Mata Pelajaran :
Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan
KD :
3.14. Mendiagnosis kerusakan Sistem Pengisian
4.14. Memperbaiki Kerusakan Sistem Pengisian
1. Baterai
2. Kunci Kontak (IG Switch)
3. Altenator (Dinamo amper)
4. Regulator (Konvensional/IC)
5. Lampu indikator
2
KOMPONEN DAN FUNGSI
Lampu indikator berfungsi
Sebagai indikator pengisian
bekerja atau tidak, pada saat
mesin hidup dan lampu indikator
yang awalnya menyala kemudian
Kunci kontak berfungsi untuk
mati menandakan sistem
menghidupkan dan
pengisian sedang bekerja.
mematikan sistem pengisian
atau menghubungkan dan
Regulator berfungsi untuk memutuskan arus listrik yang
mengatur besar kecilnya arus masuk ke rotor coil pada
yang masuk ke kumparan rotor alternator
(rotor coil) atau untuk mengatur
kuat lemahnya medan magnet
pada kumparan rotor sehingga Baterai berfungsi untuk
output alternator tetap stabil memberikan energi listrik pada
(13,8 V sampai 14,8 V) sistem pengisian terutama
meskipun putaran mesin naik untuk menghasilkan medan
atau turun. magnet pada rotor coil di
dalam alternator pada saat
Alternator berfungsi untuk mengubah mesin belum hidup.
energi mekanik (putar) menjadi energi
listrik.
3
KONSTRUKSI ALTENATOR (DINAMO AMPER)
1. Puli
2. Kipas
3. Spacer
4. Rangka depan dan belakang
5. Bantalan (Bearing)
6. Kumparan Rotor (Rotor Coil)
7. Kumparan Stator (Stator Coil)
8. Sikat (Brush)
9. Dudukat Sikat
10. Dioda penyearah (Rectifier)
4
FUNGSI KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
1. Puli
berfungsi untuk meneruskan tenaga putar dari poros engkol (melalui tali kipas) ke poros alternator
(rotor).
2. Kipas
berfungsi untuk mendinginkan komponen -komponen yang ada di dalam alternator.
3. Spacer
berfungsi untuk memberi jarak antara kipas dan bantalan sehingga kipas tidak menggesek rangka
depan.
4. Rangka depan dan belakang
berfungsi untuk dudukan bantalan depa n dan belakang serta sebagai penutup bagian depan dan
belakang alternator.
5. Bantalan atau bearing
berfungsi untuk mengurangi gesekan antara poros rotor dengan rumah depan dan rumah belakang
alternator.
6. Kumparan rotor (rotor coil)
berfungsi untuk menghasilkan medan magnet pada alternator.
7. Kumparan stator (stator coil)
berfungsi untuk membangkitkan tegangan bolak - balik (AC).
8. Sikat (Brush)
berfungsi untuk menghantarkan arus dari terminal alternator (F) ke kumparan rotor memalui slip ring
positif, dan menghantarkan arus dari rotor koil melalui slip ring negatif ke terminal E alternator.
9. Dudukan Sikat (Brush Holder)
berfungsi sebagai tempat terpasangnya sikat dan pegas.
10. Dioda penyearah (Rectifier)
berfungsi untuk menyearahkan atau mengubah arus bolak-balik (AC) yang dihasilkan kumparan stator
5 menjadi arus searah (DC).
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) KONVENSIONAL
Arus mengalir dari baterai ke Fusible link (FL), ke kunci kontak (KK) ke
fuse ke Charge Warning Lamp (CWL) ke L ke P0 ke P1 ke massa.
Akibatnya lampu pengisian menyala.
Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke FL ke KK ke fuse
ke Ig ke Pl1 ke Pl0 ke terminal F regulator ke F alternator ke rotor coil (RC)
ke massa. Akibatnya pada RC timbul medan magnet.
6
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) KONVENSIONAL
7
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) KONVENSIONAL
1. Bila putaran mesin naik menjadi putaran sedang, maka tegangan output alternator di terminal B
akan naik juga dan arusnya mengalir ke B reg ulator ke P2 ke P0 ke kumparan voltage regulator,
ke massa.
