Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA UMUM
TENTANG
TEORI TEORI DALAM ETIKA SERTA HAK DAN KEWAJIBAN

Disusun Oleh :
1. Ni’mah Auliya Nahda

AKPER JAMBI YAYASAN TELANAI BHAKTI


TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadiran Allah SWT,yang telah memberi rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TEORI TEORI DALAM ETIKA DAN HAK DAN KEWAJIBAN”. Kemudian shalawat
beriring salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
segenap keluarga beserta para sahabat sekalian.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing saya dan kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga terselesaikan makalah ini.Saya harapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca
makalah ini, sehingga dapat menambah wawasan kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan , karena itu kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demi kesempurnaannya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan pendididkan dimasa yang akan datang.

Jambi,17 JULI 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
A. TEORI TEORI DALAM ETIKA
B. HAK DAN KEWAJIBAN
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori Etika menyediakan kerangka yang dapat digunakan untuk memastikan benar
tidaknyakeputusan moral. Keputusan moral yang diambil bisa menjadi beralasan
( memiliki moralreasoning ) berdasarkan suatu Teori Etika . Namun sering terjadi
benturan – benturan yang diakibatkan karena pada kenyataanya banyak terdapat teori
etika, yang mengakibatkan penilaianberbeda – beda sebagai akibat dari tidak adanya
kesepakatan oleh semua orang.Teori Deontologi sering disebut sebagai etika kewajiban
karena berpendapat bahwa tugas merupakan moral dasar dan tidak tergantung pada
konsekuensi yang ditimbulkan, yang terdiri dari teori hak ( rights) Keadilan ( Justice ),
perhatian ( care ), dan keutamaan (Virtue). Teori Teleologi berpandangan bahwa suatu
tindakan benar atau salah tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan
tersebut. Teori ini sering juga disebut dengan pendekatan konsekuensialis. Teori Etika
utlitiarianisme berakar dari teori Teleologi dan sering digunakan untuk menilai kebijakan
pemerintah dan komoditas public.
Mengingat pentingnya hak dalam perdebatan moral dewasa ini, dan khususnya
dalam etika profesi. Ada sesuatu yang membuat heran, mengapa tema ini jarang dibahas
dalam konteks filsafat moral. Tidak banyak buku tentang etika umum memaparkan tema
“hak” ini secara eksplisit. Di luar etika umum, dalam rangka filsafat hukum dan filsafat
politik, misalnya, pembahasan soal “hak” sering dapat ditemukan. Dan memang pantas
dibicarakan di situ. Sebab tidak bisa disangkal, hak berkaitan erat dengan posisi manusia
terhadap negara dan dengan manusia sebagai subjek hukum. Tapi di samping itu hak
berhubungan erat dengan manusia sebagai makhluk moral begitu saja dan karena itu perlu
dipelajari juga dalam rangka etika umum. Karena ada hubungan khusus antara hak dan
kewajiban.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja teori – teori dalam etika ?
2. Apa saja hak dan kewajiban itu ?
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memahami tentang: teori- teori dalam etika serta
hak dan kewajiba
BAB II
PEMBAHASAN

