Anda di halaman 1dari 5

RENCANA SMK3 I Tempat Kerja Non Konstruksi (Kantor).

1. Kebijakan K3
Perusahaan membuat pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk menerapkan K3
berdasarkan skala resiko dan peraturan perundang-undangan K3 yang dilaksanakan secara
konsisten dan harus ditandatangani oleh manajer tim. Pembuatan kebijakan K3 di perkantoran
berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No 48 Tahun 2016 Tentang
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Perusahaan harus menetapkan kebijakan K3 pada kegiatan non konstruksi yang dilaksanakan.
2. Kepala tim/Manajer K3 harus mengesahkan Kebijakan K3
3. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
peningkatan kesinambungan SMK3
b. Mencakup komitmen untuk mematuhi kebijakan K3
c. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3
2. Perencanaan K3
Perusahaan wajib membuat
 Penelaahan awal
Dilakukan evaluasi terhadap kebijakan K3 perkantoran yang ada, partisipasi pekerja,
tanggung jawab manajer, analisis dan statistik kecelakaan, kejadian berbahaya serta
upaya pengendalian yang sudah dilakukan.
 Manajemen resiko
1. Melakukan komunikasi dan konsultasi risiko
Komunikasi dan konsultasi dilakukan dengan perwakilan tim K3 serta manajemen K3
dan dilakukan pada setiap tahap proses manajemen resiko.
2. Penetapan konteks resiko
Terdiri dari penentuan batas risiko yang akan dikelola dan penentuan lingkup proses
manjemen resiko selanjutnya.
3. Identifikasi bahaya dan penilaian resiko
Bahaya yang terjadi adalah bahaya ergonomi, yang berasal dari desain kerja, layout
maupun aktivitas yang buruk. Pada kasus ini, pekerja terpeleset karena lantai yang
licin sehingga perlu ditinjau karena terpeleset dapat menyebabkan
penyakit/kecelakaan akibat kerja seperti cedera.
4. Pengendalian resiko
Perusahaan dapat menetapkan langkah pengendalian terhadap resiko berdasarkan
hirarki pengendalian risiko, yang tediri dari :
a. Eliminasi
b. Substitusi
c. Kontrol teknik/perancangan
d. Kontrol administrasi
e. APD
Pada kasus ini, dapat ditetapkan kontrol administrasi dengan melakukan
perinngatan melaui rambu.
5. Pemantauan dan peninjauan
Perusahaan harus menetapkan cara untuk melakukan pemantauan dan peninjauan
terhadap proses penilaian risiko dan pengendaliannya. Pemantauan dan peninjauan
ini harus dilakukan secara berkala.
 Identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
Perusahaan membuat daftar PP terkait K3 yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan SMK3 di perkantoran. Perusahaan kemudian dapat melakukan evaluasi
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan oerundangan dan persyaratan terkait K3
perkantoran.
 Penentuan tujuan dan sasaran K3
Perusahaan dapat membuat, menetapkan, meerapkan dan memelihara serta
mendokumentasikan tujuan, sasaran dan program K3 pada setiap fungsi/ tingkatan
dalam perusahaan. Penyusunan program ini mempertimbangkan :
1. Peraturan perundangan dan persyaratan K3 Perkantoran
2. Skala prioritas berdasarkan tingkat risiko
3. Upaya pengendalian risiko
4. Ketersediaan sumber daya
5. Jangka waktu pelaksanaan
6. Pengukuran dan indikator pencapaian
7. Sistem pertanggungjawaban sesuai dengan fungsi dalam perusahaan.
3. Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 perlu dijadwalkan dalam penjadwalan pekerjaan agar seluruh perencanaan K3
dapat dilaksanakan dengan baik dan terstruktur sesuai jadwal. Pekerja housekeping harus patuh
dan memakai rambu untuk memperingati pekerja lainnya.
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
Kegiatan ini mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan pada bagian pelaksanaan K3 berdasarkan
upaya pengendalian dalam Perencanaan K3. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 harus
dilaksanakan sesuai prosedur yang dibuat oleh Ahli dan Tim K3 di perusahaan.
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara
berkala dan dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh proses kegiatan berjalan yang
berdampak pada konerja perusahaan. Tinjauan upenerapan SMK3 ini paling sedikit meliputi
evaluasi, tujuan, sasaran dan kinerja K3, hasil temuan audit SMK3 sera evaluasi dalam efektifitas
penerapan SMK3 ynag sudah diterapkan. Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan
berdasarkan pertimbangan berikut :
1. Perubahan peraturan perundang undangan
2. Tuntutan dari pihak terkait
3. Perubahan kegiatan
4. Perubahan struktur organisasi perusahaan
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
6. Hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja
7. Adanya laporan
8. Adanya saran dari pekerja.
RENCANA SMK3 II Tempat Kerja Pabrik Tekstil.

