Anda di halaman 1dari 58

MODUL PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran :
Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan

KD :
3.14. Mendiagnosis kerusakan Sistem Pengisian
4.14. Memperbaiki Kerusakan Sistem Pengisian

Rembang, 16 Agustus 2022


1
Haris Purnawan@2020
DEFINISI SISTEM PENGISIAN

1. Baterai
2. Kunci Kontak (IG Switch)
3. Altenator (Dinamo amper)
4. Regulator (Konvensional/IC)
5. Lampu indikator

1. mengisi kembali baterai


2. mensuplai arus listrik ke seluruh sistem kelistrikan setelah mesin hidup

2
KOMPONEN DAN FUNGSI
Lampu indikator berfungsi
Sebagai indikator pengisian
bekerja atau tidak, pada saat
mesin hidup dan lampu indikator
yang awalnya menyala kemudian
Kunci kontak berfungsi untuk
mati menandakan sistem
menghidupkan dan
pengisian sedang bekerja.
mematikan sistem pengisian
atau menghubungkan dan
Regulator berfungsi untuk memutuskan arus listrik yang
mengatur besar kecilnya arus masuk ke rotor coil pada
yang masuk ke kumparan rotor alternator
(rotor coil) atau untuk mengatur
kuat lemahnya medan magnet
pada kumparan rotor sehingga Baterai berfungsi untuk
output alternator tetap stabil memberikan energi listrik pada
(13,8 V sampai 14,8 V) sistem pengisian terutama
meskipun putaran mesin naik untuk menghasilkan medan
atau turun. magnet pada rotor coil di
dalam alternator pada saat
Alternator berfungsi untuk mengubah mesin belum hidup.
energi mekanik (putar) menjadi energi
listrik.

3
KONSTRUKSI ALTENATOR (DINAMO AMPER)
1. Puli
2. Kipas
3. Spacer
4. Rangka depan dan belakang
5. Bantalan (Bearing)
6. Kumparan Rotor (Rotor Coil)
7. Kumparan Stator (Stator Coil)
8. Sikat (Brush)
9. Dudukat Sikat
10. Dioda penyearah (Rectifier)

4
FUNGSI KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
1. Puli
berfungsi untuk meneruskan tenaga putar dari poros engkol (melalui tali kipas) ke poros alternator
(rotor).
2. Kipas
berfungsi untuk mendinginkan komponen -komponen yang ada di dalam alternator.
3. Spacer
berfungsi untuk memberi jarak antara kipas dan bantalan sehingga kipas tidak menggesek rangka
depan.
4. Rangka depan dan belakang
berfungsi untuk dudukan bantalan depa n dan belakang serta sebagai penutup bagian depan dan
belakang alternator.
5. Bantalan atau bearing
berfungsi untuk mengurangi gesekan antara poros rotor dengan rumah depan dan rumah belakang
alternator.
6. Kumparan rotor (rotor coil)
berfungsi untuk menghasilkan medan magnet pada alternator.
7. Kumparan stator (stator coil)
berfungsi untuk membangkitkan tegangan bolak - balik (AC).
8. Sikat (Brush)
berfungsi untuk menghantarkan arus dari terminal alternator (F) ke kumparan rotor memalui slip ring
positif, dan menghantarkan arus dari rotor koil melalui slip ring negatif ke terminal E alternator.
9. Dudukan Sikat (Brush Holder)
berfungsi sebagai tempat terpasangnya sikat dan pegas.
10. Dioda penyearah (Rectifier)
berfungsi untuk menyearahkan atau mengubah arus bolak-balik (AC) yang dihasilkan kumparan stator
5 menjadi arus searah (DC).
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) KONVENSIONAL

Saat kunci kontak ON mesin mati

Arus mengalir dari baterai ke Fusible link (FL), ke kunci kontak (KK) ke
fuse ke Charge Warning Lamp (CWL) ke L ke P0 ke P1 ke massa.
Akibatnya lampu pengisian menyala.

Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke FL ke KK ke fuse
ke Ig ke Pl1 ke Pl0 ke terminal F regulator ke F alternator ke rotor coil (RC)
ke massa. Akibatnya pada RC timbul medan magnet.
6
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) KONVENSIONAL

Saat Mesin Hidup Kecepatan Rendah


1. Setelah mesin hidup, stator coil (SC) menghasilkan arus listrik.
2. Tegangan dari terminal N alternator mengalir ke N regulator , ke kumparan voltage relay, ke massa.
Akibatnya pada kumparan voltage relay timbul medan magnet, sehingga terminal P0 tertarik dan menempel dengan
P 2. Akibatnya lampu pengisian menjadi padam karena tidak mendapat massa.
3. Output dari SC disalurkan ke diode dan disearahkan menjadi arus searah (DC) kemudian mengalir ke B alternator
kemudian ke baterai. Terjadi pengisian baterai.
4. Arus dari terminal B juga mengalir ke B reg ke P2 ke P0 ke kumparan voltage regulator ke massa. Akibatnya terjadi
medan magnet pada kumparan voltage regulator.
5. Karena putaran rendah, tegangan output alternator cenderung rendah. Bila tegangan B kurang dari 13,8 medan
magnet pada kumparan voltage regulator lemah dan Pl0 tetap menempel ke Pl1 (karena adanya pegas pada Pl 0).
6. Akibatnya arus yang besar mengalir dari Ig , ke Pl1, ke Pl0, ke F regulator, ke F alternator ke RC ke massa, maka arus
yang mengalir ke RC besar dan medan magnet pada RC kuat. Jadi, meskipun putaran lambat, output alternator tetap
cukup untuk mengisi baterai karena medan magnet pada RC kuat.