I. TEORI – TEORI DALAM ETIKA


A. PENGERTIAN TEORI  ETIKA
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti “adat
istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkatian dengan kebiasaan hidup
yang baik,baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok
masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai nilai,tata cara hidup yang baik,aturan
hidup yang baik,dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke
orang lain secara turun menurun.Moralitas berasal dari kata Latin (mos),yang dalam
bentuk jamaknya adalah “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Jadi dalam pengertian pertama
ini etika dan moralitas sama-sama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus
hidup dengan baik yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang
berwujud pada pola perilaku dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana
kebiasaan.
Pengertian Etika Menurut Para Ahli :
1. Menurut Drs.O.P.Simorangkir : Etika atau etik dapat diartikan sebagai pandangan
manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai baik.
2. Menurut Maryani dan Ludiggo : Etika adalah seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan maupun yang
harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau
profesi.
3. Menurut Drs.H.BurhannudinSalam : Etika merupakan cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya.
4. Menurut Brooks : Etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian
normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan.
Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan di
dunia nyata.
B. ETIKA ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF
Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan di antara para etikawan
tentang apakah etika bersifat absolut atau relative.Para penganut paham etika absolut
dengan berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika
yang bersifat mutlak, berlaku universal kapanpun dan dimanapun.Sementara itu, para
penganut etika relative dengan berbagai argumentasi yang juga tampak masuk akal
membantah hal ini.Mereka justru menetapkan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral
yang berlaku umum.Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda
untuk masyarakat yang berbeda dan untuk situasi yang berbeda pula.Untuk mendukung
argumentasi para penganut etika relative dimana kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan kode moral yang berbeda pula, Rachles (2004), memberikan contoh
tentang keyakinan dua suku yang amat berbeda dalam perlakuan orang tua mereka saat
meninggal dunia, yaitu suku Callatia yang memakan jenazah orang tua mereka,
sedangkan orang-orang yunani membakar jenazah orang tua mereka.Menyangkut dengan
contoh dari etika relative tersebut Rachles dan Immanuel Kant yang juga pendukung teori
absolut menyatakan bahwa, ada pokok teoretis yang umumnya dimana ada aturan-aturan
moral tertentu yang dianut secara bersama-sama oleh semua masyarakat karena aturan itu
penting untuk kelestarian masyarakat.Misalnya, aturan melawan kebohongan dan
pembunuhan.Hanyalah dua contoh yang masih berlaku dalam semua kebudayaan yang
tetap hidup, walaupun juga diakui bahwa dalam setiap aturan umum tentu saja ada
pengecualianya.
C. PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL
Teori perkembangan moral banyak dibahas dalam ilmu psikologi, salah satu teori
yang sangat berpengaruh dikemukakan oleh Kohlberg (dalam Atkinson et.al. 1996)
dengan mengemukakan 3 tahap perkembangan moral dihubungkan dengan pertumbuhan
(usia) anak.Tahap-tahap perkembangan moral anak menurut Kohlberg.
Tingkat (Level) Sublevel Ciri menonjol
Tingkat I 1.      Orientasi pada hukuman Mematuhi peraturan untuk
(Preventional) menghindari hukuman.
Usia <10 tahun 2.      Orientasi pada hadiah Menyesuaikan diri untuk
memperoleh hadiah atau
pujian.
Tingkat II 3.      Orientasi anak baik Menyesuaikan diri untuk
(Conventional) menghindari celaan orang
Usia 10-13 tahun lain.
4.      Orientasi otoritas Mematuhi hukum dan
peraturan social untuk
menghindari kecaman dari
otoritas dan perasaan bersalah
karena tidak melakukan
kewajiban
Tingkat III 5.      Orientasi kontrak social Tindakan yang dilaksanakan
(Postconventional) atas dasar prinsip yang
Usia > 13 tahun disepakati bersama
masyarakat, demi kehormatan
diri
6.      Orientasi prinsip etika Tindakan yang didasarkan
atas prinsip etika yang
diyakini diri sendiri untuk
menghindari penghukuman
diri.

