TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan
secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan 4
penilaian:
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode ini sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini umumnya digunakan untuk survey klinis secara tepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi dan untuk
mengetahui tingkat status gizi seorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Penilaian ini dilakukan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
d. Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Umumnya digunakan untuk kejadian tertentu seperti buta senja (Suparisa, 2012)
Table 1
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT/U Anak Umur 5-18 Tahun
Cash dan Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa terdapat 5 aspek dari body image,
diantaranya yaitu :
a. Evaluasi penampilan (appearance evaluation)
Penilaian terhadap tubuh, perasaan menarik atau tidak menarik, kenyamanan
terhadap penampilan secara keseluruhan.
b. Orientasi penampilan (appearance orientation)
Mengukur perhatian individu terhadap penampilannya dan usaha individu
untuk memperbaikinya.
c. Kepuasan terhadap bagian tubuh (body area satisfaction)
Kepuasan atau ketidakpuasan individu terhadap bagian tubuh tertentu seperti
wajah, rambut, paha, pinggul, kaki, pinggang, perut, tampilan otot, berat, ataupun
tinggi badan, serta penampilan secara keseluruhan.
d. Kecemasan menjadi gemuk (overweight preocupation)
Menggambarkan kecemasan terhadap kegemukan dan kewaspadaan akan berat
badan yang ditampilkan melalui perilaku nyata dalam 21 aktivitas sehari-hari,
seperti kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan serta
membatasi pola makan.
e. Pengkategorian ukuran tubuh (self-classified weight)
Bagaimana seseorang memandang, mempersepsi, dan menilai berat badannya.
a. Media massa, isi tayangan media massa sangat mempengaruhi body image remaja,
karena media sering menggambarkan standar tubuh ideal.
b. Keluarga, orang tua merupakan model yang paling penting dalam proses sosialisasi,
sehingga mempengaruhi body image anak melalui permodelan, umpan balik, dan
instruksi.
a. Budaya
Becker (Spangler & Carroll, 2001) menyatakan bahwa estetika budaya
spesifik dan cita-cita moral akan tubuh dikembangkan oleh 23 budaya dan
variasi dalam nilai akan harapan masyarakat terhadap bentuk tubuh dan berat
badan. Selain itu, budaya yang bervariasi akan memberikan standar yang
berbeda-beda akan nilai-nilai terhadap tubuh.
b. Media massa
Salah satu faktor yang sangat terkait dengan ketidakpuasan tubuh dan
dapat menengahi perbedaan budaya akan ketidakpuasan bentuk tubuh adalah
tingkat paparan media massa. Dimana media massa memiliki pengaruh yang
sangat besar akan perubahan pandangan akan citra tubuh wanita. Wanita di
masa lalu dianggap memiliki citra tubuh yang berisi dianggap ideal sedangkan
di masa kini, wanita dengan citra tubuh yang kurus, langsing dan tinggi
dianggap ideal.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin dianggap berkontribusi secara signifikan dalam citra
tubuh ideal. Hal ini di dukung dengan, laki-laki secara konsisten melaporkan
kepuasan akan citra tubuh yang lebih besar dibandingkan perempuan. Muth &
Cash (Spangler & Carroll, 2001) menyatakan bahwa perempuan memiliki
evaluasi akan citra tubuh yang negatif dan di pengaruhi dengan bagaimana cara
perempuan tersebut melhat dirinya.
d. Usia
Tingkatan kepuasan tubuh cenderung bervariasi berdasarkan usia dan
tahapan perekembangan. Menurut Brodie, Bagley & Slade (Spangler &
Carroll, 2001), remaja secara signifikan kurang puas 24 dengan tubuhnya
dibandingkan dengan pra-remaja. Hal ini dikarenakan pada masa remaja
terdapat perubahan-perubahan secara fisik dalam diri remaja tersebut. Selain
itu, Gray (Spangler & Carroll, 2001) mengemukakan bahwa orang dewasa
cenderung lebih memiliki pengaruh yang lebih positif tentang tubuhnya
dibandingkan remaja. Hal ini dikarenakan orang dewasa mampu memahami
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mampu mencari jalan
keluar yang terbaik untuk tubuhnya.
e. Agama
Agama memiliki pemahaman mengenai citra tubuh berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam agama. Agama memiliki pengaruh yang besar akan
masyarakat dalam memandang dan memaknai citra tubuhnya berdasarkan
ketentuan yang ada dan diajarkan dalam agama itu sendiri.
c. Sosial budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang – orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada sekitar remaja, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahua ke dalam remaja yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbale balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan gizi seimbang adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan
dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang kerjanya.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirannya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia
madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial
serta lebih banyak melakukakan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan
diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini .
3. Akibat pengetahuan gizi seimbang yang buruk pada remaja
Jika pengetahuan gizi seimbang remaja kurang tentang pengetahuan gizi
seimbang, maka upaya yang dilakukan remaja untuk menjaga keseimbangan makanan
yang dikonsumsi dengan yang dibutuhkan akan berkurang dan menyebabkan masalah
gizi kurang atau gizi lebih. Pengetahuan tentang konsumsi makanan remaja yang
rendah akan berpengaruh pada pola konsumsi makanan cepat saji pada remaja
tersebut. Masalah yang sering timbul ialah perubahan gaya hidup pada remaja
memiliki pengaruh signifikan terhadap kebiasaan makan mereka, di mana remaja
mulai berinteraksi dengan lebih banyak pengaruh lingkungan dan mengalami
pembentukan perilaku, yang menjadikan mereka lebih aktif, lebih banyak makan di
luar rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan
dimakannya mereka juga lebih sering mencoba-coba makanan baru, salah satunya
adalah Fast Food. Kurangnya pengetahuan gizi seimbang dan salah konsepsi tentang
kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia.
Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor
penting dalam masalah kurang gizi, penyebab lain yang penting dari gangguan gizi
adalah kekurangan pengetahuan dan kemapuan untuk menerapkan informasi tersebut
dalam kehidupan sehari - hari (Suhardjo, 2003).
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari suatu subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat - tingkat tersebut. Pengetahuan gizi yang baik akan
menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi .
Semakin baik pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan
jenis dan jumlah makanan yang diperoleh untuk dikonsumsi (Sediaotama,2000).
Kategori pengetahuan gizi dibagi dalam tiga kelompok yaitu: baik, cukup dan
kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut off point dari skor
yang dijadikan persen. Untuk keseragaman maka digunakan, seperti tabel .
Kategori Tingkat Pengetahuan Gizi
Kategori Pengetahuan Gizi Skor
Baik >80%
Cukup 60-70%
Kurang <60%
Sumber: Baliwati, 2006
Prinsip metode recall 24 jam adalah dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
makan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini,
responden, ibu atau pengasuh ( bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua
yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai
sejak bangun pagi kemarin sampai istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga
dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam
penuh. Hal penting yang perlu diketahui adalah dengan recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung lebih bersifat kuantitatif.
Untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan
lain- lain) atau ukuran lainnya yang bisa digunakan sehari- hari. Apabila
pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1 x 24 jam), maka data yang diperoleh kurang
representative untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu,
recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang- ulang dan harinya tidak berturut-
turut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa
berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan
memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur, 1997)
a. Metode recall 24 jam mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan metode recall 24 jam diantaranya sudah melaksanakannya serta
tidak terlalu membebani responden, biaya relatif murah, karena tidak memerlukan
peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara, cepat, sehingga dapat
mengacu banyak responden yang buta huruf, dapat memberikan gambaran nyata
yang benar - benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi
sehari. Kekurang metode recall 24 jam yakni tidak dapat menggambarkan asupan
makanan sehari – hari, bila hanya dilakukan recall satu hari, ketepatannya sangat
tergantung pada daya ingat responden.
Responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak
cocok dilakukan pada anak usia dibawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun
dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa. The flat slope syndrome
yaitu kecendrungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya
lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cendrung melaporkan
lebih sedikit (under estimate).
Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut
kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat
menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden, dan mengenal
Cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang diteliti secara
umum. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan penelitian.
Untuk mendapat gambaran konsumsi makan sehari-hari recall jangan dilakukan
pada saat panen, hari panas, hari akhir pecan, pada saat melakukan upacara-upacara
keagamaan, selamatan dan lain – lain. Karena keberhasilan metode recall 24 jam
ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran
dari pewawancara, maka untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam
dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut),
tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari (Supariasa. Dkk., 2001).
Langkah – langkah pelaksanaan recall 24 jam yaitu:
a) Pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman
yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga selama kurun waktu 24
jam yang lalu.
b) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan daftar
komposisi bahan makanan (DKBM).
c) Membandingkan dengan daftar kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) angka
kecukupan gizi (AKG) untuk indonesia.
Psikologi :
Body Image
Presepsi
Aktifitas Tubuh :
perbandingan
dengan orang lain Olahraga
Reaksi terhadap Aktifitas tidur
orang lain
Status Gizi
Remaja
Perilaku Makan :
Frekuensi Makan
Individu :
Diet
Pengetahuan Perilaku
Gizi Konsumsi
Pola Makan
2.2 Kerangka Konsep
Variable Idependen
1. Body Image
2. Pengetahuan Gizi
Seimbang Variabel Dependen
3. Aktifitas Fisik
olahraga Status Gizi Remaja Putri
4. Pol Makan
5. Perilaku dalam
Memilih Makanan
Keterangan :
: diteliti
: berhubungan
pertanyaan penelitian. Jadi hipotesis merupakan pendapat atau simpulan yang belum
hubungan/pengaruh antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) yang
diteliti. Hasil perhitungan Ha tersebut, akan digunakan sebagai dasar pencarian data
penelitian.
Tes Statistik :
1. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan HA diterima, berarti ada pengaruh
2. Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima dan HA ditolak, berarti tidak ada