Anda di halaman 1dari 140

Menerapkan

Keamanan,
Kesehatan, dan
Keselamatan
Kerja (K3) di
Lembaga
Pelatihan Kerja UTAMAKAN
N.78SPS02.035.1
KES ELAM ATAN & KESEHATAN
KERJA

Disampaikan oleh :
TIM PENGAJAR
AIMP
1
Menerapkan Keamanan,
U Kesehatan, dan
K Keselamatan Kerja (K3) di
Lembaga Pelatihan Kerja
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1. Mengidentifikasi bahaya di a. Sumber informasi K3
tempat pelatihan diakses untuk
mengidentifikasi bahaya di
tempat pelatihan .
b. Kebutuhan spesifik K3 untuk
peserta pelatihan diidentifikasi
sesuai acuan kebutuhan
khusus K3 .
c. Potensi bahaya yang
dihadapi oleh peserta
pelatihan berkebutuhan
khusus diidentifikasi .
2
2. Menilai risiko di tempat a. Kemungkinan kecelakaan
pelatihan akibat bahaya diidentifikasi
berdasarkan acuan penilaian
resiko .
b. Tingkat keparahan dari setiap
potensi bahaya dinilai
risikonya
c. Tindakan pengendalian
potensi bahaya dibuat
berdasarkan prioritas

3. Mengiimplementasikan a. Pengendalian risiko


keselamatan dan kesehatan dikembangkan berdasar
kerja peserta pelatihan hirarki
b. Rencana tindakan pengendalian
risiko dikonsultasikan dengan
pihak yang berkepentingan

3
c. Tindakan dalam pengendalian
dan tanggung jawab SDM
pelatihan
4. Memonitor implementasi K3 a. Pencapaian terhadap rencana
di lembaga pelatihan pengendalian risiko dimonitor
sesuai acuan implementasi K3
di lembaga pelatihan kerja .

b. Pencapaian terhadap rencana


pengendalian risiko dimonitor
sesuai acuan implementasi K3
di lembaga pelatihan kerja

c. Pelaporan pengendalian
kecelakaan danbahaya yang
efektif serta proses
penyelidikan dikonfirmasi
secara berkelanjutan 4
CAPAIAN UNIT KOMPETENSI

Mengaplikasikan pedoman K3
berdasarkan potensi bahaya di
tempat kerja LPK

5
KRITERIA CAPAIAN

• Menjelaskan pedoman K3 berdasarkan


ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
• Mengaplikasikan pedoman K3
berdasarkan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

6
POKOK
1. PEMBAHASAN
Langkah kerja mengakses Sumber informasi K3
untuk Mengidentifikasi Bahaya di Tempat
Pelatihan
2. Langkah kerja mengidentifikasi Kebutuhan
Spesifik K3 untuk Peserta Pelatihan Sesuai
dengan Acuan Kebutuhan Khusus K3
3. Langkah kerja mengidentifikasi potensi bahaya
yang dihadapi oleh peserta Pelatihan
berkebutuhan khusus
4. Langkah kerja mengidentifikasi kemungkinan
kecelakaan akibat bahaya berdasarkan
acuan penilaian resiko
7
POKOK
5.
PEMBAHASAN
Cara menilai tingkat keparahan dari setiap
potensi bahaya sesuai dengan risikonya
6. Cara membuat tindakan pengendalian potensi
bahaya berdasarkan prioritas
7. Cara mengembangkan pengendalian risiko
bahaya berdasarkan hirarkinya
8. Langkah kerja mengonsultansikan rencana
tindakan pengendalian risiko dengan pihak yang
berkepentingan

8
POKOK
9.
PEMBAHASAN
Langkah mengimplementasikan tindakan dalam
pengendalian dan tanggung jawab SDM
pelatihan sesuai dengan acuanpelaksanaan
tindakan pengendalian
10. Langkah kerja memonitor pencapaian terhadap
rencana pengendalian risiko sesuai dengan acuan
implementasi K3 di lembaga pelatihan kerja
11. Langkah kerja mengkonfirmasi efektivitas dan
kehandalan implementasi pengendalian risiko
dengan pihak yang berkepentingan
9
POKOK PEMBAHASAN
12. Lankah kerja mengkonfirmasi pelaporan
pengendalian kecelakaan dan bahaya yang
efektif serta proses penyelidikan secara
berkelanjutan.
13. Mengaplikasikan pedoman K3 berdasarkan
potensi bahaya di tempat kerja LPK

10
PEDOMAN PERATURAN K3
TERBARU
Permenaker No. 5 Tahun 2018
27 April 2018

11
APA ITU OHSAS?
• OHSAS (Occupational Health and Safety
Assesment) OHSAS 18001
adalah sebuah standar dalam skala internasional
bagaimana menerapkan sistem manajemen
kesehatan dan juga keselamatan kerja.
• Tujuan OHSAS 18001
yaitu melindungi para pekerja dari semua hal yang
tidak dinginkan karena tentunya dapat muncul
secara tiba – tiba dari lingkungan ataupun juga
pekerjaan yang dilakukan.

12
13
14
Pengertian dan informasi K3
• UU No.1 th. 1970 ttg Keselamatan Kerja
• Standar OHSAS 18001(Occupational Healthand
Safety Management System)
• Permenaker No. 5 Tahun 2018 ttg K3 Lingkungan kerja,
• Permenaker No. 03/MEN/1998 ttg Pelaporan Kecelakaan
Kerja,
• Permenakertrans Nomor Per.08/Men/VII/ 2010 tentang Alat
Pelindung Diri
• Kepres no 7 tahun 2019 ttg PAK
• K3 Ketenagalistrikan, K3 Kontruksi, K3 peralatan produksi,
Pengelolaan APD dll
15
Standar OHSAS 18001
(Occupational Health and Safety
Management System)
Standar OHSAS 18001 adalah suatu standard
internasonal untuk sistem manajemen K3.

