Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATERNITAS
ASKEP IKTERUS NEONATORUM

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :

1. HERI PRANATA
2. NI’MAH AULIYA NAHDA
3. SRI ANDRIANI

YAYASAN AKPER TELANAI BHAKTI JAMBI


TAHUN PELAJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati, kami menyusun tugas makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah “MATERNITAS”. Dengan selesainya
laporan ini kami tidak lupa mengucapkan terimikasih kepada:Dosen pembimbing MK
MATERNITAS, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terselesainya
laporan ini. Serta teman-teman yang ikut serta membantu dalam proses penyelesaian laporan
ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu kritik, saran,
dan ide-ide yang sifatnya membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan penyusunan
yang akan datang. Harapan kami semoga laporan ini dapat berguna dan dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr, Wb.

05, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
1.1. Konsep Dasar Ikterus Neonatum
1.2. Askep Ikterus Neonatum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir.
Beberapa penulis barat menyebutkan bahwa ikterus 50 % terjadi pada bayi cukup bulan
dan 75 % pada bayi prematur. Angka kejadian lebih sering terjadi pada bayi pria daripada
bayi wanita. Ikterus biasanya bermanifestasi pada kadar yang lebih rendah pada orang
yang berkulit putih dan lebih tingi pada orang yang berkulit berwarna. UTLEY (1974)
menyatakan bahwa ikterus baru terlihat kalau kadar bilirubin mencapai 2mg %. BROWN
( 1973) menyatakan bahwa ikterus baru terlihat bila kadar bilirbun >5mg %. Penetapan
penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan pemerisaan yang lebih
lanjut. Dengan mengetahui penyebabnya, maka untuk menurunkan angka kejadian ikterus
pada bayi maka dapat dilakukan:
1. Pengawasan antenatal yang baik
2. Menghindari obat ang dapat meningkatkan pada bayi pada masa kelahiran dan
kehamilan. Misal: Sulfaforasole, oksitosin
3. Pencegahan dan mengobati hipoksia paada janin dan neonatus
4. Penggunaan venobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
5. Pemberian minuman yang dini pada bayi
6. Pencegahan infeksi
B. Rumusan Masalah
1. Konsep dasar penyakit dan penatalaksanaan asuhan keperawatan
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata dalam membuat dan melaksanakan
asuhan keperawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI

1.1. Konsep Dasar Ikterus Neonatorum


A. Pengertian
1. Ikterus adalah salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati,
yang terdapat pada bayi baru lahir, yaitu terjadinya hiperbirubinemia, yang
merupakan salah satu kegawatan pada BBL karena dapat menjadi penyebab gangguan
tumbang bayi.
2. Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada BBL
yang menjadi ikterus fisologis dan ikterus patologis.
3. Ikterus neonatorum adalah salah satu kondisi yang memerlukan
perhatian pada si Kecil yang baru lahir. Istilah ikterik neonatorum memiliki
pengertian penyakit kuning pada bayi baru lahir. Ikterus itu sendiri berarti warna
kuning; yang dapat terlihat pada kulit dan bagian putih mata (sclera mata).
Ikterus ada 2 macam:
1. Ikterus Fisiologis
Yaitu kterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga serta tidak mempunyai potensi
untuk menjadi kern ikterus. Kern ikterus yaitu kerusakan otak karena pelengketan
bilirubin indirek pada otak yang ditandai dengan mata berputar, letargi, tak mau
mengisap, tonus otot meningkat, leher kaku, opstotomus.
Tanda - tanda ikterus fisologi:
a. Warna kuning timbul pada hari kedua dan ketiga, mengilang pada 10 hari
pertama.
b. Kadar bilirubin indirec tidak melebihi 10 mg % pada neonatus cukup bulan
dan 12,5 mg% pada prematur.
c. Kadar bilirubindirec tidak melebihi 1 mg %
d. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari
e. Bayi tampak sehat dan minum baik
2. Ikterus Patologis
Yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologi atau kadar bilirubin mencapai lebih dari
normal (hiperbilirubinemia)
Tanda-tanda:
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
b. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau lebih setiap 24 jam
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan dan 12,5
mg % pada bayi cukup bulan
d. Disertai hemolisis
e. Bilirubin direc > 1mg / dl
f. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari pada bayi cukup bulan dan 14 hari
pada prematur.
B. Etiologi
1. Produksi bilirubin yang berlebihan, sehingga bayi tak mampu mengeluarkannya.
Misal: pada hemolisis meningkat.
2. Gangguan dalam proses up-take dan konjugasi hepar hal ini disebabkan gangguan
fungsi hepar, hipoksia, asidosis, kurangnya substrat untuk mengkonjugasikan bilirbun
3. Ganguan transportasi
Transporasi bilirubin oleh ikatan albumin dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, sulfa forasole. Defisiensi albumin menyebabkan menumpuknya bilirubin
indirec dalam darah.
4. Gangguan dalam exresi
Dapat terjadi akibat obstruksi hepar sehingga bilirubin indirec yang dikonjugasikan
tidak dapat mengexresikan dengan cepat ke sistem empedu.
C. Tanda dan Gejala
Gejala pada awalnya tidak jelas tetapi kemudian tampak.
1. Mata berputar-putar
2. Letargi atau lemas
3. Kejang
4. Tak mau menghisap
5. Malas minum
6. Tonus otot meningi, leher kaku dan akirnya opistotonus
7. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, opistotonus,
kejang, atetosis yang disertai ketegangan otot, tuli, gangguan bicara dan retardasi
mental.
8. Menilai kira-kira kadar bilirubin
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan.
Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan
sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi
darah.
Ada beberapa cara ntuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko
terjadinya kern-ikterus, misalnya kadar bilirubin bebas; kadar bilirubin 1 dan 2
dilakukan dibawah sinar biasa ( day light)
Sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratoris, apalagi fasilitas tidak
memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.
Gambar 1: Daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus kramer.
Tabel 1: Rumus kramer
Daerah (lihat gambar) Luas ikterus Kadar bilirubin (mg%)
1 Kepala dan lehar 1
Daerah 1
2 (+) 9
baan bagian atas
Daerah 1, 2
(+) 11
3 badan bagian bawah dan
tungkai
Daerah 1, 2, 3
4 (+) 12
lengan dan kaki dibawah
dengkul
Daerah 1, 2, 3, 4
5 (+) 16
tangan dan kaki
Contoh 1. kulit bayi kuning dikepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilirubin kira-kira
9 mg%.
Contoh 2. Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti jumlah bilirubin
>/= 15 mg%
Pada kern ikterus, gajala klinik pada permulaan tidak jelas, antara lain dapat disebutkan
yaitu bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak menentu
( involuntary movements), kejang, tonus otot meninggi, leher kaku dan akirnya opistotonus.
D. Patofisiologi

Sepsis, hemolitik Gang. Fx.hepar, Obstruksi hepar Defisiensi


hipoksia, asidosis albumin
Produksi bilirubin
Tak terkonjugasi Gang. Dlm Gang. Dlm gg. transportasi
prosesuptake & exresi bilirubin
konjugasi

Diikat oleh albumin


Kadar bilirubin
dihepar
Kadar indirec tdk Kadar bilirubin
bilirubinindirec mengalami indirec
reabsorbsi
Proses konjugasi
Tak sempurna

Kadar bilirubin
Kadar bilirubin
tak terkonjugasi indirec
(indirec )

