KESEHATAN KELUARGA
Sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari masyarakat, keluarga memiliki peran
signifikan dalam status keluarga. Keluarga berperan terhadap optimalisasi pertumbuhan,
perkembangan, dan produktivitas seluruh anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan gizi dan
menjamin kesehatan anggota keluarga. Di dalam komponen keluarga, ibu dan anak merupakan
kelompok rentan. Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan fase
tumbuh kembang pada anak. Hal ini menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak
menajdi salah satu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara.
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan terhadapa
keadaan dan sekitarnya secara umum. Sehingga menjadi penting untuk melakukan penilaian
terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator Angka
Kematian Ibu (AKI). AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, tetapi juga mampu menilai
derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan
anak, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.
Setiap hari, 830 ibu di dunia (di Indonesia 38 ibu, berdasarkan AKI 305) meninggal
akibat penyakit/ komplikasi terkait kehamilan dan persalinan. Sebagian besar kematian tersebut
seharusnya bisa dicegah dan diselamatkan. Artinya, bila AKI tinggi, banyak ibu yang
seharusnya tidak meninggal tetapi meninggal karena tidak mendapatkan upaya pencegahan dan
penanganan yang seharusnya.
Jumlah kematian ibu yang dilaporkan di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019
adalah 7 orang dengan distribusi kematian ibu bersalin 5 orang dan kematian ibu nifas 2 orang.
Kelompok umur yang berkontribusi pada jumlah kematian ibu yang tinggi adalah kelompok
usia ≥ 35 tahun.
Barus Utara 0 23
23
23
23
Lumut 0 22
22
22
22
Saragih 0 21
21
21
21
Manduamas 0 20
20
20
20
Sirandorung 0 19
19
19
19
Andam Dewi 0 18
18
18
18
Barus 2 17
17
17
17
Siantar Ca 0 16
16
16
16
Pasaributobing 0 15
15
15
15
Sipea-Pea 0 14
14
14
14
Gonting Mahe 0 13
13
13
13
Sorkam 0 12
12
12
12
Kolang 0 11
11
11
11
Aek Raisan 1 10
10
10
10
Poriaha 0 999
98
Sarudik 0 888
Tukka 0 777
76
Kalangan 0 666
Pandan 0 555
54
Hutabalang 0 444
Pinangsori 0 333
3
Sibabangun 222
111 22
Pulo Pakkat 1
0 1 1 2 2 3
Sumber :Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Gambar 6.1 menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu tertinggi ada di Pukesmas
Barus (2 orang), Puskesmas Sibabangun (2 orang) dan Puskesmas Pulo Pakkat (2 orang).
Terdapat 19 Puskesmas yang melaporkan tidak ada kematian ibu pada amsa kehamilan,
persalinan, dan nifas pada tahun 2019.
Kematian ibu terbanyak diketahui disebabkan oleh perdarahan (4 orang), kemudian
akibat lain-lain yang tidak dirinci dan diketahui sebab pastinya (2 orang) serta akibat infeksi (1
orang). Jika diperhatikan dari Tabel 24, akan terlihat bahwa kesadaran ibu hamil di Kabupaten
Tapanuli Tengah untuk imunisasi masa kehamilan masih sangat rendah (4,3%), dan terlihat juga
dari data Tabel 26 bahwa imunisasi Td pada Wanita Usia Subur (WUS) yang hamil dan tidak
hamil hanya mencapai 0,1%.
Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Puskesmas jumlah kematian 3 tahun terakhir
mengalami penurunan yaitu mulai tahun 2017 sebanyak 8 orang kematian, tahun 2018 tidak
mengalami perubahan yaitu 8 orang kematian dan mengalami penurunan tahun 2019 menjadi 7
orang kematian.
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu
mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu
hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,
perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi
komplikasi, kemudian mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga
Profil Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2018 2
berencana. Kesiapan pelayanan berkualitas setiap saat, atau 24 jam 7 hari, agar semua ibu
hamil/ melahirkan yang mengalami komplikasi setiap saat mempunyai akses ke pelayanan
daruruat berkualitas dalam waktu cepat, karena sebahgian komplikasi memerlukan pelayanan
kegawatdaruratan dalam hitungan jam.
Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari : (1)
pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan
ibu hamil, (3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan kesehatan ibu nifas, (5)
Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K), dan (6) pelayanan kontrasepsi.
Gambar 6.2
Persentase Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2015 – 2019
92.5 91.2
85.7
69 68.1
Dari Gambar 6.2 di atas dapat diketahui bahwa cakupan pelayanan K4 untuk ibu hamil
di Kabupaten Tapanuli Tengah mengalami fluktuasi dalam lima tahun terakhir. Pada tahun
2015 cakupan K4 Ibu hamil di Tapanuli tengah adalah sebesar 69,0 %, mengalami penurunan
tahun 2016(68,1%). Sedangkan pada tahun 2017 terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari
tahun 2016 yaitu 92,5 %. Kemudian menurun di tahun 2018 menjadi 91,2 %. Kemudian
menurun kembali tahun 2019 yaitu 85,7%. Jika dibandingkan dengan target Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019 yang sebesar 75%, capaian tahun 2019
sudah melebihi target tersebut.
