Anda di halaman 1dari 23

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG IBLIS DAN SETAN

Makalah

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir III

Dosen Pengampu :

Asep Abdul Muhyi, M.Ag

Disusun oleh : Kelompok 7

Nabila Nurul Habibah (1181030120)

Nurain Nasuha Bt. Rosmi (1181030129)

Okky Octaviana (1181030136)

Sofi Sofiya (1181030167)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020/1441 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan


nikmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Tafsir Ayat-Ayat Tentang Iblis dan Setan. Sholawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman Jahiliyyah ke zaman yang terang benderang.
Makalah ini kami susun secara maksimal dengan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kami membutuhkan banyak sekali saran serta
masukan pembaca agar suatu saat kami mampu membuatnya dengan lebih baik.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, 2 Juni 2020

Penulis
Kelas IAT 4 C

DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akibat dari eksistensinya yang selalu mengganggu dan menyesatkan


manusia dari jalan kebenaran, perlu adanya pembahasan yang mendalam
mengenai iblis dan setan, supaya kita sebagai manusia dapat berhati-hati dan
lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai macam godaannya.
Berbagai macam pula cara yang mereka lakukan untuk dapat mencapai
tujuannya , yakni dengan mendatangi manusia dari segala penjuru, baik depan,
belakang, kanan dan kiri.

Iman manusia sejatinya naik turun, boleh dikatakan kita tidak terlalu
khawatir apabila iman sedang naik, walaupun begitu, kita tetap harus meminta
perlindungan kepada Allah. Akan tetapi, ketika iman kita sedang lemah, baik
iblis maupun setan akan dengan sangat mudah masuk dan menghasut manusia
dari jalan-Nya yang lurus. Oleh karena itu dengan dibuatnya makalah ini,
penulis berharap dapat menambah keyakinan penulis, umumnya pembaca
bahwasanya iblis dan setan benar-benar musuh yang nyata sehingga
diperlukan kekuatan baik dari diri sendiri juga kekuatan do’a, karena sampai
akhir hayat pun, takkan ada henti-hentinya iblis dan setan menggoda manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan


diteliti adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui Apa Itu Iblis dan Setan.

2. Mengetahui Tafsiran Ayat-Ayat Tentang Iblis dan Setan

3. Mengetahui Makna Yang Terkandung Dalam Ayat-Ayat Tersebut

1.3 Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah :

1. Untuk mengetahui apa itu Iblis dan Setan

2. Untuk memahami tafsiran ayat-ayat tentang Iblis dan Setan.


3. Untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam penafsiran ayat-
ayat tersebut.

1.4 Manfaat Makalah

Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap, pembaca dapat


memahami nya dengan baik, dan mengambil pelajaran darinya, lebih-lebih
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, menambah kehati-hatian dan
juga keimanan, supaya apapun bentuk godaan baik dari Iblis maupun setan
sedikitnya dapat dihindari.
BAB 2

PEMBAHASAN

Pengertian Iblis dan Setan .1

 Pengertian Iblis

Iblis, secara akar katanya berasal dari bahasa Arab ablasa yang berarti
berputus asa, alternatif lain berasal dari kata balasa yang berarti tiada
kebaikannya.1

Salah satu Mufassir memberikan pandangannya prihal iblis, ialah hamka,


ia mengatakan bahwa Iblis adalah musuh manusia yang berupa roh jahat yang
tidak mau sujud bersama malaikat ketika diperintah Allah swt. untuk sujud kepada
Adam as. Iblis juga merupakan takdir yang ditentukan Allah swt. dalam iradad-
Nya sebagai bukti akan kekayaan Allah. Juga merupakan keyataan bahwa setiap
ada kebaikan, akan ada keingkaran, kejahatan dan kekufuran.2 Ketika kita pahami,
dengan kekayaan-Nya, mengapa Allah mencipatakan kejahatan juga kemungkaran
disamping Ia menciptakan kebaikan, mengapa tidak yang baik-baik saja yang
Allah ciptakan. Disini patut kita pahami bahwasanya kita tidak akan tahu yang
baik jika tidak ada yang jahat, maka dengan kesempurnaannya, Ia mencipatakan
segala sesuatunya dengan matang, sesuai dengan kodrat manusia yang diberikan
potensi untuk melakukan kebaikan atau kejahatan. Jika cenderung selalu berbuat
baik, maka ia termasuk orang yang sukses dalam melawan hawa nafsu yang kerap
kali dihembuskan oleh iblis, atau malah cenderung selalu berbuat kejahatan, maka
kuat dugaan ia telah tergoda oleh bujuk rayu iblis yang maunya mengajak
manusia pada jalan kesesatan.

Akan tetapi, ada dua pendapat yang menjelaskan siapa itu iblis, apakah ia
ternasuk golongan malaikat atau golongan jin. Perbedaan pendapat ini berkisar
pada penafsiran kata ististna, yaitu illa3 yang terdapat pada surat-surat diantaranya
Al-Baqarah 34, Al-A’raf 11, Al-Kahfi 50 dan lain lain.