Melekat pada
sel otak

Kern ikterus
Bersirkulasi
kedarah

IKTERUS

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada bayi ikterus:
1. Fisiologis
Perawatan bayi sehari- hari (memandikan , perawatan tali pusat, pemberian ASI yang
adekuat, jemur dengan sinar matahari kurang lebih 1/2 jam
2. Patologis
a. Mempercepat proses konjugasi sehingga metabolisme dan pengeluaran bilirubin
dapat dipercepat yaitu dengan pemberian fenoperbitol dan pemberian minum yang
adekuat untuk meningkatkan peristaltik usus.
b. Memberikan substrat, untuk transportasi atau konjugasi. Misal dengan
pemberian albumin, sehingga mempercepat pengeluaran bilirubin dari
extrafaskuler.
c. Mengubah bilirubin menjadi tidak toksik dan dapat dikeluarkan dengan
sempurna melalui ginjal dan traktus digistius, yaitu dengan terapi sinar. Terapi
sinar dapat diberikan nelalui:
1) berjemur atau menjemur bayi pada jam 7, 8, 9 pagi kira-kira ½ jam.
2) Dengan terapi sinar isomerisasi yaitu bilirubin diubah menjadi fotoisomer atau
bilirubin isomer yang mudah larut dalam air.
d. Transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sbb:
1) Pada ikterus patologik dengan kadar bilirubin indirec > 20 mg%
2) Kenaikan kadar bilirubin indirec yang cepat, yaitu 0,3 – 1mg%/jam
3) Anemia yang berat dengan gagal jantung
4) Bayi dengan kadar Hb tali pusat <14 mg %
TABEL 2. PEDOMAN PENGELOLAAN IKTERUS MENURUT WAKTU
TIMBULNYA DAN KADAR BILIRUBIN

Bilirubin (mg%) < 24 jam 24-48 jam 49-72 jam >72 jam
<5 Pemberian makanan yang dini
5-9 Terapi sinar bila Kalori
hemolisis cukup
10-14 Transfusi tukar Terapi
*bila hemolisis sinar
15-19 Transfusi tukar* Transfusi Terapi
tukar bila sinar+ +
hemolisis
>20 Transfusi tukar+
* sebelum dan sesudah transfusi tukar beri terapi sinar
+ bila tak berhasil transfusi tukar
bil < 5 mg% selalu observasi
Bil > 5 mg% penyebab ikterus perlu diselidiki

1.2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN IKTERUS NENATORUM


A. Pengkajian
1. Identitas
Banyak terjadi pada bayi praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan
retardasi pertumbuhan intra ikterus (IUGR), bayi besar usia gestasi jenis kelamin:
lebih sering terjadi pada bayi pria daripada wanita
2. Keluhan Utama
Letargi (lemas) dan malas untuk minum
3. Riwayat penyakit sekarang
Bayi kejang, tonus otot meninggi, leher kaku, tidak mau menghisap.
4. Riwayat penyakit keluarga
Keturunan etnik, riwayat hiperbilirubinea pada sibling, penyakit hepar.
5. Pola aktivitas sehari-hari
a. pola nutrisi
Reflek moro lemah (menangs lirih) , BB sulit naik.
b. Neurosensori : fontanel menonjol, kejang.
c. Eliminasi: bising usus hipoaktif, urin gelap, feses lunak berwarna coklat
d. Sirkulasi: mungkin pucat atau anemia
e. Pernafasan: adanya asfiksia
f. Aktivitas bayi tampak lemah
6. Riwayat psikologis dan tingkat pengetahuan
Mengkaji tentang pemahaman keliarga terhadap kondisi bayi, prognosis dan cara
perawatan atau prosedur tindakan pada bayi
7. Pemeriksaan Fisik
a. KU : lemah
b. TTV: Suhu meningkat
c. Kepala dan wajah: kekuningan
d. Mata: mata berputar, sklera ikterus
e. Mulut: reflek menghisap jelek
f. Leher: terjadi kekakuan
g. Abdomen: kadang terdapat pembesaran hepar
h. Extremitas mengalami kekuningan (jika kadar bilirubin 16 mg%)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes coomb pada tali pusat bayi baru lahir
b. Golongan darah bayi dan ibu: mengidentifikasi incompabilitas ABO
c. Bilirubin total
d. Protein serum total
e. Hitung darah lengkap : HB < 14 gr/dl karena hemolisis
f. Ht> 65 % pada polisitemia
g. Ht< 45 % pada hemolisis dan anemia
h. Glukosa
i. Bilirubin total