Hal ini harus dievaluasi oleh semua pihak terkait dalam rangka memperbaiki pencapaian
indikator ini. Disamping ituperlu ada peningkatan kinerja dengan upaya-upaya yang lebih
komprehensif dan tepat guna untuk meningkatkan cakupan K4 seperti case finding, upaya home
visit oleh bides, peningkatan dan evaluasi distribusi serta penggunanaan buku KIA oleh sasaran
ibu hamil, dan lain lain.
Gambar 6.3
Persentase Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas
Profil Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2018 4
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2015 – 2019
Gambar 6.3 menunjukkan bahwa Puskesmas Pulo Pakkat memiliki cakupan K4 tertinggi
sebesar 99,1%, diikuti Puskesmas Pasaributobing sebesar 98,1%, dan Puskesmas Gonting
Mahe sebesar 97,1%. Sedangkan Puskesmas dengan cakupan K4 terendah adalah Puskesmas
Pandan sebesar 73,7%, Puskesmas Siantar Ca sebesar 74,4%, dan Puskesmas Barus sebesar
75,0%.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil tidak hanya
dari sisi akses, tetapi juga kualitas pelayanan yang membutuhkan peningkatan diantaranya
melalui pemenuhan semua komponen pelayanan kesehatan yang harus diberikan saat
kunjungan. Keberadaan Puskesmas secara ideal harus didukung dengan aksesibilitas yang baik.
Hal ini tentu saja berkaitan dengan aspek geografis dan kemudahan sarana dan prasarana
transportasi. Dalam mendukung penjangkauan terhadap masyarakat di wilayah kerjanya,
Puskesmas menerpakan konsep satelit dengan menyediakan Puskesmas Pembantu.
6.1.2. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid Difetri bagi Wanita Usia Subur dan Ibu
Hamil
Infeksi tetanus menajdi salah satu penyebab keamtian ibu dan kematian bayi yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses persalinan yang tidak
aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan. Clostridium
1. Td2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah Td1 dengan masa perlindungan 3 tahun.
2. Td3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah Td2 dengan masa perlindungan 5 tahun.
3. Td4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah Td3 dengan masa perlindungan 10 tahun.
4. Td5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah Td4 dengan masa perlindungan 25 tahun.
4.3
2.9
2.5
0.8
0.6
0.4
Cakupan imunisasi Td2+ pada ibu hamil di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019
sebesar 4,3%, relatif lebih rendah jikadibandingkan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil
K4 yang sebesar 85,7% (Lampiran Tabel 23), sementara Td2+ merupakan kriteria pelayanan
kesehatan ibu hamil K4. Cakupan imunisasi Td1 - Td5 pada Wanita Usia Subur (WUS) yang
hamil dan tidak hamil juga sangat rendah dibandingkan dengan jumlah WUS yang terdata, yaitu
hanya berkisar 0,4% - 0,1% dari total jumlah WUS di Kabupaten Tapanuli Tengah yang
berjumlah 66.361 orang (Lampiran Tabel 26).
Gambar 6.5 menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang cukup jauh antara cakupan
Puskesmas tertinggi dengan terendah, yaitu Puskesmas tertinggi sebesar 100% di Puskesmas
Pulo Pakkat dan Puskesmas terendah sebesar 66,4% di Puskesmas Pandan.
Sejak tahun 2015, telah ditekankan bahwa persalinan yang aman adalah persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan profil kesehatan
Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019 diketahui bahwa persalinan yang dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan 89,7%.
Barus... 97.2
89.1
S 96.0
94.3
Siran... 97.7
93.9
Bar 98.1
97.2
Pasaribu... 92.1
96.4
Gontin... 95.5
91.7
96.6
91.4
P 83.3
90.6
Tuk 95.5
89.0
P 65.8
81.8
Pina... 89.1
95.8
Pulo ... 78.6
Sumber : Seksi Kesehatan KeluargaDinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah 2019
Gambar 6.6 menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang cukup jauh antara cakupan
Puskesmas tertinggi dengan Puskesmas terendah, yaitu 97,2% di Puskesmas Barus Utara dan
65,8% di Puskesmas Pandan.
Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian
Kesehatan RI pada tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong
persalinan dan tempat/ fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti
berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/ fasilitas
persalinan. Demikian pula dengan tempat/ fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan
bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan
menggariskan bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga
kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa sekaligus menjadi
rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakannya rumah tinggal, tenaga kesehatan
Gambar 6.7
Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD)
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Gambar 6.7 menunjukkan bahwa cakupan pemberian TTD pada ibu hamil tertinggi
sebesar 100%. Terdapatsembilan (9) puskesmas yang mencapai cakupan 100%. Sedangkan
cakupan terendah di Puskesmas Hutabalang sebesar 62,1%. Dibandingkan dengan target dalam
Renstra Dinas Kesehatan Kab. Tapanuli Tengah, maka semua Puskesmas telah mencapai target
yaitu 50%.