Sistem Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja


merupakan sistem manajemen yang mempunyai
ragam standar.

Sedangkan dalam standar yang umum kita mengenal


OHSAS ~ Occupation Health and Safety Assessment
Series yang edisi terakhirnya terbit tahun 2007
16
Pengertian (definisi) K3
umumnya terbagi menjadi 3 (tiga)
versi di
antaranya sbb.:
1. Pengertian (Definisi) K3 Menurut Filosofi
(Mangkunegara)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun
rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada
umumnya serta hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur.
2. Pengertian (Definisi) K3 Menurut Keilmuan
….

17
Lanjutan definisi

2. Pengertian (Definisi) K3 Menurut Keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua
Ilmu dan penerapannya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
(PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
3. Pengertian (Definisi) K3 Menurut OHSAS
18001:2007
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua
kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada
keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun
orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu)
di tempat kerja.
OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment)
18
Standar OHSAS 18001 disusun berdasar- kan
metode PDCA (Plan-Do-Check-
Act) yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Plan (Perencanaan) :
membangun tujauan-tujuan dan proses-proses yang
diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai
dengan Kebijakan K3 suatu organisasi.
2. Do (Pelaksanaan) :
Menerapkan proses-proses yang telah
direncanakan.
3. Check (Pemeriksaan) :
Memantau dan mengukur proses-proses terhadap
Kebijakan K3 organisasi.
4. Act (Tindakan) :
berkelanjutan .
Mengambil tindakan untuk peningkatan kinerja 19
K3 secara
20
MOTIVASI UTAMA DALAM K3

• Motivasi utama dalam


keamanan,
melaksanakan dan
keselamatan, kesehatan untuk
mencegah
kerja kecelakaan
adalah kerja dan penyakit
yang ditimbulkan oleh pekerjaan.
• Oleh karena itu, perlu melihat penyebab
dan dampak yang ditimbulkannya
21
Mengidentifikasi EK
1
bahaya di tempat
pelatihan

22
PENGERTAN POTENSI BAHAYA
• Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi
untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian.
• Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu
kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian
tersebut.
• Mustahil untuk mengetahui semua bahaya
yang
ada.
Beberapa hal yang tampak jelas berbahaya, seperti bekerja dengan
menggunakan tangga yang tidak stabil atau penanganan bahan
kimia bersifat asam. Namun demikian, banyak
kecelakaan terjadi akibat dari situasi seharihari, misalnya tersan
dung tikar di lantai kantor. Ini tidak berarti bahwa tikar pada
umumnya berbahaya! Namun demikian, hal ini bisa terjadi,23
tikar tersebut dalam posisi terlipat atau tidak seharusnya dan
POTENSI BAHAYA

3 Kli
k
Kli FAKTOR
Kli
k FAKTO
1 FAKTOR
BIOLOGI ERGONOMI
R
k
4
FISIK

Kli
k FAKTOR
2 KIMIA
Kli
FAKTOR k
PSIKOLOGI
5

LINGKUNGAN KERJA
24
FAKTOR
FISIK

25
Bahaya Faktor
Fisik
1. Kebisingan
2. Penerangan
3. Getaran
4. Temperatur Ruangan Kerja
5. Radiasi Tidak Mengion
26
PERMENAKER No. 5 Tahun 2018

27
KEBISINGAN

MERUPAKAN SUMBER
BAHAYA DARI
FAKTOR FISIK DI
TEMPAT KERJA YANG
SUMBER BAHAYA
TERSEBUT PERLU
DIKENDALIKAN AGAR
TERCIPTA
LINGKUNGAN KERJA
YANG SEHAT, AMAN,
NYAMAN, DAN
PRODUKTIF BAGI
TENAGA KERJA

28
KEBISINGAN DAN

PENCEGAHANNYA

29
PENGERTIAN KEBISINGAN
• Kebisingan adalah bunyi atau suara
yang timbul yang tidak dikehendaki
yang sifatnya mengganggu dan
menurunkan daya dengar seseorang.
• Masalah kebisingan tidak hanya
merupakan masalah di tempat kerja
saja, tetapi juga di sekitar kita seperti
suara pesawat terbang, senapan,
dll. 30
GAMBAR
TELINGA

31
ANATOMI TELINGA

BAGAIMA
NA KITA
BISA MEN-
DENGAR?

32
• Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui
saluran telinga ke gendang telinga. Gendang telinga adalah
selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan telinga
tengah dengan telinga luar.
• Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di
telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan
bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda
dan mengubahnya menjadi gelombang saraf.
• Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat
saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak.
Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh
tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval.
• Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga
manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20.000 pada
amplitudo umum Hz kurva
responsnya.
dengan berbagai variasi dalam
Suara yang sangat keras menyebabkan kerusakan pada sel
rambut, karena sel rambut yang rusak tidak dapat tumbuh
lagi maka bisa terjadi kerusakan sel rambut progresif dan
berkurangnya pendengaran 33
JENIS KEBISINGAN

1. Bising kontinyu/sirkuler/terus-menerus
mis. suara mesin, kipas angin, dll.
2. Bising intermiten atau terputus-putus
suara pesawat terbang, lalu-lintas
3. Bising impulsif yang memiliki tekanan suara
melebihi 40 dB
mis. Suara mercon, senapan, dll.
4. Bising impulsif terjadi berulang pada periode yang
sama
Mis. Suara mesin tempa, dll.
34
BISING SIRKULER