1
Heryadi, Tinjauan Al-Qur’an Terhadap Godaan Iblis dan Setan Menurut Hamka dalam
Tafsir Al-Azhar, Medina-te, VOL.16, NO.1, Juni 2017. Hal 96
2
Heryadi, Tinjauan Al-Qur’an Terhadap Godaan Iblis dan Setan Menurut Hamka dalam
Tafsir Al-Azhar, Medina-te, VOL.16, NO.1, Juni 2017. Hal 96

3
Anisah Setyaningrum, Iblis dan Upaya dalam Menyesatkan Manusia Dalam Perspekif
Al-Qur’an, Hermeneutik, Vol. 7, No. 1, Juni 2013. Hal 125
Pendapat pertama, yang mengatakan bahwa jin termasuk golongan
malaikat, menafsirkan kata illa dalam kalimat illa ibliis, sebagai “kecuali”.
Karena kata pengecualian pada hakekatnya meniscayakan jenis yang sama dengan
yang dikecualikan. Ini menunjukkan bahwa iblis termasuk dari golongan
malaikat.

Pendapat kedua dari mereka yang menggolongkan iblis sebagai jin, kata
illa merupakan ististna munqathi’ yang harus diartikan tetapi bukan kecuali. 4
Maka apabila diartikan sebagai tetapi, hal ini menunjukkan sebuah perbedaan baik
dalam segi substansi maupun hakikat.

Pendapat kedua ini didukung oleh hadis dari Aisyah yang di riwayatkan
oleh Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda :

“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan
Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.”

 Pengertian Setan

Setan secara bahasa berasal dari kata syatana, yang artinya merenggang,
menjauh dan yang amat jauh. Diantara sifat yang dimilikinya ialah mampu
mempengaruhi manusia. Setan juga diangap sebagai lambang atau wujud
kejahatan. Segala hal yang ia lakukan tidak lain hanyalah untuk membawa
manusia pada perkara yang buruk dan mungkar.5

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Q.S Al-An’am 112

Md. Ali Alhamidy, dalam skripsi yang penulis kutip, memaparkan


bahwasanya Iblis dan setan itu sebenarnya satu jenis, hanya dibedakan sebutannya
saja, jika sedang atau bersikap mengganggu manusia, dinamakan setan, jika
sedang dalam keadaan biasa dinamakan Iblis. Lebih jauh, Muhammad Isa Daud
mengatakan bahwa iblis bukan nenek moyang jin, tetapi iblis adalah keturunan

4
Anisah Setyaningrum, Iblis dan Upaya dalam Menyesatkan Manusia Dalam Perspekif
Al-Qur’an, Hermeneutik, Vol. 7, No. 1, Juni 2013. Hal 127
5
Habib Hermawan, Skripsi : Jin, Setan dan Iblis Dalam Tafsir Departemen Agama RI,
Jurnal Vol. (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018). Hal 4
jin. Sedangkan iblis adalah nenek moyang setan. Kemudian dikatakan setan
adalah jin, tetapi tidak semua jin adalah setan. Setan adalah keturunan dari
perkawinan antara iblis dengan jin perempuan yang menjadi pengikutnya6

Berikut ini adalah beberapa ayat- ayat Al-Qur’an yang akan penulis bahas
tentang iblis dan setan.

 (Q.S Al-Kahfi : 50)


 (Q.S Al-An’am : 112-113)
 (Q.S Thaha : 117)
 (Q.S Al-A’raf : 16-17)
 (Q.S Fathir : 6)
 (Q.S Al-A’raf : 27)
 (Q.S Al-Baqarah : 275)
 (Q.S Fushilat : 25)
 (Q.S Al-A’raf : 21)
 (Q.S An-Nahl : 63)
 (Q.S An-Nisa : 120)
 (Q.S Al-Baqarah : 168)
 (Q.S Al-Baqarah : 208)

2.2 Penafsiran Ayat

 (Q.S Al-Kahfi : 50)

 (Q.S Al-an’am:112-113)

6
Rofiuddin, Skripsi : Setan Dalam Perspektif Al-Qur’an (Sebuah Kajian Tematik), Jurnal
Skripsi Vol. (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2016) hal 14-15
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-
setan  (dari jenis)  manusia dan (dari jenis)  jin, sebagian mereka membisikkan
kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk
menipu  (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan
akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka senang kepadanya dan supaya
mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan”.

Ayat ini berkedudukan sebagai badal dari firman-Nya yang


mengatakan, ’Aduwwan (musuh). Dengan kata lain, para nabi itu mempunyai
musuh dari setan-setan yang dari kalangan manusia dan jin. Definisi setan ialah
setiap orang yang berbeda dengan sejenisnya karena kejahatannya. Dan tiada yang
memusuhi para rasul melainkan hanya setan-setan dari kalangan manusia dan jin.
Semoga Allah melaknat dan memburukkan mereka.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari


Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: setan-setan (dari jenis) manusia
dan (dari jenis) jin. (Al-An'am: 112) Bahwa dari kalangan makhluk jin terdapat
setan-setan, dan dari kalangan manusia terdapat setan-setannya pula; sebagian dari
mereka membisikkan (mengilhamkan) kepada sebagian yang lain.

Allah ta’ala berfirman, sebagaimana telah kami jadikan untukmu wahai


muhammad, musuh-musuh yang menentang, memusuhi dan melawan-mu, kami
juga menjadikan musuh-musuh bagi nabi sebelum dirimu, oleh karena itu,
hendaklah semua hal itu tidak menjadikanmu bersedih. Sebagaimana Allah
berfirman ‫ب أَلِ ٍيم‬
ٍ ‫ا‬PPPَ‫ َر ٍة َو ُذو ِعق‬PPPِ‫ ُذو َم ْغف‬PPPَ‫ك ل‬ َ PPPِ‫ ِل ِمن قَ ْبل‬PPP‫ َل لِلرُّ ُس‬PPP‫ ْد قِي‬PPPَ‫ا ق‬PPP‫ك ِإاَّل َم‬
َ َّ‫ك ۚ إِ َّن َرب‬ َ PPPَ‫ا ُل ل‬PPPَ‫َّما يُق‬
Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa
yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu.
Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang
pedih (fushilat:43). waraqah bin naufal pernah berkata kepada rasulullah:
“sesungguhnya tidak ada seorangpun datang membawa seperti yang engkau bawa,
melainkan mendapat perlawanan.”

