MATERNITAS
ASKEP IKTERUS NEONATORUM
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
1. HERI PRANATA
2. NI’MAH AULIYA NAHDA
3. SRI ANDRIANI
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
1.1. Konsep Dasar Ikterus Neonatum
1.2. Askep Ikterus Neonatum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir.
Beberapa penulis barat menyebutkan bahwa ikterus 50 % terjadi pada bayi cukup bulan
dan 75 % pada bayi prematur. Angka kejadian lebih sering terjadi pada bayi pria daripada
bayi wanita. Ikterus biasanya bermanifestasi pada kadar yang lebih rendah pada orang
yang berkulit putih dan lebih tingi pada orang yang berkulit berwarna. UTLEY (1974)
menyatakan bahwa ikterus baru terlihat kalau kadar bilirubin mencapai 2mg %. BROWN
( 1973) menyatakan bahwa ikterus baru terlihat bila kadar bilirbun >5mg %. Penetapan
penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan pemerisaan yang lebih
lanjut. Dengan mengetahui penyebabnya, maka untuk menurunkan angka kejadian ikterus
pada bayi maka dapat dilakukan:
1. Pengawasan antenatal yang baik
2. Menghindari obat ang dapat meningkatkan pada bayi pada masa kelahiran dan
kehamilan. Misal: Sulfaforasole, oksitosin
3. Pencegahan dan mengobati hipoksia paada janin dan neonatus
4. Penggunaan venobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
5. Pemberian minuman yang dini pada bayi
6. Pencegahan infeksi
B. Rumusan Masalah
1. Konsep dasar penyakit dan penatalaksanaan asuhan keperawatan
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata dalam membuat dan melaksanakan
asuhan keperawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kadar bilirubin
Kadar bilirubin
tak terkonjugasi indirec
(indirec )
Melekat pada
sel otak
Kern ikterus
Bersirkulasi
kedarah
IKTERUS
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada bayi ikterus:
1. Fisiologis
Perawatan bayi sehari- hari (memandikan , perawatan tali pusat, pemberian ASI yang
adekuat, jemur dengan sinar matahari kurang lebih 1/2 jam
2. Patologis
a. Mempercepat proses konjugasi sehingga metabolisme dan pengeluaran bilirubin
dapat dipercepat yaitu dengan pemberian fenoperbitol dan pemberian minum yang
adekuat untuk meningkatkan peristaltik usus.
b. Memberikan substrat, untuk transportasi atau konjugasi. Misal dengan
pemberian albumin, sehingga mempercepat pengeluaran bilirubin dari
extrafaskuler.
c. Mengubah bilirubin menjadi tidak toksik dan dapat dikeluarkan dengan
sempurna melalui ginjal dan traktus digistius, yaitu dengan terapi sinar. Terapi
sinar dapat diberikan nelalui:
1) berjemur atau menjemur bayi pada jam 7, 8, 9 pagi kira-kira ½ jam.
2) Dengan terapi sinar isomerisasi yaitu bilirubin diubah menjadi fotoisomer atau
bilirubin isomer yang mudah larut dalam air.
d. Transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sbb:
1) Pada ikterus patologik dengan kadar bilirubin indirec > 20 mg%
2) Kenaikan kadar bilirubin indirec yang cepat, yaitu 0,3 – 1mg%/jam
3) Anemia yang berat dengan gagal jantung
4) Bayi dengan kadar Hb tali pusat <14 mg %
TABEL 2. PEDOMAN PENGELOLAAN IKTERUS MENURUT WAKTU
TIMBULNYA DAN KADAR BILIRUBIN
Bilirubin (mg%) < 24 jam 24-48 jam 49-72 jam >72 jam
<5 Pemberian makanan yang dini
5-9 Terapi sinar bila Kalori
hemolisis cukup
10-14 Transfusi tukar Terapi
*bila hemolisis sinar
15-19 Transfusi tukar* Transfusi Terapi
tukar bila sinar+ +
hemolisis
>20 Transfusi tukar+
* sebelum dan sesudah transfusi tukar beri terapi sinar
+ bila tak berhasil transfusi tukar
bil < 5 mg% selalu observasi
Bil > 5 mg% penyebab ikterus perlu diselidiki
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
1. DX: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan dengan intake oral yang tidak adekuat
Kriteria hasil:
a. Reflek menghisap kuat
b. Bayi tidak lemah dan segar
c. Bayi suka minum
d. BB tetap atau meningkat
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji tingkat reflek menghisap Untuk menentukan metode yang tepat
bayi dalam pemberian ASI dan bayi siap
untuk minum
2 Auskultasi terhadap adanya Pemberian makan pertama pada bayi
bising usus stabil yang memiliki peristaltik dapat
dimulai 6-12 jam pertama kehidupan.
3. Mulai pemberian makan Pemberian makan pertama perselang
sementara atau denan mungkin perlu untuk memberikan
mengunakan selang sesuai nutrisi yang adekuat pada bayi yang
indikasi telah memiliki refle hisap yang buruk
4. Masukkan ASI / Formula dengan Pemasukan makanan kedalam lambung
perlahan selama 20 mnt pada yang terlalu cepat menyebabkan respon
kecepatan 1ml/mnt balik cepat dengan regurgitasi
5. Kaji tingkat energi dan Penggunaan energi berlebihan akan
penggunaannya dan derajat menurunkan ketersediaan energi
kelelahan
6. Perhatikan adanya diare, Menandakan kerusakan fungsi
muntah, regurgitasi lambung
7. Pertahankan suhu lingkungan Suhu dingin dapat meningkatkan laju
dan oksigenasi jaringan yang metabolisme dan kebutuhan kalori bayi
tepat
8. Catat BB setiap hari Pengukuran BB adalah kriteria untuk
kebutuhan kalori
A. Kesimpulan
Penetapan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan pemerisaan yang
lebih lanjut. Dengan mengetahui penyebabnya, maka untuk menurunkan angka kejadian
ikterus pada bayi maka dapat dilakukan,pengumpulan data atau informasi sangatlah
penting untuk menegakkan diagnose atas penyebab dari kelainan yang dialami pasien
B. Saran
Diharapkan selalu memberikan asupan asi secara tepat kepada bayi 2-3 jam sekali atau
kapanpun bayi menginginkannya agar terpenuhinya asupan nutrisi dari si bayi
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Rusepno. 2005. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI
Fraser, Diane M. dan Cooper, Margaret A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Edisi 14. Alih
bahasa Sri Rahaya et al. Jakarta: EGC
Schwartz, M.William.2004. Pedoman Klinis Pediatri. Alih bahasa Brham U.Pendit et al.
Jakarta: EGC
Saifudin, Abdulbari. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matenal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Damanik,S. 2008. Pedoman Diagnosis Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya : FKUA