35
BISING INTERMITEN

36
BISING IMPULSIF
MENGEJUTKAN

37
BISING IMPULSIF TERATUR

38
SUMBER KEBISINGAN

39
ARTI
DESIBEL
Umunya suara dengan intensitas 30-50 dB
adalah suara yang aman untuk didengar oleh
telinga manusia.
Contohnya:
Seperti suara orang yang sedang bercakap-
cakap.
dB adalah singkatan dari desibel, yakni
satuan ukuran untuk intensitas suara.
Telinga akan terasa sakit apabila
mendengar suara >90 dB. 40
Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan
dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris
2. Gangguan psikologis
Gannguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, emosional, dll.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan,
bahkan bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar
isyarat ataupun tanda bahaya.
4. Gangguan pada pendengaran (Ketulian)
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat
menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran. Gannguan pendengaran
ini bersifat progresif tapi apabila tidak dilakendalikan
dapat menyebabkan ketulian permanen. 41
Batasan tingkat kebisingan yang dapat
menyebabkan gangguan pendengaran
Batasan tingkat kebisingan dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. untuk lingkungan dengan waktu pajanan
24 jam yang kita kenal dengan Baku Mutu
Lingkungan dan
2. untuk tempat kerja dengan waktu pajanan
8 jam kerja atau Nilai Ambang Batas
(NAB)

42
Tabel di bawah ini adalah baku mutu lingkungan sesuai
Kepmen LH No. 48 tahun 1996

43
Tabel di bawah adalah NAB Kebisingan
sesuai Permenaker No. 13/Men/X/2011

44
45
Gangguan Pendengaran Akibat Bising/GPAB (Noise
Induced hearing Loss/NIHL)

Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah


penurunan pendengaran sensorineural yang pada awalnya
tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan
sehari-hari. Penurunan pendengaran sensorineural tipe
koklea pada kedua telinga.
Faktor lama pajanan, intensitas kebisingan, umur serta faktor
lain akan berpengaruh terhadap penurunan pendengaran tersebut.
Faktor yang mempercepat GPAB/NIHL adalah pajanan
intensitas kebisingan melebihi NAB (>85 dbA selama 8 jam).

46
GPAB tidak dapat disembuhkan, namun bisa
dicegah. Oleh karena itu tempat kerja yang
melebihi NAB harus menerapkan Program
Konservasi Pendengaran/Hearing Conservation
Program (HCP).
Program Konservasi Pendengaran meliputi :
1. Pemantauan Kebisingan
2. Audiometri Test
3. Pengendalian Kebisingan
4. Alat Pelindung Diri
5. Training Motivasi
6. Pemeliharaan Catatan/record
47
PEMANTAUAN KEBISINGAN

• Alat ukur untuk


pengukuran
kebisingan di tempat
kerja adalah Sound
Level Meter (SLM)
dan
• untuk personal
monitoring digunakan
Noise Dosimeter

48
Test Audiometri/Pendengaran
Apabila hasil pengukuran di tempat kerja
menunjukkan intensitas kebisingan melebihi NAB
maka lakukan audiometri test kepada karyawan
minimal 1 tahun sekali..
Audiometri test juga harus dilakukan pada
karyawan baru/rotasi /mutasi sebelum di tugaskan
ke area dengan intensitas kebisingan yang tinggi.
Target dari audiometri test adalah pemeriksaan
gangguan pendengaran persepsi, konduksi atau
campuran.

49
Alat Pelindung
pendengaran

50
51
Faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan Alat Pelindung Pendengaran
adalah:
1. Dapat melindungi pekerja dari
kebisingan
2. Nyaman diapakai dan efisien
3. Cocok dengan Alat Pelindung diri yang
lainnya, misal helm dan kacamata
4. Masih bisa berkomunikasi ketika
digunakan, karena jika berlebihan dapat
menimbulkan bahaya lainnya, misal tidak
dapat mendengar isyarat atau sirene
tanda bahaya 52
Penerangan
• Penerangan di setiap tempat kerja harus memenuhi syarat
untuk melakukan pekerjaan. Penerangan yang tepat sangat
penting untuk peningkatan kualitas dan produktivitas.
Sebagai contoh, pekerjaan perakitan benda kecil
membutuhkan tingkat penerangan lebih tinggi, misalnya
mengemas kotak.

• Studi menunjukkan bahwa perbaikan penerangan, hasil-


nya terlihat langsung dalam peningkatan produktivitas dan
pengurangan kesalahan. Bila penerangan kurang tepat,
para pekerja terpaksa membungkuk dan mencoba untuk
memfokuskan penglihatan mereka, sehingga tidak nyaman
dan dapat menyebabkan masalah pada punggung dan mata
pada jangka panjang dan dapat memperlambat pekerjaan
mereka.
53
ARTI LUX (simbol
lx)
Lux adalah satuan turunan Sl dari pencahayaan
dan daya pancar cahaya, mengukur fluks cahaya
per satuan luas.
Ini sama dengan satu lumen per meter persegi.
Dalam fotometri, ini digunakan sebagai ukuran
intensitas, sepert yang dirasakan oleh mata
manusia, cahaya yang mengenai atau meliwati
permukaan.

