Keamanan,
Kesehatan, dan
Keselamatan
Kerja (K3) di
Lembaga
Pelatihan Kerja U TA M A K A N
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
N.78SPS02.035.1
Disampaikan oleh :
Eko Widayanto
Tim Pengajar AIMP
1
Menerapkan Keamanan,
UK Kesehatan, dan
Keselamatan Kerja (K3) di
Lembaga Pelatihan Kerja
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1. Mengidentifikasi bahaya di a. Sumber informasi K3
tempat pelatihan diakses untuk
mengidentifikasi bahaya di
tempat pelatihan .
b. Kebutuhan spesifik K3 untuk
peserta pelatihan
diidentifikasi sesuai acuan
kebutuhan khusus K3 .
c. Potensi bahaya yang
dihadapi oleh peserta
pelatihan berkebutuhan
khusus diidentifikasi .
2
2. Menilai risiko di tempat a. Kemungkinan kecelakaan
pelatihan akibat bahaya diidentifikasi
berdasarkan acuan penilaian
resiko .
b. Tingkat keparahan dari setiap
potensi bahaya dinilai
risikonya
c. Tindakan pengendalian
potensi bahaya dibuat
berdasarkan prioritas
3. Mengiimplementasikan a. Pengendalian risiko
keselamatan dan kesehatan dikembangkan berdasar
kerja peserta pelatihan hirarki
b. Rencana tindakan
pengendalian risiko
dikonsultasikan dengan pihak
yang berkepentingan
3
c. Tindakan dalam pengendalian
dan tanggung jawab SDM
pelatihan
4. Memonitor implementasi K3 a. Pencapaian terhadap
di lembaga pelatihan rencana pengendalian risiko
dimonitor sesuai acuan
implementasi K3 di lembaga
pelatihan kerja .
b. Pencapaian terhadap
rencana pengendalian risiko
dimonitor sesuai acuan
implementasi K3 di lembaga
pelatihan kerja
c. Pelaporan pengendalian
kecelakaan danbahaya yang
efektif serta proses
penyelidikan dikonfirmasi
secara berkelanjutan 4
CAPAIAN UNIT KOMPETENSI
Mengaplikasikan pedoman K3
berdasarkan potensi bahaya di
tempat kerja LPK
5
KRITERIA CAPAIAN
6
POKOK PEMBAHASAN
1. Langkah kerja mengakses Sumber informasi K3
untuk Mengidentifikasi Bahaya di Tempat
Pelatihan
2. Langkah kerja mengidentifikasi Kebutuhan
Spesifik K3 untuk Peserta Pelatihan Sesuai
dengan Acuan Kebutuhan Khusus K3
3. Langkah kerja mengidentifikasi potensi bahaya
yang dihadapi oleh peserta Pelatihan
berkebutuhan khusus
4. Langkah kerja mengidentifikasi kemungkinan
kecelakaan akibat bahaya berdasarkan acuan
penilaian resiko
7
POKOK PEMBAHASAN
5. Cara menilai tingkat keparahan dari setiap
potensi bahaya sesuai dengan risikonya
6. Cara membuat tindakan pengendalian potensi
bahaya berdasarkan prioritas
7. Cara mengembangkan pengendalian risiko
bahaya berdasarkan hirarkinya
8. Langkah kerja mengonsultansikan rencana
tindakan pengendalian risiko dengan pihak yang
berkepentingan
8
POKOK PEMBAHASAN
9. Langkah mengimplementasikan tindakan dalam
pengendalian dan tanggung jawab SDM
pelatihan sesuai dengan acuanpelaksanaan
tindakan pengendalian
10. Langkah kerja memonitor pencapaian terhadap
rencana pengendalian risiko sesuai dengan acuan
implementasi K3 di lembaga pelatihan kerja
11. Langkah kerja mengkonfirmasi efektivitas dan
kehandalan implementasi pengendalian risiko
dengan pihak yang berkepentingan
9
POKOK PEMBAHASAN
12. Lankah kerja mengkonfirmasi pelaporan
pengendalian kecelakaan dan bahaya yang
efektif serta proses penyelidikan secara
berkelanjutan.