2. Akibatnya, medan magnet pada kumparan voltage regulator menjadi makin kuat dan menarik Pl0
sehingga lepas dari Pl1 (Pl0 mengambang).
3. Akibatnya, arus dari B alternator mengalir ke Ig ke resistor (R) ke F regulator ke F alternator ke
RC ke massa. Kemagnetan pada RC melemah karena arus melewati resistor.
4. Meskipun kemagnetan pada RC melemah, namun putaran naik ke putaran sedang sehingga
output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai (tegangan antara 13,8 sampai 14,8 volt).
8
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) KONVENSIONAL
1. Bila putaran naik menjadi putaran tinggi, maka tegangan output pada terminal B alternator akan cenderung
makin tinggi. Bila tegangan tersebut melebihi 14,8 volt, maka kemagnetan pada kumparan voltage
regulator semakin kuat sehingga kontak Pl0 tertarik dan menempel dengan pl2.
2. Akibatnya arus yang berasal dari Ig mengalir ke R ke Pl0 ke Pl2 ke massa (tidak mengalir ke RC). Hal ini
menyebabkan medan magnet pada RC drop.
3. Output dari terminal B alternator menjadi turun. Bila tegangan output kurang dari tegangan standar (13,8 –
14,8 V) maka kemagnetan pada voltage regulator melemah lagi, sehingga Pl 0 lepas lagi dari Pl2.
4. Arus dari Ig ke R kembali mengalir ke RC ke massa, sehingga medan magnet pada RC kembali menguat
sehingga tegangan output alternator naik lagi.
5. Bila tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt, maka prosesnya berulang ke proses no 13 di atas
secara berulang - ulang dan Pl0 lepas dan menempel dengan Pl2 secara periodik sehingga output
alternator menjadi stabil.
9
SKEMA SISTEM PENGISIAN MODEL IC
Saat kunci kontak ON, mesin belum hidup (gambar di atas), maka arus dari baterai mengalir
sekering, ke kunci kontak, ke terminal IG, dan masuk ke MIC. Arus yang masuk ke MIC tersebut
kemudian mengalir ke kaki basis (B) tran sistor (Tr1), ke E Tr1, kemudian ke massa. Hal ini
menyebabkan Tr1 menjadi ON. Pada saat yang sama arus juga mengalir ke B Tr3, ke E Tr3,
kemudian ke massa. Akibatnya Tr3 menjadi ON
Aktifnya Tr1 menyebabkan arus mengalir dari baterai ke terminal B, ke kumparan rotor (rotor coil),
ke terminal F, ke C Tr1, ke E Tr1, kemudian ke massa. Aliran arus ke kumparan rotor ini
menyebabkan terjadinya medan magnet pada kumparan rotor. Pada saat yang sama, aktifnya Tr3
menyebabkan arus mengalir dari baterai ke kunci kontak, ke lampu pengisian, ke terminal L
regulator, ke kaki C Tr3, ke E Tr3, kemudian ke massa. Aliran arus ini men yebabkan lampu
pengisian menyala.
11
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC
Aliran arus ini oleh MIC diolah dan digunakan untuk
mengalirkan arus basis (B) Tr2 sehingga Tr2 menjadi
ON dan menghentikan aliran arus ke B Tr3 sehingga
Tr3 menjadi OFF. Karena Tr3 OFF, maka aliran arus
dari lampu ke massa mela lui Tr3 terhenti sehingga
lampu tidak mendapat massa dan aktifnya Tr2
menyebabkan aliran arus dari IG ke E Tr2, ke C Tr2,
ke terminal L, dan kemudian ke lampu pengisian.
Karena lampu mendapat dua aliran arus dari L dan
dari kunci kontak, maka tidak ada per bedaan
tegangan di antara kaki-kaki lampu sehingga lampu
padam (lampu juga mati karena tidak mendapat
massa dari Tr3).