B. Analisa Data

Pengelompokan Data Kemungkinan Masalah


penyebab
1. - Reflek menghisap Intake oral yang Gangguan
lemah adekuat pemenuhan nutrisi
9. BB turun kurang dari keb.
10. Bayi malas minum tubuh
11. Bayi terlihat lemah
2. – Gangguan Efek tindakan Resti cidera
penglihatan fototerapi
12. Kenaikan suhu
13. Frekwensi defekasi
meningkat

3. - Lemah atau lemas Komplikasi transfusi Resti cidera


– Urtikaria tukar
– Suhu
meningkat

4. – Keluarga kurang Kurang terpaparnya Kurangnya


kooperatif informasi pengetahuan
- keluarga sering menanyakan tentang kondisi,
tentang kondisi klien prognosis dan
tindakan

C. Diagnosa Keperawatan
1. DX: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan dengan intake oral yang tidak adekuat
Kriteria hasil:
a. Reflek menghisap kuat
b. Bayi tidak lemah dan segar
c. Bayi suka minum
d. BB tetap atau meningkat

NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji tingkat reflek menghisap Untuk menentukan metode yang tepat
bayi dalam pemberian ASI dan bayi siap
untuk minum
2 Auskultasi terhadap adanya Pemberian makan pertama pada bayi
bising usus stabil yang memiliki peristaltik dapat
dimulai 6-12 jam pertama kehidupan.
3. Mulai pemberian makan Pemberian makan pertama perselang
sementara atau denan mungkin perlu untuk memberikan
mengunakan selang sesuai nutrisi yang adekuat pada bayi yang
indikasi telah memiliki refle hisap yang buruk
4. Masukkan ASI / Formula dengan Pemasukan makanan kedalam lambung
perlahan selama 20 mnt pada yang terlalu cepat menyebabkan respon
kecepatan 1ml/mnt balik cepat dengan regurgitasi
5. Kaji tingkat energi dan Penggunaan energi berlebihan akan
penggunaannya dan derajat menurunkan ketersediaan energi
kelelahan
6. Perhatikan adanya diare, Menandakan kerusakan fungsi
muntah, regurgitasi lambung
7. Pertahankan suhu lingkungan Suhu dingin dapat meningkatkan laju
dan oksigenasi jaringan yang metabolisme dan kebutuhan kalori bayi
tepat
8. Catat BB setiap hari Pengukuran BB adalah kriteria untuk
kebutuhan kalori