13. Mengaplikasikan pedoman K3 berdasarkan
potensi bahaya di tempat kerja LPK
10
PEDOMAN PERATURAN K3
TERBARU
Permenaker No. 5 Tahun 2018
27 April 2018
11
12
Pengertian dan informasi K3
• UU No.1 th. 1970 ttg Keselamatan Kerja
• Standar OHSAS 18001(Occupational Health and Safety
Management System)
• Permenaker No. 5 Tahun 2018 ttg K3 Lingkungan kerja,
• Permenaker No. 03/MEN/1998 ttg Pelaporan Kecelakaan
Kerja,
• Permenakertrans Nomor Per.08/Men/VII/ 2010 tentang Alat
Pelindung Diri
• Kepres no 7 tahun 2019 ttg PAK
• K3 Ketenagalistrikan, K3 Kontruksi, K3 peralatan produksi,
Pengelolaan APD dll
13
Standar OHSAS 18001
(Occupational Health and Safety
Management System)
Standar OHSAS 18001 adalah suatu standard
internasonal untuk sistem manajemen K3.
15
Lanjutan definisi …
2. Pengertian (Definisi) K3 Menurut Keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua
Ilmu dan penerapannya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
(PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
3. Pengertian (Definisi) K3 Menurut OHSAS
18001:2007
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua
kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada
keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun
orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu)
di tempat kerja.
OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment)
16
Standar OHSAS 18001 disusun berdasar-
kan metode PDCA (Plan-Do-Check-
Act) yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Plan (Perencanaan) :
membangun tujauan-tujuan dan proses-proses yang
diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai
dengan Kebijakan K3 suatu organisasi.
2. Do (Pelaksanaan) :
Menerapkan proses-proses yang telah direncanakan.
3. Check (Pemeriksaan) :
Memantau dan mengukur proses-proses terhadap
Kebijakan K3 organisasi.
4. Act (Tindakan) :
Mengambil tindakan untuk peningkatan kinerja K3 secara
berkelanjutan. 17
18
MOTIVASI UTAMA DALAM K3
20
PENGERTAN POTENSI BAHAYA
• Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk
terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian.
• Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian
yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut.
• Mustahil untuk mengetahui semua bahaya yang
ada.
Beberapa hal yang tampak jelas berbahaya, seperti bekerja dengan
menggunakan tangga yang tidak stabil atau penanganan bahan
kimia bersifat asam. Namun demikian, banyak
kecelakaan terjadi akibat dari situasi seharihari, misalnya tersan
dung tikar di lantai kantor. Ini tidak berarti bahwa tikar pada
umumnya berbahaya! Namun demikian, hal ini bisa terjadi,
tikar tersebut dalam posisi terlipat atau tidak seharusnya dan
menjadi potensi bahaya dalam kasus ini.
21
POTENSI BAHAYA
3 Klik
Klik FAKTOR
Klik
BIOLOGI FAKTOR
1 FAKTOR
ERGONOMI 4
FISIK
Klik
FAKTOR
2 KIMIA
Klik
FAKTOR
PSIKOLOGI
5
LINGKUNGAN KERJA
22
FAKTOR
FISIK
23
Bahaya Faktor Fisik
1. Kebisingan
2. Penerangan
3. Getaran
4. Temperatur Ruangan Kerja
5. Radiasi Tidak Mengion
24
PERMENAKER No. 5 Tahun 2018
25
KEBISINGAN
MERUPAKAN SUMBER
BAHAYA DARI
FAKTOR FISIK DI
TEMPAT KERJA YANG
SUMBER BAHAYA
TERSEBUT PERLU
DIKENDALIKAN AGAR
TERCIPTA
LINGKUNGAN KERJA
YANG SEHAT, AMAN,
NYAMAN, DAN
PRODUKTIF BAGI
TENAGA KERJA
26
KEBISINGAN DAN
PENCEGAHANNYA
27
PENGERTIAN KEBISINGAN
29
ANATOMI TELINGA
BAGAIMA
NA KITA
BISA MEN-
DENGAR?
30
• Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui
saluran telinga ke gendang telinga. Gendang telinga adalah
selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan telinga
tengah dengan telinga luar.
• Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di
telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan
bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda
dan mengubahnya menjadi gelombang saraf.
• Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat
saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak.
Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh
tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval.
• Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga
manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20.000 Hz pada
amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva
responsnya.
Suara yang sangat keras menyebabkan kerusakan pada sel
rambut, karena sel rambut yang rusak tidak dapat tumbuh
lagi maka bisa terjadi kerusakan sel rambut progresif dan
berkurangnya pendengaran 31
JENIS KEBISINGAN
1. Bising kontinyu/sirkuler/terus-menerus
mis. suara mesin, kipas angin, dll.