Tegangan yang disearahkan oleh dioda mengalir ke
Saat Mesin Hidup Tegangan Kurang dari 14 V terminal B dan mengalir ke baterai sehingga terjadi
pengisian. Apabila tegangan yang dihasilkan
Setelah mesin hidup, maka rotor (yang sudah alternator kurang dari 14 V, maka terminal S tidak
menjadi magnet) berputar karena diputarkan oleh mendeteksi adanya kelebihan tegangan sehingga
poros engkol melalui tali kipas sehingga pada MIC akan tetap memberikan arus ke B Tr1 sehingga
kumparan stator terjadi tegangan AC. Tegangan ini Tr1 tetap ON. Hal ini menyebabkan arus dari dioda
kemudian disearahkan menjadi DC oleh dioda kengalir ke kumparan rotor, ke terminal F, ke C Tr 1,
penyearah. Karena kumparan stator sudah ke E Tr1, kemudian ke massa. Hal ini menyebabkan
menghasilkan tegangan, maka arus pada salah satu medan magnet pada kumparan rotor tetap kuat. Jadi
ujung kumparan stator mengalir ke terminal P. pada saat tegangan alternator kurang dari 14 V,
medan magnet dipertahankan pada keadaan kuat
12 sehingga tegangan tidak drop.
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC
Apabila mesin berputar makin tinggi, maka output alternator akan cenderung naik juga.
Berdasarkan gambar di atas, (1)* jika tegangan yang dihasilkan lebih dari 14 V, maka
tegangan itu akan terdeteksi oleh komponen aktif di dalam MIC berupa dioda zener melalui
terminal S. Aliran arus melalui terminal S ini oleh MIC akan diolah dan difungsikan untuk
menghentikan arus yang mengalir ke B Tr1, sehingga Tr1 menjadi OFF. Perhatikan gambar di
bawah ini, jika Tr1 OFF maka aliran arus dari dioda yang menuju kumparan rotor dan ke
massa melalui Tr1 akan terhenti sehingga medan magnet pada kumparan rotor menjadi
hilang. Aliran arus dari terminal P tetap mengalir selama mesin hidup untuk mempertahankan
Tr3 OFF dan Tr2 ON sehingga lampu pengisian tetap padam.
13
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC
Jika medan magnet pada kumparan rotor hilang Apabila Tr1 kembali menjadi ON (perhatikan
karena Tr1 OFF, maka tegangan yang dihasilkan oleh gambar di bawah ini), maka arus dari dioda akan mengalir
alternator akan turun. (2)* Jika tegangan alternator kurang kembali ke kumparan rotor, ke terminal F, ke kaki C Tr1, ke
dari 14 V, maka terminal S tidak mendeteksi adanya E Tr1, kemudian ke massa. Hal ini menyebabkan
kelebihan tegangan (perhatikan gambar di bawah ini) kemagnetan pada kumparan rotor kembali menguat.
sehingga MIC akan merespon dengan mengalirkan kembali Medan magnet yang menguat ini kemudian akan
arus ke B Tr1. Jika arus mengalir ke B Tr1, maka Tr1 menyebabkan output alternator kembali naik.
menjadi ON.
Jika kenaikan tegangan ini melebihi 14 V lagi,
maka proses ini akan kembali berulang ke proses (1)*
sehingga tegangan akan kembali turun, dan jika
tegangan kurang dari 14 V maka proses akan kembali
ke proses (2)*. Proses (1)* dan (2)* ini akan terjadi
secara terus menerus sehingga tegangan output
alternator akan berkisar 14 V dan tetap dipertahankan
(stabil) pada tegangan tersebut meskipun terjadi
14 penurunan atau kenaikan putaran mesin.
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC
Saat S Putus
Berdasarkan masukan dari terminal P juga MIC akan
menghentikan aliran arus ke kaki B Tr1 sehingga Tr1 menjadi
Apabila terminal S putus, maka MIC
tidak aktif (OFF). Akibatnya arus yang mengalir ke kumparan
akan mendeteksi bahwa tidak ada
rotor menjadi terhenti dan medan magnet pada kumparan rotor
masukan tegangan melalui terminal F.
hilang. Hal ini menyebabkan tegangan di terminal P turun dan
Jika pada terminal P tegangannya
jika penurunan tegangan ini sampai di bawah 16 V maka MIC
mencapai di atas 16 V (tegangan
akan kembali mengalirkan arus ke B Tr1 sehingga Tr1 menjadi
pengisian berlebihan) maka MIC akan
ON dan arus ke kumparan rotor kembali mengalir. Hal ini terjadi
mengaktifkan Tr3 dan mematikan Tr2
berulang ulang, dan dalam kondisi ini lampu pengisian tetap
sehingga lampu pengisian menyala
menyala untuk memberi peringatan kepada pengemudi untuk
(perhatikan gambar (a) dan (b) di
mengecek dan memperbaiki kerusakan tersebut.
bawah ini).