Gambar 6.8
Gambar 6.8 menunjukkan bahwa cakupan pelayanan ibu nifas (KF3) tertinggi ada di
Puskesmas Pulo Pakkat dan cakupan terendah ada di Puskesmas Pandan sebesar 89,7%.
Dari Gambar 6.8 diketahui bahwa terdapat 9 Puskesmas yang capaian KF3 nya sudah
100% antara lain Puskesmas Manduamas, Sirandorung, Siantar Ca, Sorkam, Kolang, Kalangan
dan Pulo Pakkat.
Gambar 6.9
Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Gambar 6.10
Cakupan Pasangan Usia Subur Peserta KB Aktif Berdasarkan Jenis Kontrasepsi
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
10%
21%
29%
10%
2%
8%
20%
Masih bersumber BKKBN Kabupaten Tapanuli Tengah, diperoleh data bahwa terdapat
3.324 ibu yang ber-KB pasca melahirkan dari 9.426 ibu yang bersalin di tahun 2019 (35,3%).
Dilihat dari jenis kontrasepsi yang digunakan, suntik 31,9% merupakan jenis kontrasepsi yang
terbanyak digunakan, diikuti PIL (25,8%), Implan (23,7%), Kondom (18,3%) dan AKDR
(0,4%).
Gambar 6.11
Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan Berdasarkan Jenis Kontrasepsi
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
0%
32%
26%
Data cakupan peserta KB pasca persalinan menurut jenis kontrasepsi per puskesmas
dapat dilihat di Lampiran Tabel 29.
Penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka PAnjang) masih sangat rendah
dikarenakan pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang kelebihan metode MKJP dan
keterbatasan jumlah tenaga terlatih serta sarana yang ada. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa pemerintah wajib
menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang
aman, bermutu dan terjangkau masyarakat, termasuk Keluarga berencana. Pelayanan kesehatan
dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur
untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas.
Gambar 6.12
Tren Perkembangan Puskesmas Santun Lansia Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
12
12
10
10
2
1
0
2017 2018 2019
Gambar 6.13
Tren Perkembangan Posyandu Lansia di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
125 124
120
115
112
110
105
100
2017 2018 2019
Gambar 6.13 menunjukkan bahwa jumlah Posyandu lansia meningkat dari 124 pada
tahun 2017 meningkat menjadi 132 pada tahun 2019. Capaian tersebut telah melampaui target
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu sebanyak 50 Posyandu lansia.
Dari 27.907 lansia yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah, sebanyak 24.169 jiwa
diantarnya (86,6%) telah mendapatkan pelayanan kesehatan. Gambar 6.14 menunjukkan tren
fluktuatif cakupan pelayanan kesehatan lansia dalam lima tahun terakhir.
Gambar 6.14
Cakupan Pelayanan Kesehatan Lansia di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
100
90
86.6
80
70
60
50
39.6
40
33.56
30
20
11.5
10 10.45
0
1 2 3 4 5
Terdapat disparitas dalam cakupan pelayanan kesehatan lansia per puskesmas. Puskesmas
Pandan memiliki cakupan pelayanan kesehatan lansia tertinggi di tahun 2019 sebesar 99,9%,
diikuti Puskesmas Pinangsori sebesar 99,6%, Puskesmas Kalangan 99,5%, Puskesmas Poriaha
99,2% dan Sarudik 99,2%. Adapun cakupan yang terendah ditemukan di Puskesmas Pulo
Pakkat 70,5%, diikuti Puskesmas Barus Utara 72,5% dan Puskesmas Aek Raisan 72,9%.
Profil Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2018 19
Gambar 6.15
Cakupan Pelayanan Kesehatan Lansia Menurut Puskesmas
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Sebagai sasaran pelayanan kesehatan, yang harus diperhatikan pada lansia adalah bahwa
penyakit kronis dan kecacatan di usia tua mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan dan
merupakan tantangan bagi keluarga, masyarakat, dan pemerintah secara nasional. Karena itu,
perlu dilakukan intervensi sejak dini sesuai dengan tahapan siklus hidup, agar ketika memasuki
masa lansia, mereka tidak sakit-sakitan, lemah, dan kurang mandiri. Hal ini harus disadari oleh
para generasi muda dan pra lansia agar mulai menyiapkan diri sebaik-baiknya supaya kelak
menjadi lansia yang sehat, mandiri, aktif, dan produktif.