54
55
Lembaga Pendidikan

56
Getaran
• Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating),
memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke
depan. Gerakan tersebut terjadi secara teratur dari benda
atau media dengan arah bolak balik dari kedudukannya. Hal
tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap semua atau
sebagian dari tubuh
• Misalnya, memegang peralatan yang bergetar sering
mempengaruhi tangan dan lengan
menyebabkan pengguna, pada pembuluh
sirkulasi di tangan. Sebaliknya,
kerusakan mengemudi
darah dan traktor di jalan
bergelombang dengan kursi yang dirancang kurang sesuai
sehingga menimbulkan getaran ke seluruh tubuh, dapat
mengakibatkan nyeri punggung bagian bawah.
• Batasan getaran alat kerja yang kontak langsung maupun
tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja
ditetapkan sebesar 4 m/detik2 57
58
Temperatur Ruangan Kerja
• Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan
ini memperlambat pekerjaan. Ini adalah respon alami dan
fisiologis dan merupakan salah satu alasan mengapa sangat
penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan
kelembaban ditempat kerja.
• Faktor- faktor ini secara signifikan dapat berpengaruh pada
efisiensi dan produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara
bersih di ruangan tempat kerja membantu untuk memastikan
lingkungan kerja yang sehat dan mengurangi pajanan bahan
kimia. Sebaliknya, ventilasi yang kurang sesuai dapat:
- mengakibatkan pekerja kekeringan atau kelembaban yang
berlebihan;
- menciptakan ketidaknyamanan bagi para pekerja;
- mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka
59
untuk praktek kerja yang aman.
lanjutan ..
• Agar tubuh manusia berfungsi secara efisien, tetap
perlu untuk beradadalam kisaran suhu
normal. Untuk itu diperlukan iklim kerja yang sesuai bagi
tenaga kerja saat melakukan pekerjaan.
• Iklim merupakan hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban,
kerja kecepatan gerakan udara dan panas radiasi
dengan tingkat panas dari tubuh tenaga kerja sebagai
akibat dari pekerjaannya.iklim kerja berdasarkan suhu dan
kelembaban ditetapkan dalam Kepmenaker No 51 tahun
1999 diatur dengan memperhatikan perbandingan waktu
kerja dan waktu istirahat setiap hari dan berdasarkan beban
kerja yang dimiliki tenaga kerja saat bekerja (ringan, sedang
dan berat)
60
TINGKAT KENYAMANAN SUHU
RUANGAN KELAS

NO. SUHU TINGKAT KENYAMANAN

1. 20,5oC - 22,8oC Sejuk nyaman

2. 22,8oC - 25,8oC Nyaman optimal

3. 25,8oC - 27,1oC Hangat nyaman

4. 26,00 – 30,00oC Tidak nyaman

61
NAB Iklim Kerja

62
Radiasi Tidak Mengion
• Radiasi gelombang elektromagnetik yang berasal dari
radiasi tidak mengion antara lain gelombang mikro dan
sinar ultra ungu (ultra violet).
• Gelombang mikro digunakan antara lain untuk gelombang
radio, televisi, radar dan telepon. Gelombang mikro
mempunyai frekuensi 30 kilo hertz – 300 giga hertz dan
panjang gelombang 1 mm – 300 cm. Radiasi gelombang
mikro yang pendek < 1 cm yang diserap oleh permukaan
kulit dapat menyebabkan kulit seperti terbakar. Sedangkan
gelombang mikro yang lebih panjang (> 1 cm) dapat
menembus jaringan yang lebih dalam.
• Radiasi sinar ultra ungu berasal dari sinar matahari, las listrik,
laboratorium yang menggunakan lampu penghasil sinar
ultra violet. Panjang felombang sinar ultra violet berkisar 1 –
40 nm. Radiasi ini dapat berdampak pada kulit dan mata 63
64
FAKTOR KIMIA

65
Bahan Kimia
Berbahaya
Defenisi : (Kep.Menaker RI No. 187/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja)
Bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang
berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
Kriteria bahan kimia berbahaya:
• bahan beracun
• bahan sangat beracun
• cairan mudah terbakar
• cairan sangat mudah terbakar
• gas mudah terbakar
• bahan mudah meledak
• bahan reaktif
• bahan oksidator 66
Nilai Ambang Batas (NAB)
Definisi:
Standard faktor-faktor lingkungan kerja
yang dianjurkan di tempat kerja agar
tenaga kerja masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8
jam sehari atau 40 jam seminggu

67
Bahan Kimia
di Tempat Kerja
Wujud berupa:
Gas
Uap
Debu
Kabut

Awan
Asap 68
Bahan Kimia Berbahaya

Klasifikasi umum:
(Fundamentals of chemical safety/ Milos Nedved/p. 57/ ILO, 1991)
 Bahan Kimia beracun (toxic)
 Bahan Kimia Korosif (Corrosives)
 Bahan mudah terbakar (Flammable
substances)
 Bahan Peledak (Explosives)
 Bahan Kimia Oxidator (Oxidation
agents)
 Bahan kimia yang reaktif terhadap 69
air
FAKTOR

BIOLOGI
70
FAKTOR BIOLOGI DI TEMPAT
KERJA
Sumber:
• Pekerjaan Pertanian
• Pekerjaan yang berhubungan dengan
penanganan hewan dan produknya (mis. Klinik
dokter hewan, rumah potong hewan, pasar
daging dan ikan)
• Pekerjaan lapangan dimana ada kemungkinan
berkontak dengan tinja hewan
• Laboratorium, dll. 71
FAKTOR BIOLOGI DI TEMPAT
KERJA
VIRUS JAMUR