Firman-Nya, ‫س َو ْال ِج ّن‬


ِ ‫يَا ِطينَ اإْل ِ ْن‬PP‫“ َش‬setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari
jenis) jin” merupakan badal (pengganti) dari kata sebelumnya, ‫ ُد ًّوا‬P‫( َع‬musuh).
dengan pengertian mereka mempunyai musuh yang berasal kalangan syaitan, baik
berupa jin maupun manusia. Syaitan itu sendiri berarti segala sesuatu yang
menyimpang dari tabiatnya berupa kejahatan. Dan tidak ada yang memusuhi para
rasul melainkan syaithan-syaithan, baik dari jenis manusia ataupun jin, semoga
mereka dihinakan dan dilaknat oleh Allah.
Firman Allah, ‫ رُورًا‬PPP‫وْ ِل ُغ‬PPPَ‫ رُفَ ْالق‬PPP‫ْض ُز ْخ‬
ٍ ‫هُ ْم إِلَى بَع‬PPP‫ْض‬
ُ ‫و ِحي بَع‬PPPُ‫ ي‬sebagian mereka
membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah
untuk menipu (manusia) Artinya, sebagian dari syaithan-syaithan itu
menyampaikan kepada sebagian lainnya kata-kata indah dan mempesona, yaitu
dibumbui dengan hal-hal menarik yang dapat memperdaya pendengarnya yang
tidak mengerti tipu daya nya.

Firman Allah, ‫وه‬PPُ‫ا فَ َعل‬PP‫ا َء َربُّكَ َم‬P‫وْ َش‬PPَ‫ َول‬Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya
mereka tidak mengerjakannya Maksudnya, semua itu terjadi karena takdir
ketetapan dan kehendak Allah, bahwa setiap nabi memiliki musuh berupa
syaithan-syaithan tersebut. ‫ فَ َذرْ هُ ْم‬maka tinggalkanlah, artinya biarkan saja mereka
itu. َ‫ َو َما يَ ْفتَرُون‬dan apa yang mereka ada-adakan, yaitu apa yang mereka dustakan.
Maksudnya, biarkan saja hal-hal yang menyakitkan, yang dilakukan mereka
tersebut, dan bertawakkallah kepada Allah atas permusuhan mereka itu,
sesungguhnya cukuplah Allah sebagai penolong dan pelindungmu atas mereka.

Firman-Nya, ‫ َولِتَصْ غَى إِلَ ْي ِه‬, menurut ibn ‘Abbas: “agar condong kepadanya” ُ‫أَ ْفئِ َدة‬
‫ الَّ ِذينَ اَل ي ُْؤ ِمنُونَ بِاآْل ِخ َرة‬Yaitu akal, hati, dan telinga mereka cenderung pada bisikan
tersebut. ُ‫ضوْ ه‬ َ ْ‫ َولِيَر‬yaitu agar mereka suka dan menghendakinya. Mengenai firman-
Nya, َ‫ َولِيَ ْقت َِرفُوا َما هُ ْم ُم ْقت َِرفُون‬Ali bin abu thalhah mengatakan dari ibnu ‘Abbas: “agar
mereka mengusahakan apa yang mereka usahakan.” sedangkan assaudi dan ibnu
zaid berkata : “agar mereka mengerjakan, apa yang mereka kerjakan.”7

 (Q.S Thahaa:117)

117. “Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh
bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan
kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka”.

َ‫ا َد ُم إِ َّن ٰهَ َذا َعد ٌُّو لَّكَ َولِ َزوْ ِجك‬Pََٔ‫ فَقُ ْلنَا ٰيَٓٔـ‬Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh
bagimu dan bagi isterimu, Yaitu hawa. ‫ فَاَل ي ُْخ ِر َجنَّ ُك َما ِمنَ ْٱل َجنَّ ِة فَتَ ْشقَى‬maka sekali-kali
janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan
kamu menjadi celaka. Maksudnya berhati-hatilah kamu, jangan sampai iblis itu
mengeluarkanmu dari surga, sehingga kamu akan susah, payah dan sengsara

Shalah ‘Abdul Fattah al-Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3.3, Jakarta Timur
7

:Maghfirah Pustaka, 2016-2017, Hal 277


dalam mencari rizkimu. Sesungguhnya disini (surga), kamu dapat hidup dengan
senang lagi tenang tanpa bebasn dan kesulitan.8

Artinya, bersikap waspadalah kamu terhadapnya. Dia akan berusaha


mengeluarkan kamu dari surga, yang akibatnya kamu akan hidup payah, lelah,
dan sengsara dalam mencari rezekimu. Karena sesungguhnya kamu sekarang di
surga ini dalam kehidupan yang makmur lagi nikmat, tanpa beban dan tanpa
bersusah payah.