Untuk mewujudkan lansia sehat dan berkualitas, harus dilakukan pembinaan kesehatan
sedini mungkin dan selama siklus hidup manusia mulai dari janin sampai memasuki masa lansia
dengan meminimalkan faktor risiko yang harus dihindari dan memaksimalkan faktor protektif
yang dapat melindungi dan meningkatkan status kesehatan. Hal ini sejalan dengan Kementerian
Kesehatan RI yang menggalakkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) untuk
dilakukan oleh setiap individu, keluarga, dan masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tapanuli Tengah menyebutkan dalam Tapanuli
Tengah dalam Angka 2020 bahwa Angka Harapan Hidup di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun
Profil Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2018 20
2019 adalah 67,08 tahun. Gambaran Angka Harapan Hidup di Kabupaten Tapanuli Tengah
mulai tahun 2015-2019 terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.16
Angka Harapan Hidup di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2015-2019
67.2
67.1 67.08
67
66.9
66.82
66.8
66.7
66.62 66.66
66.59
66.6
66.5
66.4
66.3
2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 6.17
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut Puskesmas
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Dari gambar 6.17 di atas dapat diketahui ada 15 Puskesmas yang mencapai 100% cakupan
kunjungan neonatal pertama yaitu Lumut, Saragih, Manduamas, Sirandorung, Barus, Siantar
Ca, Pasaributobing, Sipea-pea, Gonting Mahe, Sorkam, Kolang, Aek Raisan, Tukka,
Sibabangun, Dan Pulo Pakkat. Sedangkan Puskesmas yang terendah cakupannya adalah
Puskesmas Pandan. Sedangkan untuk cakupan kunjungan neontal tiga kali (KN3) di
Kabupaten Tapanuli Tengah mencapai 93,7%.
Gambar 6.18
Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN3) Menurut Puskesmas
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Dari gambar 6.18 di atas dapat diketahui ada 19 Puskesmas yang sudah mencapai target di atas
90% yaitu Barus Utara, Lumut, Saragih, Manduamas, Sirandorung, Andam Dewi, Barus,
Siantar Ca, Pasaributobing, Sipea-pea, Gonting Mahe, Sorkam, Kolang, Aek Raisan, Tukka,
Kalangan, Pinangsori, Sibabangun dan Pulo Pakkat. Puskesmas dengan cakupan terendah
adalah Pandan sebanyak 68,2%.
6.2.2. Imunisasi
Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap anak
berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya
penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 yang diundangkan tanggal 11 April 2017
menggantikan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang
termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC,
difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput otak, dan radang
paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindung dari berbagai penyakit berbahaya
tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.
Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti paling cost-effective
(murah), karena dapat mencegah dan mengurangi kejadian kesakitan, kecacatan, dan kematian
Gambar 6.19
Cakupan Imunisasi Campak/MR Menurut Puskesmas
Dari gambar 6.19 diketahui ada 4 Puskesmas yang cakupan imunisasi campak/MR
melampaui 100%, yaitu Lumut, Siantar Ca, Aek Raisan, dan Pulo Pakkat. Sedangkan 8
Puskesmas yang terendah cakupan imunisasi campak/MR nya adalah Saragih (40,0%),
Sirandorung (40,4%), Barus Utara (43,0%), Tukka (43,3%), Kalangan (43,9%), Poriaha
(55,3%), Barus (55,7%), Sipea-pea (57,2%).
Menurut data Profil Kesehatan Puskesmas cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) di
Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019 sebesar 68,5%. Realisasi ini belum mencapai target
yang ditetapkan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu sebesar 82%.
Cakupan per puskesmas akan disajikan pada gambar berikut ini.
Gambar 6.20
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Menurut Puskesmas
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Dari gambar 6.20 diketahui hanya 7 puskesmas yang cakupan IDL nya mencapai target
di Renstra sebesar 82% yaitu Puskesmas Lumut (82,9%), Manduamas (86,0%), Andam Dewi
(86,0%), Siantar Ca (126,4%), Pasaributobing (92,3%), Aek Raisan (83,7%), dan Hutabalang
(88,5%). Ada sebanyak 16 Puskesmas yang belum mencapai target Renstra tersebut, Puskesmas
yang cakupannya terendah antara lain Puskesmas Barus Utara (41,3%), Saragih (41,9%),
Sirandorung (37,8%), Gonting Mahe (32,2%), Tukka (40,3%), dan Kalangan (41,2%).
Gambar 6.21
Cakupan Desa/ Kelurahan UCI Menurut Puskesmas
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Dari gambar 6.21 di atas dapat dilihat dari 23 Puskesmas yang memenuhi target Renstra
sebesar 92% ada sebanyak 8 Puskesmas. Puskesmas yang cakupannya masih sangat rendah di
bawah 50% antara lain Lumut (0,0%), Saragih (20%), Sipea-pea (33,3%), Gonting Mahe
(22,2%), Sorkam (28,6%), Kolang (25,0%), Tukka (11,1%), dan Pinangsori (40%).
Gambar 6.22
Cakupan Imunisasi DPT-HB-HiB4 pada Anak Usia di Bawah Dua Tahun (Baduta)
Menurut Puskesmasdi Kabupaten Tapanuli TengahTahun 2019
Dari gambar 6.22 di atas dapat dilihat tiga terbesar Puskesmas dengan cakupan
imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib4 secara berturut-turut adalah Siantar Ca (109,3%), Pandan
(93,4%), Lumut (85,8%). Sedangkan Puskesmas dengan cakupan tiga terendah adalah
Sirandorung (7,5%), Sipea-pea (16,5%) dan Tukka (21,2%). Cakupan imunisasi campak/MR2
lanjutan untuk anak usia di bawah dua tahun (baduta) berdasarkan Puskesmas dapat dilihat pada
grafik berikut ini.
