Anda di halaman 1dari 4

Contoh Analisis Risiko di Perkantoran ( Angkasa Pura I ) :

Dalam penerapan Manajemen Risiko, Angkasa Pura Airports menggunakan acuan International
Organization for Standardization (ISO) 31000 Risk Management Standard yang telah mendapatkan
sertifikasi dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) Pada Tahun 2011 Proses pengelolaan risiko
Perseroan dijabarkan pada diagram berikut:

1.Identifikasi Risiko

Tahap awal penelitian ini yaitu identifikasi risiko yang dilakukan melalui wawancara dan
brainstorming dengan pemangku kepentingan antara lain airport operation & readiness section
head, Apron Movement Center dan quality management & customer service section head terdapat
47 kejadian risiko yang terjadi pada saat fase penerbangan (dimulai dari standing, pushback/towing,
taxi, take off, approach dan landing) dan risiko kerja dibagian airside di Bandar Udara Adi Sumarmo
Surakarta.

Berikut tabel risiko yang terjadi di Angkasa Pura I :

2.Analisis Risiko

Tahap selanjutnya yaitu pengolahan data, menentukan tingkat severity dari kejadian risiko pada
fase penerbangan pada yang ditunjukan pada tabel 1 dan occurrence dari penyebab risiko pada fase
penerbangan yang ditunjukan pada tabel 2. Penilaian ini dilakukan oleh bagian AMC. Sedangkan nilai
severity dan occurrence pada risiko kerja dibagian airside ditunjukan pada tabel 3 dan tabel 4. Dalam
model ini kejadian risiko dan penyebab risiko dilakukan penilaian terhadap korelasi antara keduanya.
Penilaian dilakukan oleh airport operation & readiness section head. Selanjutnya dengan.
menggunakan formulasi 1 diperoleh nilai aggregate risk priority (ARP), dari hasil nilai ARP
selanjutnya dilakukan pemberian ranking.
3.Evalusi Risiko

Sebagai upaya memastikan keberlanjutan pelaksanaan manajemen risiko di lingkungan Angkasa


Pura Airports, maka secara berkala mulai tahun 2014 dilakukan evaluasi tahunan terhadap
penerapan manajemen risiko melalui pengukuran maturitas manajemen risiko. Pengukuran ini
bertujuan untuk mengetahui dan memetakan sejauh mana efektifitas penerapan manajemen risiko
yang ada di lingkungan Perseroan, selain itu melalui serangkaian proses pengukuran maturitas
manajemen risiko, dapat diketahui pula kualitas penerapan manajemen risiko yang ada di
lingkungan Perseroan sehingga dapat digunakan sebagai bahan oleh manajemen dalam menyusun
strategi dan programprogram pengembangan manajemen risiko Perseroan di masa mendatang.

Dalam melakukan evaluasi penerapan manajemen risiko, digunakan model pengukuran maturitas
dengan 5 (lima) tingkatan (awal, pemula, kompeten, mahir sampai dengan pemimpin pada tingkatan
teratas) yang merepresentasikan tingkat kemampuan (kapabilitas) dan/atau Perseroan sebagai
entitas untuk mengelola risiko dalam mencapai tujuan/sasaran yang dicanangkan. Adapun aspek
terukur yang digunakan dalam pengukuran tersebut terdiri dari 6 (enam) atribut diantaranya
Budaya, Pengalaman, Proses, Aplikasi, Kepemimpinan, dan Prinsip.
4.Perlakuan Risiko