2. DX: Resiko tinggi b.d efek tindakan fototerapi


Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cauiran dalam batas normal
b. Menunjukkan kadar bilirubin turun
Intervensi
Mandiri:
1. Perhatikan adanya perkembangan bilier atau obstruksi usus.
R: Fototerapi dikontraindikasikan pada kondisi ini karena fotoisomer bilirubin
yang diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan dg pemajangan pd terapi
sinar dapat diexresikan
2. Dokumentasikan tipe lampu fluoresen, jumlah jam total sejak bola lampu
R: ditempatkan dan pengukuran jarak antara permukaan lampu dan bayi.Emisi
sinar dapat berkurang dengan berjalannya lamp. Bayi harus ditempatkan kira2
18-20 inci dari sumber lampu untuk hasil maximum.
3. Berikan tameng untuk menutup mata, inspeksi mata setiap 2 jam bila tameng
dilepaskan untuk pemberian makan. Sering pantau posisi tameng.
R: Mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar. Pemasangan
yang tidak tepat dapat menyebabkan iritasi, abrasi kornea dan konjungtivitis.
4. Tutup testis dan penis bayi pria.
R: Mencegah kemungkinan kerusakan testis dari panas.
5. pasang lapisan plexigas diantara bayi dan sinar.
R: Menyaring radiasi sinar ultraviolet dan melindungi bayi bila bola lampu pecah.
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
a. kadar bilirubin setiap 12 jam
R: Penurunan pada kadar bilirubin menandakan keefektifan fototerapi. Peningkatan
kadar bilirubin menandakan hemolisis yang kontinyu dan menandakan kebutuhan
terhadap transfusi tukar.
b. Kadar HB
R: Hemolisis lanjut dimanifestasikan oleh penurunan kontinu pada kadar HB
c. Trombosit dan sel darah putih
R: Trombositopenia selama fototerapi telah dilaporkan pada beberapa bayi .
Penurunan SDP menunjukkan kemungkinan efek pada limfosit perifer.
2. Berikan cairan parental sesuai indikasi
R: Mungkin perlu untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat.
3. DX: Resti thp cedera (komplikasi dari transfusi tukar) b.d prosedur invasif.
KRITERIA HASIL:
a. Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi
b. Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum
INTERVENSI:
Mandiri
a. Perhatikan Auskultasi terhadap adanya bising usus hatikan kondisi tali pusat bayi
sebelum transfusi bila vena umbilikal digunakan. Bila tali pusat kering, berikan
pencucian saline selama 30-60 menit sebelum prosedur.
R: Pencucian mungkin perlu untuk melunakkan tali pusat dan vena umbilikus sebelu
transfusi untuk akses IV dan memudahkan pasase kateter umbilikal.
b. Pertahankan puasa selama 4 jam sebelum prosedur atau spirat isi lambung.
R: Menurunkan resiko kemungkinan regurgitasi dan aspirasi selama prosedur.
c. Jaminan ketersediaan alat resusitatif.
R: Untuk memberikan dukungan segera bila perlu.
d. Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama, dan setelah prosedur. Tempatkan bayi
dibawah tempat hangat. Hangatkan darah sebelum penginfusan dengan
menempatkan didalam inkubator, hangatkan baskom berisi air.
R: Membantu mencegah hipotermi dan vasospasme, menurunkan resiko fibrilasi
ventrikel dan menurunkan vikositas darah.
e. Pastikan golongan darah serta faktor RH bayi dan ibu dengan darah yang akan
ditukar (darah tukar akan sama golongannya dengan darah bayi, tetapi darah Rh
negatif / golongan O negatif yang telah dicocokkan silang dengan darah ibu
sebelumnya).
R: Dengan menggunakan darah Rh O positif akan hanya meningkatkan hemolisis dan
kadar bilirubin, karena antibodi pada sirkulasi bayi akan merusak SDM yang baru.
f. Jamin kesegaran darah ( tidak lebih dari 2 hari usianya)> Darah yang diberi
heparin lebih disukai.
R: Darah yang lama, lebih mungkin mengalami hemolisis, karenanya meningkatkan
kadar bilirubin. Darah yang diberi heparin selalu baru, tetapi harus dibuang bila
tidak digunakan dalam 24 jam.
g. Kaji terhadap perdarahan berlebihan dari lokasi IV setelah transfusi.
R: Penginfusan darah yang diberi heparin mengubah koagulasi selama 4-6 jam setelah
transfusi tukar dan dapat mengakibatkan perdarahan.
Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