 (Q.S Al-A’raf 16 – 17)

16. iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus, 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

 (Q.S Al-A’raf : 16)

Didalam kittab tafsir Ibnu Katsir disebutkan :

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa setelah Allah memberikan


tangguh kepada Iblis “sampai pada waktu mereka dibangkitkan.” Dan iblis
benar-benar merasa yakin akan penangguhan yang Allah janjikan, maka ia pun
benar-benar yakin pula untuk melawan dan durhaka, sambil berkata “Karena
Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan menghalang-halangi
mereka dari jalan-Mu yang lurus.” Maksudnya sebagaimana Engkau telah
menjadikanku tersesat. Sebagian ulama laain berpendapat “sebagaimana Engkau
telah membinasakanku, maka akupun akan menghadang hamba-hamba-Mu yang
Engkau ciptakan dari keturunan Adam, dimana dengan sebab dia, Engkau
menjauhkanku dari “Jalan-Mu yang lurus”. Yaitu jalan kebenaran dan
keselamatan. Dan aku juga akan menyesatkan hamba-hamba-Mu agar mereka
tidak menyembah dan mengesakan-Mu, karena Engkau telah menyesatkanku.

8
Shalah ‘Abdul Fattah al-Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5.3, Jakarta Timur :
Maghfirah Pustaka, 2016-2017, Hal 422
Sebagian ulama nahwu berpendapat huruf “ba” disini ialah kata sumpah,
seolah-olah ia mengatakan “karena Engkau telah menyesatkanku, maka aku
benar-benar akan menghalang-halangi anak cucu Adam dari jalan-Mu yang lurus.

Mengenai “Shiratul Mustaqiim” Ibnu Jarir mengemukakan bahwa yang


dimaksud “Shiratul Mustaqiim” itu lebih umum dari itu semua. Yaitu (lebih
umum dari) jalan kebenaran dan jalan keselamatan.

Hal ini didasarkan pada hadis dari Sirah bin Abi al-Fakih yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, ia berkata, aku pernah mendengar bahwa
Rasulullah saw. bersabda :

“Sesungguhnya syaithan itu menghadang anak Adam disemua jalannya.


Ia menghadang ketika akan masuk Islam, dimana ia berbisik: “Apakah
engkau akan masuk Islam dan meninggalkan agamamu dan agama agama
nenek moyangmu?” Namun anak Adam itu tidak menghiraukannya dan
tetap masuk Islam. Lalu (ia) menghadang ketika anak Adam akan hijrah,
dimana ia berbisik “Apakah engkau akan berhijrah meninggalkan tanah
airmu? Sesungguhnya perumpamaan orang yang berhijrah itu seperti
kuda yang lari tidak tahu kemana akhirnya.” Maka anak Adam itupun
tetap tidak menggubrisnya dan tetap berhijrah. Selanjutnya, iblis
menghadang anak Adam ketika hendak pergi berjihad, yaitu jihad
memerangi hawa nafsu dan mengorbankan harta benda. Maka si Iblis itu
berkata “engkau akan berperang dan akan terbunuh lalu istrimu
dikawini orang lain dan kekayaanmu dibagi-bagi. Maka anak Adam itu
menentangnya dan berjihad. Lebih lanjut Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa diantara mereka yang berbuat seperti itu lalu mati, maka
suatu kewajiban bagi Allah untuk memasukkannya kedalam surga. Jika ia
terbunuh maka suatu kewajiban bagi Allah untuk memasukkannya
kedalam surga. Jika ia terbunuh, maka suatu kewajiban bagi Allah untuk
memasukkannya ke surga. Jika ia tenggelam, maka suatu kewajiban bagi
Allah untuk memasukkannya kedalam surga. Atau jika ia dijatuhkan oleh
tunggangannya, maka suatu kewajiban bagi Allah untuk memasukkannya
ke surga”. (H.R Ahmad)

Hal ini memberikan peahaman kepada kita bahwa sifat sombong dan
merasa diri lebih baik dari orang lain merupakan sifat yang dibenci oleh Allah
swt. betapa tidak, Rasululullah saw. sampai bersabda “Tidak akan masuk surga
orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji debu.” (H.R Muslim).
Dalil ini menguatkan bahwasanya surga anti dengan adanya kesombongan,
bahkan sebesar biji debu , dalam riwayat lain sebesar biji sawi. Dengan
mengetahui prihal tujuan iblis ini, penulis berharap kita bisa lebih berhati-hati lagi
dengan iblis dan setan yang tidak akan henti-hentinya menggoda kita hingga kelak
nyawa tepat berada dikerongkongan.

 (Q.S Al-A’raf : 17)

“Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka” Ali bin Abi
Thalhah mengatakan dari Ibnu Abbas, ia berkata maksudnya iblis berkata Aku
akan jadikan mereka ragu akan kehidupan akhirat mereka. “dari belakang
mereka” maksudnya aku akan menjadikan mereka cinta kepada dunia mereka.
“dan dari sebelah kanan mereka”maksudnya aku akan menjadikan urusan agama
mereka samar-sama prihal agama. “dan dari sebelah kiri mereka” maksudnya
aku akan jadikan mereka menyukai kemaksiatan.