7
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) KONVENSIONAL

Saat Mesin Hidup Kecepatan Sedang

1. Bila putaran mesin naik menjadi putaran sedang, maka tegangan output alternator di terminal B
akan naik juga dan arusnya mengalir ke B reg ulator ke P2 ke P0 ke kumparan voltage regulator,
ke massa.
2. Akibatnya, medan magnet pada kumparan voltage regulator menjadi makin kuat dan menarik Pl0
sehingga lepas dari Pl1 (Pl0 mengambang).
3. Akibatnya, arus dari B alternator mengalir ke Ig ke resistor (R) ke F regulator ke F alternator ke
RC ke massa. Kemagnetan pada RC melemah karena arus melewati resistor.
4. Meskipun kemagnetan pada RC melemah, namun putaran naik ke putaran sedang sehingga
output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai (tegangan antara 13,8 sampai 14,8 volt).

8
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) KONVENSIONAL

Saat Mesin Hidup Kecepatan Tinggi

1. Bila putaran naik menjadi putaran tinggi, maka tegangan output pada terminal B alternator akan cenderung
makin tinggi. Bila tegangan tersebut melebihi 14,8 volt, maka kemagnetan pada kumparan voltage
regulator semakin kuat sehingga kontak Pl0 tertarik dan menempel dengan pl2.
2. Akibatnya arus yang berasal dari Ig mengalir ke R ke Pl0 ke Pl2 ke massa (tidak mengalir ke RC). Hal ini
menyebabkan medan magnet pada RC drop.
3. Output dari terminal B alternator menjadi turun. Bila tegangan output kurang dari tegangan standar (13,8 –
14,8 V) maka kemagnetan pada voltage regulator melemah lagi, sehingga Pl 0 lepas lagi dari Pl2.
4. Arus dari Ig ke R kembali mengalir ke RC ke massa, sehingga medan magnet pada RC kembali menguat
sehingga tegangan output alternator naik lagi.
5. Bila tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt, maka prosesnya berulang ke proses no 13 di atas
secara berulang - ulang dan Pl0 lepas dan menempel dengan Pl2 secara periodik sehingga output
alternator menjadi stabil.
9
SKEMA SISTEM PENGISIAN MODEL IC

MIC (monolithic Integrated Circuit ) pada rangkaian di


atas merupakan bagian dari regulator IC yang berfungsi
untuk mengatur berbagai fungsi, yaitu pengaturan kerja Tr1,
Tr2, dan Tr3 sehingga lampu pengisian bisa menyala saat
mesin mati kunci kontak ON, lampu padam saat alternator
sudah mengeluarkan output. Fungsi lainnya adalah
menyalakan lampu pengisian jika terjadi overcharge saat
terminal S dan B lepas atau putus. Fungsi-fungsi tersebut
secara rinci dijelaskan dalam c ara kerja sistem pengisian
SKEMA dengan regulator IC pada beberapa kondisi, yaitu saat kunci
kontak ON, mesin belum hidup, saat mesin hidup tegangan
output alternator kurang dari 14 V, saat tegangan lebih dari
14 V, saat terminal S lepas atau putus, dan sa at terminal B
10 lepas atau putus.
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC

Saat Kunci ON Mesin Belum Hidup

Saat kunci kontak ON, mesin belum hidup (gambar di atas), maka arus dari baterai mengalir
sekering, ke kunci kontak, ke terminal IG, dan masuk ke MIC. Arus yang masuk ke MIC tersebut
kemudian mengalir ke kaki basis (B) tran sistor (Tr1), ke E Tr1, kemudian ke massa. Hal ini
menyebabkan Tr1 menjadi ON. Pada saat yang sama arus juga mengalir ke B Tr3, ke E Tr3,
kemudian ke massa. Akibatnya Tr3 menjadi ON
Aktifnya Tr1 menyebabkan arus mengalir dari baterai ke terminal B, ke kumparan rotor (rotor coil),
ke terminal F, ke C Tr1, ke E Tr1, kemudian ke massa. Aliran arus ke kumparan rotor ini
menyebabkan terjadinya medan magnet pada kumparan rotor. Pada saat yang sama, aktifnya Tr3
menyebabkan arus mengalir dari baterai ke kunci kontak, ke lampu pengisian, ke terminal L
regulator, ke kaki C Tr3, ke E Tr3, kemudian ke massa. Aliran arus ini men yebabkan lampu
pengisian menyala.
11
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC
Aliran arus ini oleh MIC diolah dan digunakan untuk
mengalirkan arus basis (B) Tr2 sehingga Tr2 menjadi
ON dan menghentikan aliran arus ke B Tr3 sehingga
Tr3 menjadi OFF. Karena Tr3 OFF, maka aliran arus
dari lampu ke massa mela lui Tr3 terhenti sehingga
lampu tidak mendapat massa dan aktifnya Tr2
menyebabkan aliran arus dari IG ke E Tr2, ke C Tr2,
ke terminal L, dan kemudian ke lampu pengisian.
Karena lampu mendapat dua aliran arus dari L dan
dari kunci kontak, maka tidak ada per bedaan
tegangan di antara kaki-kaki lampu sehingga lampu
padam (lampu juga mati karena tidak mendapat
massa dari Tr3).
Tegangan yang disearahkan oleh dioda mengalir ke
Saat Mesin Hidup Tegangan Kurang dari 14 V terminal B dan mengalir ke baterai sehingga terjadi
pengisian. Apabila tegangan yang dihasilkan
Setelah mesin hidup, maka rotor (yang sudah alternator kurang dari 14 V, maka terminal S tidak
menjadi magnet) berputar karena diputarkan oleh mendeteksi adanya kelebihan tegangan sehingga
poros engkol melalui tali kipas sehingga pada MIC akan tetap memberikan arus ke B Tr1 sehingga
kumparan stator terjadi tegangan AC. Tegangan ini Tr1 tetap ON. Hal ini menyebabkan arus dari dioda
kemudian disearahkan menjadi DC oleh dioda kengalir ke kumparan rotor, ke terminal F, ke C Tr 1,
penyearah. Karena kumparan stator sudah ke E Tr1, kemudian ke massa. Hal ini menyebabkan
menghasilkan tegangan, maka arus pada salah satu medan magnet pada kumparan rotor tetap kuat. Jadi
ujung kumparan stator mengalir ke terminal P. pada saat tegangan alternator kurang dari 14 V,
medan magnet dipertahankan pada keadaan kuat
12 sehingga tegangan tidak drop.
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC

Saat Mesin Hidup Tegangan Lebih dari 14 V

Apabila mesin berputar makin tinggi, maka output alternator akan cenderung naik juga.
Berdasarkan gambar di atas, (1)* jika tegangan yang dihasilkan lebih dari 14 V, maka
tegangan itu akan terdeteksi oleh komponen aktif di dalam MIC berupa dioda zener melalui
terminal S. Aliran arus melalui terminal S ini oleh MIC akan diolah dan difungsikan untuk
menghentikan arus yang mengalir ke B Tr1, sehingga Tr1 menjadi OFF. Perhatikan gambar di
bawah ini, jika Tr1 OFF maka aliran arus dari dioda yang menuju kumparan rotor dan ke
massa melalui Tr1 akan terhenti sehingga medan magnet pada kumparan rotor menjadi
hilang. Aliran arus dari terminal P tetap mengalir selama mesin hidup untuk mempertahankan
Tr3 OFF dan Tr2 ON sehingga lampu pengisian tetap padam.
13
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC

Saat Tr1 OFF Saat Tr1 ON

Jika medan magnet pada kumparan rotor hilang Apabila Tr1 kembali menjadi ON (perhatikan
karena Tr1 OFF, maka tegangan yang dihasilkan oleh gambar di bawah ini), maka arus dari dioda akan mengalir
alternator akan turun. (2)* Jika tegangan alternator kurang kembali ke kumparan rotor, ke terminal F, ke kaki C Tr1, ke
dari 14 V, maka terminal S tidak mendeteksi adanya E Tr1, kemudian ke massa. Hal ini menyebabkan
kelebihan tegangan (perhatikan gambar di bawah ini) kemagnetan pada kumparan rotor kembali menguat.
sehingga MIC akan merespon dengan mengalirkan kembali Medan magnet yang menguat ini kemudian akan
arus ke B Tr1. Jika arus mengalir ke B Tr1, maka Tr1 menyebabkan output alternator kembali naik.
menjadi ON.
Jika kenaikan tegangan ini melebihi 14 V lagi,
maka proses ini akan kembali berulang ke proses (1)*
sehingga tegangan akan kembali turun, dan jika
tegangan kurang dari 14 V maka proses akan kembali
ke proses (2)*. Proses (1)* dan (2)* ini akan terjadi
secara terus menerus sehingga tegangan output
alternator akan berkisar 14 V dan tetap dipertahankan
(stabil) pada tegangan tersebut meskipun terjadi
14 penurunan atau kenaikan putaran mesin.
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC

ON dan OFF-nya Tr1 saat terminal S putus

Saat S Putus
Berdasarkan masukan dari terminal P juga MIC akan
menghentikan aliran arus ke kaki B Tr1 sehingga Tr1 menjadi
Apabila terminal S putus, maka MIC
tidak aktif (OFF). Akibatnya arus yang mengalir ke kumparan
akan mendeteksi bahwa tidak ada
rotor menjadi terhenti dan medan magnet pada kumparan rotor
masukan tegangan melalui terminal F.
hilang. Hal ini menyebabkan tegangan di terminal P turun dan
Jika pada terminal P tegangannya
jika penurunan tegangan ini sampai di bawah 16 V maka MIC
mencapai di atas 16 V (tegangan
akan kembali mengalirkan arus ke B Tr1 sehingga Tr1 menjadi
pengisian berlebihan) maka MIC akan
ON dan arus ke kumparan rotor kembali mengalir. Hal ini terjadi
mengaktifkan Tr3 dan mematikan Tr2
berulang ulang, dan dalam kondisi ini lampu pengisian tetap
sehingga lampu pengisian menyala
menyala untuk memberi peringatan kepada pengemudi untuk
(perhatikan gambar (a) dan (b) di
mengecek dan memperbaiki kerusakan tersebut.
bawah ini).

15
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC

Saat terminal S putus

Jika kabel terminal B yang menghubungkan terminal B alternator dan terminal positif baterai putus
(perhatikan gambar (a) dan (b) di atas), maka yang terjadi adalah sebagai berikut. Terminal S akan
mendeteksi adanya tegangan yang besarnya kurang dari 13 V karena tidak ada masukan dari
terminal B alternator. Sementara itu pada terminal P tarjadi tegangan di atas 16 V. Perbedaan
tegangan antara terminal S dan terminal P yang besar ini akan tebaca oleh MIC sehingga MIC akan
mengatur kerja Tr1 untuk mempertahankan tegangan sekitar 16 V. Pada saat yang sama MIC akan
menghentikan arus B Tr2 dan memberikan arus ke B Tr3 sehingga Tr2 menjadi OFF sementara Tr3
menjadi ON. Hal ini menyebabkan lampu pengisian menyala. Tegangan dipertahankan dengan
mengatur kerja Tr1 ON dan OFF sehingga kerja rangkaian sistem pengisian bekerja seperti gambar
(a) dan (b) secara berulang -ulang. Gambar di bawah ini memperlihatkan model lain rangkaian sistem
pengisian dengan MIC.

16
PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN SISTEM PENGISIAN

Sistem pengisian memerlukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara rutin. Pemeriksaan


yang dilakukan meliputi pemeriksaan secara visual, pemeriksaan elektrik yang meliputi
pengujian output alternator, pengujian penurunan tegangan pada rangkaian sistem
pengisian, pengetesan regulator (untuk tipe buka n IC), pengujian penurunan tegangan
(voltage drop test) rangkaian pengisian, dan alternator bench test.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengetesan adalah sebagai
berikut :
1.Yakinkan bahwa kabel baterai terpasang pada terminal -terminal yang benar.
2.Lepaskan kabel baterai jika baterai sedang diisi cepat dengan melepas kabel negatif
terlebih dahulu.
3.Hindari mengoperasikan alternator saat kabel baterai terlepas.
4.Ikuti petunjuk pengujian sesuai dengan yang sudah ditentukan saat melakukan pengujian
terminal F regulator (tipe IC) saat di bypass. Putaran tinggi dapat menyebabkan kelebihan
output yang dapat menyebabkan kerusakan komponen.
5.Hindari menghubungkan terminal B alternator ke massa meskipun mesin dalam keadaan
mati karena tegangan selalu ada (berasal dari baterai) pada terminal tersebut.