15
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (EWD) MODEL IC
Jika kabel terminal B yang menghubungkan terminal B alternator dan terminal positif baterai putus
(perhatikan gambar (a) dan (b) di atas), maka yang terjadi adalah sebagai berikut. Terminal S akan
mendeteksi adanya tegangan yang besarnya kurang dari 13 V karena tidak ada masukan dari
terminal B alternator. Sementara itu pada terminal P tarjadi tegangan di atas 16 V. Perbedaan
tegangan antara terminal S dan terminal P yang besar ini akan tebaca oleh MIC sehingga MIC akan
mengatur kerja Tr1 untuk mempertahankan tegangan sekitar 16 V. Pada saat yang sama MIC akan
menghentikan arus B Tr2 dan memberikan arus ke B Tr3 sehingga Tr2 menjadi OFF sementara Tr3
menjadi ON. Hal ini menyebabkan lampu pengisian menyala. Tegangan dipertahankan dengan
mengatur kerja Tr1 ON dan OFF sehingga kerja rangkaian sistem pengisian bekerja seperti gambar
(a) dan (b) secara berulang -ulang. Gambar di bawah ini memperlihatkan model lain rangkaian sistem
pengisian dengan MIC.
16
PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN SISTEM PENGISIAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengetesan adalah sebagai
berikut :
1.Yakinkan bahwa kabel baterai terpasang pada terminal -terminal yang benar.
2.Lepaskan kabel baterai jika baterai sedang diisi cepat dengan melepas kabel negatif
terlebih dahulu.
3.Hindari mengoperasikan alternator saat kabel baterai terlepas.
4.Ikuti petunjuk pengujian sesuai dengan yang sudah ditentukan saat melakukan pengujian
terminal F regulator (tipe IC) saat di bypass. Putaran tinggi dapat menyebabkan kelebihan
output yang dapat menyebabkan kerusakan komponen.
5.Hindari menghubungkan terminal B alternator ke massa meskipun mesin dalam keadaan
mati karena tegangan selalu ada (berasal dari baterai) pada terminal tersebut.
17
PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN SISTEM PENGISIAN
PEMERIKSAAN VISUAL
GAMBAR URAIAN PEKERJAAN
Pengecekan baterai dengan melihat ketinggian air b aterai
(jangan kurang dari batas bawah), pemeriksaan berat jenis air
baterai (antara 1,25 sampai 1,27) pada 26,7 0C, dan pemeriksaan
terminal baterai dan kabel baterai yang harus bebas dari karat
dan hubungan kabel yang kendor.
18
PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN SISTEM PENGISIAN
19
PENGUJIAN TANPA BEBAN DAN DENGAN BEBAN
PENGUJIAN TANPA BEBAN
1. Siapkan alat ukur. Putar pengontrol kenaikan beban ke posisi OFF, cek jarum di posisi Nol (atur jika diperlukan),
hubungkan kabel alat ukur ya ng berwarna merah ke positif baterai dan yang hitam ke negatif, set pemilih tegangan ke
18 V, posisikan selektor ke #2 CHARGING, set amper meter ke posisi Nol, dan pasang klem amper meter ke kabel
negatif baterai.
2. Putar kunci kontak ke posisi ON (mesin tid ak hidup), baca penunjukkan pada amper meter. Ini merupakan pembacaan
awal untuk arus alternator yang harus diberikan untuk sistem pengapian dan asesoris lain sebelum alternator bekerja
memberikan arus untuk mengisi baterai. Pembacaan kira-kira 6 A.