D. JENIS-JENIS TEORI ETIKA


1. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme,
yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis.Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat
diri.Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri.
2. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata
Inggris utility  yang berarti bermanfaat (Bertens, 2000).Menurut teori ini, suatu
tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota
masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal “the greatest happiness of the
greatest numbers”. Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut :
a. Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan
atau hasilnya).
b. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
c. Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
3. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham
deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama
sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Hasil baik tidak
pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya kisah
terkenal Robinhood yang merampok kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya
dibagikan kepada rakyat miskin.Konsep penting tentang paham deontologi (Kant):
a. Konsep Imperative Hypothesis  adalah perintah yang bersifat khusus yang harus
diikuti jika seseorang punya keinginan yang relevan.
b. Konsep Imperative Categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita
begitu saja tanpa syarat apapun
4. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku.Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak
berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua
sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada
kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi
hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam
deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena itu
pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat
semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran
demokratis.Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan
penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia
individual siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan
yang lain.Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss,2006):
a. Hak legal
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas system/ yurisdiksi hokum suatu
Negara, dimana sumber hokum tertinggi suatu negara adalah undang-undang
dasar negara yang bersangkutan.
b. Hak moral
Hak moral yaitu hak pribadi manusia secara individu, hak moral berkaitan dengan
kepentingan indivisu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak
orang lain.
c. Hak kontraktual
Hak kontraktual yaitu hak yang mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori tipe terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau
akhlak seseorang. Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori
keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah
dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma.Keutamaan bisa didefinisikan
sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan
dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan, misalnya, merupakan
suatu keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap
situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan
kepada sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan yang
membuat seseorang tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan.Suka
bekerja keras adalah keutamaan yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan
spontan untuk bermalas-malasan.Ada banyak keutamaan semacam ini.Seseorang
adalah orang yang baik jika memiliki keutamaan.Hidup yang baik adalah hidup
menurut keutamaan (virtuous life).
Menurut pemikir Yunani (Aristoteles), hidup etis hanya mungkin dalam
polis.Manusia adalah “makhluk politik”, dalam arti tidak bisa dilepaskan dari polis
atau komunitasnya.Dalam etika bisnis, teori keutamaan belum banyak
dimanfaatkan.Solomon membedakan keutamaan untuk pelaku bisnis individual dan
keutamaan pada taraf perusahaan. Di samping itu ia berbicara lagi tentang keadilan
sebagai keutamaan paling mendasar di bidang bisnis. Diantara keutamaan yang harus
menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran, fairness, kepercayaan dan
keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan kadang-kadang
malah ada tumpang tindih di antaranya.
Ketiga keutamaan lain bisa dibicarakan dengan lebih singkat. Keutamaan kedua
adalah fairness. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada
semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua
pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. Insider trading adalah contoh mengenai cara
berbisnis yang tidak fair. Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang
penting dalan konteks bisnis.Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal
balik. Ada beberapa cara untuk mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah
memberi garansi atau jaminan. Cara-cara itu bisa menunjang kepercayaan antara
pebisnis, tetapi hal itu hanya ada gunanya bila akhirnya kepercayaan melekat pada si
pebisnis itu sendiri.
6. Teori Etika Teonom
Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang mengatakan bahwa karakter
moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan
kehendak Allah.Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan
kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti
aturan/perintah Allah sebagaimana dituangkan dalam kitab suci.
E. TEORI ETIKA DAN PARADIGMA HAKIKAT MANUSIA
Konsep tentang hakikat alam semesta dan hakikat manusia serta poko-pokok pikiran
dari berbagai macam teori etika yang berkembang. Maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham atau teori etika dimana
masing-masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh.
2. Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, pola pikir, atau
pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
3. Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang
hakikat manusia.
4. Dilihat dari semua proses evolusi kesadaran diri, semua teori yang ada menjelaskan
tahapan-tahapan moralitas sejalan dengan pertumbuhan tingkat kesadaran diri
seseorang.
5. Teori-teori yang tampak bagaikan potongan-potongan terpisah dapat dipadukan
menjadi suatu teori tunggal berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh.
Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada:
1. Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat, dan kepentingan tuhan.
2. Keseimbangan modal materi (PQ dan IQ), modal social (EQ), dan modal spiritual
(SQ).
3. Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin
(Surgawi).
4. Keseimbangan antara hak (Individu), dan kewajiaban kepada masyarakat dan Tuhan.
Ilmu etika ke depan hendaknya didasarkan atas paradigm manusia utuh, yaitu suatu pola
piker yang mengutamakan intregasi dan keseimbangan pada
1. Pertumbuhan PQ, IQ,EQ, Dan SQ
2. Keseimbangan individu, kepentingan masyarakat, dan kepentngan Tuhan.
3. Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual)
Semua teori etika yang pada awal kemunculanya bagaikan potongan-potongan terpisah
dan berdiri sendiri, ternyata dapat dipadukan karena sifatnya yang saling melengkapi. Inti
dari hakikat manusia utuh adalah keseimbangan, yang bisa diringkas sebagai berikut:
1. Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontology).
2. Keseimbangan tujuan duniawy (teori teologi) dan rohani (teori teonom)
3. Keseimbangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepentingan
masyarakat (Teori utilitarianisme)
4. Gabungan ketiga butir diatas kan menentukan karakter seseorang (teori keutamaan)
5.  Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran.
Teori-teori etika yang dapat dianalogikan dengan alur proses evaluasi kesadaran, yaitu
hak (egoisme)-utilitaranisme-kewajiaban(deontology)-teonom-keutamaan(virtue).
II. HAK DAN KEWAJIBAN
A. Pengertian Hak dan Kewajiban.
Paham “hak” mempunyai sejarah yang berbelit-belit. Pada zaman Yunani kuno,
Plato dan Arostoteles belum berbicara tentang hak dalam arti yang sebenarnya. Bahkan
dalam bahasa Yunani tidak mempunyai kata untuk menunjukkakn “hak”. Bahasa Latin
memiliki kata ius-iuris (yang dikemudian hari dipakai untuk hak), tapi dalam pemikiran
Roma kuno kata ini hanya menunjukkan hukum dalam arti obyektif: keseluruhan undang-
undang, aturan-aturan, dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi
kepentingan umum (hukum dalam arti law, bukan right).
Kadang-kadang istilah ius mendapat arti “hak seseorang”, tapi hanya menunjukkan
benda yang menjadi hak (sebidang tanah, warisan, dan sebagainnya). Pada akhir abad
pertengahan mulai berkembang ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki oleh
seseorang, melainkan ciri yang dimiliki oleh seesorang, yaitu kesanggupan seseorang
untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu (right, bukan law). Tapi
pada waktu itu hukum dalam arti subjektif itu (hak) masih dimengerti sebagai pantulan
dari hukum dalam arti objektif: misalnya, hak milik sebagai pantulan dari bidang tanah
yang dimiliki. Baru pada abad ke-17 dan ke-18 timbul pengertian “hak” dalam arti
modern: ciri yang berkaitan dengan manusia yang bebas, terlepas dari setiap ikatan
dengan hukum objektif. Apa itu suatu hak? Dapat dikatakan, hak merupakan klaim yang
dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain atau terhadap masyarakat.
Orang yang mempunyai hak yang bisa menuntut (dan bukan saja mengharapkan atau
menganjurkan) bahwa orang lain akan memenuhi dan menghormati hak itu. Tetapi bila
dikatakan demikian, segera harus ditambah sesuatu yang amat penting: hak adalah yang
sah atau klaim yang dapat dibenarkan. Sebab, mengatakan klaim begitu saja jelas tidak
cukup. Ternyata sering dikemukakan klaim yang tidak bisa dibenarkan. Seperti seorang
penodong yang bisa saja mengklaim harta milik penumpang dalam kereta api. Tapi kita
semua akan menyetujui bahwa klaim itu tidak sah. Sebaliknya, kondektur kereta api bisa
menuntut agar penumpang membayar karcisnya. Itulah klaim yang bisa dibenarkan dank
arenanya harus dipenuhi oleh yang bersangkutan.Sedangkan kewajiban berarti suatu
keharusan yang harus dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan mengikuti kaidah
serta aturan yang ada dan biasanya dimulai oleh sesuatu yang memiliki hak kepada
seseorang atau kelompok tersebut. Contohnya adalah jika seseorang meminjam uang
kepada temannnya dan berjanji akan mengebalikan maka temannya punya hak untuk
menagih kembali dan seseorang tersebut wajib mengganti uang tersebut.
B. Hubungan Antara Hak dan Kewajiban.
Sebagaimana telah kita lihat, hak merupakan topik yang masih agak baru dalam
literature etika umum. Sebaliknya, pembahasan tentang kewajiban mempunyai tradisi
yang sudah lama sekali. Dalam buku-buku etika sejak dulu banyak dibicarakan tentang