TEMPAT KERJA

PROTOZOA
BAKTERI

CACING
72
VIRUS
• Merupakan partikel
hidup yang paling kecil
yang berdiameter
antara 0,025 s.d. 0,25
mikron
• Merupakan parasit
yang menginfeksi
manusia, hewan,
tumbuhan dan bakteri.
• Contoh: Hepatitis pada
petugas laboratorium
73
BAKTERI
• Organisme bersel tunggal
berdiameter 1-2 mikron
• Beberapa bakteri
menyebabkan penyakit,
seperti tetanus. Yang lain
berguna, sebagai
sumber antibiotik
• Contoh: Antraks pada
tenaga kerja
berhubungan dengan
wol, tetanus pada tenaga
kerja pertanian.
74
CACING
Jenis cacing:
1. Cacing Gelang (Ascaris
lumbricoides)
2. Cacing Daun
(Trematoda)
3. Cacing Kremi (Oxyuris
vermicularis)
4. Cacing Tambang
(Ancylostoma Duodenale
dan Necator
Americanus)
5. Cacing Pita pada Manusia 75
(Taeniasis)
PROTOZOA
1. Protozoa adalah hewan bersel
satu yang hidup sendiri atau
dalam bentuk koloni/kelompok.
2. Tiap Protozoa merupakan
kesatuan yang lengkap, baik
dalam susunan maupun fungsinya.
sanggup melakukan semua fungsi
kehidupan yang pada jasad lebih
besar dilakukan oleh sel-sel
khusus.
3. Arti penting protozoa : Sebagai
mata rantai penting dalam rantai
makanan untuk komunitas
dalam lingkungan akuatik
4. Contoh :
zooplankton (hewan) hidup dari
fitoplankton (tumbuhan) yang
fotosintetik Sebagai protozoa
saprofitik dan protozoa pemakan
bakteri 76
JAMUR
• Jamur adalah organisme
yang dapat hidup
secara alami di tanah
atau tumbuhan.
• Bahkan jamur bisa hidup di
kulit manusia.
• Meskipun normalnya tidak
berbahaya, namun
beberapa jamur dapat
mengakibatkan gangguan
kesehatan serius.
• Infeksi jamur merupakan
penyakit yang disebabkan
oleh jamur 77
PENGENDALIAN FAKTOR
BIOLOGI DI TEMPAT
KERJA
1. Tenaga Kerja:
- Imunisasi
- Sanitasi dan
Hygiene Perseorangan
- Alat Pelindung diri.

2. Tempat Kerja:
- Desinfektan
- Perbaikan sistem

78
FAKTOR
FISIOLOGI
(ERGONOMI)

79
RUANG LINGKUP
 Antropometri (Ukuran tubuh manusia)
 Penciptaan lingk. kerja yang mendukung
 Sikap tubuh dan sarana/alat kerja
 Mengangkat dan mengangkut
 Jam kerja, kerja lembur/gilir, istirahat
 Kesegaran jasmani
 Musik di tempat kerja

80
SIKAP TUBUH DALAM
BEKERJA
 Pekerjaan dilakukan dalam sikap
duduk atau duduk-berdiri bergantian
 Sikap yang tidak alami dihindari, atau
beban statik diperkecil
 Tempat duduk dapat memberikan
relaksasi pada otot yang tidak dipakai
 Posisi dan sikap tubuh harus
diusahakan untuk menghindari upaya
yang tidak perlu. 81
CARA DUDUK SECARA
ERGONOMIS

82
RAMBU PERINGATAN DUDUK

83
84
85
86
87
MENGANGKAT DAN MENGANGKUT

Faktor yang mempengaruhi:


 Beban, jarak angkut, intensitas pembebanan
 Kondisi lingkungan
 Keterampilan
 Peralatan kerja dan keamanannya

Prinsip kinetik:
 Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang
kuat, otot tulang belakang dibebaskan dari beban
 Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk
mengawali gerakan.

88
RAMBU PERINGATAN MENGANGKAT

89
90
CARA MENGANGKAT

91
92
FAKTOR
PSIKOLOG
I 93
Beberapa Aspek Psikologi Kerja

• Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja


• Seleksi dan Penempatan Pegawai
• Pelatihan dan Pengembangan
• Produktivitas Kerja
• Stres Kerja
94
Motivasi dan Kepuasan Kerja
• Termotivasi:
Bekerja untuk memenuhi kebutuhannya
• Motivasi Tinggi:
Bekerja untuk mendapat kesenangan dan
keuasan.
• Setelah bekerja  orang melakukan
penilaian.
• Bila hasil pekerjaan telah sesuai dengan
harapan dan tujuan  Kepuasan
Kerja
• Bila belum  timbul dorongan untuk
mencapainya. 95
Seleksi dan Penempatan Pegawai
• Seleksi:
Proses dalam penerimaan pegawai dengan
tujuan mengetahui sejauh mana calon tenaga
kerja memiliki ciri kepribadian yang
disyaratkan oleh perusahaan  ditaksir sejauh
mana keberhasilan dalam bekerja.
• Penempatan:
Mencocokkan kualifikasi calon dengan
persyaratan yang telah ditetapkan dari setiap
jenis pekerjaan yang tersedia.
96
Pelatihan dan Pengembangan
• Pelatihan ialah proses pendidikan jangka
pendek dengan prosedur yang sistematis dan
terorganisasikan, yang tenaga kerja non-
managerial mempelajari pengetahuan dan
keterampilan teknis.
• Pengembangan ialah proses pendidikan jangka
panjang, dengan prosedur sistematis dan
terorganisasikan, yang tenaga kerja
manajerial mempelajari pengetahuan
konseptual dan teoritis.
97
Produktivitas Kerja
• Produktivitas: Perbandingan antara hasil
keluaran (Output) dengan
atau
(Input). masukan
Artinya: Menghasilkan lebih banyak dan
berkualitas (Output) dengan usaha yang sama
(Input).
• Produktivitas Kerja: ialah efisiensi
Tenaga
proses menghasilkan sumber daya yang
digunakan, bukan dengan tenaga kerja bekerja
lebih berat tetapi dengan perencanaan yang tepat,
teknologi dan manajemen yang baik.
98
Stres Kerja
• Ialah suatu ketidakseimbangan yang
dihayati antara tuntutan pekerjaan
dengan kemampuan, bila kegagalan
yang terjadi berdampak penting.
• Merupakan dampak negatif dalam
bekerja dan dapat dialami oleh setiap
pekerja, apapun jabatan dan
kedudukannya.
99
JAM KERJA,
KERJA
LEMBUR/GILIR
Jam kerja sebaiknya 8 jam sehari, bila lebih, perlu shift baru.
Kerja lembur sebaiknya ditiadakan, bila lebih 2 jam tidak
akan melindungi tenaga kerja.