3. Hidupkan mesin dan set putaran pada 200 rpm. Beberapa model memerlukan seting kecepatan yang berbeda.
4. Setelah sekitar 3 sampai 4 menit, baca penunjukkan amper meter dan volt meter. Tambahkan hasil pembacaan ini
dengan hasil pembacaan sebelum mesin hidup seperti dijelaskan pada langkah 2 di atas. Pembacaan total harus
kurang dari 10 A. Jika lebih dari 10 A, kemungkinan alternator masih bekerja mengisi baterai karena baterai belum
penuh. Jika baterai sudah penuh, pembacaan harus di bawah 10 A. Hasil pengukuran tegangan harus berada dalam
spesifikasi alternator dan biasanya berkisar antara 13 V sampai 15 V. Cocokan dengan spesifikasi, jika melebihi
spesifikasi ganti regulator (untuk tipe IC , jangan melakukan pengetesan dengan putaran selain yang sudah ditentukan
) dan setel lidah pada voltage regulator pada regulator model konvensional. Apabila tegangan kurang dari spesifikasi,
lakukan pengujian dengan me -massa-kan terminal F (untuk tipe IC) dan setel lidah pada voltage regulator untuk tipe
konvensional kemudian lihat pembacaan volt meter. Jika pembacaan masih kurang dari spesifikasi, periksa alternator.
5. Lepas pe-massa-an pada terminal F (untuk tipe IC).
20
PENGUJIAN TANPA BEBAN DAN DENGAN BEBAN
PENGUJIAN DENGAN BEBAN
1. Saat mesin masih dalam keadaan be
rputar pada putaran yang sudah
ditentukan, atur pengontrol kenaikan
beban untuk mendapatkan pembacaan
amper meter tertinggi tanpa
menyebabkan terjadinya penurunan
tegangan ( voltage drop) di bawah 12
V.
2. Baca penunjukkan amper meter.
Pembacaan harus barada dalam 10%
output alternator yang telah ditentukan.
Jika kurang, pemeriksaan lanjutan
penggantian pada alternator perlu
dilakukan.
21
PENGUJIAN PENURUNAN TEGANGAN (VOLTAGE DROP TEST)
Tujuan :
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tahanan yang berlebihan pada rangkaian sistem pengisian. Pengujian ini
dapat menentukan penurunan tegangan pada rangkaian otuput sistem pengisian. Penurunan tegangan yang
berlebihan yang disebabkan oleh tahanan yang terlalu tinggi akan menurunkan arus pengisian. Pada kondisi beban
listrik yang berat, baterai akan mengeluarkan arus yang seharusnya dipenuhi oleh sistem pengisian
1. Pasang kaki positif tester terminal B alternator dan kaki negatif tester ke terminal
positif baterai.
2. Hidupkan mesin dan set pada putaran sekitar 2000 rpm
3. Baca penunjukkan volt meter. Penurunan tegangan tidak boleh lebih dari 0,2 V. Jika
lebih dari harga tersebut, cari jaringan yang mungkin bermasalah yang dapat
menyebabkan tahanan yang tinggi dan betulkan. Lakukan pengujian ulang.
Catatan :
Gambar di samping adalah ilustrasi pengujian untuk rangkaian sistem pengisian dengan
regulator IC. Untuk sistem pengisian dengan regulator konvensional , proses
pengujiannya sama, yaitu pengujian pada terminal B alternator (konvensional) dan pada
Positif sistem ( insulated side) terminal positif baterai.
1. Pasang kaki negatif tester bodi altern ator dan kaki positif tester ke terminal negatif
baterai.
2. Hidupkan mesin dan set pada putaran sekitar 2000 rpm
3. Baca penunjukkan volt meter. Penurunan tegangan tidak boleh lebih dari 0,2 V. Jika
lebih dari harga tersebut, cari jaringan yang mungkin bermasa lah yang dapat
menyebabkan tahanan yang tinggi dan betulkan. Tahanan yang berlebihan umumnya
disebabkan oleh hubungan kabel yang kendor atau berkarat.
Catatan :
Gambar di atas adalah ilustrasi pengujian untuk rangkaian sistem pengisian dengan
regulator IC. Untuk sistem pengisian dengan regulator konvensional, proses
Negatif sistem ( ground side) pengujiannya sama, yaitu pengujian pada bodi alternator (konvensional) dan pada
terminal negatif baterai.