1) Kadar Hb/Ht sebelum dan setelah transfusi.
R: Bila Ht < 40 % sebelum transfusi. Pertukaran sebagian dengan SDM
kemasan dapat mendahului pertukaran penuh.
2) Kadar bilirubin segera setelah prosedur kemudian setiap 4-8 jam.
R: Kadar bilirubin dapat menurun sampai setengah segera setelah prosedur,
tetapi dapat meningkat dg cepat setelahnya, memerlukan pengulangan
tansfusi.
3) Protein serum total.
R: Mengalikan kadar engan 3,7 menentukan derajat peningkatan bilirubin
yang memerlukan transfusi tukar.
b. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
1) Protamin sulfat
R: Mengimbangi efek2 antikoagulan dari darah yang diberi heparin.
4. DX: Kurang pengetahuan mengenai kondisi,prognosis dan kebutuhan tindakan b.d
kurang terpaparnya informasi.
Kriteria hasil:
a. Keluarga mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyebab, tindakan dan
kemungkinan hasil.
b. Mendemonstrasikan perawatan bayi yang tepat.
INTERENSI:
Mandiri:
a. Berikan informasi tentang tipe ikterik dan faktor2 patofisiologi dan anjurkan
mengajukan pertanyaan dan penjelas informasi sesuai kebuituhan.
R: Memperbaiki kesalahan konsep meningkatkan pemahaman dan menurunkan
rasa takut dan perasaan bersalah. Ikterus neonatus mungkin fisiologis akibat
ASI atau patologis tergantung penyebabnya.
b. Tinjau ulang maksud dari mengkaji bayi terhadap peningkatan kadar bilirubin dan
pentingnya melaporkan peningkatan ikterik.
R: Memungkinkan orangtua menganai tanda2 peningkatan kadar bilirubin dan
mencari evaluasi medis tepat waktu.
c. Diskusikan penatalaksanaan dirumah dan ikterik ringan atau sedang.termasuk
peningkatan pemberian maka, pemajanan langsung pada sinar matahai dan
progaram tindak lanjut tes serum.
R: Pemahaman orangtua membantu mengembangkan kerjasama mereka bila bayi
dipulangkan. Informasi membantu orangtua melaksanakan penatalaksanaan
dengan aman dan tepat.
d. Berikan informasi tentang pentingnya mempertahankan suplai ASI melalui pompa
payusara dan tentang kembali menyusui ASI bila ikterik memerlukan pemutusan
menyusui.
R: Membantu ibu untuk mempertahankan pemahaman pentingnya terapi. Dan
meningkatkan keputusa berdasarkan informasi.
e. Kaji situasi keluarga dan sistem pendukung. Berikan orang tua penjelasan tertulis
yang tepat tentang fototerapi dirumah.
R: Fototerapi dirumah dianjurkan hanya untuk bayi cukup bulan, dimana kadar
bilirubin seru antara 14 dan 18 mg/dl tanpa peningkatan konsentrasi bilirubin
reaksi langsung.
f. Berikan rujukan yang tepat untuk program fototerapi dirumah, bila perlu.
R: Kurang ketersediaan sistem pendukung dan pendidikan memerlukan
pengguanaan perawat berkunjung memantau program fototerapi dirumah.
g. Diskusikan kemungkinan efek2 jangan panjang dari hiperbilirubinemia dan
kebutuhan terhaap intervensi diri.
R: Kerusakan neurologis dihubungkan dengan kernikterus meliputi retardasi
mental, perlambatan bicara, kesulitan pembelajaran, warna gigi hijau
kekuningan, kematian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penetapan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan pemerisaan yang
lebih lanjut. Dengan mengetahui penyebabnya, maka untuk menurunkan angka kejadian
ikterus pada bayi maka dapat dilakukan,pengumpulan data atau informasi sangatlah
penting untuk menegakkan diagnose atas penyebab dari kelainan yang dialami pasien
B. Saran
Diharapkan selalu memberikan asupan asi secara tepat kepada bayi 2-3 jam sekali atau
kapanpun bayi menginginkannya agar terpenuhinya asupan nutrisi dari si bayi
DAFTAR PUSTAKA

Hassan, Rusepno. 2005. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI
Fraser, Diane M. dan Cooper, Margaret A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Edisi 14. Alih
bahasa Sri Rahaya et al. Jakarta: EGC
Schwartz, M.William.2004. Pedoman Klinis Pediatri. Alih bahasa Brham U.Pendit et al.
Jakarta: EGC
Saifudin, Abdulbari. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matenal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Damanik,S. 2008. Pedoman Diagnosis Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya : FKUA

Anda mungkin juga menyukai