Kemudian terusan ayat-Nya “dan Engkau tidak akan mendapati


kebanyakan mereka bersyukur (taat). Ali binAbi Thalhah mengatakan dari Ibnu
Abbas, ia berkata maksud bersyukur ialah meng-Esakan-Nya.9

Menurut Hamka, dalam tafsirnya Al-Azhar , dari segala penjuru iblis akan
datang menghalangi manusia dari jalan yang lurus, dan tidak akan membiarkan
manusia berada dijalan tersebut dengan mudah, sehingga akn kita dapati banyak
manusia yang tidak bersyukur kepada Allah . iblis melihat jika sekedar
menghalangi dan menghadang anak cucu Adam menempuh jalan yang lurus
belum cukup, maka mereka akan mendatangi manusia dan menggodanya dari
segala penjuru, baik depan , belakang , kanan dan kiri. Lalu mengapa iblis tidak
datang dari atas ? kuat dugaan itu adalah tempat turunnya rahmat, ucap Ibnu
Abbas.10

Sudah cukup jelas dari analisis tafsir diatas bahwasanya dengan cara
mendatangi manusia dari segala penjuru arah, iblis bertujuan untuk membuat
manusia supaya tidak taat dan tidak bersyukur kepada Allah.

 (Q.S Fathir : 6)

9
Shalah ‘Abdul Fattah al-Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5.3, Jakarta Timur :
Maghfirah Pustaka, 2016-2017. Hal 356-358
10
Heryadi, Tinjauan Al-Qur’an Terhadap Godaan Iblis dan Setan Menurut Hamka dalam
Tafsir Al-Azhar, Medina-te, VOL.16, NO.1, Juni 2017. Hal 98
6. “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia
musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

: Didalam tafsir baydawy11 disebutkan

“Sesungguhnya syaitan adalah musuh bagimu” maksudnya musuh lama yang


umum bagimu. Maka anggaplah ia musuh(mu) dalam aqidah, perbuatan kalian
dan kalian harus waspada terhadapnya dalam semua (setiap) urusan kalian.
“Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” Ini merupakan penetapan untuk
memusuhi dan menjelaskan tujuan yang dimiliki oleh syaitan tersebut dalam
rangka ajakannya untuk mengikuti hawa nafsu dan ketergantungan terhadap
dunia.

Allah telah memberitahukan kepada kita bahwa setan itu adalah musuh kita dari
sejak lama, dan memerintahkan kita untuk memusuhinya karena tidak lain
tujuannya ialah membuat kita lalai, menuhankan hawa nafsu, menomersatukan
dunia yang pada akhirnya membawa manusia pada kesesatan dan bersama-sama
dengannya didalam neraka.

 (Q.S Al-A’raf : 27)

27. “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
11
Nasiruddin Abi A-Khoir Abdullah bin Umar bin Muhammad Asy-Syaerozi Asy-Syafi’i
Al-Baydawy, Anwaru At-Tanzil wa Asroru At-Takwil Al-Ma’ruf Bitafsir Al-Baydawy, ( Beirut :
Daarul Ihya At-Turots Al-Arobi, 1292), hal 254
keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu
dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami
telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang
yang tidak beriman”.

Dalam tafsir Ath-Thabari dikatakan :

Abu Ja’far berkata :

Allah swt berfirman, “Hai bani Adam janganlah kalian tertipu oleh setan,
karena ia akan menampakkan aurat kalian bagi manusia karena ketaatan kalian
pada-Nya ketika ia menggoda kalian (Adam dan Hawa) ketika ia menggoda
mereka. Mereka taat kepadanya dan bermaksiat pada Tuhan mereka. Ia pun
mengeluarkan mereka dengan sebab tipu dayanya dari surga dan menanggalkan
pakaian yang telah diberikan kepada mereka, untuk memperlihatkan kepada
mereka aurat mereka setelah aurat itu tertutup. Kemudian maksud firmannya
“sesungguhnya setan itu melihat kalian” dhomir huruf ha pada lafadz “innahu”
“sesungguhnya ia” kembali kepada setan. “wa qobiiluhuu” “dan pengikut-
pengikutnya” maksudnya ialah golongan dan generasinya. Ini ( adalah bentuk
tunggal, yang jamaknya adalah “qoblan”. Mereka itu ialah jin. Kemudian “dari
suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka” artinya dari suatu tempat
yang kamu tidak bisa melihat setan dan golongannya. Kemudian “sesungguhnya
Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang
yang tidak beriman”maksudnya Allah menjadikan setan sebagai penolong orang-
orang kafir yang tidak mengesakan Allah dan tidak membenarkan para Rasul-
Nya.12

Didalam Tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan, maksudnya Allah Azza wa


Jalla mengingatkan anak cucu Adam dari iblis dan pengikut-pengikutnya dengan
menerangkan kepada mereka permusuhan yang pernah dilakukan oleh iblis pada
waktu dulu kepada bapak seluruh manusia yakni Adam as. dalam usahanya
mengeluarkan Adam dari surga yang merupakan tempat kenikmatan menuju ke
tempat yang penuh dengan kelelahan dan kepayahan, serta yang menyebabkan
terlepasnya penutup auratnya setelah sebelumnya tertutup rapat. Yang demikian
itu tidak lain adalah merupakan sebuah permusuhan yang mendalam.13

Sudah cukup jelas dari penjelasan dua kitab tafsir tersebut bahwa disini
Allah memberikan gambaran dan contoh kepada kita agar kita dapat mengambil
pelajaran dari kisah iblis yang berhasil menggoda Nabi Adam as. hingga beliau
12
Siti Nurbaiti, Skripsi : Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung Dalam Al-
Qur’an Surat Al-A’raf Ayat 26-27 dan Aplikasinya, Jurnal Skripsi (Jakarta, UIN Syarif
Hidayatulloh Jakarta, 2015) hal 42-43
13
Hal 366
diturunkan ke bumi yang penuh dengan peluh, kesusahan dan kepayahan. Maka
dari itu, kita perlu memperkuat keimanan dan selalu mohon perlindungan kepada
Allah supaya ditetapkan hati kita dalam agama-Nya dan dimenangkan dari musuh
yang sebenarnya yakni Iblis dan bala tentaranya, sampai akhirnya kembali kepada
kenikmatan hidup didalam surga.