Gambar 6.23
Cakupan Imunisasi Lanjutan Campak/MR2 pada Anak Usia di Bawah Dua Tahun
(Baduta) Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Profil Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2018 29
Barus Utara 28.4
Lumut 154.7
Saragih 43.4
Manduamas 38.7
Sirandorung 28.0
Andam Dewi 33.1
Barus 30.9
Siantar Ca 103.4
Pasaributobing 39.0
Sipea-Pea 19.0
Gonting Mahe 51.7
Sorkam 40.5
Kolang 32.8
Aek Raisan 76.3
Poriaha 18.6
Sarudik 59.2
Tukka 12.9
Kalangan 23.3
Pandan 92.0
Hutabalang 42.7
Pinangsori 63.2
Sibabangun 79.2
Pulo Pakkat 25.0
Sumber : Seksi Kesehatan KeluargaDinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah 2019
Dari gambar 6.23 di atas dapat dilihat tiga terbesar Puskesmas dengan cakupan
imunisasi lanjutan Campak/MR2 secara berturut-turut adalah Lumut (154,7%), Siantar Ca
(103,4%), dan Pandan (92,0%). Sedangkan Puskesmas dengan cakupan tiga terendah adalah
Tukka (12,9%), Poriaha (18,6%) dan Sipea-pea (19,0%).
Gambar 6.24
Cakupan Pelayanan Kesehatan Peserta Didik 1 SD/MI Menurut Puskesmas
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Dari gambar 6.24 di atas diketahui bahwa semua puskesmas (23 Puskesmas) yang cakupan
pelayanan kesehatan kepada peserta didik kelas 1 SD/MI mencapai 100%.
Gambar 6.25
Cakupan Pelayanan Kesehatan Peserta Didik Kelas 7 SMP/MTS Menurut Puskesmas
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Dari gambar 6.25 dapat dilihat bahwa semua puskesmas (23 Puskesmas) yang cakupan
pelayanan kesehatan kepada peserta didik kelas 7 SMP/MTS mencapai 100%.
Pada tahun 2019 dari 5.690 orang peserta didik kelas 1 SMA/MI yang ada di Kabupaten
Tapanuli Tengah, yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari puskesmas ada sebanyak 5.690
orang (100%). Selanjutnya akan digambarkan cakupan pelayanan kesehatan yang dilakukan
puskesmas pada peserta didik kelas 10 SMA/MI menurut Puskesmas tahun 2019.
Gambar 6.26
Cakupan Pelayanan Kesehatan Peserta Didik Kelas 10 SMA/MI Menurut Puskesmas
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Dari gambar 6.25 dapat dilihat bahwa semua puskesmas (23 Puskesmas) yang cakupan
pelayanan kesehatan kepada peserta didik kelas 10 SMA/MI mencapai 100%.
Gambar 6.27
Jumlah Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Barus Utara 0
Lumut 0
Saragih 0
Manduamas 0
Sirandorung 0
Andam Dewi 0
Barus 0
Siantar Ca 0
Pasaributobing 0
Sipea-Pea 0
Gonting Mahe 0
Sorkam 1
Kolang 0
Aek Raisan 0
Poriaha 0
Sarudik 1
Tukka 0
Kalangan 0
Pandan 1
Hutabalang 0
Pinangsori 1
Sibabangun 0
Pulo Pakkat 0
Dari gambar 6.27 dapat dilihat bahwa hanya 4 puskesmas (17,4%) yang melaksanakan
PElayanan kesehatan remaja yaitu Sorkam, Sarudik, Pandan dan Pinangsori. Sedangkan 19
Puskesmas lainnya belum melaksanakan pelayanan kesehatan remaja.
6.3. Gizi
Pada subbab gizi ini akan dibahas mengenai status gizi balita dan upaya pencegahan dan
penanganan masalah gizi yaitu pemberian ASI eksklusif, pemberian kapsul vitamin A pada
balita 6-59 bulan, pemberian tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil dan remaja putri,
pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK dan balita kurus, dan kecukupan energi dan
zat gizi balita.
Gambar 6.28
Prevalensi Status Gizi (BB/U) pada Bayi di Bawah Dua Tahun (Baduta) dan Bayi Bawah
Lima Tahun (Balita) di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
70 66.23
62.4
60 Baduta Balita
50
40
30
19.74
20 16.8
12.45
10.33
10 8.36
3.7
0
gizi buruk gizi kurang gizi baik gizi lebih
Dengan angka prevalensi sebesar 30,07% prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di
Kabupaten Tapanuli Tengah masih termasuk dalam kategori tinggi (standar WHO; 5-9%
rendah, 10-19% medium, 20-39% tinggi, >40% sangat tinggi). Namun bila dibandingkan
dengan data rutin yang diperoleh dari Profil kesehatan Puskesmas dan Pemantauan Status Gizi
(PSG) tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah
menyatakan bahwa persentase balita gizi kurang (BB/U) di Kabupaten Tapanuli Tengah hanya
sebesar 2,42%. Cakupan berdasarkan Puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.29
Prevalensi Status Gizi (BB/U) pada Bayi di Bawah Lima Tahun (Balita)
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Dari gambar 6.29 di atas diketahui puskesmas yang paling tinggi balita dengan gizi
kurang secara berturut-turut adalah Aek Raisan (15,25%), Sorkam (13,07), dan Barus Utara
(7,25%). Sedangkan Puskesmas tiga terendah dengan balita gizi kurang adalah Gonting Mahe
(0,00%), Manduamas (0,08%) dan Sibabangun (0,13%).