2. Bising intermiten atau terputus-putus
suara pesawat terbang, lalu-lintas
3. Bising impulsif yang memiliki tekanan suara
melebihi 40 dB
mis. Suara mercon, senapan, dll.
4. Bising impulsif terjadi berulang pada periode yang
sama
Mis. Suara mesin tempa, dll.
32
BISING SIRKULER
33
BISING INTERMITEN
34
BISING IMPULSIF MENGEJUTKAN
35
BISING IMPULSIF TERATUR
36
SUMBER KEBISINGAN
37
ARTI DESIBEL
Umunya suara dengan intensitas 30-50 dB
adalah suara yang aman untuk didengar
oleh telinga manusia.
Contohnya:
Seperti suara orang yang sedang bercakap-
cakap.
dB adalah singkatan dari desibel, yakni
satuan ukuran untuk intensitas suara.
Telinga akan terasa sakit apabila
mendengar suara >90 dB. 38
Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan
dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris
2. Gangguan psikologis
Gannguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, emosional, dll.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya
pekerjaan, bahkan bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak
dapat mendengar isyarat ataupun tanda bahaya.
4. Gangguan pada pendengaran (Ketulian)
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya
dapat menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran. Gannguan
pendengaran ini bersifat progresif tapi apabila tidak dilakendalikan
dapat menyebabkan ketulian permanen. 39
Batasan tingkat kebisingan yang dapat
menyebabkan gangguan pendengaran
Batasan tingkat kebisingan dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. untuk lingkungan dengan waktu pajanan
24 jam yang kita kenal dengan Baku
Mutu Lingkungan dan
2. untuk tempat kerja dengan waktu
pajanan 8 jam kerja atau Nilai Ambang
Batas (NAB)
40
Tabel di bawah ini adalah baku mutu lingkungan sesuai
Kepmen LH No. 48 tahun 1996
41
Tabel di bawah adalah NAB Kebisingan
sesuai Permenaker No. 13/Men/X/2011
42
43
Gangguan Pendengaran Akibat Bising/GPAB
(Noise Induced hearing Loss/NIHL)
46
Test Audiometri/Pendengaran
Apabila hasil pengukuran di tempat kerja
menunjukkan intensitas kebisingan melebihi NAB
maka lakukan audiometri test kepada karyawan
minimal 1 tahun sekali..
Audiometri test juga harus dilakukan pada
karyawan baru/rotasi /mutasi sebelum di tugaskan
ke area dengan intensitas kebisingan yang tinggi.
Target dari audiometri test adalah pemeriksaan
gangguan pendengaran persepsi, konduksi atau
campuran.
47
Alat Pelindung pendengaran
48
Faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan Alat Pelindung Pendengaran
adalah:
1. Dapat melindungi pekerja dari
kebisingan
2. Nyaman diapakai dan efisien
3. Cocok dengan Alat Pelindung diri yang
lainnya, misal helm dan kacamata
4. Masih bisa berkomunikasi ketika
digunakan, karena jika berlebihan dapat
menimbulkan bahaya lainnya, misal tidak
dapat mendengar isyarat atau sirene
tanda bahaya 49
Penerangan
• Penerangan di setiap tempat kerja harus memenuhi syarat
untuk melakukan pekerjaan. Penerangan yang tepat sangat
penting untuk peningkatan kualitas dan produktivitas.
Sebagai contoh, pekerjaan perakitan benda kecil
membutuhkan tingkat penerangan lebih tinggi, misalnya
mengemas kotak.
53
Getaran
• Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating),
memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke
depan. Gerakan tersebut terjadi secara teratur dari benda
atau media dengan arah bolak balik dari kedudukannya. Hal
tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap semua atau
sebagian dari tubuh
• Misalnya, memegang peralatan yang bergetar sering
mempengaruhi tangan dan lengan pengguna,
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan
sirkulasi di tangan. Sebaliknya, mengemudi traktor di jalan
bergelombang dengan kursi yang dirancang kurang sesuai
sehingga menimbulkan getaran ke seluruh tubuh, dapat
mengakibatkan nyeri punggung bagian bawah.