 ( Q.S Al-Baqarah : 275)

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan sepeti


berdirinya orang yang kemasukan syaitan kerana gila. Yang demikan itu
kerana mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Siapa yang mendapat
peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Siapa yang mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya” 14

Firman Allah SWT :

ِّ‫ۚ ٱلَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ٱل ِّربَ ٰو ۟ا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َك َما يَقُو ُم ٱلَّ ِذى يَتَ َخبَّطُهُ ٱل َّش ْي ٰطَنُ ِمنَ ْٱل َمس‬

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti


berdirinya orang yang kemasukan dan kerasukan syaitan.”

Ibnu ‘Abbas berkata, “Pemakan riba akan dibangkitkan pada Hari


Kiamat dalam keadaan gila dan tercekik.” Ucapan seperti ini juga disebutkan
Ibnu Mas’ud, Auf bin Malik, Sa’id bin Jubair, as-Saddi, Qatadah , Mujahid, adh-

Shalah ‘Abdul Fattah al-Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Jakarta Timur 13440:
14

Maghfirah Pustaka, 2016-2017, hal.509


Dhahhak, dan Ibnu Zaid. Allah SWT. memperlihatkan kepada Rasulullah saw.
pemandangan mengerikan orang yang memakan riba. Dari Samurah bin Jundab,
Rasulullah saw. bersabda dalam hadits yang panjang :

“Kami mendatangi sebuah sungai berwarna merah seperti darah,


ternyata di dalam sungai itu ada seorang yang sedang berenang sedangkan di
tepi sungai ada seorang laki-laki yang sedang mengumpulkan batu yang banyak.
Orang yang berenang mendatangi orang yang mengumpulkan batu kemudian
membuka lebar mulutnya, kemudian pengumpul batu itu pun mengumpalkan
batu-batu ke dalamnya mulutnya. Dan disebutkan di dalam tafsirnya: “Adapun ia
adalah pemakan riba.”15

 (QS. Fushilat : 25)

pas  

“Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan


mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka
dan tetaplah atas mereka keputusan adzab pada ummat-ummat yang terdahulu
sebelum mereka dari jin dan manusia; sesungguhnya mereka adalah orang-
orang yang merugi.” 16

Allah Ta’ala meyebutkan, bahwa Dia-lah yang menyesatkan kaum


musyrikin dan semua itu dengan kehendak, ketentuan dan kekuasan-Nya; Dia-lah
Yang Mahabijaksana dalam perbuatan-perbuatan-Nya, dengan menetapkan bagi
mereka teman-teman pendamping dari syaitan-syaitan manusia dan jin. ‫فَ َزيَّنُوا لَ ُهم‬
‫“ َّما بَيْنَ أَ ْي ِدي ِه ْم َو َما َخ ْلفَ ُه ْم‬Yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada
di hadapan dan di belakang mereka.” Yakni, membuat mereka menganggap
bagus amal-amal mereka yang telah lalu, sedangkan untuk masa yang akan datang
mereka tidak melihat diri-diri mereka melainkan orang-orang yang berbuat baik.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S Az-Zukhruf : 36-37

(36) ٌ ‫و َمن يَعْشُ عَن ِذ ْك ِر ٱلرَّحْ ٰ َم ِن نُقَيِّضْ لَهۥُ َش ْي ٰطَنًا فَه َُو لَهۥُ قَ ِر‬ 
‫ين‬ َ
15
Shalah ‘Abdul Fattah al-Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Jakarta Timur 13440:
Maghfirah Pustaka, 2016-2017. Hal. 510
16
Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, Pustaka Imam asy-Syafi’i, Oktober
2004. Hal. 207-208
(37) َ‫يل َويَحْ َسبُونَ أَنَّهُم ُّم ْهتَ ُدون‬ ُ َ‫َوإِنَّهُ ْم لَي‬
ِ ِ‫ص ُّدونَهُ ْم ع َِن ٱل َّسب‬
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang
Mahapemurah (Al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan),
maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan
sesungguhnya syaitan-syaitan itu benr-benar menghalangi mereka dari jalan
yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.”

ْ َ‫ق َعلَ ْي ِه ُم ا ْلق‬


Dan firman Allah Ta’ala, ( ‫و ُل‬T َّ T‫“ ) َو َح‬Dan tetaplah atas mereka
keputusan adzab”. Yaitu, dan tetaplah atas mereka keputusan adzab sebagaimana
yang ditetapkan pada ummat-ummat yang terdahulu sebelum mereka dari bangsa
jin dan manusia, sesungguhnya mereka golongan orang-orang yang merugi.
Artinya, ,mereka semua sama-sama dalam kerugian dan kehancuran.

 (Q.S Al-A’rof : 21)

21. dan Dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya


adalah Termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",

Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi, dalam bukunya mengemukakan :

(‫اي حلف لهما (اني لكما لمن الناصحين) فى حلفي لكما )وقاسمهما‬

“Dan syetan pun bersumpah kepada mereka berdua (Nabi Adam dan Siti
Hawa) sesungguhnya kami (syetan) adalah sebagian dari orang-orang yang
memberi nasihat kepada kalian berdua”17

Pada ayat ini, dapat kita ketahui bahwa syetan sangatlah pintar dalam
mengolah kata-katanya dan membujuk manusia bahkan setingkat nabi sekalipun
ia bujuk. Tak tanggung-tanggung, ia sampai berani bersumpah atas nama Allah
swt untuk melancarkan aksinya membujuk nabi Adam yang sudah masyhur kita
ketahui ceritanya.