kewajiban terhadap Tuhan, agama, raja / penguasa, Negara, kelompok khusus di mana
orang menjadi anggota (keluarga, kalangan profesi, dan sebagainya). Bahkan dalam
sejarah etika tidak jarang uraian etis dulu diisi hampir seluruhnya dengan penjelasan
tentang kewajiban saja.Dipandang sepintas lalu, rupanya ada hubungan erat antara hak
dan kewajiban.
Sering kita lihat bahwa bahasa hak dapat “diterjemahkan” ke dalam bahasa
kewajiban. Jika orang A berhak mendapatkan benda X dari orang B, akan disimpulkan
begitu saja bahwa orang B berkewajiban memberikan benda X kepada A. Hal ini
mempunyai kesan bahwa hak memungkinkan untuk “menagih” kewajiban. Kesan spontan
ini diperkuat lagi, dengan pernyataan bahwa hak merupakan suatu “klaim”. Kalau
memang benar hak merupakan suatu klaim, bukanlah hal itu dengan sendirinya berarti
juga klaim terhadap seseorang? Di sini akan ditelaah lebih mendalam hubungan antara
hak dan kewajiban itu. Ada filsuf yang berpendapat bahwa selalu ada hubungan timbal
balik antara hak dan kewajiban. Pandangan yang disebut “teori korelasi” itu teruama
dianut oleh pengikut utilitarisme. Menurut mereka, setiap kewajiban seseorang berkaitan
dengan hak orang lain, dan sebaliknya setiap hak seseorang berkaitan dengan kewajiban
orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Mereka berpendapat bahwa seseorang baru
dapat berbicara tentang hak dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi itu. Hak yang
tidak ada kewajiban yang sesuai dengannya tidak pantas disebut “hak”.
C. Jenis-jenis Hak dan Kewajiban.
1. Jenis-jenis Hak.
a. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk hukum
yang ada. Hak legal berasal dari undang-undang atau peraturan hukum yang ada
di Negara tersebut. Contohnya : jika Negara mengeluarkan aturan bahwa setiap
warganya berhak mendapatkan pendidikan dan belajar maka warganya berhak
untuk belajar di sekolah maupun di Negara tersebut tanpa ada penolakan dengan
alasan yang tidak masuk akal.
b. Hak moral adalah hak yang didasarkan atas aturan etis dan prinsip saja dan
berfungsi dalam system moral. Hak moral tidak sama dengan hak legal walau
banyak yang mengangggap sama. Contohnya ; jika seaumi istri mengikat janji
akan setia maka itu hak moral., bukan hak legal. Hak moral akanmenjadi kuat jika
dilindungi oleh status hukum. 
c. Hak konvensional adalah hak yang bersifat legal maupun moral Hak ini
dikemukakan oleh T.L.Beauchamp. Contoh dari hak ini adalah jika dua orang
bermain catur maka seseorang yang memiliki bidak berwarna putih berhak jalan
terlebih dahulu atau jika seseorang masuk organisasi maka orang tersebut
memiliki hak-hak dalam organisasi tersebut. 
d. Hak khusus adalah hak yang hanya dimiliki oleh orang tertentu saja karena adanya
kondisi atau hubungan tertentu. Contohnya adalah saat si A meminjam uang
kepada si B maka hanya si B yang punya hak menuntut uangnya kembali dari si
A, bukan orang lain. Relasi atau kondisi tersebutlah yang mebuat hanya si B yang
punya hak dalam menuntut uangnya kembali.
e. Hak umum adalah hak yang berlaku secara masal dan dimliki semua orang tanpa
harus membeda-bedakan apapun. Contohnya adalah hak asasi manusia yang
terdiri dari hak hidup dan hak-hak lainya.
f. Hak positif adalah hak bersifat dari perbuatan hak tersebut bermanfaat bagi orang
lain. Contohnya jika seseorang melihat orang lain membutuhkan pertolongan dan
menolongnya, maka seseorang tersebut melakukan hak positif karena seseorang
tersebut punya hak untuk menolongnya dalam kondisi tersebut.
g. Hak negatif adalah hak bersifat dari perbuatan hak tersebut bermanfaat bagi
dirinya saja., Contohnya hak dia untuk hidup dan hak dia untuk sehat dan aman
dari ancaman apapun atau saat seseorang ingin mengatakan pendapatnya tentang
sesuatu tanpa dihalangi oleh orang lain.
h. Hak individual adalah hak yang dimiliki masing-masing individu dalam hidup
dengan mengikuti hati nurani masing-masing untuk kepentingan masing-masing
pula. Contohnya hak dalam memeluk agama dan hak untuk berpendapat dalam
kehidupan yang mereka jalani.
i. Hak sosial adalah hak yang dimiliki masing-masing individu yang individunya
berperan sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota lain dalam
mendapatkan sesuatu dari pengabdian masayarakat secara bersama-sama.
Contohnya hak untuk mendapatkan layanan kesehatan dan hak untuk
mendapatkan pendidikan.
2. Jenis-jenis Kewajiban
Ada beberapa jenis kewajiban yang berkembang di masyarakat, menurut John Stuart
Mill ada dua, yaitu:
a. Kewajiban sempurna adalah kewajiban yang terikat dengan hak orang lain
sehingga mutlak sifatnya untuk dilakukan. Contohnya sama seperti jika seseorang
meminjam uang dan berjanji mengembalikan maka mutlak dan wajib sifatnya
untuk dilakukan.
b. Kewajiban tak sempurna; Kewajiban tak sempurna adalah kewajiban yang tidak
terikat dengan orang lain sehingga hanya didasari pada alasan moral saja
pelaksanaannya. Contohnya seseorang dapat berbuat baik dengan membantu
pengemis walau tidak ada keterkaitan yang mutlak antara pengemis dengan orang
itu,sehingga itu hanya didasari alasan moral.
D. Dasar Hukum Hak dan Kewajiban
1. UUD NRI Tahun 1945 Pasal 26-34
2. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM
3. UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
4. UU No. 11 Tahun 2004 Tentang kovenan hak sipil dan politik
5. UU No. 12 Tahun 2004 Tentang kovenan hak bidang sosial budaya dan ekonomi

