(Studi Tematik)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir III
Oleh:
Okky Octaviana
(1181030136)
2
Abstrak
i
PENDAHULUAN
1
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tafakkur
Secara bahasa, tafakkur berasal dari akar kata tafakkara
yatafakkaru tafakkuran dengan kata dasarnya fakkara yang artinya
berpikir.1
2
Kedua, tentang perbuatan taat. Kita layak bertanya apakah shalat
fardhu kita sudah sempurna kita tunaikan? Kita berpikir bagaimana
menyempurnakan shalat fardhu dengan shalat sunah, kita berpikir
tentang keutamaan dan fadilah berbuat taat. Pada akhirnya, kita
memiliki azam yang kuat untuk tak absen pada ketaatan.
Ketiga, tentang sifat-sifat yang membinasakan. Imam Ghazali
menerangkan, sifat yang membinasakan tempatnya di kalbu. Lantas
kita harus bertanya, apa saja sifat membinasakan yang saat ini
nyaman tinggal di kalbu kita? Sombongkah, iri, riya, kikir, nafsu
syahwat, marah, atau buruk sangka masih berjubel menyesakkan
kalbu.
Tafakur adalah diagnosis penyakit kalbu. Secepat kita tahu apa
penyakit, kita lebih paham apa obatnya.
Terakhir, berpikir tentang sifat-sifat yang menyelamatkan. Tobat,
sabar, syukur, takut, harap, zuhud, ikhlas, dan sifat-sifat yang
menenangkan adalah penyelamat. Mengetahui sifat-sifat yang
menyelamatkan ini penting. Kita harus memproduksi semua
kebaikan dan menyediakan semuanya dalam gudang penyimpanan
di hati. Lalu saat kita membutuhkan penawar, tinggal kita keluarkan
sifat yang kita butuhkan saat itu. Berbelanja sifat yang
menyelamatkan akan ada hasilnya jika kita sudah memproduksinya.
Bagaimana mungkin kita akan mengambil sifat sabar saat ditimpa
musibah, padahal kita sama sekali tak mengenal bagaimana sabar
itu bekerja.
3
“supaya kalian berfikir” adalah agar kalian berfikir dalam urusan Dunia
dan Akhirat. Maka kalian menghindari apa-apa yang mengundang bala’
dan keburukan di dunia dan akhirat, sekaligus agar kalian berpegang
teguh dengan akhlak dan kebaikan, memahami yang maslahat dan yang
bermanfaat, sehingga kalian mendatangi apa yang paling baik bagi
kalian dan meninggalkan apa yang membahayakan.
4
tersembunyi di dalam diri, mengetahui tipu daya setan, dan
menyadari bujuk rayu duniawi. Umar bin Abdul Aziz berkata:
“tafakur tantang nikmat-nikmat Allah termasuk di antara ibadah
yang paling agung.”
Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur dan
berzikir. Sa’id Hawa dalam Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus
mengulas surat Ali Imran 190-191: “Dari ayat ini kita memahami
bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan
perpaduan antara zikir dan fikir pada diri manusia. Apabila kita
mengetahui bahwa kesempurnaan akal berarti kesempurnaan
seorang manusia, maka kita bisa memahami peran penting dzikir
dan fikir dalam menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu, para
ahli suluk yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah senantiasa
memadukan antara zikir dan fikir di awal perjalanannya menuju
Allah. Sebagai contoh, di saat bertafakur tentang berbagai hal,
mereka mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.”
2. Kesehatan mental
Kesehatan mental menurut WHO adalah suatu kondisi sejahtera
dimana individu dapat merealisasikan pendapatnya, dan melakukan
coping terhadap tekanan hidup yang normal, bekerja dengan produktif
dan memiliki kontribusi dalam kehidupan di komunitasnya.
5
Pada umumnya setiap orang diberikan kesehatan mental, akan
tetapi pada beberapa orang yang sulit mengendalikan mentalnya karena
beban psikis yang dialaminya, secara tidak langsung hal tersebut
merubah kepribadiannya, karena jiwanya merasa terganggu dengan
adanya beban psikis tersebut yang akhirnya mengganggu ketenangan
hidupnya.
3. Penafsiran Ayat-Ayat
6
Mengenai kajian ulumul qur’an yang penulis ketahui, ayat ini
menggunakan kata “aamanu” tidak “annasu”, karena keyakinan akan
membuahkan dan menimbulkan bekas pada hati dan ingatan.
Penjelasan berikut ini berasal dari Marwan Hadidi bin Musa yang
menafsirkan q.s Al-Fath sebagai berikut :
7
hamba-Nya ialah dengan memberikan suasana hati yang tenang,
tentram, karena dengan begitu, seorang muslim akan dapat memikirkan
segala sesuatunya dengan jernih dan rasional. Sampai menemukan
keyakinan yang kuat kepada Rabb-Nya bahwa semua yang terjadi
padanya merupakan bagian dari kasih sayang Allah pada dirinya, dan
Allah ingin memberikan kebaikan pada dirinya. Maka beruntunglah
orang-orang yang senantiasa diberikan ketenangan karena itulah salah
satu kunci dalam menggapai Ridho Allah swt.
8
Dalam tafsir Ibnu Katsir, mengenai firman-Nya dan Kami
turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman. Qatadah mengatakan jika orang mukmin
mendengarnya, niscaya ia akan memperoleh manfaat, menghapalnya
bahkan menyadarinya.
7
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Syeikh, Lubaabut
Tafsir Min Ibni Katsiir, Mu-assah Daar al-Hilaal Kairo, 1994 hal 207
8
Rohmatullah, Skripsi, Syif Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif M. Quraish
Shihab,, Fakhrudin Ar-Razi dan Ibnu Katsiir) Jurnal Skripsi Vol. ( Curup : IAIN Curup,
2019), hal 65
9
Rohmatullah, Skripsi, Syif Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif M. Quraish
Shihab,, Fakhrudin Ar-Razi dan Ibnu Katsiir) Jurnal Skripsi Vol. ( Curup : IAIN Curup,
2019), hal 67
9
Q.S Yunus ayat 57
10
empat fungsi Al-Qur’an . Yang pertama, keberadaan Al-Quran sebagai
mauidzah ataupun pelajaran dari Allah, kedua Al-Qur’an sebagai syif
atau obat terhadap penyakit hati, ketiga Al-Qur’an sebagai petunjuk dan
keempat Al-Qur’an sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Berikutnya akan kita telusuri makna dari syif atau obat dalam ayat
ini apakah hanya dalam konteks bathiniah saja atau bisa juga dalam arti
lahiriah. Jika kita analisis pendapat dari para mufassir diatas, M.
Quraish Shihab dan Ibnu Katsir sepakat dengan tidak ada masalah yang
serius jika term syif ini diartikan sebagai obat hati.akan tetapi Fakhrudin
Ar-Razi memiliki pandangan berbeda, yakni selain sebagai obat dari
11
Rohmatullah, Skripsi, Syif Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif M. Quraish
Shihab,, Fakhrudin Ar-Razi dan Ibnu Katsiir) Jurnal Skripsi Vol. ( Curup : IAIN Curup,
2019), hal 76
12
Rohmatullah, Skripsi, Syif Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif M. Quraish
Shihab,, Fakhrudin Ar-Razi dan Ibnu Katsiir) Jurnal Skripsi Vol. ( Curup : IAIN Curup,
2019) hal 84
11
penyakit hati, Al-Qur’an juga bisa digunakan dalam bebagai macam
penyakit fisik, dengan alasan kedekatan hubungan fisik dan ruhnya.
KESIMPULAN
Tafakkur merupakan kegiatan berpikir yang melahirkan ketenangan
dan ketentraman didalam hati manusia, sehingga orang memiliki tingkat
stress yang tinggi disarankan untuk banyak banyak melakukan tafakkur.
Keadaan jiwa yang tenang, akan membuahkan pemikiran yang jernih dan
penuh dengan opsi-opsi lainnya, sebaliknya keadaan jiwa yang stress,
penuh dengan tekanan akan membuat seseorang menjadi terkena gangguan
psikis, contohnya karena terlalu berat ujian hidup yang ia pikul sampai
muncul keyakinan bahwa ia sendirian, tidak punya tempat untuk bernaung
untuk mengadu, gangguan semacam ini harus segera diatasi supaya tidak
terlalu parah hingga menyebabkan depresi. Dalam kehidupan, adakalanya
kita berbuat baik dan berbuat maksiyat. Dalam rangka memeriksa nya ,
maka prlu adanya waktu untuk sekedar mencocokkan antara petunjuk (Al-
Qur’an dan Sunnah) dengan kenyataan apa yang kita lakukan, apakah
sudah sesuai tuntun Islam atau belum. Dalam proses berpikir juga kita tahu
bahwa ada dzat yang lebih besar dari pada masalah kita, Dialah yang
memberikan masalah kepada kita, Dia juga yang menyelesaikan masalah
kita, maka apabila kita bertafakkur, alangkah baiknya jika sampai kepada
keyakinan bahwa semua yang terjadi telah direncanakan dan apa yang
menimpanya pasti bagian dari rencana-Nya dan sudah tentu yang teraik
untuknya. Sehingga dalam menghadapi masalah apapun, hatinya akan kuat
dan siap mnerima konsekuensi-konsekuensi yang harus ia jalani.
12
DAFTAR PUSTAKA
Warni, Skripsi, Dzikir dan Kesehatan Mental (Studi Al-Qur’an Surat Ar-
Ra’du Ayat 28 dalam Tafsir Al-Azhar), Jurnal Skripsi Vol. Lampung :
IAIN Raden Intan Lampung, 2017.
13
Wildan, Ahmad. Skripsi : Peranan Dzikir dan Tafakkur Dalam
Mewujudkan Stabilitas Emosi, Jurnal Skripsi Vol. Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
14