• Batasan getaran alat kerja yang kontak langsung maupun
tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja
ditetapkan sebesar 4 m/detik2 54
55
Temperatur Ruangan Kerja
• Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan
ini memperlambat pekerjaan. Ini adalah respon alami dan
fisiologis dan merupakan salah satu alasan mengapa sangat
penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan
kelembaban ditempat kerja.
• Faktor- faktor ini secara signifikan dapat berpengaruh pada
efisiensi dan produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara
bersih di ruangan tempat kerja membantu untuk memastikan
lingkungan kerja yang sehat dan mengurangi pajanan bahan
kimia. Sebaliknya, ventilasi yang kurang sesuai dapat:
- mengakibatkan pekerja kekeringan atau kelembaban yang
berlebihan;
- menciptakan ketidaknyamanan bagi para pekerja;
- mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka
56
untuk praktek kerja yang aman.
lanjutan ..
• Agar tubuh manusia berfungsi secara efisien,
perlu untuk tetap berada dalam kisaran suhu
normal. Untuk itu diperlukan iklim kerja yang sesuai bagi
tenaga kerja saat melakukan pekerjaan.
• Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi
dengan tingkat panas dari tubuh tenaga kerja sebagai
akibat dari pekerjaannya.iklim kerja berdasarkan suhu dan
kelembaban ditetapkan dalam Kepmenaker No 51 tahun
1999 diatur dengan memperhatikan perbandingan waktu
kerja dan waktu istirahat setiap hari dan berdasarkan beban
kerja yang dimiliki tenaga kerja saat bekerja (ringan, sedang
dan berat)
57
TINGKAT KENYAMANAN SUHU
RUANGAN KELAS
58
NAB Iklim Kerja
59
Radiasi Tidak Mengion
• Radiasi gelombang elektromagnetik yang berasal dari
radiasi tidak mengion antara lain gelombang mikro dan
sinar ultra ungu (ultra violet).
• Gelombang mikro digunakan antara lain untuk gelombang
radio, televisi, radar dan telepon. Gelombang mikro
mempunyai frekuensi 30 kilo hertz – 300 giga hertz dan
panjang gelombang 1 mm – 300 cm. Radiasi gelombang
mikro yang pendek < 1 cm yang diserap oleh permukaan
kulit dapat menyebabkan kulit seperti terbakar. Sedangkan
gelombang mikro yang lebih panjang (> 1 cm) dapat
menembus jaringan yang lebih dalam.
• Radiasi sinar ultra ungu berasal dari sinar matahari, las listrik,
laboratorium yang menggunakan lampu penghasil sinar
ultra violet. Panjang felombang sinar ultra violet berkisar 1 –
40 nm. Radiasi ini dapat berdampak pada kulit dan mata 60
61
FAKTOR KIMIA
62
Bahan Kimia Berbahaya
Defenisi : (Kep.Menaker RI No. 187/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja)
Bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang
berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
Kriteria bahan kimia berbahaya:
•bahan beracun
•bahan sangat beracun
•cairan mudah terbakar
•cairan sangat mudah terbakar
•gas mudah terbakar
•bahan mudah meledak
•bahan reaktif
•bahan oksidator 63
Nilai Ambang Batas (NAB)
Definisi:
Standard faktor-faktor lingkungan kerja
yang dianjurkan di tempat kerja agar
tenaga kerja masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8
jam sehari atau 40 jam seminggu
64
Bahan Kimia
di Tempat Kerja
Wujud berupa:
Gas
Uap
Debu
Kabut
Awan
Asap
65
Bahan Kimia Berbahaya
Klasifikasi umum:
(Fundamentals of chemical safety/ Milos Nedved/p. 57/ ILO, 1991)
➢ Bahan Kimia beracun (toxic)
➢ Bahan Kimia Korosif (Corrosives)
➢ Bahan mudah terbakar (Flammable
substances)
➢ Bahan Peledak (Explosives)
➢ Bahan Kimia Oxidator (Oxidation agents)
➢ Bahan kimia yang reaktif terhadap air
(Water sensitivity substances) 66
FAKTOR
BIOLOGI
67
FAKTOR BIOLOGI DI TEMPAT
KERJA
Sumber:
• Pekerjaan Pertanian
• Pekerjaan yang berhubungan dengan
penanganan hewan dan produknya (mis. Klinik
dokter hewan, rumah potong hewan, pasar
daging dan ikan)
• Pekerjaan lapangan dimana ada kemungkinan
berkontak dengan tinja hewan
• Laboratorium, dll. 68
FAKTOR BIOLOGI DI TEMPAT
KERJA
VIRUS JAMUR
TEMPAT KERJA
PROTOZOA
BAKTERI
CACING
69
VIRUS
• Merupakan partikel
hidup yang paling kecil
yang berdiameter
antara 0,025 s.d. 0,25
mikron
• Merupakan parasit
yang menginfeksi
manusia, hewan,
tumbuhan dan bakteri.