1.Pemasangan CCTV di airside strategi yang diusulkan untuk


Saat ini Bandara Adi Sumarmo belum memasang CCTV dibagian airside. Keberadaan CCTV (closed
circuit television) sangat membantu keefektifan pengamanan di sisi udara. Hal ini merupakan
tanggung jawab PT Angkasa Pura 1 Cabang Bandar Udara Adi Sumarmo. Tindakan ini dapat dilakukan
dalam jangka menengah yaitu dapat diselesaikan selama 10-15 tahun. Pemasangan CCTV akan
dilakukan secara bertahap.
2. Ikut mengawasi pengecekan kelayakan pesawat, license pesawat, license teknik, license FOO dan
license pilot yang dilakukan oleh dinas perhubungan setempat
Hal ini merupakan tanggung jawab PT Angkasa
Pura 1 Cabang Bandar Udara Adi Sumarmo. Waktu pelaksanaan tindakan ini yaitu jangka pendek,
dapat dilakukan dalam waktu 1 tahun untuk menyelesaikan syarat administrasi dan pelaksanaanya
setiap 6 bulan sekali. Kegiatan ini dilakukan dengan kerjasama antara maskapai penerbangan dengan
bandara yang diwujudkan 6. dengan pembuatan laporan kelayakan dari pihak maskapai yang
diperiksa oleh pihak bandara.Pengecekan secara berkala pagar perimeter disekeliling bandara
Merupakan tanggung jawab PT Angkasa Pura 1 Cabang Bandar Udara Adi Sumarmo. Pelaksanaan
untuk mengajukan usulan ini membutuhkan waktu jangka pendek yaitu selama 6 bulan. Saat ini
pengecekan dilakukan oleh aviation security sebanyak 2 kali dalam sehari, namun pengawasan
keselamatan bandara tentunya akan meningkat apabila pengecekan dapat dilakukan lebih sering
yaitu 3 kali dalam sehari.Memperingatkan melalui pengumuman berulang-ulang
Pada kondisi ini, terkadang penumpang sulit untuk diatur dapat membahayakan baik penumpang itu
sendiri dan keselamatan pesawat yang dilakukan secara berkala dalam periode 6
bulan sekali.
3. Penambahan jadwal pemotongan rumput
Merupakan tanggung jawab PT Angkasa Pura 1 Cabang Bandar Udara Adi Sumarmo. Waktu
pelaksanaanya jangka pendek yaitu selama 6. Saat ini perusahaan melakukan jadwal pemotongan
rumput di area rerumputan bandar usara setiap 2 kali semingggu dengan menggunakan mesin
pemotong rumput. 7. Penjadwalan yang dilakukan dirasa kurang efektif, usulan yang diberikan yaitu
menambah jadwal pemotongan rumput setiap 2 hari sekali.

5.Pemantauan Risiko dan Pengkajian Risiko

Faktor consequence suatu outcome mungkin berubah, sama seperti faktor-faktor yang
mempengaruhi kesesuaian dan biaya berbagai opsi perlakuan. Oleh karena itu perlu secara reguler
dilakukan pengulangan siklus proses manajemen risiko. Dengan pemanatuan ini jalannya rencana
dan implementasi dapay dipantau dan apabila ada kesalahan dapat dilakukan pengkajian untuk
menemukan solusi terbaik dari permasalahatersebut.

Pengkajian merupakan bagian integral rencana perlakuan risiko. Departemen Kepatuhan &
Manajemen Risiko menjadi fasilitator dalam tahapan pengkajian ini. Pengkajian dilakukan sebanyak
minimal satu (1) kali dalam setahun dalam bentuk diskusi panel. Pertemuan dilakukan dengan
mengundang General Manager (GM) dan dihadiri oleh Direksi. Masing-masing GM mengungkapkan
isu risiko yang menjadi perhatian utama di masing-masing kompartemennya.

6. Dokumentasi dan Pelaporan


Setiap perusahaan memiliki sistem dokumentasi dan pelaporan yang berbeda terhadap hasil evaluasi
manajemen risiko perusahaan tersebut. Dokumen tersebut akan dilaporkan ke departemen masing-
masing agar dapat dipahami dan diketahui apa saja risiko yang terjadi di perusahaan tersebut.
Departemen disahkan oleh Manager dan dikirimkan kepada GM untuk review. Setelah GM
menyetujui laporan disampaikan ke Departemen Kepatuhan & Manajemen Risiko. Departemen
Kepatuhan & Manajemen Risiko melakukan review untuk pemenuhan persyaratan laporan dan
selanjutnya disimpan ke database serta disiapkan untuk proses berikutnya. Jika belum memenuhi
persyaratan, laporan akan dikembalikan kepada unit kerja untuk direvisi.

Sumber:

Anonim 2011, Laporan Tahunan 2011 PT Angkasa Pura I, Jakarta

“Manajemen Risiko Angkasa Pura I Ap1.co.id”, diakses 25 April 2020

Anda mungkin juga menyukai