17
PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN SISTEM PENGISIAN

PEMERIKSAAN VISUAL
GAMBAR URAIAN PEKERJAAN
Pengecekan baterai dengan melihat ketinggian air b aterai
(jangan kurang dari batas bawah), pemeriksaan berat jenis air
baterai (antara 1,25 sampai 1,27) pada 26,7 0C, dan pemeriksaan
terminal baterai dan kabel baterai yang harus bebas dari karat
dan hubungan kabel yang kendor.

Pemeriksaan sekering dan fusible link. Pemeriksaan yang


dilakukan adalah pemeriksaan kontinyuitas (hubungan)
sekering engine, sekering pengisian, dan sekering pengapian.
Pengecekan kontinyuitas juga dilakukan pada fusible link.

Pemeriksaan tali kipas dari retak -retak, dan kondisi fisik


lainnya yang kurang baik, posisi tali kipas pada pulinya, dan
ganti jika diperlukan. Cek ketegangan tali kipas dengan alat
ukur kekencangan tali kipas.

18
PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN SISTEM PENGISIAN

PEMERIKSAAN VISUAL DAN PENGUJIAN OUTPUT ALTENATOR


GAMBAR URAIAN PEKERJAAN
Periksa alternator, hubungan terminal -terminalnya dan kebel-
kabelnya. Ganti kabel jika diperlukan dan kencangkan terminal -
terminal yang kendor. Periksa alternator dari bunyi-bunyi yang tidak
normal yang mengindikasi kan kerusakan pada bantalan (bearing),
tali kipas.

Periksa rangkaian lampu pengisian. Pada keadaan mesin mati dan


semua asesoris dalam keadaan tidak aktif, nyalakan kunci kontak.
Lampu pengisian harus menyala. Saat mesin hidup, lampu
pengisian harus padam. Apabila lampu pengisian tidak bekerja
sesuai dengan ketentuan di atas, periksa lampu pengisian dan
rangkaian lampu pengisian.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan alternator


untuk menghasilkan tegangan dan arus sesuai dengan ketentuan.
Pengujian ini dilakukan pada sistem pengisian yang mengalami
kelebihan output (overcharge) maupun yang mengalami output
rendah (undercharge) dan harus memenuhi spesifikasi alternator
tersebut. Jika hasil pengujian menunjukkan tidak sesuai dengan
spesifikasi, alternator atau regulator perlu diperiksa atau diganti.

19
PENGUJIAN TANPA BEBAN DAN DENGAN BEBAN
PENGUJIAN TANPA BEBAN

1. Siapkan alat ukur. Putar pengontrol kenaikan beban ke posisi OFF, cek jarum di posisi Nol (atur jika diperlukan),
hubungkan kabel alat ukur ya ng berwarna merah ke positif baterai dan yang hitam ke negatif, set pemilih tegangan ke
18 V, posisikan selektor ke #2 CHARGING, set amper meter ke posisi Nol, dan pasang klem amper meter ke kabel
negatif baterai.
2. Putar kunci kontak ke posisi ON (mesin tid ak hidup), baca penunjukkan pada amper meter. Ini merupakan pembacaan
awal untuk arus alternator yang harus diberikan untuk sistem pengapian dan asesoris lain sebelum alternator bekerja
memberikan arus untuk mengisi baterai. Pembacaan kira-kira 6 A.
3. Hidupkan mesin dan set putaran pada 200 rpm. Beberapa model memerlukan seting kecepatan yang berbeda.
4. Setelah sekitar 3 sampai 4 menit, baca penunjukkan amper meter dan volt meter. Tambahkan hasil pembacaan ini
dengan hasil pembacaan sebelum mesin hidup seperti dijelaskan pada langkah 2 di atas. Pembacaan total harus
kurang dari 10 A. Jika lebih dari 10 A, kemungkinan alternator masih bekerja mengisi baterai karena baterai belum
penuh. Jika baterai sudah penuh, pembacaan harus di bawah 10 A. Hasil pengukuran tegangan harus berada dalam
spesifikasi alternator dan biasanya berkisar antara 13 V sampai 15 V. Cocokan dengan spesifikasi, jika melebihi
spesifikasi ganti regulator (untuk tipe IC , jangan melakukan pengetesan dengan putaran selain yang sudah ditentukan
) dan setel lidah pada voltage regulator pada regulator model konvensional. Apabila tegangan kurang dari spesifikasi,
lakukan pengujian dengan me -massa-kan terminal F (untuk tipe IC) dan setel lidah pada voltage regulator untuk tipe
konvensional kemudian lihat pembacaan volt meter. Jika pembacaan masih kurang dari spesifikasi, periksa alternator.
5. Lepas pe-massa-an pada terminal F (untuk tipe IC).

20
PENGUJIAN TANPA BEBAN DAN DENGAN BEBAN
PENGUJIAN DENGAN BEBAN
1. Saat mesin masih dalam keadaan be
rputar pada putaran yang sudah
ditentukan, atur pengontrol kenaikan
beban untuk mendapatkan pembacaan
amper meter tertinggi tanpa
menyebabkan terjadinya penurunan
tegangan ( voltage drop) di bawah 12
V.
2. Baca penunjukkan amper meter.
Pembacaan harus barada dalam 10%
output alternator yang telah ditentukan.
Jika kurang, pemeriksaan lanjutan
penggantian pada alternator perlu
dilakukan.