22
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
LAMPU PENGISIAN (CHG) TIDAK MENYALA SAAT KUNCI KONTAK ON
23
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
LAMPU PENGISIAN (CHG) TIDAK MATI SAAT MESIN HIDUP
24
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
LAMPU PENGISIAN (CHG) NYALA REDUP SAAT MESIN HIDUP
25
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
LAMPU PENGISIAN (CHG) KADANG MENYALA SAAT MESIN HIDUP
26
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN
BATERAI LEMAH ATAU KOSONG
27
PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN PADA KENDARAAN
Flowchart Pemeriksaan Keterangan
1. Periksa tegangan dan arus sistem
pengisian pada putaran stasioner sampai
2000 rpm. Alat ukur harus menunjukkan
13,8 sampai 14,8 V (pada 25 0C) dan arus
standar kurang dari 10A.
2. Bila hasil pengukuran tidak sesuai
dengan standar, setel lidah penahan
pegas pada voltage regulator atau ganti
regulator.
3. Lepas terminal-terminal yang ada pada
alternator. Untuk alternator dengan
regulator konvensional lepas terminal B,
dan soket terminal E, F, dan N (dan A jika
terdapat terminal A). Untuk tipe regulator
IC lepas terminal B dan terminal lainnya
(S, L, dan IG).
4. Lepaskan sabuk (tali kipas) penggerak
alternator dengan terlebih dahulu
mengendorkan dan melepas baut
penyetel ketegangan tali kipas dan
menekan alternator ke arah mesin
sehingga tali kipas kendor dan mudah
dilepas.
28
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
29
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
2. Mengetes Hubungan Terminal
Pengujian pada dioda positif dilakukan dengan menggunakan
ohmmter dan men gecekhubungan antara terminal B dan N. (1)
Hubungkan kaki positif ohmmeter (ana log) ke terminal B dan kaki
negatif ke terminal N. Jika dioda normal, maka jarum ohmmeter
akan menunjuk pada nilai tahanan tertentu. (2) Balikan posisi kaki
ohmmeter terhadap terminal yang diuji, maka tidak terdapat
hubungan antara kedua terminal tersebut. Kedua hasil pengujian
tersebut menunjukkan dioda dalam kondisi baik. Apabila hasil
pengukuran tidak sesuai dengan hasil pada langkah (1) dan (2),
maka dioda rusak. Catatan : Jika pengukuran menggunakan ohm
meter digital, jika dioda dalam keadaan baik, maka pada pengujian
(1) hasilnya ohmmeter tidak menunjuk dan pada pengujian (2)
ohm meter akan menunjukan adanya hubungan.
Periksa hubungan antara slip ring dan bodi rotor. Ini untuk
mengetahui kebocoran atau hubungan singkat antara kumparan
rotor dan massa. Hasilnya adalah harus tidak ada hubungan. Jika
ada, ganti rotor.
Periksa slip ring dari kemungkinan retak atau kasar. Bila ada retak
dan kasar yang berlebihan, maka ganti rotor. Periksa diameter slip
ring dengan jangka sorong. Ukuran harus berkisar 32,3 sampai
32,5 mm dengan limit 32,1 mm (atau lihat spesifikasi dari pabrik
jika alternatornya berbeda). Jika melebihi limit, ganti rotor.
31
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
3. Memeriksa Kumparan Stator
Periksa hubungan antar ujung kumparan pada kumparan stator.
Lakukan pada semua kumparannya. Antar ujung kumparan harus
terdapat hubungan. Jika tidak, ganti stator.
32
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
3. Memeriksa Sikat
Dengan menggunakan jangka sorong, ukur panjang sikat.
Standar 12,5 mm, limit 5,5 mm. Jika panjang sikat kurang dari
limit, ganti sikat dengan melepas solderan sehingga sikat
dan pegasnya dapat dilepas.
33
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
3. Memeriksa Dioda
Periksa dioda positif dengan menghubungkan kaki positif tester
(analog) ke baut terminal B dan kaki negatif baterai ke tiap
kaki-kaki dioda. Hasilnya harus menunjukan ada hubungan.