 (Q.S An-Nahl : 63)

17
Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, Pustaka Imam asy-Syafi’i,
Oktober 2004. Hal. 275
63. “demi Allah, Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami
kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu
memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), Maka syaitan menjadi
pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.”

Tafsiran Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi prihal ayat ini ialah sebagai
berikut.

(‫ا )تاهلل لقد ارسلنا‬PP‫ة فرأوه‬PP‫الهم) القبيح‬PP‫يطان اعم‬PP‫رسال (الى امم من قبلك) فدعوهم الى الحق (فزين لهم الش‬
‫ار‬PP‫رينهم فى الن‬PP‫إغوائهم وق‬PP‫دنيا ب‬PP‫ورهم فى ال‬PP‫ولي ام‬PP‫يطان مت‬PP‫حسنة فكذبوا الرسل (فهو وليهم اليوم) اي فالش‬
‫(ولهم) فى االخرة (عذاب أليم) هو عذاب النار‬

“Demi Allah! Sungguh kami telah mengutus rasul-rasul kepada kaum-


kaum sebelum engkau (Muhammad) lalu rasul-rasul itupun mengajak kaumnya
kepada kebenaran. Lalu syetan menghiasi amal-amal kaum tersebut yang buruk
sehingga terlihat bagus oleh mereka lalu mereka membohongi para rasul. Dan
syetan adalah pemimpin bagi mereka, yakni syetanlah yang mengatur atau
mengendalikan urusan-urusan mereka (kaum-kaum) di dunia dengan cara
menyesatkan mereka dan syetan pun sebagai teman mereka kelak di dalam
neraka. Dan mereka pasti mendapat siksa yang sangat pedih di akhirat nanti, yakni
siksa neraka.”18

Dari tafsiran diatas dapat kita ketahui bahwasanya syetan sangatlah pandai
dalam membujuk dan menggoda manusia. Saking hebatnya syetan, ia dapat
membalut sesuatu yang sebenarnya buruk menjadi terlihat bagus di pandangan
manusia. Sehingga banyak manusia yang terperdaya dengan tipu daya syetan. Dan
sebaliknya, syetan sangatlah pandai dalam memanifulasi hal yang sebenarnya baik
menjadi terlihat buruk. Itu semua dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari
ketika kita merasakan malas, berat saat melaksanakan ibadah. Semoga kita selalu
dilindungi oleh Allah swt dari godaan syetan.

Menurut kami, yang menarik pada ayat ini adalah penggunaan Ta Qasm di
awal ayat. Mengapa Allah swt sampai bersumpah seperti ini? Padahal, Allah swt
tidak pernah mengingkari akan janjinya, tapi mengapa? Ini merupakan sebuah
18
Syeh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Marah Labid Tafsir an-Nawawiy,Juz 1, Haramain,
Hal. 457
pertanda bahwa agar kita percaya sepenuhnya akan wahyu Allah swt ini. Ini juga
sebagai pembantah bagi orang-orang yang mungkin masih tidak percaya akan
wahyu Allah swt. tak hanya sampai disitu, kelihaian syetan dalam membujuk atau
menggoda manusia bahkan bisa meluluhkan seorang nabi, seperti yang akan
diceritakan pada ayat berikut ini.

 (Q.S An-Nisa : 120)

120. “syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan


angan-angan kosong pada mereka, Padahal syaitan itu tidak menjanjikan
kepada mereka selain dari tipuan belaka.”

Mengutip dari Syekh Muhammad Nawawi, dalam kitabnya, dikatakan :

(‫بان يلقي الشيطان فى قلوبهم أنه ستطول اعمارهم وينالون من الدنيا آمالهم ومقاصدهم ويقع )يعدهم ويمنيهم‬
‫ة‬PP‫ه القيام‬PP‫دهم بأن‬PP‫يطان يع‬PP‫ا إن الش‬PP‫يرهم وأيض‬PP‫رت لغ‬PP‫ا تيس‬PP‫رت لهم كم‬PP‫ا تيس‬PP‫دنيا دول فربم‬PP‫وبهم أن ال‬PP‫فى قل‬
‫ه‬P‫يئ ان‬P‫ان بالش‬P‫رورا) أن يظن االنس‬P‫يطان اال غ‬P‫والجزاء فاجتهدوا فى استيفاء اللذات الدنوية (وما يعدهم الش‬
‫ ثم يتبين اشتماله على أعظم اآلالم والمضار وجميع احوال الدنيا كذالك‬P‫نافع ولذيذ‬

“(syetan) menebarkan janji-janji palsu kepada mereka (manusia) dan


memberikan angan-angan belaka dengan cara ia menanamkan dalam hati manusia
bahwa sesungguhnya ia akan memanjangkan umur mereka dan mereka akan
memperoleh cita-cita dan apa yang ditujunya di dunia dan menanamkan kepada
mereka bahwa sesungguhnya dunia adalah sebuah kawasan, maka bisa jadi mudah
dunia ini seperti mudahnya dunia untuk yang selain dari mereka. Dan syetan pun
mengatakan bahwasanya tidak akan ada qiyamat dan tidak akan ada pembalasan
(atas amal perbuatan di dunia) maka bersungguh-sungguhlah dalam memnuhi
kelezat duniawi. Tidaklah omongan syetan itu kecuali hanya tipu daya belaka.
Yakni manusia mengira terhadap sesuatu itu akan bermanfaat baginya dan lezat.
Lalu jelaslah semua itu hanya akan dibalas oleh rasa sakit dan kemadharatan.
Begitupun semua perkara duniawi.”19