• Contoh: Hepatitis pada
petugas laboratorium
70
BAKTERI
• Organisme bersel tunggal
berdiameter 1-2 mikron
• Beberapa bakteri
menyebabkan penyakit,
seperti tetanus. Yang lain
berguna, sebagai sumber
antibiotik
• Contoh: Antraks pada
tenaga kerja
berhubungan dengan
wol, tetanus pada tenaga
kerja pertanian.
71
CACING
Jenis cacing:
1. Cacing Gelang (Ascaris
lumbricoides)
2. Cacing Daun (Trematoda)
3. Cacing Kremi (Oxyuris
vermicularis)
4. Cacing Tambang
(Ancylostoma Duodenale
dan Necator Americanus)
5. Cacing Pita pada Manusia
(Taeniasis)
72
PROTOZOA
1. Protozoa adalah hewan bersel
satu yang hidup sendiri atau
dalam bentuk koloni/kelompok.
2. Tiap Protozoa merupakan
kesatuan yang lengkap, baik
dalam susunan maupun fungsinya.
sanggup melakukan semua fungsi
kehidupan yang pada jasad lebih
besar dilakukan oleh sel-sel
khusus.
3. Arti penting protozoa : Sebagai
mata rantai penting dalam rantai
makanan untuk komunitas dalam
lingkungan akuatik
4. Contoh :
zooplankton (hewan) hidup dari
fitoplankton (tumbuhan) yang
fotosintetik Sebagai protozoa
saprofitik dan protozoa pemakan
bakteri 73
JAMUR
• Jamur adalah organisme
yang dapat hidup secara
alami di tanah atau
tumbuhan.
• Bahkan jamur bisa hidup di
kulit manusia.
• Meskipun normalnya tidak
berbahaya, namun
beberapa jamur dapat
mengakibatkan gangguan
kesehatan serius.
• Infeksi jamur merupakan
penyakit yang disebabkan
oleh jamur 74
PENGENDALIAN FAKTOR BIOLOGI
DI TEMPAT KERJA
1. Tenaga Kerja:
- Imunisasi
- Sanitasi dan
Hygiene Perseorangan
- Alat Pelindung diri.
2. Tempat Kerja:
- Desinfektan
- Perbaikan sistem
75
FAKTOR
FISIOLOGI
(ERGONOMI)
76
RUANG LINGKUP
▪ Antropometri (Ukuran tubuh manusia)
▪ Penciptaan lingk. kerja yang mendukung
▪ Sikap tubuh dan sarana/alat kerja
▪ Mengangkat dan mengangkut
▪ Jam kerja, kerja lembur/gilir, istirahat
▪ Kesegaran jasmani
▪ Musik di tempat kerja
77
SIKAP TUBUH DALAM BEKERJA
▪ Pekerjaan dilakukan dalam sikap duduk
atau duduk-berdiri bergantian
▪ Sikap yang tidak alami dihindari, atau
beban statik diperkecil
▪ Tempat duduk dapat memberikan
relaksasi pada otot yang tidak dipakai
▪ Posisi dan sikap tubuh harus diusahakan
untuk menghindari upaya yang tidak
perlu. 78
CARA DUDUK SECARA ERGONOMIS
79
RAMBU PERINGATAN DUDUK
80
81
82
83
84
MENGANGKAT DAN MENGANGKUT
Prinsip kinetik:
❖ Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang
kuat, otot tulang belakang dibebaskan dari beban
❖ Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk
mengawali gerakan.