34
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR
3. Memeriksa Dioda
Periksa dioda negatif dengan menghubungkan kaki negatif
tester (analog) ke baut terminal E (massa) dan kaki positif
baterai ke tiap kaki dioda. Hasilnya harus menunjukan adanya
hubungan.
35
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN REGULATOR
Identifikasi warna kabel berdasarkan pada posisi/letak, warna kabel
dan simbol huruf.
Tujuan untuk memudahkan merangkai sistem kelistrikan
berdasarkan pada EWD.
36
PEMERIKSAAN KOMPONEN – KOMPONEN REGULATOR
37
GANGGUAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN IC
PEMERIKSAAN DAN
PERMASALAHAN PENYEBAB
PERBAIKAN
Lampu pengisian (CHG) tidak menyala 1. Sekering Putus; 1. Periksa sekering pengisisan, kunci
saat Kunci Kontak ON Mesin Mati 2. Lampu pengisian putus; kontak;
3. Soket-soket kendor; 2. Ganti lampu pengisian;
4. Relay Rusak; 3. Periksa penurunan tegangan pada
5. Regulator Rusak. rangkaian, kuatkan jika ada
soket/sambungan yang kendor
4. Periksa kerja Relay
5. Periksa output altenator
Lampu pengisian nyala saat mesin 1. Tali kipas kendor/aus; 1. Periksa tegangan kali kipas dan
hidup; baterai overcharge/undercharge 2. Baterai dan sambungan lakukan penyetelan jika diperlukan
bermasalah; serta pengantian jika retak atau
3. Sekering atau fisiblelink putus aus
2. Periksa baterai dan
sambungannya
3. Periksa sekering dan fisible link
ganti jika diperlukan
4. Periksa output sistem pengisian
dan kerja komponen
5. Periksa penurunan tegangan
Timbul suara berisik 1. Tali kipas kendor atau aus; 1. Periksa tali kipas, periksa atau
2. Bantalan altenator aus setel jika diperlukan;
3. Dioda bermasalah 2. Periksa bantalan, ganti jika sudah
aus;
3. Periksa dioda dan altenator, ganti
jika mengalami kerusakan
38
DIAGRAM ALIR GANGGUAN SISTEM PENGISIAN IC
39
KONSTRUKSI ALTENATOR MODEL IC
40
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR
41
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR
42
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR
43
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR
11
12
44
LANGKAH – LANGKAH PEMBONGKARAN ALTENATOR
45
PENGETESAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR IC
PEMERIKSAAN ROTOR
Periksa kumparan rotor untuk mengetahui kontinyuitas
(hubungan) kumparan. Gunakan ohm meter untuk
mengukur dengan menempatkan kaki -kaki tester kedua
slip ring. Tahanan standar pada suhu 200C adalah 2,7
sampai 3,1 ohm. Jika tidak terdapat hubungan, ganti rotor.
46
PENGETESAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR IC
PEMERIKSAAN STATOR
47
PENGETESAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR IC
PEMERIKSAAN BRUSH (SIKAT)
Periksa panjang sikat dengan menggunakan
jangka sorong. Standarnya adalah 10,5 mm
dan limitnya adalah 1,5 mm. Jika panjang sikat
kurang dari limit maka sikat harus diganti.
49
PENGETESAN KOMPONEN – KOMPONEN ALTENATOR IC
PEMERIKSAAN BANTALAN
Periksa bantalan depan dari kemungkinan kasar,
berat atau aus.
Jika diperlukan ganti bantalan dengan terlebih dahulu
membuka empat sekerup penahan bantalan kemudian
tekan bantalan dengan kunci sock 17 mm. Gunakan
pres jika susah dilepas.
Pasang bantalan baru kemudian pres dengan SST
kemudian pasang empat sekerup penahan dengan
momen pengencangan 2,6 Nm.
50
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN ALTENATOR
51
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN ALTENATOR
52
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN ALTENATOR
11
12
54
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN ALTENATOR
56
EVALUASI PORTOFOLIO DAN KINERJA
57
SEKIAN
TERIMA KASIH
58