Berdasarkan Riskesdas 2018 di Kabupaten Tapanuli Tengah diperoleh bahwa prevalensi
kependekan baduta tahun 2018 adalah sebesar 39,41% yang terdiri dari sangat pendek 23,26%
dan pendek 16,15%. Sedangkan untuk kependekan balita sebesar 43,69%, yang berarti
mengalami penurunan sebesar 6,01% dari keadaan tahun 2013 sebesar 49,7% (Riskesdas
2013). Prevalensi kependekan sebesar 43,69% terdiri dari 21,70% sangat pendek dan 21,99%
pendek. Berikut ini akan disajikan hasil Riskesdas 2018 di Kabupaten Tapanuli Tengah terkait
prevalensi kependekan pada baduta dan balita (TB/U).
Gambar 6.30
Prevalensi Status Gizi Kependekan (TB/U) pada Baduta dan Balita
di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
60.6
56.31
Bila dibandingkan dengan hasil pemantauan status gizi yang dilaporkan profil kesehatan
puskesmas diperoleh bahwa balita pendek (TB/U) di Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar
3,30% maka terdapat perbedaan yang sangat signifikan oleh karena itu perlu dicermati lagi
bagaimana menyikapi perbedaan kondisi kependekan pada balita ini dengan lebih serius lagi.
Kondisi per puskesmas akan ditampilkan dalam gambar berikut ini.
Gambar 6.31
Prevalensi Status Gizi Kependekan (TB/U) pada Balita
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019
Dari gambar 6.31 di atas diketahui Puskesmas yang paling banyak balita pendeknya
secara berturut-turut adalah Sorkam (23,85%), Barus Utara (16,39%) dan Kolang (11,13%).
Profil Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2018 38
Sedangkan puskesmas tiga terendah dengan balita pendeknya adalah Lumut (0,23%), Pandan
(0,30%) dan Sibaabngun (0,30%).
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa baduta sangat kurus di Kabupaten Tapanuli
Tengah sebesar 14,63% dan kurus sebesar 12,19%. Sedangkan pada tahun yang sama prevalensi
balita sangat kurus sebesar 9,17% bila dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 (sebesar
4,2%), mengalami kenaikan sebesar 4,97%. Prevalensi balita kurus sebesar 10,41% di tahun
2018, ternyata mengalami kenaikan sebesar 4,81% bila dibandingkan dengan hasil Riskesdas
2013 sebesar 5,6%. Berikut ini akan disajikan hasil Riskesdas 2018 di Kabupaten Tapanuli
Tengah terkait prevalensi sangat kurus dan kurus pada baduta dan balita (BB/TB).
Gambar 6.32
Prevalensi Status Gizi (BB/TB) pada Baduta dan Balita
di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
67.73
70
58.13
60
50
40
30
20 14.63 15.05
12.19 12.69
9.17 10.41
10
0
SANGAT KURUS KURUS NORMAL GEMUK
BALITA BADUTA
Menurut WHO 2010 masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila
prevalensi BB/TB Kurus antara 10%-14,9%, dan dianggap kritis bila ≥15%. Berdasarkan nasil
Riskesdas tahun 2018, angka prevalensi BB/TB sangat kurus dan kurus pada balita sudah
sampai sebesar 19,58%. Hal ini berarti bahwa masalah kekurusan di Kabupaten Tapanuli
Tengah masuk dalam kategori masalah kesehatan yang dianggap Kritis. Merujuk hasil
pemantauan status gizi yang dilaporkan pada profil kesehatan puskesmas diperoleh bahwa
balita kurus (BB/TB) di Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 19,96%. Hasil ini tidak
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan hasil Riskesdas 2018. Kondisi balita kurus per
puskesmas akan disampaikan dalam grafik berikut ini.
Gambar 6.33
Prevalensi Status Gizi (BB/TB) pada Balita
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Dari gambar 6.33 di atas diketahui ada 15 puskesmas yang dikategorikan Kritis sesuai
standart WHO, secara berturut-turut adalah Sorkam (103,21%), Barus (47,46%), Gonting Mahe
(45,66%), Lumut (33,95%), Hutabalang (33,30%), Barus Utara (25,96%), Sirandorung
(29,14%), Pasaributobing (28,43%), Aek Raisan (25,71%), Andam Dewi (20,33%), Tukka
(20,32%), Pulo Pakkat (19,81%), Kalangan (18,29%), Siantar Ca (17,58%) dan Manduamas
16,51%). Ada 4 Puskesmas yang dikategorikan Serius antara lain Saragih (11,99%), Kolang
(11,95%), Poriaha (14,63%), dan Pinangsori (12,09%).