21
PENGUJIAN PENURUNAN TEGANGAN (VOLTAGE DROP TEST)
Tujuan :
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tahanan yang berlebihan pada rangkaian sistem pengisian. Pengujian ini
dapat menentukan penurunan tegangan pada rangkaian otuput sistem pengisian. Penurunan tegangan yang
berlebihan yang disebabkan oleh tahanan yang terlalu tinggi akan menurunkan arus pengisian. Pada kondisi beban
listrik yang berat, baterai akan mengeluarkan arus yang seharusnya dipenuhi oleh sistem pengisian
1. Pasang kaki positif tester terminal B alternator dan kaki negatif tester ke terminal
positif baterai.
2. Hidupkan mesin dan set pada putaran sekitar 2000 rpm
3. Baca penunjukkan volt meter. Penurunan tegangan tidak boleh lebih dari 0,2 V. Jika
lebih dari harga tersebut, cari jaringan yang mungkin bermasalah yang dapat
menyebabkan tahanan yang tinggi dan betulkan. Lakukan pengujian ulang.
Catatan :
Gambar di samping adalah ilustrasi pengujian untuk rangkaian sistem pengisian dengan
regulator IC. Untuk sistem pengisian dengan regulator konvensional , proses
pengujiannya sama, yaitu pengujian pada terminal B alternator (konvensional) dan pada
Positif sistem ( insulated side) terminal positif baterai.
1. Pasang kaki negatif tester bodi altern ator dan kaki positif tester ke terminal negatif
baterai.
2. Hidupkan mesin dan set pada putaran sekitar 2000 rpm
3. Baca penunjukkan volt meter. Penurunan tegangan tidak boleh lebih dari 0,2 V. Jika
lebih dari harga tersebut, cari jaringan yang mungkin bermasa lah yang dapat
menyebabkan tahanan yang tinggi dan betulkan. Tahanan yang berlebihan umumnya
disebabkan oleh hubungan kabel yang kendor atau berkarat.
Catatan :
Gambar di atas adalah ilustrasi pengujian untuk rangkaian sistem pengisian dengan
regulator IC. Untuk sistem pengisian dengan regulator konvensional, proses
Negatif sistem ( ground side) pengujiannya sama, yaitu pengujian pada bodi alternator (konvensional) dan pada
terminal negatif baterai.
22
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
LAMPU PENGISIAN (CHG) TIDAK MENYALA SAAT KUNCI KONTAK ON

Flowchart Pemeriksaan Keterangan


1. Pemeriksaan Hubungan sekering
dengan ohmmeter;
2. Pemeriksaan Regulator sesuai
dengan Repair Manual;
3. Pemeriksaan Altenator sesuai
dengan Repair Manual;
4. Pemeriksaan Kondisi lampu;
5. Pemeriksaan sesuai dengan
Electrical Wiring Diagram (EWD);
6. Jika hasil tidak sesuai dengan
standart makan komponen dapat
diganti.

23
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
LAMPU PENGISIAN (CHG) TIDAK MATI SAAT MESIN HIDUP

Flowchart Pemeriksaan Keterangan


1. Pemeriksaan Tegangan tali kipas
dengan Tension Belt;
2. Pemeriksaan kondisi hubungan
sekering;
3. Pemeriksaan Tegangan pada
terminal B, terminal F, terminal
IG;
4. Pemeriksaan sesuai dengan
Electrical Wiring Diagram (EWD);
5. Jika hasil tidak sesuai dengan
standart makan komponen dapat
diganti.

24
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
LAMPU PENGISIAN (CHG) NYALA REDUP SAAT MESIN HIDUP

Flowchart Pemeriksaan Keterangan


1. Pemeriksaan kondisi hubungan
sekering;
2. Pemeriksaan IG Switch (Kunci
Kontak);
3. Pemeriksaan sesuai dengan
Electrical Wiring Diagram (EWD);
4. Jika hasil tidak sesuai dengan
standart makan komponen dapat
diganti.

25
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
LAMPU PENGISIAN (CHG) KADANG MENYALA SAAT MESIN HIDUP

Flowchart Pemeriksaan Keterangan


1. Pemeriksaan soket – soket, jika
kendur/lepas maka pasang dan
kuatkan;
2. Pemeriksaan Regulator sesuai
Repair Manual;
3. Periksa Altenator sesuai Repair
Manual);
4. Pemeriksaan sesuai dengan
Electrical Wiring Diagram (EWD);
5. Jika hasil tidak sesuai dengan
standart makan komponen dapat
diganti.

26
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
BATERAI LEMAH ATAU KOSONG

Flowchart Pemeriksaan Keterangan


1. Pemeriksaan kondisi baterai;
2. Pemeriksaan tali kipas;
3. Periksa Regulator sesuai Repair
Manual);
4. Periksa Altenator sesuai Repair
Manual);
5. Pemeriksaan sesuai dengan
Electrical Wiring Diagram (EWD);
6. Jika hasil tidak sesuai dengan
standart makan komponen dapat
diganti.

27
PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN PADA KENDARAAN
Flowchart Pemeriksaan Keterangan
1. Periksa tegangan dan arus sistem
pengisian pada putaran stasioner sampai
2000 rpm. Alat ukur harus menunjukkan
13,8 sampai 14,8 V (pada 25 0C) dan arus
standar kurang dari 10A.
2. Bila hasil pengukuran tidak sesuai
dengan standar, setel lidah penahan
pegas pada voltage regulator atau ganti
regulator.
3. Lepas terminal-terminal yang ada pada
alternator. Untuk alternator dengan
regulator konvensional lepas terminal B,
dan soket terminal E, F, dan N (dan A jika
terdapat terminal A). Untuk tipe regulator
IC lepas terminal B dan terminal lainnya
(S, L, dan IG).
4. Lepaskan sabuk (tali kipas) penggerak
alternator dengan terlebih dahulu
mengendorkan dan melepas baut
penyetel ketegangan tali kipas dan
menekan alternator ke arah mesin
sehingga tali kipas kendor dan mudah
dilepas.