1. Kebijakan K3
Perusahaan membuat pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk menerapkan K3
berdasarkan skala resiko dan peraturan perundang-undangan K3 yang dilaksanakan secara
konsisten dan harus ditandatangani oleh manajer proyek/kepala proyek. Dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Perusahaan harus menetapkan kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi yang dilaksanakan.
2. Kepala proyek/Manajer proyek harus mengesahkan Kebijakan K3
3. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
peningkatan kesinambungan SMK3
b Mencakup komitmen untuk mematuhi kebijakan K3
c Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3
2. Perencanaan K3
Perusahaan wajib membuat
 Penelaahan awal
Dilakukan evaluasi terhadap kebijakan K3 perkantoran yang ada, partisipasi pekerja,
tanggung jawab manajer, analisis dan statistik kecelakaan, kejadian berbahaya serta
upaya pengendalian yang sudah dilakukan.
 Manajemen resiko
1. Melakukan komunikasi dan konsultasi risiko
Komunikasi dan konsultasi dilakukan dengan perwakilan tim K3 serta manajemen
K3 dan dilakukan pada setiap tahap proses manajemen resiko.
2. Penetapan konteks resiko
Terdiri dari penentuan batas risiko yang akan dikelola dan penentuan lingkup
proses manjemen resiko selanjutnya.
3. Identifikasi bahaya dan penilaian resiko
Penyusunan identifikasi bahaya diutamakan pada pekerjaan kritis yang memiliki
risiko signifikan pada keselamatan dan kesehatan pekerja. Identifikasi bahaya juga
dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian utama, yakni : bahaya terhadap kesehatan,
bahaya terhadap keselamatan dan bahaya terhadap lingkungan.
Menentukan penilaian risiko dapat dilakukan dengan menganalisa dan
memperkirakan seringnya dan keparahan dari masing masing bahaya apabila terjadi
dan menyebabkan kecelakaan/penyakit akibat kerja, kemudian dihitung dan
menghasilkan nilai risiko relatif. Analisa risiko dilakukan dengan cara kualitatif,
tergantung oleh penganalisa. Untuk menentukan proses penilaian risiko dapat
ditentukan dengan :
1. Menentukan kekerapan terjadinya bahaya. Nilai kekerapan dapat diukur dari
“sering sekali” sampai “Tidak pernah”.
2. Menentukan keparahan dari bahaya. Keparahan dibagi menjadi 5 kategori
berdasarkan kemungkinan tingkat keparahan akibat bahaya pada pekerjaan
yang telah diidentifikasi pada kesehatan seseorang, kerusakan lingkkungan atau
benda. Nilai ini berawal dari tingkat “Bencana” hingga “Biasa”.
3. Menghitung nilai risiko relatif.
4. Menentukan apakah risiko dapat ditoleransi atau dilakukan pengendalian risiko.
Pada kasus ini, ditemukan 50 pekerja yang terkena absestosis, merupakan
penyakit paru kronis yang disebabkan oleh terpaparnya pekerja oleh asbes
dalam kurun waktu yang lama. Menunjukan bahwa pekerja tidak memakai APD
yang sesuai dan tidak menerapkan K3 sesuai standar sehingga mengalami
penyakit akibat kerja. Perlakuan Risiko yang dapat diterapkan adalah Risiko
sedang, karena membutuhkan pengendalian risiko dan pengawasan pekerjaan
yang berkala.
4. Pengendalian resiko
Perusahaan dapat menetapkan langkah pengendalian terhadap resiko berdasarkan
hirarki pengendalian risiko, yang tediri dari :
 Eliminasi
 Substitusi
 Kontrol teknik/perancangan
 Kontrol administrasi
 APD
Pada kasus ini, perlu dilakukan pengendalian pekerja dalam memakai APD. APD ini
dirancang untuk melindungi diri dari bahaya dilingkungan kerja serta zat pencemar
agar tetap selalu aman dan sehat. Pada industri tekstil, diperlukan APD sarung
tangan, googles, masker juga safety shoes. Dengan penggunaan APD, diharapkan
dapat mengurangi pekerja yang terkena risiko penyakit akibat kerja.
5. Pemantauan dan peninjauan
Perusahaan harus menetapkan cara untuk melakukan pemantauan dan peninjauan
terhadap proses penilaian risiko dan pengendaliannya. Pemantauan dan peninjauan
ini harus dilakukan secara berkala.
 Identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
Perusahaan membuat daftar PP terkait K3 yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan SMK3 konstruksi. Perusahaan kemudian dapat melakukan evaluasi
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangan dan persyaratan terkait K3
konstruksi.
 Penentuan tujuan dan sasaran K3
Perusahaan dapat membuat, menetapkan, meerapkan dan memelihara serta
mendokumentasikan tujuan, sasaran dan program K3 pada setiap fungsi/ tingkatan
dalam perusahaan. Penyusunan program ini mempertimbangkan :
 Peraturan perundangan dan persyaratan K3
 Skala prioritas berdasarkan tingkat risiko
 Upaya pengendalian risiko
 Ketersediaan sumber daya
 Jangka waktu pelaksanaan
 Pengukuran dan indikator pencapaian
 Sistem pertanggungjawaban sesuai dengan fungsi dalam perusahaan.
3. Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 perlu dijadwalkan dalam penjadwalan pekerjaan agar seluruh perencanaan K3
dapat dilaksanakan dengan baik dan terstruktur sesuai jadwal.
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
Kegiatan ini mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan pada bagian pelaksanaan K3 berdasarkan
upaya pengendalian dalam Perencanaan K3. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 harus
dilaksanakan sesuai prosedur yang dibuat oleh Ahli dan Tim K3 di perusahaan.
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara
berkala dan dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh proses kegiatan berjalan yang
berdampak pada konerja perusahaan. Tinjauan upenerapan SMK3 ini paling sedikit meliputi
evaluasi, tujuan, sasaran dan kinerja K3, hasil temuan audit SMK3 sera evaluasi dalam efektifitas
penerapan SMK3 ynag sudah diterapkan. Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan
berdasarkan pertimbangan berikut :
 Perubahan peraturan perundang undangan
 Tuntutan dari pihak terkait
 Perubahan kegiatan
 Perubahan struktur organisasi perusahaan
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
 Hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja
 Adanya laporan
 Adanya saran dari pekerja.

Daftar Pustaka :
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 48 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran; Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
3. Belajar K3. 2021. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3. Available in : https://belajark3.com
ruang-baca/peninjauan-dan-peningkatan-kinerja-SMK3.html

Anda mungkin juga menyukai