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika sebagai disiplin ilmu, berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma dan perilaku manusia yang dianggap baik atau
tidak baik.Sebagai ilmu etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika
masih dijumpai banyak teori yang menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku
yang sama dari sudut pandang atau prespektive yang berlainan. Dan beberapa jenis teori
antara lain teori egoisme, utilitarianisme, deontology, teori hak, teori keutamaan, teori
etika otonom. Sebagaimana dikatakan oleh Peschke S.V.D (2003), Berbagai teori etika
muncul antara lain karena adanya perbedaan prespektif dan penafsiran tentang apa yang
menjadi tujuan akhir hidup umat manusia, seperti teori Egoisme, Utilitarianisme,
Deontologi, Teori Hak, Teori Keutamaan (Virtue), dan teori etika etonom. Disamping itu
sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk menjelaskan sesuatu, belum sampai
pada tahap untuk meramalkan, apalagi untuk mengontrol suatu tindakan atau
perilaku.Perkembangan ilmu etika menjadi salah kaprah karena hanya dilandasi oleh
hakikat manusia utuh- suatu paradigma tentang hakikat manusia yang hanya
mengandalkan kekuatan pikiran untuk mencari kebenaran, mengejar makna hidup
duniawi, dan melupakan potensi kekuatan spiritual, kekuatan tak terbatas, kekuatan
Tuhan dalam diri manusia tersebut. Semua teori etika yang pada awal kemunculanya
bagaikan potongan-potongan terpisah dan berdiri sendiri, ternyata dapat dipadukan karena
sifatnya yang saling melengkapi.Teori-teori etika yang dapat dianalogikan dengan alur
proses evaluasi kesadaran, yaitu hak (egoisme)-utilitaranisme-kewajiaban(deontology)-
teonom-keutamaan(virtue).
Sebagaimana telah kita lihat, hak merupakan topik yang masih agak baru dalam
literature etika umum. Sebaliknya, pembahasan tentang kewajiban mempunyai tradisi
yang sudah lama sekali. Dalam buku-buku etika sejak dulu banyak dibicarakan tentang
kewajiban terhadap Tuhan, agama, raja / penguasa, Negara, kelompok khusus di mana
orang menjadi anggota (keluarga, kalangan profesi, dan sebagainya). Bahkan dalam
sejarah etika tidak jarang uraian etis dulu diisi hampir seluruhnya dengan penjelasan
tentang kewajiban saja.Dipandang sepintas lalu, rupanya ada hubungan erat antara hak
dan kewajiban.

DAFTAR PUSTAKA
http://risaristanti.blogspot.com/2016/04/makalah-teori-teori-etika.html
https://web.facebook.com/notes/dpp-garda-taruna-bangsa/penjelasan-tentang-hak-dan-kewajiban-
beserta-dasar-hukum-nya/507468762768983?_rdc=1&_rdr

Anda mungkin juga menyukai