28
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR

1. Pemeriksaan suara tidak normal


Pemeriksaan ini dapat mengetahui kondisi bantalan
(bearing). Jika bersuara kasar saat puli diputar, atau
putaran terasa berat maka bearing sudah rusak.
Pengetesan ini juga dapat mengetahui kondisi sikat dan
slip ring.

2. Mengetes Hubungan Terminal


Pengujian ini dapat mengetahui kondisi kumparan rotor,
dan dioda. Untuk menguji kumparan rotor, lakukan
pengujian dengan menggunakan ohmmeter antara
terminal F dan terminal E alternator. Kedua terminal
tersebut harus ada hubungan dengan nilai tahanan
sekitar 4 ohm. Jika tidak terdapat hubungan maka
kemungkinan kumparan rotor terbuka (putus) atau
kontak antara sikat dan slip ring tidak baik. Kaki-kaki
ohmmeter dalam pengujian ini tidak harus pada posisi
tertentu (dapat dibolak balik antara terminal E fan F).

29
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
2. Mengetes Hubungan Terminal
Pengujian pada dioda positif dilakukan dengan menggunakan
ohmmter dan men gecekhubungan antara terminal B dan N. (1)
Hubungkan kaki positif ohmmeter (ana log) ke terminal B dan kaki
negatif ke terminal N. Jika dioda normal, maka jarum ohmmeter
akan menunjuk pada nilai tahanan tertentu. (2) Balikan posisi kaki
ohmmeter terhadap terminal yang diuji, maka tidak terdapat
hubungan antara kedua terminal tersebut. Kedua hasil pengujian
tersebut menunjukkan dioda dalam kondisi baik. Apabila hasil
pengukuran tidak sesuai dengan hasil pada langkah (1) dan (2),
maka dioda rusak. Catatan : Jika pengukuran menggunakan ohm
meter digital, jika dioda dalam keadaan baik, maka pada pengujian
(1) hasilnya ohmmeter tidak menunjuk dan pada pengujian (2)
ohm meter akan menunjukan adanya hubungan.

Pengujian pada dioda negatif dilakukan dengan menggunakan


ohmmter dan mengecek hubungan antara terminal E dan N. (1)
Hubungkan kaki positif ohmmeter (analog) ke terminal N dan kaki
negatif ke terminal E. Jika dioda normal, maka jarum ohmmeter
akan menunjuk pada nilai tahanan tertentu. (2) Balikan posisi kaki
ohmmeter terhadap terminal yang diuji, maka tidak terdapat
hubungan antara kedua terminal tersebut. Kedua hasil pengujian
tersebut menunjukkan dioda dalam kondisi baik. Apabila hasil
pengukuran tidak sesuai dengan hasil pada langkah (1) dan (2),
maka dioda rusak.
30
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
3. Memeriksa Kumparan Rotor dan Bantalan
Periksa hubungan kumparan rotor menggunakan ohmmeter
dengan mengetes hubungan antara slipring. Tahanan berkisar
antara 3,9 sampai 4,2 ohm. Jika tidak ada hubungan berarti
pada bagian kumparan dan yang berkaitan ada yang putus, ganti
rotor.

Periksa hubungan antara slip ring dan bodi rotor. Ini untuk
mengetahui kebocoran atau hubungan singkat antara kumparan
rotor dan massa. Hasilnya adalah harus tidak ada hubungan. Jika
ada, ganti rotor.

Periksa slip ring dari kemungkinan retak atau kasar. Bila ada retak
dan kasar yang berlebihan, maka ganti rotor. Periksa diameter slip
ring dengan jangka sorong. Ukuran harus berkisar 32,3 sampai
32,5 mm dengan limit 32,1 mm (atau lihat spesifikasi dari pabrik
jika alternatornya berbeda). Jika melebihi limit, ganti rotor.

Periksa bantalan dari keausan atau goyang dan putaran yang


berat. Ganti bearing jika diperlukan.

31
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
3. Memeriksa Kumparan Stator
Periksa hubungan antar ujung kumparan pada kumparan stator.
Lakukan pada semua kumparannya. Antar ujung kumparan harus
terdapat hubungan. Jika tidak, ganti stator.

Lakukan pemeriksaan hubungan antar ujung kumparan stator


dengan massa. Harus tidak ada hubungan. Jika ada hubungan
ganti stator.

32
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
3. Memeriksa Sikat
Dengan menggunakan jangka sorong, ukur panjang sikat.
Standar 12,5 mm, limit 5,5 mm. Jika panjang sikat kurang dari
limit, ganti sikat dengan melepas solderan sehingga sikat
dan pegasnya dapat dilepas.

Ganti dengan sikat baru. Masukan pegas ke dalam kabel sikat


baru. Pasang sikat pada pemegang sikat dan tarik kabel sikat
melalui lubang pada bagian yang harus disolder sampai
panjang sikat 12,5 mm.
Solder kabel sikat dan potong kelebihan kabelnya. Cek
gerakan sikat terhadap dudukannya. Gerakannya harus
lembut dan tidak menyangkut.

33
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR

3. Memeriksa Dioda
Periksa dioda positif dengan menghubungkan kaki positif tester
(analog) ke baut terminal B dan kaki negatif baterai ke tiap
kaki-kaki dioda. Hasilnya harus menunjukan ada hubungan.

Balikan kaki tester dan lakukan pemeriksaan pada semua


kaki dioda. Hasilnya harus tidak ada hubungan. Jika
hasilnya tidak menunjuk seperti di atas, maka dioda rusak
dan perlu diganti.

34
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR

3. Memeriksa Dioda
Periksa dioda negatif dengan menghubungkan kaki negatif
tester (analog) ke baut terminal E (massa) dan kaki positif
baterai ke tiap kaki dioda. Hasilnya harus menunjukan adanya
hubungan.

Balikan kaki tester dan lakukan pemeriksaan pada semua


kaki dioda. Hasilnya harus tidak ada hubungan. Jika hasilnya
tidak menunjuk seperti di atas, maka dioda rusak dan perlu
diganti.

35
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN REGULATOR
Identifikasi warna kabel berdasarkan pada posisi/letak, warna kabel
dan simbol huruf.
Tujuan untuk memudahkan merangkai sistem kelistrikan
berdasarkan pada EWD.

Periksa permukaan titik kontak dari kemungkinan kotor, atau


terbakar. Jika rusak ganti regulator.

Periksa hubungan antar terminal regulator dengan ohm meter. Ukur


tahanan antara terminal IG dan F. Dalam kondisi bebas tahanannya
0 ohm dan saat tertarik sekitar 11 ohm.

36
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN REGULATOR

Ukur tahanan antara terminal L dan E. Besarnya tahanan adalah 0


ohm saat kondisi bebas, dan sekitar 100 ohm saat tertarik.

Ukur tahanan antara terminal B dan E. Pada kondisi bebas


tahanannya tak terhingga, dan saat tertarik sekitar 100 ohm.

Periksa tahanan antara terminal B dan L. Dalam kondisi bebas


tahanannya tak terhingga dan saat tertarik sekitar 0 ohm.

37
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN IC
PEMERIKSAAN DAN
PERMASALAHAN PENYEBAB
PERBAIKAN
Lampu pengisian (CHG) tidak menyala 1. Sekering Putus; 1. Periksa sekering pengisisan, kunci
saat Kunci Kontak ON Mesin Mati 2. Lampu pengisian putus; kontak;
3. Soket-soket kendor; 2. Ganti lampu pengisian;
4. Relay Rusak; 3. Periksa penurunan tegangan pada
5. Regulator Rusak. rangkaian, kuatkan jika ada
soket/sambungan yang kendor
4. Periksa kerja Relay
5. Periksa output altenator
Lampu pengisian nyala saat mesin 1. Tali kipas kendor/aus; 1. Periksa tegangan kali kipas dan
hidup; baterai overcharge/undercharge 2. Baterai dan sambungan lakukan penyetelan jika diperlukan
bermasalah; serta pengantian jika retak atau
3. Sekering atau fisiblelink putus aus
2. Periksa baterai dan
sambungannya
3. Periksa sekering dan fisible link
ganti jika diperlukan
4. Periksa output sistem pengisian
dan kerja komponen
5. Periksa penurunan tegangan
Timbul suara berisik 1. Tali kipas kendor atau aus; 1. Periksa tali kipas, periksa atau
2. Bantalan altenator aus setel jika diperlukan;
3. Dioda bermasalah 2. Periksa bantalan, ganti jika sudah
aus;
3. Periksa dioda dan altenator, ganti
jika mengalami kerusakan
38
DIAGRAM ALIR GANGGUAN SISTEM PENGISIAN IC

39
KONSTRUKSI ALTENATOR MODEL IC

40
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Buka tutup belakang alternator dengan terlebih
dahulu melepas mur dan isolator pada terminal
1 B alternator.

Lepas tiga buah baut penutup belakang


alternator.

Lepas pemegang sikat dengan melepas lima


buah baut pemegang sikat dan regulator IC,
kemudian lepas tutup pemegang sikat.
3

41
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Lepas pemegang dioda (rectifier) dengan
melepas empat buah sekrup yang mengikatnya.
4

Dengan menggunakan tang lancip, tarik empat


kawat ujung kumparan stator dan kemudian
lepas pemegang dioda.
5

Lepas puli dengan menggunakan SST (A) dan


kunci momen, dan kencangkan SST (B) searah
jarum jam sampai momen spesifikasinya (39
6 Nm), dan yakinkan bahwa SST (A) terpasang
dengan benar pada poros rotor.

42
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Jepit SST (C) pada ragum dan masukkan SST
(B) ke dalam SST (C).
7 Tahan mur puli pada SST (C).

Untuk mengendorkan mur puli, putar SST (A)


dalam arah seperti pada gambar, kemudian
lepas alternator dari SST (C). Untuk mencegah
8 kerusakan pada poros rotor, hindari
mengendurkan mur puli lebih dari satu setengah
putaran.
Putar SST (B) dan lepas SST (A dan B),
kemudian lepas mur puli, puli dan collar.

43
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Lepas rangka belakang dudukan dioda dengan
terlebih dahulu melepas dua buah baut dan dua
10 buah mur.

Dengan menggunakan SST, lepas rangka


dudukan dioda.

11

Lepas washer pada alternator dari rotor.

12

44
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Lepas rangka belakang dudukan dioda
dengan terlebih dahulu melepas dua buah
13 baut dan dua buah mur.
Lepas rotor dari rangka depan
alternator, gunakan alat pengepres jika
rotor sulit dikeluarkan.

45
PENGETESAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR IC
PEMERIKSAAN ROTOR
Periksa kumparan rotor untuk mengetahui kontinyuitas
(hubungan) kumparan. Gunakan ohm meter untuk
mengukur dengan menempatkan kaki -kaki tester kedua
slip ring. Tahanan standar pada suhu 200C adalah 2,7
sampai 3,1 ohm. Jika tidak terdapat hubungan, ganti rotor.

Periksa hubungan kumparan rotor dan massa dengan


memasang satu kaki tester ke slip ring dan lainnya ke bodi
rotor. Jika terdapat hubungan berarti kumparan rotor bocor
atau hubung singkat dengan massa.

Periksa kondisi slip ring dari kemungkinan kasar dan


tergores. Ukur diameter slip ring menggunakan jangka
sorong. Diameter standar 14,2 sampai 14,4 mm dan limit
12,8 mm. Jika ukuran kurang dari limit, ganti rotor.

46
PENGETESAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR IC
PEMERIKSAAN STATOR

Periksa hubungan kumparan rotor dari kemungkinan


putus (terbuka) dengan menggunakan ohm meter. Tes
hubungan antara ujung kumparan stator. Jika tidak ada
hubungan, ganti kumparan stator.

Periksa hubungan antara kumparan stator dengan


massa. Bila terdapat hubungan, ganti kumparan stator.

47
PENGETESAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR IC
PEMERIKSAAN BRUSH (SIKAT)
Periksa panjang sikat dengan menggunakan
jangka sorong. Standarnya adalah 10,5 mm
dan limitnya adalah 1,5 mm. Jika panjang sikat
kurang dari limit maka sikat harus diganti.

Panaskan solderan yang ada pada dudukan


sikat dan tarik sikat sampai lepas. Pasang
sikat yang baru.

Solder ujung kabel sikat dan pastikan panjang


sikat yang keluar 10,5 mm. Periksa kembali
sikat untuk memastikan dapat bergerak lembut
pada dudukannya. Potong kelebihan kabelnya.
Beri isolasi pada daerah solderan dengan
menggunakan cat atau bahan lain yang dapat
melapisi dengan baik.
48
PENGETESAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
MODEL IC
Kemudian balik kaki testernya dan lakukan pengujian
seperti langkah di atas. Jika pada salah satu
pengujian ohm meter menunjukkan ada hubungan dan
setelah kaki testernya di balik tidak terdapat
hubungan, maka dioda dalam kondisi baik. Jika
terdapat hubungan yang tidak sesuai, ganti dioda.

Periksa dioda negatif dengan ohm meter. Hubungkan


salah satu kaki tester pada terminal negatif (E) dan
kaki lainnya ke terminal P1, P2, P3, P4.

Kemudian balik kaki testernya dan lakukan pengujian


seperti langkah di atas. Jika pada salah satu pengujian
ohm meter menunjukkan ada hubungan dan setelah
kaki testernya di balik tidak terdapat hubungan, maka
dioda dalam kondisi baik.
Jika terdapat hubungan yang tidak sesuai, ganti dioda.

49
PENGETESAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR IC
PEMERIKSAAN BANTALAN
Periksa bantalan depan dari kemungkinan kasar,
berat atau aus.
Jika diperlukan ganti bantalan dengan terlebih dahulu
membuka empat sekerup penahan bantalan kemudian
tekan bantalan dengan kunci sock 17 mm. Gunakan
pres jika susah dilepas.
Pasang bantalan baru kemudian pres dengan SST
kemudian pasang empat sekerup penahan dengan
momen pengencangan 2,6 Nm.

Periksa bantalan belakang kemungkinan kasar atau


aus. Ganti jika diperlukan. Dengan menggunakan SST
buka tutup bantalan dengan hati-hati agar tidak
merusak kipas dan lepas tutup bantalan sebelah
dalam.

50
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Tempatkan rangka depan alternator di atas collar
dan puli kemudian pasang rotor.
1

Pasangkan washer alternator pada rotor.

Dengan menggunakan kunci sock 32 mm dan


penekan, tekan perlahan-lahan rangka belakang
untuk dudukan dioda.
3

51
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Pasang dua baut dan dua mur dengan momen
pengencangan 4,5 Nm.
4

Pasang puli pada poros rotor dan kencangkan


mur puli dengan tangan. Tahan SST (A) dengan
kunci momen kemudian keraskan SST (B)
5 searah jarum jam dengan momen
pengencangan 39 Nm. Periksa bahwa SST (A)
aman terhadap poros puli.
Jepit SST (C) pada ragum kemudian masukan
SST (B) pada SST (C) dan kaitkan mur puli pada
SST (C).
6

52
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Pengencangan mur puli dilakukan dengan
memutar SST (A) seperti pada gambar dengan
7 momen 110,5 Nm kemudian lepas alternator dari
SST (C).

Putar SST (B) dan lepas SST (A dan B).

Pasang pemegang dioda kemudian tarik dan


kaitkan ujung kumparan stator ke lubang yang
ada pada pemegang dioda dan letakkan
9 pemegang dioda pada dudukannya. Dengan
menggunakan tang lancip, bengkokan kawat
53 kumparan stator.
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Pasang keempat baut pengikat dengan momen
pengencangan 1,96 Nm.
10

Pasang tutup pada pemegang sikat dengan hati-


hati.

11

Pasangkan regulator IC bersama-


sama dengan pemegang sikat

12

54
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN ALTENATOR

NO GAMBAR KERJA URAIAN KERJA


Pasang lima baut pengikat seperti ditunjukkan
pada gambar sampai jaraknya kira-kira 1 mm
13 antara pemegang sikat dan regulator IC. Tekan
tutup pemegang sikat. Momen pengencangan
1,96 Nm.

Pasang tutup belakang alternator kemudian


pasang tiga baut dan kencangkan dengan
momen 2,6 Nm.
14

Pasang isolator terminal B dan kencangkan


dengan momen 4,1 Nm.

15 Periksa putaran rotor, dan pastikan bahwa


putarannya lembut.
55
EVALUASI (TUGAS 3)

1. Jelaskan langkah-langkah pembongkaran dan


pemasangan Altenator (dinamo Amper)!
2. Jelaskan langkah-langkah pemeriksaan Altenator!
3. Jelaskan prinsip kerja sistem pengisian konvensional
pada :
a. kunci kontak ON tetapi mesin belum hidup
b. kunci kontak ON mesin hidup pada putaran rendah
(idle)
4. Sebutkan 5 (lima) macam permasalahan, penyebab dan
langkan pemeriksaan/perbaikan pada sistem pengisian
dan langkah

56
EVALUASI PORTOFOLIO DAN KINERJA

1. Peserta didik membuat kelompok dengan jumlah


masing-masing kelompok 4 (empat) orang
2. Melakukan Pemeriksaan Komponen Altenator,
Pemeriksaan Regulator, Pemeriksaan Komponen
Kelistrikan (sesuai Lembar Kerja)
3. Membuat laporan hasil praktik dengan lengkap dimulai
dari tahapan pembongkaran, pemeriksaan,
pemasangan/merangkai rangkaian pengisian dan unjuk
kerja.
4. Pemaparan Laporan praktik (Individu).

57
SEKIAN
TERIMA KASIH

58

Anda mungkin juga menyukai