Gambar 6.34
Cakupan Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Barus Utara 36.7
Lumut 69.2
Saragih 72.5
Manduamas 56.0
Sirandorung 52.5
Andam Dewi 61.0
Barus 65.9
Siantar Ca 45.5
Pasaributobing 51.6
Sipea-Pea 70.8
Gonting Mahe 59.9
Sorkam 68.7
Kolang 55.3
Aek Raisan 37.9
Poriaha 47.4
Sarudik 69.7
Tukka 44.0
Kalangan 65.0
Pandan 40.3
Hutabalang 45.3
Pinangsori 52.2
Sibabangun 46.6
Pulo Pakkat 86.7
Dari gambar 6.34 diketahui tiga puskesmas yang tertinggi bayi baru lahirnya yang
mendapatkan IMD adalah Pulo Pakkat (86,7%), Saragih (72,5%) dan Sipea-pea (70,8%).
Sedangkan tiga puskesmas terendah adalahBarus Utara (36,7%), Aek Raisan (37,9%) dan
Pandan (40,3%).
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk
daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif
dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada
hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung
Berdasarkan data Profil Kesehatan, dari 3.507 bayi usia <6 bulan, dilaporkan hanya
1.660 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif (47,3%), capaian ini belum mencapai target yang
ditetapkan di Indikator dan Target Pencapaian Kinerja dalam Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019 yaitu sebsar 50%. Berikut ini akan
disajikan cakupan ASI Eksklusif menurut Puskesmas tahun 2019.
Gambar 6.35
Cakupan Bayi Usia < 6 bulan Mendapat ASI Eksklusif
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Dari gambar 5.35 diketahui tiga puskesmas yang tertinggi cakupan ASI Eksklusifnya
adalah Barus Utara (83,9%), Aek Raisan (73,8%), Sorkam (72,9%). Sedangkan tiga puskesmas
yang terendah adalah Pulo Pakkat (31,4%), Barus (34,6%) dan Poriaha (37,4%). Merujuk target
di Indikator dan Target Pencapaian Kinerja dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019, maka hanya 8 puskesmas yang mencapai target
tersebut yaitu Barus Utara (83,9%), Andam Dewi (69,6%), Siantar Ca (51,8%), Gonting Mahe
(60,7%), Sorkam (72,9%), Aek Raisan (73,8%), dan Tukka (52,1%).
Gambar 6.36
Cakupan Bayi Bawah Lima Tahun (Balita) Ditimbang
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Dari gambar 5.36 diketahui tiga puskesmas yang tertinggi cakupan balita yang
ditimbang adalah Lumut (99,5%), Andam Dewi (96,3%) dan Siantar Ca (95,6%). Sedangkan
tiga puskesmas terendah adalah Sirandorung (66,9%), Sipea-pea (72,2%), Pinangsori (73,4%)
dan Sorkam (73,4%). Merujuk target di Indikator dan Target Pencapaian Kinerja dalam
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019 sebesar 80%, maka
Gambar 6.37
Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita Usia 6-59 Bulan
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Dari gambar 6.37 diketahui bahwa hanya 6 puskesmas yang cakupannya di bawah 100%
antara lain Saragin (93,6%), Sirandorung (96,5%), Sipeapea (90,6%), Gonting Mahe (99,3%),
Sarudik (97,4%) dan Pinangsori (99,3%). Selebihnya Puskesmas mencapai cakupan 100%.
Dibandingkan dengan target yang ditetapkan di Indikator dan Target Pencapaian Kinerja dalam
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019 sebesar 90%, maka
semua puskesmas (23 puskesmas) sudah mencapai target tersebut.
6.3.2.4 Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil dan Remaja Putri
Wanita usia subur cenderung menderita anemia karena wanita mengalami siklus
menstruasi setiap bulan. Kekurangan zat besi dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga
dapat menyebabkan produktivitas menurun. Asupan zat besi dapat diperoleh melalui makanan
bersumber protein hewani seperti hati, ikan, dan daging. Namun karena belum semua
masyarakat dapat menjangkau makanan tersebut, diperlukan asupan zat besi tambahan yang
diperoleh dari tablet tambah darah (TTD).
Pemberian TTD pada remaja putri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi
para remaja putri yang akan menjadi ibu di masa yang akan datang. Dengan cukupnya asupan
zat besi sejak dini, diharapkan angka kejadian anemia ibu hamil, pendarahan saat persalinan,
BBLR, dan balita pendek menurun.
Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Kesehatan Masyarkat Kementerian
Kesehatan Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet Tambah Darah pada
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur, pemberian TTD pada remaja putri dilakukan melalui
UKS/M di institusi Pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) dengan menentukan hari
Gambar 6.38
Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah Kepada Ibu Hamil
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah 2019
Dari gambar 6.38 diketahui terdapat 8 puskesmas yang belum mencapai target, yaitu
sebesar 98% antara lain Barus (91,8%), Siantar Ca (89,3%), Gonting Mahe (77,2%), Sorkam
(96,3%), Kolang (96,2%), Aek Raisan (96,0%), Hutabalang (62,1%), dan Sibabangun (97,8%).
Selebihnya, terdapat 15 puskesmas yang sudah mencapai target.
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi yang dilakukan Seksi Kesga dan KIA Bidang
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019, diperoleh
cakupan pemberian TTD untuk remaja putri sebesar 27,55%. Berikut ini akan disajikan
cakupan pemberian TTD pada remaaj putri menurut puskesmas.
Gambar 6.39
Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah Kepada Remaja Putri
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah 2019
Berdasarkan gambar di atas terdapat tiga puskesmas dengan cakupan tertinggi adalah
Barus (100%), Pulo Pakkat (100%), dan Sibabangun (100%). Sedangkan tiga puskesmas
dengan cakupan terendah adalah Sorkam (9,21%), Pinangsori (9,64%), dan Siantar Ca
(10,14%). Dibandingkan dengan target yang ditetapkan di Indikator dan Target Pencapaian
Kinerja dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019
sebesar ≥30%, maka hanya 10 puskesmas yang sudah mencapai target.
6.3.2.5 Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil KEK dan Balita Kurus
Masa kehamilan merupakan periode penting pada 1000 hari pertama kehidupan
sehingga memerlukan perhatian khusus. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan gizi.
Asupan gizi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Status gizi yang baik
pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting
(pendek). Berikut ini akan disajikan cakupan pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu
hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Balita Kurus menurut Puskesmas tahun 2019.
Gambar 6.40
Persentase Ibu Hamil KEK yang Mendapatkan PMT
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah 2019
Persentase pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil KEK di Kabupaten
Tapanuli Tengah tahun 2019 sebesar 98,54%. Capaian ini sudah melampaui target target yang
ditetapkan di Indikator dan Target Pencapaian Kinerja dalam Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2019 sebesar 98%. Namun ada 3 puskesmas
yang belum mencapai target tersebut yaitu Pasaributobing (94,83%), Sipeapea (95,65%) dan
Kalangan (95,83%). Bila dilihat pada grafik di atas, ada 20 puskesmas yang sudah mencapai
100%, antara lain Sirandorung, Saragih, Manduamas, Andam Dewi, Barus Utara, Siantar Ca,
Barus, Gonting Mahe, Sorkam, Kolang, Aek Raisan, Poriaha, Tukka, Sarudik, Pandan, Pulo
Pakkat, Lumut, Sibabangun, Hutabalang dan Pinangsori.
Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan
Kurang Energi Kronis (KEK). Upaya yang dilakukan dalam perbaikan gizi ibu hamil KEK
adalah dengan pemberian makanan tambahan. Bentuk makanan tambahan untuk ibu hamil KEK
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi adalah biskuit yang mengandung protein, asam linoleat, karbohidrat, dan
diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral.
Balita kurus diukur berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan sebesar minus 3
standar deviasi (-3SD) sampai dengan kurang dari minus 2 standar deviasi (<-2SD). Balita
kurus termasuk dalam kelompok rawan gizi yang membutuhkan suplementasi gizi dalam
bentuk pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan diberikan pada balita usia
6 bulan 0 hari sampai dengan 23 bulan 29 hari selama 90 hari berturut-turut. Pemberian
Gambar 6.41
Persentase Balita Kurus yang Mendapatkan PMT
Menurut Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019
SIRANDORUNG 99.43
SARAGIH 100.00
MANDUAMAS 100.00
ANDAM DEWI 87.13
Barus Utara 97.89
SIANTAR Ca 98.32
BARUS 97.86
PASARIBUTOBING 95.35
SIPEAPEA 100.00
GONTING MAHE 94.09
SORKAM 100.00
KOLANG 94.52
AEK RAISAN 100.00
PORIAHA 100.00
TUKKA 100.00
SARUDIK 62.20
KALANGAN 98.37
PANDAN 100.00
PULO PAKKAT 100.00
LUMUT 100.00
SIBABANGUN 100.00
HUTABALANG 72.71
PINANGSORI 70.29
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah 2019
Cakupan balita kurus yang telah mendapatkan PMT di Kabupaten Tapanuli Tengah
tahun 2019 ada sebesar 92,72%. Terdapat 7 Puskesmas yang persentase balita kurusnya sudah
mendapatkan PMT sebesar 100%, yaitu Saragih, Manduamas, Sipeapea, Sorkam, Aek Raisan,
Poriaha, Tukka, Pandan, Pulo Pakkat, Lumut dan Sibabangun. Namun disisi yang lain, terdapat
4 puskesmas yang belum mencapai target yaitu Andam Dewi (87,13%), Sarudik (62,20%,
Hutabalang (72,71%) dan Pinangsori (70,29%).