 (Q.S Al-Baqarah : 168)

168. “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Dalam bukunya Marah Labid Tafsir an-Nawawiy, Syekh Muhammad


Nawawi Al-Jawi berpendapat :

(‫قال ابن عباس نزلت اآلية فى الذين حرموا على انفسهم السوائب والوصائل والبحائر وهم قوم)يأيها الناس‬
)‫من ثقيف وبني عامر صعصعة وخزاعة مدلج ( كلوا مما فى االرض) اى من الحرث و االنعام (حالال طيبا‬
‫اى مباحا بان اليكون متعلقا به حق الغير (والتتبعو خطوات الشيطان) اى ال تقتدروا طرق وساوس الشيطان‬
‫في تحريم الحرث واالنعام (إنه لكم عدو مبين) ظاهر العداوة عند ذوي البصيرة‬

“Wahai manusia! Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai orang-
orang yang mengharamkan unta betina yang dibiarkan lepas untuk nadzar dan
unta kembar (jantannya) dan unta betina yang memiliki 5 anak dan anak ke-lima
nya adalah jantan. Dan mereka adalah kaum dari Tsaqif dan Bani ‘Amir
Shosho’ah dan Khaza’at Mudlij. Makanlah sebagian perkara yang ada di bumi
yakni tanaman dan binatang yang halal. dan baik, yaitu yang boleh dimakan
dengan tanpa ada sangkut pautnya dengan hak orang lain. Dan janganlah
mengikuti jalan-jalan syetan, yaitu janganlah mengikuti bujukan atau godaan
syetan dalam mengharamkan tanaman dan binatang. Sesungguhnya syetan adalah
musuh yang nyata bagi kalian semua. Yang sangat jelas jadi musuhnya menurut
orang yang memiliki akal yang bersih.”

BAB 3
19
Syeh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Marah Labid Tafsir an-Nawawiy,Juz 1, Haramain,
Hal. 174-175
PENUTUP

3.1 Simpulan

Allah swt. berfirman didalam Q.S Al-Baqarah ayat 208 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam


keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Didalam tafsir Al-Mukhtashar dijelaskan : Wahai orang-orang yang


beriman kepada Allah sebagai Tuhan dan kepada Muhammad sebagai nabi
dan rasul, serta kepada Islam sebagai agama, masuklah ke seluruh ajaran
syariat Islam dengan mengamalkan seluruh hukumnya, dan jangan kalian
tinggalkan barang sedikitpun darinya, dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan
syetan, berupa mengaja kalian pada maksiyat maksiyat. Sesungguhnya setan
itu musuh yang nyata permusuhannya kepada kalian, maka berhati-hatilah
terhadapnya.

Dari ayat dan tafsiran berikut diatas dapat diambil paham bahwasanya
Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk masuk kedalam Islam
secara keseluruhan, maksudnya dalam seluruh syariat agama, supaya mereka
tidak seperti orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya.
Dengan memegang teguh syariat, maka hawa nafsu cenderung dapat
dikendalikan. Kalau manusia telah menuhankan hawa nafsunya, pintu masuk
setan akan semakin terbuka lebar untuk menjerumuskan manusia kedalam
jalan kesesatan.

3.2 Saran

Setelah mengetahui prihal niat buruk setan, ada baiknya kita selalu
memohon perlindungan kepada Allah swt. semoga hati kita senantiasa
ditetapkan dalam agama-Nya. Juga lebih meningkatkan keimanan supaya
lebih kuat dalam menghadapi godaan setan, lebih dari itu kami sebagai penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekeliruan dalam
pembuatan makalah ini, semoga kedepannya dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Baydawy, N. A. –K.-S.-S. (1292). Anwaru At-Tanzil wa Asroru At-Takwil Al-
Ma’ruf Bitafsir Al-Baydawy. Beirut : Daarul Ihya At-Turots Al-Arobi.

Al-Jawi, S. M. -N. Marah Labid Tafsir an-Nawawiy, Juz 1, Haramain.

al-Khalidi, S. –A. –F. (2016) Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5.2, Jakarta Timur :
Maghfirah Pustaka.

Hermawan, H. Skripsi : Jin, Setan dan Iblis Dalam Tafsir Departemen Agama RI,
Jurnal Vol. (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018).

Heryadi. (2017). Tinjauan Al-Qur’an Terhadap Godaan Iblis dan Setan Menurut
Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, Medina-te, VOL.16, NO.1.

Muhammad, A. -B. (2004). Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, Jakarta : Pustaka Imam asy-
Syafi’i.

Nurbaiti, S. (2015). Skripsi : Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung


Dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf Ayat 26-27 dan Aplikasinya, Jurnal
Skripsi. UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta

Rofiuddin. (2016). Skripsi : Setan Dalam Perspektif Al-Qur’an (Sebuah Kajian


Tematik), Jurnal Skripsi Vol. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Setyaningrum, A. (2013). Iblis dan Upaya dalam Menyesatkan Manusia Dalam


Perspekif Al-Qur’an, Hermeneutik, Vol. 7, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai