Anda di halaman 1dari 10

‫‪Khutbah Jumat‬‬

‫”‪“NIKAMAT IMAN DAN ISLAM‬‬


‫‪Oleh : Amir Sulaiman Al Jaghiri‬‬

‫إِنَّ ْال َحمْدَ هَّلِل ِ‪َ ،‬نحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغ ِف ُرهُ‪َ ،‬و َنع ُْو ُذ ِبا ِ‬
‫هلل‬
‫ت أَعْ َمالِ َنا‪َ ،‬منْ َي ْه ِد ِه هللاُ‬ ‫شر ُْو ِر أَ ْنفُ ِس َنا‪َ ،‬و ِمنْ َس ِّي َئا ِ‬ ‫ِمنْ ُ‬
‫ي َلهُ‪َ ،‬وأَ ْش َه ُد أَنْ اَل‬‫ُض َّل َلهُ‪َ ،‬و َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َها ِد َ‬ ‫َفاَل م ِ‬
‫ْك َلهُ‪َ ،‬وأَ ْش َه ُد أَنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ‬
‫إِ َل َه إِاَّل هللاُ َوحْ دَ هُ اَل َش ِري َ‬
‫صلِّى َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى اَلِ ِه‬
‫َو َرس ُْولُهُ‪ .‬اَللَّ ُه َّم َ‬
‫َوأَصْ َح ِاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ًدى‬

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ َ‬


‫ين آ َمنُوا اتَّقُ وا هَّللا َ َح َّ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُم وتُ َّن إِاَّل‬
‫ون‪[  ‬آل عمران‪.]102 :‬‬ ‫َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم َ‬
‫اح َد ٍة‬
‫س َو ِ‬‫يَا أَ ُّيهَ ا النَّاسُ اتَّقُ وا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍ‬
‫ث ِم ْنهُ َم ا ِر َج ااًل َكثِ يرًا َونِ َس ا ًء‬ ‫ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَ ا َوبَ َّ‬
‫َو َخلَ َ‬
‫ان‬‫ون بِ ِه َواأْل َرْ َح ا َم إِ َّن هَّللا َ َك َ‬
‫َواتَّقُ وا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َس ا َءلُ َ‬
‫َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‪[  ‬النساء‪.]1 :‬‬
)70( ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُ وا قَ ْواًل َس ِدي ًدا‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َم الَ ُك ْم َويَ ْغفِ رْ لَ ُك ْم ُذنُ وبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا‬
.]71 ،70 :‫ [األحزاب‬ ‫َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬
:‫أَ َّما بَ ْع ُد‬
‫ي‬ ُ ‫ي هَ ْد‬ِ ‫ َو َخ ْي َر الهَ ْد‬،ِ‫ث ِكتَ ابُ هللا‬ ِ ‫ق ال َح ِد ْي‬َ ‫ص َد‬ ْ َ‫فَ إِ َّن أ‬
‫ َو َش َّر األُ ُم ْو ِر‬،- ‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم‬ َّ ‫ص ل‬َ – ‫ُم َح َّم ٍد‬
،ٌ‫ض اَل لَة‬
َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬،ٌ‫ َو ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َع ة‬،‫ُمحْ َدثَاتُهَا‬
.‫ار‬ ِ َّ‫ضاَل لَ ٍة فِي الن‬ َ ‫َو ُك َّل‬
:‫ثُ َّم أَ َّما بَ ْع ُد‬
Ibadallah,

Sesungguhnya nikmat iman adalah nikmat yang paling besar atas seorang hamba.
Barangsiapa yang mendapatkan keimanan ini, maka dia telah mendapatkan suatu
nikmat yang tidak ada bandingnya. Nikmat yang tidak ada yang melebihnya.
Dengan nikmat iman seseorang akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Renungkan firman Allah berikut ini:

‫ين‬
َ ِ‫صا ِدق‬ ِ ‫بَ ِل هَّللا ُ يَ ُم ُّن َعلَ ْي ُك ْم أَ ْن هَ َدا ُك ْم لِإْل ِ ي َم‬
َ ‫ان إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
“Sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan
menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.”
(QS:Al-Hujuraat | Ayat: 17).

Keimanan adalah nikmat terbesar yang ada, yang Allah berikan kepada seorang
hamba. Lebih hebat dari segala nikmat. Termasuk lebih nikmat dari nikmat
kesehatan, nikmat kehidupan, dan nikmat materi. Kenikmatan inilah yang menjadi
sebab keberadaan manusia. Agar kita mengetahui betapa berharganya nikmat ini,
tadabburilah firman Allah berikut ini:
ِ َّ‫ان َم ْيتًا فَأَحْ يَ ْينَاهُ َو َج َع ْلنَا لَ هُ نُ ورًا يَ ْم ِش ي بِ ِه فِي الن‬
‫اس َك َم ْن‬ َ ‫أَ َو َم ْن َك‬
‫ين َم ا َك انُوا‬ َ ِ‫ج ِم ْنهَا ۚ َك ٰ َذل‬
َ ‫ك ُزي َِّن لِ ْل َكافِ ِر‬ ِ ‫الظلُ َما‬
َ ‫ت لَي‬
ِ ‫ْس بِ َخ‬
ٍ ‫ار‬ ُّ ‫َمثَلُهُ فِي‬
‫ون‬َ ُ‫يَ ْع َمل‬
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami
berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan
di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya
berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS:Al-An’am | Ayat: 122).

Apakah sama seseorang yang wafat dalam keadaan sesat dan binasa, kemudian
Allah hidupkan hatinya dengan keimanan. Allah tunjuki dia. Allah beri taufik
kepadanya agar mengikuti rasul-Nya. Apakah sama orang yang demikian dengan
orang yang hidup dalam kesesatan, dalam ketidak-tahuan agama, berselisih, tidak
ditunjuki kepada orang yang bisa menyelamatkannya?

Barangsiapa yang kehilangan keimanan dan tidak mengenal Rabb yang


menciptakannya. Juga tidak mengenal nabi yang diutus dengan membawa
kebenaran. Dialah orang yang binasa. Karena orang yang tidak mengenal Allah
adalah orang yang binasa.

Ibadallah,

Sesungguhnya iman adalah keuntungan yang besar. Yang tidak dapat ditakar
kedudukannya kecuali bagi orang yang mengetahui betapa berharganya dia.
Keimanan juga memiliki pengaruh luar biasa bagi kehidupan seorang muslim. Di
antara pengaruh keimanan adalah:

Keimanan memperbaiki keadaan seseorang. Keimanan mendorong seseorang


untuk berbuat kebajikan dan bersegera dalam menunaikannya. Nabi
‫ ﷺ‬bersabda,

‫الَ ي ُْؤ ِم ُن أَ َح ُد ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ ألَ ِخ ْي ِه َما ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬


“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk
saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang shahih:


‫َوالَّ ِذى نَ ْف ِسى بِيَ ِد ِه الَ ي ُْؤ ِم ُن َع ْب ٌد َحتَّى ي ُِحبَّ ألَ ِخي ِه َما ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه ِم َن‬
‫ْال َخي ِْر‬
“Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (dengan
iman yang sempurna) hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya mendapat kebaikan.”

Seorang mukmin wajib memiliki rasa persaudaraan antara sesama mereka. Saling
mencintai dan memuliakan. Suka kalau saudaranya memperoleh kebaikan seperti
apa yang ia dapatkan. Merasa gembira tatkala saudaranya mendapatkan keutamaan
sebagaimana gembiranya ia tatkala mendapatkan hal yang sama.

Seorang mukmin adalah orang yang imannya berbuah perbuatan. Ceklah, apakah
ia merasakan kebahagiaan tatkala membantu saudaranya? Apakah ia merasakan
kebaikan tatkala memberi solusi bagi musibah dan masalah saudaranya? Seorang
mukmin adalah orang yang bersemangat dalam berbagai bentuk kebaikan.
Hendaklah ia bersegera untuk memperoleh ganjaran pahala. Dan bersungguh-
sungguh mengejar derajat yang tinggi.

Iman akan memudahkan seseorang untuk berbuat dan melakukan suatu kebaikan.
Oleh karena itu, orang yang beriman senantiasa bersemangat melakukan kebaikan
selama ia hidup di dunia. Ia senantiasa menghimpun kebaikan-kebaikan.
Senantiasa mendekatkan diri kepada Rabbnya. Karena ia sadar sedang dalam
perlombaan yang finishnya adalah kematian. Ia segera melakukan amal kebajikan.
Memanfaatkan waktu hingga hilanglah kesia-siaan. Ia tidak mau mengisi umur
dengan sesuatu yang tidak berfaidah.

Contoh seperti ini bisa kita lihat dengan jelas dalam kehidupan manusia paling
baik, Muhammad ‫ﷺ‬. Orang yang paling mengenal Allah dan paling
takut kepada-Nya. Beliau adalah orang yang yang senantiasa menyambung
hubungan dengan Rabbnya. Tidak pernah future dalam mengingat-Nya. Tidak
pernah henti dalam beribadah kepada-Nya. Beliau mengajarkan orang-orang
kebaikan. Menyeru mereka kepada sesuatu yang baik. Dan melarang dari yang
buruk, keji, dan rendah. Setiap kesempatan dan perkumpulannya adalah
keberkahan. Dan bersahabat dengannya adalah kebahagiaan. Seperti inilah keadaan
seorang mukmin sejati.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Keberkahan seseorang adalah ia


mengajarkan kebaikan kapanpun. Menasihati setiap orang yang berkumpul
dengannya. Allah Ta’ala berfirman, mengabarkan tentang al-Masih, Nabi Isa:
ُ ‫َو َج َعلَنِي ُمبَا َر ًكا أَي َْن َما ُك ْن‬
‫ت‬
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada.”
(QS:Maryam | Ayat: 31).

Maksudnya mengajarkan kebaikan, menyeru ke jalan Allah, mengingatkan akan


Allah, mengajak menaati-Nya. Inilah keberkahan seseorang. Siapa yang tidak
memiliki sifat demikian, maka ia tidak memiliki keberkahan. Hilang keberkahan
saat berjumpa dan berkumpul dengannya.

Ma’asyiral muslimin,

Sesungguhnya teladan kita, Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, tidak pernah


berhenti bersungguh-sungguh  dalam kebaikan. Menebarkan yang ma’ruf.
Memberi kemanfaatn kepada manusia. Mendidik mereka. Menyeru mereka kepada
kebaikan. Memperingatkan mereka. memotivasi pada kebaikan dan juga
mengingatkan dari keburukan. Beliau ‫ ﷺ‬berusaha memenuhi
kebutuhan orang-orang yang membutuhkan. Memberi bantuan. Memberi
bimbingan. Bersedekah. Bersenda gurau. Dll.

Setiap apa yang beliau lakukan adalah sesuatu yang bermanfaat untuk manusia.
Beliau mencintai kebaikan untuk mereka. Bersemangat agar mereka mendapatkan
sesuatu yang bermanfaat. Berbuat kebajikan dengan segala bentuknya. Demikian
juga dalam hal kemanfaatan pribadi.

Beliau ‫ ﷺ‬tidak pernah kurang dalam menunaikan hal ini. Bahkan


beliau berhasil mendidik generasi yang juga memiliki karakter demikian. Mereka
menjadi orang-orang yang agung. Orang-orang yang bersegera menunaikan
kebaikan. Nabi ‫ ﷺ‬telah mendidik generasi sahabat dengan
mengutamakan orang lain dan biasa memberi. Mencurahkan kemampuan diri di
jalan Allah. Mereka adalah teladan dalam hal ini.

Lihatlah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu. Jika ia menjumpai seseorang


yang datang ia senantisa mengucapkan salam. Abu Bakar berkata kepada Aghar al-
Muzani, “Bagaimana pendapatmu seseorang memperoleh kebaikan darimu?
Jangan biarkan seorang pun mendahuluimu dalam mengucapkan salam.” Aghar
mengatakan, “Apabila ada seseorang muncul, kami segera mengucapkan salam
kepadanya sebelum ia yang lebih dulu mengucapkan salam kepada kami.”

Bagaimana tidak para sahabat melakukan demikian, pembimbing mereka –Nabi


‫ﷺ‬- adalah orang yang berusaha mendahului dalam mengucapkan
salam. Dan para sahabat sangat bersemangat menjadi orang yang paling mirip
dengan Nabi dalam melakukan ketaatan.
Ketika Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma mengetahui keutamaan
menyalatkan jenazah disertai dengan mengantarkannya ke pemakaman, maka
beliau membanting kerikil di genggamannya ke tanah. Ia berkata, “Sungguh kami
telah kehilangan qirath (pahala sebesar dua gunung) yang banyak.”

Beginilah keadaan orang-orang yang agung. Mereka sedih karena kehilangan


kesempatan untuk mendapat pahala. Bukan menyesali apa yang luput dari bagian
dunia yang fana.

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan,

َ ‫ َوإِ ْن َك‬،ً‫ت ِعيَ ا َدة‬


‫ان‬ ْ َ‫ان َم ِر ْيضًا َكان‬َ ‫ فَإ ِ ْن َك‬،ُ‫ُكنَّا إَ َذا افَتَقَ ْدنَا األَ َخ أَتَ ْينَاه‬
ً‫ت ِزيَا َرة‬ ْ َ‫ك َكان‬
َ ِ‫ان َغ ْي َر َذل‬
َ ‫ َوإِ ْن َك‬،‫ت َع ْونًا‬ ْ َ‫َم ْش ُغ ْوالً َكان‬
“Kami apabila kehilangan salah seorang saudara kami, kami kunjungi dia. Kalau
dia sakit, kami besuk. Kalau dia sibuk, kami bantu. Kalau (alasannya) selain itu,
maka kami kunjungi dia.”

Ibadallah,

Perhatikanlah bagaimana para sahabat saling mencari, saling perhatian, dan saling
mengunjungi. Bagaimana keimanan mendorong mereka untuk perhatian
mengetahui keadaan saudara-saudara seiman. Membantu mereka. Dan
meringankan beban.

Seperti inilah keadaan seorang mukmin bersemangat terhadap saudara mereka.


Berusaha memberikan manfaaat. Memberikan hal-hal yang baik. Membuat mereka
gembira apa yang menggembirakan saudara mereka. Membuat mereka sedih apa
yang menyedihkan saudara mereka. Mereka hadir dalam suka maupun duka.

Orang bijak mengatakan, “Wibawa seseorang itu terletak pada: jujurnya ucapan,
baik terhadap tetangga, berbuat baik kepada orang-orang di zamnnya, tidak
menyakiti tentagga yang dekat dan jauh, dan memotivasi orang lain untuk
melakukan kebaikan dan kerja yang baik yang membuat orang simpati padanya”.

Adi bin Hatim radhiallahu ‘anhu pernah menyobek sebagian kecil roti untuk
semut. Kemudian ia mengatakan, “Mereka adalah tetangga. Mereka memiliki hak
bertetangga dari kita.” Betapa agungnya pribadi baik Adi bin Hatim. Ia berharap
ganjaran pahala dan ridha dari Allah dengan berbuat baik seperti itu.

Hasan al-Bashri rahimahullah pada suatu malam berdoa, “Ya Allah, maafkanlah
orang-orang yang telah menzalimiku.” Beliau mengulang-ulangnya. Kemudian
seseorang berkata, “Wahai Abu Said, sungguh aku mendengar pada suatu malam
engkau berdoa kebaikan untuk orang-orang yang menzalimimu. Sampai-sampai
aku berharap aku adalah termasuk orang yang menzalimimu itu. apa yang
membuatmu melakukan hal itu?” Hasan menjawab, “Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫فَ َم ْن َعفَا َوأَصْ لَ َح فَأَجْ ُرهُ َعلَى هَّللا ِ إِنَّهُ اَل ي ُِحبُّ الظَّالِ ِم‬
‫ين‬
“maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
(QS:Asy-Syuura | Ayat: 40).

Renungkanlah jamaah rahimakumullah,

Inilah gambaran orang-orang mulia. Asalkan bisa mendapat pahala dari Allah,
maka mereka tidak peduli dengan musibah yang mereka derita. Inilah jiwa-jiwa
yang besar. Jiwa yang membuat hati-hati pemiliknya menjadi suci. Tidak
mengenal iri, dengki, dan benci kepada kaum muslimin.

Dari Musa bin al-Mughirah, ia berkata, “Aku melihat Muhammad bin Sirin masuk
ke pasar saat tengah hari. Ia bertakbir, bertasbih, dan berdzikir kepada Allah
Ta’ala. Lalu ada seseorang yang bertanya padanya, ‘Wahai Abu Bakr, di saat-saat
seperti ini?’ ‘Ini adalah saat (banyak orang-orang) lalai’.”

Keimanan mereka menggerakkan mereka untuk memperoleh kebaikan dan balasan


pahala. Mengejar sesuatu yang berharga dan membuang yang rendah demi meniti
jalan yang diridhai Rabba mereka.

ِ ْ‫ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي القُر‬


‫ َونَفَ ْعنِي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه َم ا ِم َن‬،‫آن َوال ُسنَّ ِة‬ َ ‫بَا َر‬
‫ أَقُ ْو ُل القَ ْو َل هَ َذا ؛ َوأَ ْس تَ ْغفُ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َس ائِ ِر‬،‫الح ْك َم ِة‬
ِ ‫ت َو‬
ِ ‫اآليَا‬
. ‫ب فَا ْستَ ْغفِر ُْوهُ يَ ْغفِرْ لَ ُك ْم إِنَّهُ هُ َو ال َغفُ ْو ُر ال َر ِح ْي ُم‬
ٍ ‫ال ُم ْسلِ ِمي َْن ِم ْن ُكلِّ َذ ْن‬
------------------------------------------------------------
‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َح ْمداً َكثِيْراً طَيِّبا ً ُمبَا َركا ً ِف ْي ِه َك َم ا ي ُِحبُّ َربُّنَ ا‬
،ُ‫ك لَ ه‬ َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،‫ضى‬ َ ْ‫َويَر‬
َ ‫َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ؛‬
‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه‬
.‫صحْ بِ ِه أَجْ َم ِعي َْن‬
َ ‫َو َعلَى آلِ ِه َو‬
‫أَ َّما بَ ْع ُد‬
Apabila kita telah mengetahui bahwasannya Allah swt mengharamkan syurga bagi
mereka yang kufur terhadapNya. Maka kita tahu bahwa sebesar-esarnya nikmat
ialah nikmat al Islam. Dan apabila Allah.swt menginginkan bagi hambanya
kebaikan maka dia dimatikan dalam keadaan beragama islam.
Dan Nabi saw pernah berdoa :
YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII ‘ALAA DIINIKA WA
‘ALAA THOO’ATHIK.
Artinya : Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-
Mu dan di atas ketaatan kepada-Mu.

Dan beliau telah memberitahu kita bahwa diantara tanda tanda fitnah akhir zaman
adalah, Orang yang malamnya muslim dan paginya kafir, atau paginya dia kafir
dan petangnya dia beriman. Dan hari ini kita lihat di sekeliling kita berbagai
perkara yang disebarkan, baik yang berbentuk syubhat ataupun yang berbentuk
syahwat. Tidak diragukan lagi bahwa ini semua dapat menyebabkan seseorang itu
berpaling dari agamanya. Tetapi Allah swt, yang maha tinggi apabila mencintai
seorang hamba maka akan diwafatkan dia dalam keadaan Islam.dan perkara yang
ditarik dari kita pasti akan ada gantinya dari Allah swt, kecuali Agama (maka tidak
ada gantinya). Dan apabila Allah swt, mencintai kita maka Dia akan menetapkan
keatian kita di dalam Islam.
Supaya kita mati dalam Islam, jadikanlah hati kita bergembira tatkala menyembah
Allah swt, sebagaimana beberapa orang yang apabila melakukan sesuatu perkara
yang mubah atau makruh dia merasa gembira atas hal tersebut. Dari sini kita ambil
faedah “kegembiraan” in.
Bagaimana kita tahu bahwa kita tetap di atas Islam adalah apabila kita merasa
gembira tatkala kita mentaati Allah swt. Janganlah dilakukan suatu Ibadah itu
semata mata untuk menyelesaikannya, tetapi lakukanlah sesuatu ketaatan untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Sesungguhnya, tidak dimudaratkan kita oleh kemaksiatan kita, akan tetapi kitalah
yang binasa apabila kita melakukan maksiat itu. Dan sesungguhnya mati dalam
keadaan Islam dalam keadaan apapun Jua jauh lebih baik daripada mati dalam
kekufuran. Sebagaimana disebutkan dalam doa para solihin :
“Yaa Allah, sesungguhnya aku mencintaiMu walaupun aku bermaksiat
kepadaMu.”
Dan seorang sahabat mulia Amru ibn Ash tatkala hampir tiba waktu kewafatannya
berkata : “ Yaa Allah, aku bukanlah seorang yang lepas (dari dosa), maka aku
memohon pengampunan, dan bukanlah aku orang yang kuat (dalam
beribadah), maka aku memohon pertolongan, dan tiada bantuan dan
kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.”
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Apabila Allah telah menetapkan bagi kita untuk sholat subuh berjamaah. Setelah
kita keluar dari masjid hadirkanlah perasaan gembira. Bahwasannya Allah dengan
rahmatNya, telah membangunkan kita dari tidur dan membuat kita berdiri
dihadapanNya dan membawa kita bergerak menuju RumahNya, Inilah yang kita
harapkan.
Mereka yang apabila Allah inginkan kebaikan untuk mereka, maka mereka
ditetapkan dan dimatikan di atas agama. Dan tidak ada kegembiraan yang lebih
besar bagi seorang hamba selain kegembiraannya terhadap Islam. Dan
sebagaimana kita semua tahu bawa seorang hamba itu mestilah bersyukur kepada
Allah karena menjadikannya seorang muslim, kita semua dengan rahmat Allah
swt, dilahirkan sebagai muslim. Yakni Allah memberi kita Islam tanpa kita
memintanya. Naka Semoga Allah mengaruniakan kita syurga tatkala kita
memintanya...allohumma amiin...

َ ‫صلَّي‬
‫ْت‬ َ ‫للَّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬
َ َّ‫ إِن‬،‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
.‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك‬
‫ت َعلَى‬ ِ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
ِ َ‫َوب‬
َ َّ‫ إِن‬،‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
 .‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
َ ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َوإِل ِ ْخ َوانِنَا الَّ ِذ‬
ِ ‫ين َسبَقُونَا بِاإْل ِ ي َم‬
‫ان َواَل‬
‫ك َر ُؤ ٌ‬
‫وف‬ ‫تَجْ َعلْ ِفي قُلُوبِنَا ِغاّل ً لِّلَّ ِذ َ‬
‫ين آ َمنُوا َربَّنَا إِنَّ َ‬
‫َّحي ٌم‪ ‬‬
‫ر ِ‬
‫ظلَ ْمنَا أَنفُ َسنَا َوإِن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكونَ َّن‬
‫َربَّنَا َ‬
‫ين‪ ‬‬
‫اس ِر َ‬‫ِم َن ْال َخ ِ‬
‫َربَنَا َءاتِنَا فِي ال ّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ْاألَ ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا‬
‫ى هللاُ َعل َى ُم َح َّم ٍد َو َعل َى آلِ ِه‬‫صل َّ‬‫ار‪َ .‬و َ‬ ‫اب النّ ِ‬ ‫َع َذ َ‬
‫آخ ُر َد ْع َوانَا أَ ِن ْال َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ‬
‫صحْ بِ ِه تَ ْسلِي ًما َكثِيرًا َو ِ‬‫َو َ‬
‫ين‪.‬‬‫ْال َعال ِم َ‬

Anda mungkin juga menyukai