ISTIRAHAT
4 Macam istirahat
• Istirahat curian

• Istirahat spontan

• Istirahat yg berhub. dng proses kerja


• Istirahat yg ditentukan
100
KU Langkah kerja mengakses Sumber
K informasi K3 untuk
1.1 Mengidentifikasi Bahaya di Tempat
Pelatihan
1. Mempelajari SKKNI tentang K3 untuk mendapatkan
informasi tentang sumber informasi K3
2. Mencatat macam-macam sumber informasi yang
diperoleh dari SKKNI tsb.
3. Melakukan browsing untuk mendapatkan dokumen
tentang regulasi K3 yang berkaitan dengan jenis
pelatihan
4. Mempelajari regulasi K3
5. Mendapatkan data jenis pelatihan yang diselenggarakan
di LPPK
6. Mencatat hasil mempelajari regulasi K3 yang berkaitan
dengan jenis pelatihan
101
7. Merekap hasil mengakses sumber informasi K3
Langkah Kerja Mengidentifikasi KU
Kebutuhan Spesifik K3 untuk Peserta K
Pelatihan Sesuai dengan Acuan 1.2
Kebutuhan Khusus K3
1. Menyiapkan hasil merekap hasil mengakses sumber
informasi K3
2. Melakukan observasi di tempat pelatihan yang
diselenggarakan
3. Mendapatkan data kebutuhan spesifik apa untuk peserta
pelatihan berkaitan dengan K3
4. Mencatat data kebutuhan spesifik K3 bagi peserta
pelatihan manakala melaksanakan kegiatan pelatihan
yang diselenggarakan di LPK
5. Membuat laporan hasil mengidentifikasi kebutuhan
spesifik K3 bagi peserta pelatihan untuk jenis pelatihan
yang diselenggarakan.
102
Daftar Kebutuhan Spesifik K3
Jurusan: Menjahit
KEBUTUHA
SUMBER BAHAYA KONDISI
N SPESIFIK
K3
Tempat pelatihan Bau pengap • Masker
• Pengharum ruangan
Kegiatan penyampaian Ada peserta yang tdk • Baju hangat
materi pengetahuan tahan dingin AC • Atur suhu ruangan
Kegiatan penyampaian Ada peserta yang • masker
materi keterampilan pusing bau kain baru
Peralatan pelatihan Ada peserta yang tdk • penutup telinga
tahan suara mesin

103
Daftar Kebutuhan Spesifik K3
Jurusan: Las SMAW
KEBUTUHA
SUMBER BAHAYA KONDISI
N SPESIFIK
K3
Tempat pelatihan pengap masker

Kegiatan penyampaian
pengetahuan
Kegiatan penyampain Ada peserta tidak Tutup hidung
keterampilan tahan asap las
Peralatan pelatihan

104
Langkah kerja mengidentifikasi KU
Potensi Bahaya yang Dihadapi oleh K
Peserta Pelatihan Berkebutuhan 1.3
Khusus

1. Menyiapkan laporan hasil mengidentifikasi


kebutuhan spesifik K3 untuk setiap bidang
keahlian.
2. Mempelajari hasil laporan tersebut
3. Menetapkan potensi bahaya berdasarkan
kategori sesuai dengan bidang keahlian
yang ditempuh peserta pelatihan
105
Daftar Kebutuhan Spesifik K3
Jurusan: Menjahit
POTENSI BAHAYA MACAM BAHAYA KEBUTUHAN K3

Faktor fisik Getaran mesin jahit

Faktor kimia kain

Faktor biologi

Faktor ergonomi duduk

Faktor psikologi

106
Daftar Kebutuhan Spesifik K3
Jurusan: Las SMAW
POTENSI BAHAYA MACAM BAHAYA KEBUTUHAN K3

Faktor fisik

Faktor kimia

Faktor biologi

Faktor ergonomi

Faktor psikologi

107
EK
2

Menilai
risiko di
tempat
pelatihan

108
Risiko yang ditimbulkan dapat berupa
berbagai konsekuensi dan dapat dibagi
menjadi empat kategori besar:
• Kategori A
Potensi bahaya yang menimbulkan risiko dampak jangka
panjang pada kesehatan
• Kategori B
Potensi bahaya yang menimbulkan risiko langsung pada
keselamatan
• Kategori C
Risiko terhadap kesejahteraan atau kesehatan sehari-
hari
• Kategori D
Potensi bahaya yang menimbulkan risiko pribadi dan
psikologis.
109
Contoh Kategori A
• Bahaya factor kimia (debu,
uap logam, uap)
• Bahaya faktor biologi
(penyakit dan gangguan
oleh virus, bakteri, binatang
dsb.)
• Bahaya faktor fisik (bising, UAP LOGAM
penerangan, getaran, iklim
kerja, jatuh)
• Cara bekerja dan bahaya
factor ergonomis (posisi
bangku kerja, pekerjaan
berulang-ulang, jam kerja
yang lama) MACAM2 VIRUS
110
Contoh Kategori B
• Kebakaran
• Listrik
• Potensi bahaya
Mekanikal (tidak
adanya pelindung TERSENGAT LISTRIK
mesin)
• House keeping
(perawatan buruk
pada peralatan)

111
Contoh Kategori C
• Air minum
• Ruang makan/Kantin
• Toilet dan fasilias
mencuci
• P3K di tempat
kerja

112
Contoh Kategori D
• Pelecehan
• Termasuk intimidasi
dan pelecehan
seksual
• Terinfeksi HIV/AIDS
Kekerasan di
tempat kerja
• Stres
• Narkoba di tempat
kerja
113
Langkah kerja mengidentifikasi KU
kemungkinan kecelakaan akibat K
bahaya berdasarkan acuan 2.1
penilaian resiko
1. Mempelajari lima kategori satu per satu
2. Menginventaris ruang lingkup kegiatan setiap bidang
keahlian
3. Mencatat potensi bahaya setiap kegiatan dalam ruang
lingkup kegiatan
4. Menghimpun kemungkinan kecelakaan setiap kegiatan
5. Mencatat jenis kecelakaan yang sama
6. Melaporkan hasil mengidentifikasi.

114
PENGERTIAN RISIKO K3

Pengertian
Ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan
apabila berkontak dengan suatu bahaya
ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi.
Penilaian risiko merupakan hasil kali antara nilai
frekuensi dengan nilai keparahan suatu risiko.
Untuk menentukan kategori suatu risiko, apakah
itu rendah, sedang, tinggi, ataupun ekstrim dapat
menggunakan metode matriks risiko seperti
tabel matriks risiko slide berikut. 115
Kriteria menilai tingkat keparahan KUK
dari setiap potensi bahaya 2.2
risikonya
KEPARAHAN
Sangat Sangat
Ringan Sedang Berat
ringan Berat
F Sangat
Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim
Sering
R Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim

E Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Ekstrim

K Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi

Sangat
U jarang
Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi

116
E
Sumber: SistemManajemenKesehatanKerja.blogspot.com
Contoh Tabel Parameter Keseringan dari Tabel
Matriks Risiko
Kategori
No. Contoh parameter I Contoh parameter II
keseringan
1. Sangat jarang Terjadi 1 X dalam masa Probabiitas 1 dari
lebih dari 1 th 1000.000 jamkerja orang

2. Jarang Bisa terjadi 1 X dalam Probabiitas 1 dari


masa lebih dari 1 th 1000.000 jamkerja orang

3. Sedang Bisa terjadi 1 X dalam Probabiitas 1 dari


masa lebih dalam 1 100.000 jamkerja orang
bulan
4. Sering Bisa terjadi 1 X dalam Probabiitas 1 dari 1000
masa lebih dalam 1 jamkerja orang
minggu
5. Sangat sering Terjadi hampir setiap Probabiitas 1 dari 100
hari jamkerja orang
117
Sumber: SistemManajemenKesehatanKerja.blogspot.com
Contoh Tabel Parameter Keparahan dari Tabel
Matriks Risiko
Kategori
No. Contoh parameter I Contoh parameter II
keparahan
1. Sangat ringan Tidak terdapat cedera/pe- Total kerugian
nyakit, t.k. dpt langsung kecelakaan kerja kurang
bekerja kembali dari Rp 1.000.000,-
2. Ringan Cedera ringan, tenaga Total kerugian
kerja dapat langsung kecelakaan kerja antara
bekerja kembali 1 juta – Rp
1.500.000,-
3. Sedang Mendapat P3K atau Total kerugian
tindakan medis, tdk ada kecelakaan kerja antara
hilang jam kerja dari Rp 1.500.000,- - Rp
1X 24 jam 5.000.000,.
Sumber: SistemManajemenKesehatanKerja.blogspot.com

118
Contoh Tabel Parameter Keparahan dari Tabel
Matriks Risiko
Kategori
No. Contoh parameter I Contoh parameter II
keparaha
n
4. Parah Memerlukan tindakan Total kerugian kecelakan
medis lanjut/rujukan, kerja antara Rp
cacat sementara, 5.000.000,- - Rp
terdapat jam kerja hilang 10.000.000.-
1 X 24 jam
5. Sangat parah Cacat permanen, Total kerugian
kematian, terdapat jam kecelakaan kerja lebih
kerja hilang lebih dari 1 X dari Rp 10.000.000,-
24 jam
Sumber: SistemManajemenKesehatanKerja.blogspot.com

119
Contoh Tabel Representasi Kategori Risiko
yang Dihasilkan dari Penilaian Matriks Risiko
Dan Tindak Lanjutnya

1. Rendah Perlu aturah/prosedur/rambu

2.
Sedang Perlu tindakan langsung

3. Tinggi Perlu perencanaan pengendalian

4. Ekstrim Perlu perhatian Manajemen Puncak

Sumber: SistemManajemenKesehatanKerja.blogspot.com

120
Cara membuat tindakan KU
pengendalian potensi bahaya K
berdasarkan prioritas kejadian 2.3

1. Mengeliminasi atau meniadakan potensi bahaya


2. Mengurangi potensi bahaya dari sumbernya
3. Menutup sumber bahaya
4. Memindahkan peserta pelatihan dari sumber
bahaya
5. Mengurangi pemaparan peserta pelatihan dari
sumber bahaya
6. Menggunakan alat pelindung diri.
121
CARA MENGENDALIKAN POTENSI
BAHAYA BERDASARKAN PEDOMAN
YANG DITETAPKAN
1. Mengenali kekuatan bahaya yang ada ataupun risiko
yang mungkin muncul (Hazards Identification).
2. Menilai tingkat resiko yang mungkin muncul (Risks
Assessment).
3. Menetapkan serta menentukan tindakan
pencegahan serta pengendalian yang tepat dengan
memakai cara hirarki pengendalian (Risks Control).
4. Menunjuk yang diberi tugas serta tanggung jawab
untuk bertindak pencegahan serta pengendalian.
5. Meninjau lagi untuk mengukur efektivitas penerapan
fasilitas pengendalian yang sudah diaplikasikan
(Review of Control). 122
EK
3

Mengiimplementasikan
keselamatan dan
kesehatankerja peserta
pelatihan

123
Cara mengembangkan KU
pengendalian risiko berdasarkan K
hirarki sesuai dengan kriterianya 3.1

ELIMINASI

SUBSTITUSI

REKAYASA

PENGEND, ADM.

APD

124
Secara garis besar ada beberapa strategi pengendalian,
diantaranya dengan melakukan:

Pengurangan kemungkinan ini dapat dilakukan dengan


berbagai pendekatan yaitu: teknis, administrative, dan
pendekatan manusia.

a. Pendekatan teknis
1) Eliminasi
2) Substitusi
3) Rekayasa Teknik (misalnya perubahan metode
kerja, pengisolasian area berbahaya, Pengendalian
jarak, perubahan teknologi pekerjaan, dllnya)

125
Secara garis besar ada beberapa strategi pengendalian,
diantaranya dengan melakukan:

b. Pendekatan Administrative dan pendekatan Manusia


1) Pengendalian pajanan, Pendekatan ini dilakukan untu mengurangi
kontak antara penerima dengan sumber bahaya, contohnya dibuat
prosedur instruksi kerja yang jelas,
2) Pendekatan manusia, dengan memberikan sosialisasi, penyuluhan
(briefing) keselamatan kerja, pelatihan kepada pekerja mengenai
cara kerja yang aman, budaya keselamatan dan prosedur
keselamatan.
c. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), yang sesuai dengan tingkat risiko
bahaya, pilihlah APD yang standar sebagaimana di persyaratkan dalam
standar pengendalian bahaya, misalnya harus menggunakan
APD harus dipatuhi.

126
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO

Eliminasi Eliminasi bahaya


Tempat pelatihan
Penggantian alat/ aman, mengurangi
Substitusi mesin, tempat kerja bahaya
Modifikasi alat/mesin,
Rekayasa tempat kerja

Prosedur,aturan,
Administrasi latdas k3, rambu Peserta pelatihan
aman, mengurangi
Menyediakan APD paparan 127
APD
Langkah kerja mengonsultansikan KU
rencana tindakan pengendalian risiko K
dengan pihak yang berkepentingan 3.2

1. Mendapatkan akses dengan instansi yang


menangani tentang K3
2. Menghubungi person in charge di instansi
tsb.
3. Mengkonsultansikan tentang rencana tindakan
pengendalian risiko yang telah disusun
4. Mencatat hasil konsultansi
5. Melaporkan hasil konsultansi. 128
CONTOH TABEL HASIL KONSULTANSI

TANGGAPAN
HASIL RENCANA
PIHAK
NO. ITEM RENCANA KONSUL- TINDAK
BERKEMPEN
TANSI LANJUT
- TINGAN

129
Langkah mengimplementasikan
tindakan dalam pengendalian dan KU
tanggung jawab SDM pelatihan K
sesuai dengan acuanpelaksanaan 3.3
tindakan pengendalian
1. Menyediakan APD bagi peserta pelatihan
2. Membuat SOP/WI, rambu tentang K3
3. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang K3
4. Melakukan modifikasi/rekayasa sarana pelatihan agar
peserta aman menggunakan
5. Melakukan penggantian sarana pelatihan yang
berisiko bahaya
6. Mengeliminasi sumber bahaya
130
EK
4

Memonitor
implementasi
K3 di lembaga
pelatihan

131
SKEMA MENGEMBANGKAN K3

CONTINUAL
IMPROVEMENT

PENINJAUAN
DAN PENETAPAN
PENINGKATA KEBIJAKAN
N KINERJA K3 LPK K3

PEMANTAUAN PERENCANAAN
DAN EVALUASI K3
KINERJA K3

PELAKSANAAN
RENCANA K3

132
Langkah kerja memonitor
pencapaian terhadap rencana KU
pengendalian risiko sesuai dengan K
acuan implementasi K3 di lembaga 4.1
pelatihan kerja
1. Membentuk tim monitorng
2. Menyusun rencana kerja berdasarkan rencana
pengendalian risiko
3. Membuat jadwal monitoring
4. Membuat instrumen monitoring
5. Membahas hasil monitoring
6. Menyusun hasil pembahasan hasil monitoring
133
Contoh
Tabel Instrumen Monitoring Pengendalian Risiko
HASIL
KEGIATAN YANG MONITOR REKOMEN-
NO, MASALAH
DIPANTAU DASI
YA TIDAK

134
Langkah kerja mengkonfirmasi
efektivitas dan kehandalan KU
K
implementasi pengendalian risiko 4.2
dengan pihak yang berkepentingan

1. Menyiapkan hasil monitoring


2. Mengadakan pertemuan dengan pihak yang
berkepentingan
3. Mempresentasikan hasil monitoring
4. Meminta tanggapan dari pihak yang
berkepentingan
5. Mencatat hal-hal yang penting
untuk perbaikan
program K3 selanjutnya
6. Membuat laporan hasil pembahasan hasil
monitoring 135
Langkah kerja mengkonfirmasi
Pelaporan pengendalian kecelakaan KU
K
dan bahaya yang efektif serta proses
penyelidikan secara berkelanjutan 4.3

1. Mencatat hasil monitoring yang belum berjalan


sebagaimana mestinya seperti dalam Rencana
Pengendalian Risiko
2. Merumuskan tindakan korektif dan preventif
3. Mengadakan rapat manajemen untuk membahas
rencana tindak lanjut berdasarkan tindakan
korektif dan preventif
4. Membuat laporan hasil rapat manajemen.
136
137
138
DIREKTORAT BINA INSTRUKTUR DAN TENAGA PELATIHAN
139
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Kerja Yang Ada sesuai PERMENAKER
03/1982 pasal 4
Dalam Perusahaan
 Bentuk ini merupakan pelayanan yang
terbaik.
 Di sini semua tenaga kerja bekerja full time
dan semua sarana ada di dalam
perusahaan.
 Pekerja dan perusahaan tidak kehilangan
waktu dalam mencari pelayanan kesehatan
dan semua upaya kesehatan akan dapat
dilaksanakan dengan lebih mudah dan
murah. 140

Anda mungkin juga menyukai