaan dan jam kerja yang dirangkum dalam sebuah HSE statistic milik perusahaan selama
periode pelaporan sebagai pendukung atas pelaksanaan program-program K3 yang dilakukan. HSE
Statistic sendiri adalah laporan yang dibuat oleh Departemen HSE yang memuat data dan informasi
numerik tentang komponen K3 seperti pada Gambar 4.2 berikut.

12
Gambar 4.2 HSE Statistics

Dengan keterangan:
- Work related fatality, kecelakaan kerja yang mengakibatkan fatality (kematian).

- Lost Work Day Case (LWDC), adalah jumlah hari kerja yang hilang akibat kecelakaan terkait
dengan kerja yang dilakukan. Perhitungan LWDC rate adalah dengan mengalikan jumlah LWDC
dengan 200.000, kemudian dibagi dengan jam kerja (Total work days) untuk periode waktu yang
sama di mana cedera terjadi.

- Medical Treatment Injury (MTI), adalah jumlah kejadian dimana pertolongan medis dibutuhkan
untuk menangani situasi.

- Restricted Workday Case (RWDC), adalah jumlah hari dimana pekerja telah melakukan kerjanya
namun masih dalam suasana pemulihan pasca insiden terjadi.

- First aid,adalah jumlah kejadian dimana pertolongan pada kecelakaan hanya dilakukan dengan
teknik/peralatan pertolongan pertama.

- Near miss, adalah kejadian dimana tidak ada cedera/kerusakan properti terjadi tetapi bisa terjadi
jika keadaannya sedikit berbeda.

- Work days, adalah total hari kerja pada periode tersebut.

- Number of work-related hours, adalah total jam kerja seluruh pekerja pada periode tersebut.

- Total employee, adalalah jumlah pekerja yang bekerja dan yang terdaftar sebagai pekerja dalam
perusahaan.

13
- Work injury rate, frekuensi kecelakaan yang terjadi dihitung dengan menambahkan komponen
LWDC, MTI, dan RWDC kemudian dikalikan dengan 200.000 dan dibagi dengan dengan jam
kerja (total work days) untuk periode waktu yang sama.

- Kilometer driven, jumlah jarak jelajah kendaraan operasional perusahaan.

- Safe incident free operation (SIFO) days, jumlah hari kerja aman tanpa adanya kecelakaan kerja
yang terjadi.

Laporan tersebut adalah salah satu contoh HSE statistic perusahaan untuk periode kerja bulan Juni
yang akan digunakan saat jatuh periode pelaporan. Hasil dalam gambar HSE statistic tersebut
menunjukkan bahwa pada periode kerja Juni tidak ada kecelakaan terjadi dan secara rekapitulasi
terlihat bahwa belum ada kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun ini terhitung hingga bulan Juni.

14
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

13
14
BAB V
TINJAUAN TEORITIS

5.1 Dasar Teori


Untuk dapat mewujudkan praktik yang komprehensif dalam kesehatan dan keselamatan kerja perlu
adanya faktor kontribusi dan pengawasan terutama dari kalangan pekerja sendiri. Pengawasan
menjadi penting dalam praktik kesehatan dan keselamatan kerja karena terdapat koneksi yang
membuat pengawasan dapat menjadi indikator terwujudnya budaya kesehatan dan keselamatan kerja
(Tampubolon, L. J., 2015). Atas dasar tersebut pembentukan badan seperti P2K3 adalah penting
terutama bagi perusahaan yang sudah dikategorikan wajib pada peraturan terkait. Pembentukan,
keanggotaan, serta tugas dan fungsi badan P2K3 adalah didasarkan pada:

a. UU No. 1 Tahun 1970, pasal 10 ayat 1.


Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan
usaha berproduksi.

b. PERMENAKER No.02/MEN/1970 tentang pembentukan P2K3 di tempat kerja.

c. KEPMENAKER No. 155/MEN/1984 Tentang P2K3 tentang Pembentukan, susunan dan tata
kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja wilayah (DK3W) dan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3).

d. KEPMENAKER No. 04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

Pengertian P2K3 menurut KEPMENAKER RI No. 04/MEN/1987 ialah badan pembantu di tempat
kerja yang merupakan wadah kerja sama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerja
sama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Berikut hal-hal yang dapat dijadikan kategori pengamatan untuk meninjau pelaksanaan suatu badan
P2K3 dalam sebuah perusahaan:

1. Ketentuan
Imbauan pembentukan P2K3 dalam lingkungan kerja disebutkan pada pasal 2 (dua)
KEPMENAKER RI No. 04 Tahun 1987 yaitu dibebankan pada tempat kerja dimana
pengusaha/pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih, atau tempat kerja dimana
pengusaha/pengurus memperkerjakan kurang dari 100 (seratus) tenaga kerja namun menggunakan
bahan, proses, dan instalasi yang memiliki risiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan, dan penyinaran radioaktif.

2. Keanggotaan
Pada pasal 3 KEPMENAKER RI No. 04/MEN/1987, keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan
pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah ahli
keselamatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Jumlah dan susunan ideal P2K3 adalah
sebagai berikut:

15
a. Perusahaan dengan tenaga kerja ≥ 100 orang, jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang
terdiri dari 6 orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 6 orang mewakili tenaga kerja.

b. Pengusaha yang mempunyai tenaga kerja 50-100 orang, jumlah anggota sekurang-kurangnya 6
orang terdiri dari 3 orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 orang mewakili tenaga
kerja.

c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 orang, dengan tingkat risiko bahaya sangat berat
jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang mewakili pengusaha/pimpinan
perusahaan dan 3 orang mewakili tenaga kerja.

d. Kelompok perusahaan yang mempunyai tenaga kerja < 50 orang untuk setiap anggota kelompok,
jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang mewakili pengusaha/pimpinan
perusahaan dan 3 orang mewakili tenaga kerja.

3. Tugas dan fungsi


Pada pasal 4 KEPMENAKER RI No. 04/MEN/1987, P2K3 mempunyai tugas memberikan saran
dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk melaksanakan tugas tersebut, P2K3 mempunyai fungsi:

a. Menghimpun dan mengolah data tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja;

b. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:

- Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan
kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara penanggulangannya.

- Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;

- Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

- Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;

c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:

- Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;

- Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;

- Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja;

- Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta mengambil


langkah-langkah yang diperlukan;

- Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, higiene perusahaan,


kesehatan kerja, dan ergonomi;

- Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di


perusahaan;

- Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;

- Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;

16
- Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan pemeriksaan
laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;

- Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan, dan kesehatan kerja.

d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman kerja dalam
rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi
dan gizi tenaga kerja.

Sebagai tambahan, merujuk pada KEPMENAKER KEP. 155/MEN/1984 pada Pasal 5 yang
menjelaskan Tugas, Kewajiban, dan Hak Ketua, Wakil ketua, Sekretaris, Wakil sekretaris, dan
Anggota adalah:

a. Tugas ketua dan wakil ketua

- Tugas DK3N, DK3W, dan P2K3 memimpin dan mengkoordinasi kegiatan Dewan/Panitia
masing-masing.

- Dalam melaksanakan tugasnya ketua dibantu oleh wakil ketua atau wakil-wakil ketua.

- Apabila ketua berhalangan, tugasnya dilaksanakan oleh salah seorang wakil ketua.

b. Tugas sekretaris dan wakil sekretaris

- Sekretaris DK3N, DK3W, dan P2K3 memimpin dan mengkoordinasi penyelenggaraan tugas-
tugas sekretariat dan melaksanakan keputusan dewan/panitia, antara lain: menyiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan dewan/panitia, menyampaikan undangan rapat
dan bahan rapat kepada anggota, menyelenggarakan dokumentasi, melakukan semua
pekerjaan ketatausahaan, dan mengelola kerumahtanggaan dewan/panitia.

- Di samping tugas sebagaimana tercantum dalam huruf a, sekretaris DK3N bertindak pula
sebagai pejabat pelaksana harian dari tugas-tugas eksekutif yang diserahkan kepada DK3N.

- Dalam melaksanakan tugasnya sekretaris dibantu oleh wakil sekretaris.

- Apabila Sekretaris berhalangan tugasnya dilaksanakan oleh wakil sekretaris.

c. Tugas anggota

- Mengikuti rapat-rapat dan melakukan pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam rapat.

- Melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan oleh dewan/panitia masing-masing.

d. Setiap anggota berhak untuk mengusulkan diadakannya pembahasan dan tindak lanjut yang
diperlukan mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang dianggap perlu.

Selanjutnya pada KEPMENAKER KEP. 155/MEN/1984 pasal 6 tentang rapat-rapat, dinyatakan


bahwa pada ayat 3 “Rapat P2K3 sekurang-kurangnya diadakan 1 (satu) kali tiap 1 (satu) bulan
dan dipimpin oleh Ketua P2K3”.

4. Pelaporan Kinerja
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di wajibkan membuat laporan tentang
kegiatan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) kepada Menteri Tenaga Kerja

17
melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis sekurang-kurangnya 3 (tiga)
bulan sekali.

Pelaporan, hasil dari fungsi pengawasan P2K3, biasanya akan berupa permasalahan K3,
penyelidikan, dan analisa kecelakaan kerja dan catatan kerja selama periode pelaporan, yang akan
dimasukkan dalam data K3 dan akan dilaporkan pada laporan pertanggungjawaban.

5.2 Perbandingan dengan Temuan


PT Pipa Mas Putih Duri telah berusaha memenuhi peraturan perundang-undangan tentang tenaga
kerja dan peraturan menteri tentang pembentukan organisasi P2K3. Dalam pelaksanaannya, P2K3
adalah sebagai Safety committee yang tugasnya bersama HSE sebuah perusahaan untuk menegakkan
prinsip-prinsip K3 pada setiap proses kerja. Di bawah ini adalah beberapa perbandingan pelaksanaan
P2K3 perusahaan dengan teori, yaitu:

1. Ketentuan
PT Pipa Mas Putih Duri adalah perusahaan yang dikategorikan belum berkewajiban untuk
melaksanakan P2K3 berdasarkan pasal 2 PERMENAKER No. 04/MEN/1987. Namun atas inisiatif
sendiri dan juga dorongan oleh rekan kerja pada industri migas, P2K3 kemudian dibentuk.

Pembentukan P2K3 pada perusahaan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan ketentuan pada
PERMENAKER RI No. 04/MEN/1987 pada pasal 5 sampai pasal 11. Dibuktikan dengan
didapatnya pengesahan struktur P2K3 dari Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Bengkalis dalam surat keputusan No. KEP.47/DTKT-HIJ/P2K3/2018.

2. Keanggotaan
Susunan organisasi adalah turunan dari ketentuan pada pasal 2 PERMENAKER No.
04/MEN/1987. Susunan yang berisi ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris telah disusun
dengan melibatkan pengusaha dan pekerja. Pada posisi sekretaris dan wakil sekretaris juga telah
memenuhi spesifikasi yang ditentukan yaitu ahli K3 dari internal perusahaan. Pada posisi anggota
di isi dengan anggota dengan keahlian yang sesuai dan merupakan representatif pada bidang
kerjanya.

Pada kategori keanggotaan juga secara struktur, P2K3 sudah mendapatkan dukungan dari
manajemen dilihat dengan penempatan manajemen ke dalam struktur untuk penyelenggaraan kerja
P2K3, sehingga diharapkan setiap keputusan dapat dengan segera diambil. Hal yang perlu
diperhatikan adalah organisasi P2K3 masih belum memiliki suatu kejelasan tujuan yang biasanya
tertuang pada sebuah job desc (sesuai KEP. 155/MEN/1984) terkait P2K3 yang dimengerti oleh
seluruh anggotanya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dalam susunan P2K3 yaitu adanya
beberapa personel yang telah meninggalkan perusahaan dan meninggalkan kekosongan pada
beberapa posisi.

3. Tugas dan Fungsi


Tugas dan fungsi P2K3 adalah secara administrasi sesuai dengan pasal 4 PERMENAKER RI No.
04 Tahun 1987. Ditinjau dari sisi pelaksanaan, P2K3 yang sudah ada masih belum menjalankan
anjuran KEPMENAKER KEP. 155/MEN/1984 pasal 6 tentang rapat. Sebagai sebuah organisasi,
P2K3 baiknya harus mempunyai agenda dengan frekuensi yang tetap/sesuai kebutuhan untuk
pertemuan, dan pelatihan personel P2K3 kembali sehingga program dan perencanaan yang
dilakukan dapat dilaksanakan sesuai sasaran.

18
4. Pelaporan Kinerja
Ketaatan telah ditunjukkan dengan pelaporan yang dilakukan rutin setiap 3 bulan sekali. Laporan
yang akan diberikan adalah berisi kegiatan beserta penjelasan singkat tujuan kegiatan dan bukti
kegiatan berupa gambar, seperti pada lampiran 2 dan juga dilampirkan kelengkapan seperti laporan
kecelakaan dan HSE Statistic selama periode pelaporan sebagai pendukung atas pelaksanaan
program-program K3 yang dilakukan. Performa HSE dan P2K3 sebagai promotor K3 sudah sangat
baik dan sesuai dengan sasaran K3 yang dibuat oleh perusahaan yang menyatakan capaian “zero”
pada poin incident dan occupational disease.

19
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

18
19
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Praktikan melaksanakan program kerja praktik di PT Pipa Mas Putih, Duri pada Departemen HSE.
Beberapa pengalaman yang didapat saat melaksanakan Kerja Praktik di PT Pipa Mas Putih, Duri di
antaranya:

1. PT Pipa Mas Putih adalah perusahaan yang bergerak pada bidang industri manufaktur pipa dan
screen yang berdiri sejak tahun 1958 dan terus berkembang dan berinovasi dengan menekankan
pada kualitas dari produknya. Pendirian workshop PT Pipa Mas Putih di Duri adalah sebuah bukti
dari kesungguhan PT Pipa Mas Putih untuk merealisasikan visi dan misinya.

2. Implementasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) pada PT Pipa Mas Putih
Duri sudah dimulai sejak tahun 2018, sebagai upaya perusahaan untuk menaati peraturan
pemerintah sekaligus menjaga kepercayaan pasar.

3. Sejak pertama kali digagas, P2K3 pada PT Pipa Mas Putih Duri sudah berumur satu tahun. Tentu
dengan usia tersebut, masih banyak terdapat kekurangan dalam implementasinya, seperti
kekosongan jabatan P2K3 dan pelaksanaan pertemuan yang kurang terjadwal. Kekurangan pada
penerapan P2K3 tersebut tidak menghalangi PT Pipa Mas Putih Duri untuk terus berusaha dan
terus menunjukkan ketaatan kepada dinas terkait dengan secara rutin melakukan pelaporan
tentang performa P2K3.

6.2 Saran
Tinjauan yang dilakukan menunjukkan bahwa P2K3 pada perusahaan telah sesuai/taat pada
PERMENAKER RI No. 04 Tahun 1987 terutama secara administratif, namun performa yang
dilakukan oleh P2K3 akan menjadi lebih baik jika:

1. Pendelegasian personel dengan kemampuan yang cocok untuk mengisi kekosongan posisi pada
struktur P2K3, atau opsi lain jika struktur tersebut masih dirasa dapat menjalankan organisasi
secara normal adalah dengan segera memberi tahukan kembali anggota terakhir dari P2K3
sekaligus penyampaian kembali fungsi setiap peran.

2. Pembuatan cetak tertulis fungsi dan peran setiap bagian yang ada dalam organisasi P2K3 serta
menggiatkan sekaligus memaksimalkan pertemuan rutin terutama pada lingkup organisasi P2K3
dan menunjuk badan/personel tetap pembantu penyelenggara pertemuan sehingga pertemuan
dapat dikoordinir dan disiapkan dengan baik.

3. Peran dan kehadiran secara reguler oleh seluruh pekerja terutama anggota P2K3 merupakan hal
yang penting, untuk itu pembuatan himbauan kedatangan dari arah manajemen pada rapat bulanan
sangatlah diperlukan untuk memaksimalkan kerja sama di dalam penyelesaian masalah-masalah
K3 yang dihadapi.

4. Menyajikan laporan dengan data pendukung seperti penambahan tujuan dan cara pencapaian
secara singkat juga pada lampiran Key Performance Index (KPI) atau HES statistic berisi catatan
lengkap tentang K3 keseluruhan perusahaan dan bukan dari satu proyek saja.

20
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No.02/MEN/1970 tentang Pembentukan Panitia
Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) di tempat kerja.

Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No. 155/MEN/1984 tentang Pembentukan,
susunan dan tata kerja dewan keselamatan dan kesehatan kerja nasional (DK3N), dewan
keselamatan dan kesehatan kerja wilayah (DK3W) dan panitia pembina keselamatan dan
kesehatan kerja (P2K3).

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

Dalimunthe, Rahimah A. (2008). Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di Pt Wijaya Karya Beton Medan Tahun
2008. Medan. Repository USU.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/14644/09E01016.pdf (diakses pada 24
Juli 2019)

Indriyani, Yeni. (2016). Analisis Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit
(K3rs) Menggunakan Metode PDCA (Plan-Do-Check-Act) Di Rsud Dr. Moewardi. Surakarta,
eprints UMS.
http://eprints.ums.ac.id/49300/25/naskah%20publikasi%20yeni.pdf (diakses pada 22 Juli 2019)
Tampubolon, Lettyzia J. (2015). Efektivitas Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sidoarjo Sebagai Upaya Mewujudkan Budaya K3.
Surabaya. Journal Unair.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmp6e2f22236afull.pdf (diakses pada 19 Juli
2019)

21
Lampiran 1 - Sasaran K3L PT Pipa Mas Putih Duri

22
Lampiran 2 - Laporan implementasi kegiatan P2K3 PT Pipa Mas Putih Duri

23
24
Lampiran 3 - Surat keterangan selesai kerja praktik

25
Lampiran 4 - Daftar hadir kerja praktik

26
a

27
Lampiran 5 - Lembar bimbingan pembimbing program studi

28
29
Lampiran 6 - Lembar bimbingan pembimbing perusahaan

30

Anda mungkin juga menyukai