85
RAMBU PERINGATAN MENGANGKAT
86
87
CARA MENGANGKAT
88
89
FAKTOR
PSIKOLOGI
90
Beberapa Aspek Psikologi Kerja
ISTIRAHAT
4 Macam istirahat
• Istirahat curian
• Istirahat spontan
100
Daftar Kebutuhan Spesifik K3
Jurusan: Las SMAW
KEBUTUHAN
SUMBER BAHAYA KONDISI
SPESIFIK K3
Tempat pelatihan pengap masker
Kegiatan penyampaian
pengetahuan
Kegiatan penyampain Ada peserta tidak Tutup hidung
keterampilan tahan asap las
Peralatan pelatihan
101
Langkah kerja mengidentifikasi KUK
Potensi Bahaya yang Dihadapi oleh 1.3
Peserta Pelatihan Berkebutuhan
Khusus
Faktor biologi
Faktor psikologi
103
Daftar Kebutuhan Spesifik K3
Jurusan: Las SMAW
POTENSI BAHAYA MACAM BAHAYA KEBUTUHAN K3
Faktor fisik
Faktor kimia
Faktor biologi
Faktor ergonomi
Faktor psikologi
104
EK
2
Menilai
risiko di
tempat
pelatihan
105
Risiko yang ditimbulkan dapat berupa
berbagai konsekuensi dan dapat dibagi
menjadi empat kategori besar:
• Kategori A
Potensi bahaya yang menimbulkan risiko dampak jangka
panjang pada kesehatan
• Kategori B
Potensi bahaya yang menimbulkan risiko langsung pada
keselamatan
• Kategori C
Risiko terhadap kesejahteraan atau kesehatan sehari-hari
• Kategori D
Potensi bahaya yang menimbulkan risiko pribadi dan
psikologis.
106
Contoh Kategori A
• Bahaya factor kimia (debu,
uap logam, uap)
• Bahaya faktor biologi
(penyakit dan gangguan
oleh virus, bakteri, binatang
dsb.)
• Bahaya faktor fisik (bising, UAP LOGAM
penerangan, getaran, iklim
kerja, jatuh)
• Cara bekerja dan bahaya
factor ergonomis (posisi
bangku kerja, pekerjaan
berulang-ulang, jam kerja
yang lama) MACAM2 VIRUS
107
Contoh Kategori B
• Kebakaran
• Listrik
• Potensi bahaya
Mekanikal (tidak
adanya pelindung TERSENGAT LISTRIK
mesin)
• House keeping
(perawatan buruk
pada peralatan)
108
Contoh Kategori C
• Air minum
• Ruang makan/Kantin
• Toilet dan fasilias
mencuci
• P3K di tempat kerja
109
Contoh Kategori D
• Pelecehan
• Termasuk intimidasi
dan pelecehan
seksual
• Terinfeksi HIV/AIDS
Kekerasan di tempat
kerja
• Stres
• Narkoba di tempat
kerja
110
Langkah kerja mengidentifikasi KUK
kemungkinan kecelakaan akibat 2.1
bahaya berdasarkan acuan
penilaian resiko
1. Mempelajari lima kategori satu per satu
2. Menginventaris ruang lingkup kegiatan setiap bidang
keahlian
3. Mencatat potensi bahaya setiap kegiatan dalam ruang
lingkup kegiatan
4. Menghimpun kemungkinan kecelakaan setiap kegiatan
5. Mencatat jenis kecelakaan yang sama
6. Melaporkan hasil mengidentifikasi.
111
PENGERTIAN RISIKO K3
Pengertian
Ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila
berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap
kegagalan suatu fungsi.
Penilaian risiko merupakan hasil kali antara nilai
frekuensi dengan nilai keparahan suatu risiko.
Untuk menentukan kategori suatu risiko, apakah itu
rendah, sedang, tinggi, ataupun ekstrim dapat
menggunakan metode matriks risiko seperti tabel
matriks risiko slide berikut. 112
Kriteria menilai tingkat keparahan KUK
dari setiap potensi bahaya 2.2
risikonya
KEPARAHAN
Sangat Sangat
Ringan Sedang Berat
ringan Berat
113
Sumber: SistemManajemenKesehatanKerja.blogspot.com
Contoh Tabel Parameter Keseringan dari
Tabel Matriks Risiko
Kategori
No. Contoh parameter I Contoh parameter II
keseringan
1. Sangat jarang Terjadi 1 X dalam masa Probabiitas 1 dari
lebih dari 1 th 1000.000 jamkerja orang
Sumber: SistemManajemenKesehatanKerja.blogspot.com
115
Contoh Tabel Parameter Keparahan dari
Tabel Matriks Risiko
Kategori
No. Contoh parameter I Contoh parameter II
keparahan
4. Parah Memerlukan tindakan Total kerugian kecelakan
medis lanjut/rujukan, kerja antara Rp
cacat sementara, 5.000.000,- - Rp
terdapat jam kerja hilang 10.000.000.-
1 X 24 jam
5. Sangat parah Cacat permanen, Total kerugian
kematian, terdapat jam kecelakaan kerja lebih
kerja hilang lebih dari 1 X dari Rp 10.000.000,-
24 jam
Sumber: SistemManajemenKesehatanKerja.blogspot.com
116
Contoh Tabel Representasi Kategori Risiko
yang Dihasilkan dari Penilaian Matriks
Risiko Dan Tindak Lanjutnya
2.
Sedang Perlu tindakan langsung
Sumber: SistemManajemenKesehatanKerja.blogspot.com
117
Cara membuat tindakan KUK
pengendalian potensi bahaya 2.3
berdasarkan prioritas kejadian
Mengiimplementasikan
keselamatan dan
kesehatan kerja peserta
pelatihan
120
Cara mengembangkan KUK
pengendalian risiko berdasarkan 3.1
hirarki sesuai dengan kriterianya
ELIMINASI
SUBSTITUSI
REKAYASA
PENGEND, ADM.
APD
121
Secara garis besar ada beberapa strategi
pengendalian, diantaranya dengan melakukan:
a. Pendekatan teknis
1) Eliminasi
2) Substitusi
3) Rekayasa Teknik (misalnya perubahan metode
kerja, pengisolasian area berbahaya, Pengendalian
jarak, perubahan teknologi pekerjaan, dllnya)
122
Secara garis besar ada beberapa strategi
pengendalian, diantaranya dengan melakukan:
123
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
TANGGAPAN
HASIL RENCANA
PIHAK
NO. ITEM RENCANA KONSUL- TINDAK
BERKEMPEN-
TANSI LANJUT
TINGAN
126
Langkah mengimplementasikan
tindakan dalam pengendalian dan KUK
tanggung jawab SDM pelatihan 3.3
sesuai dengan acuanpelaksanaan
tindakan pengendalian
1. Menyediakan APD bagi peserta pelatihan
2. Membuat SOP/WI, rambu tentang K3
3. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang K3
4. Melakukan modifikasi/rekayasa sarana pelatihan agar
peserta aman menggunakan
5. Melakukan penggantian sarana pelatihan yang
berisiko bahaya
6. Mengeliminasi sumber bahaya
127
EK
4
Memonitor
implementasi K3
di lembaga
pelatihan
128
SKEMA MENGEMBANGKAN K3
CONTINUAL
IMPROVEMENT
PENINJAUAN
DAN PENETAPAN
PENINGKATAN KEBIJAKAN K3
KINERJA K3 LPK
PEMANTAUAN PERENCANAAN
DAN EVALUASI K3
KINERJA K3
PELAKSANAAN
RENCANA K3
129
Langkah kerja memonitor
pencapaian terhadap rencana KUK
pengendalian risiko sesuai dengan 4.1
acuan implementasi K3 di lembaga
pelatihan kerja
1. Membentuk tim monitorng
2. Menyusun rencana kerja berdasarkan rencana
pengendalian risiko
3. Membuat jadwal monitoring
4. Membuat instrumen monitoring
5. Membahas hasil monitoring
6. Menyusun hasil pembahasan hasil monitoring
130
Contoh
Tabel Instrumen Monitoring Pengendalian Risiko
HASIL
KEGIATAN YANG MONITOR REKOMEN-
NO, MASALAH
DIPANTAU DASI
YA TIDAK
131
Langkah kerja mengkonfirmasi
efektivitas dan kehandalan KUK
implementasi pengendalian risiko 4.2
dengan pihak yang
berkepentingan
1. Menyiapkan hasil monitoring
2. Mengadakan pertemuan dengan pihak yang
berkepentingan
3. Mempresentasikan hasil monitoring
4. Meminta tanggapan dari pihak yang
berkepentingan
5. Mencatat hal-hal yang penting untuk perbaikan
program K3 selanjutnya
6. Membuat laporan hasil pembahasan hasil
monitoring
132
Langkah kerja mengkonfirmasi
Pelaporan pengendalian kecelakaan KUK
dan bahaya yang efektif serta proses 4.3
penyelidikan secara berkelanjutan